BAB IV ANALISA KINERJA DWDM HUAWEI BWS1600 PADA LINK KEBAGUSAN JAMPANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III. Perencanaan Upgrade Kapasitas. dengan Tuas (Singapura ) memiliki kapasitas trafik sebesar 8 X 2.5 Gbps yang

BAB IV ANALISA SISTEM PROTEKSI MS-SP RING PADA RING 2

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

BAB IV ANALISA SISTEM SETELAH UPGRADE. optik yang dikirim atau yang diterima oleh SLTE Alcatel Dari pengukuran

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat cepat. Berbagai macam fasilitas teknologi telekomunikasi terus

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat cepat. Berbagai macam fasilitas teknologi telekomunikasi terus. dapat memberikan kualitas layanan dengan baik.

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG

BAB IV ANALISA KONFIGURASI, JARAK KEMAMPUAN, DAN INTERFACE

BAB I PENDAHULUAN. perangkat yang berfungsi sebagai transmitter dan receiver melalui suatu sistem

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM

Analisis Penguat EDFA dan SOA pada Sistem Transmisi DWDM dengan Optisystem 14

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Redaman Pada Jaringan Ftth (Fiber To The Home) Dengan Teknologi GPON (Gigabit Passive Optical Network) Di PT MNC Kabel Mediacom

Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) sebagai Solusi Krisis Kapasitas Banwidth pada Transmisi Data

BAB II WIDE AREA NETWORK

BAB III MEKANISME KERJA

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA. radio IP menggunakan perangkat Huawei radio transmisi microwave seri 950 A.

BAB II WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (WDM) Pada mulanya, teknologi Wavelength Division Multiplexing (WDM), yang

TRANSMISI DATA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Abstraksi

Pada gambar 2.1, terdapat Customer Premises Equipment (CPE) adalah peralatan telepon atau penyedia layanan lain yang terletak di sisi user.

BAB III METODE ANALISIS

BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1

TUGAS AKHIR ANALISIS SISTEM PROTEKSI MS-SP RING DI PERANGKAT ALCATEL LUCENT RING 2 (JAVA BACKBONE) PT. MORA TELEMATIKA INDONESIA

PENGGUNAAN KOMPENSATOR DISPERSI PADA JARINGAN BERBASIS OPTIK ANTARA STO LEMBONG DAN STO CIANJUR MENGGUNAKAN FIBER BRAGG GRATING

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PERENCANAAN PENAMBAHAN AUTOMATIC SWITCHING OPTICAL NETWORK (ASON) PLANNING ADDITION AUTOMATIC SWITCHING OPTICAL NETWORK(ASON)

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan sangat cepat. Ini diakibatkan adanya permintaan dan peningkatan

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO KOPO KE NATA ENDAH KOPO UNIVERSITAS TELKOM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang


BAB IV ANALISA PERHITUNGAN LINK BUDGET DALAM PENERAPAN METRO WDM

BAB IV HASIL YANG DIHARAPKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Makalah Seminar Kerja Praktek POWER KALKULASI PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE JAWA LINK PURWOKERTO - YOGYAKARTA

BAB III TEORI PENDUDUKUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE PERUMAHAN JINGGA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL KELAYAKAN PERANCANGAN JARINGAN

Analisis 1,28 Tbps Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) Menggunakan Modulasi Eksternal dan Deteksi Langsung

Optimalisasi Jaringan Komunikasi Serat Optik Melalui Analisa Power Budget (Studi Kasus PT. Telkom di STO Padang)

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY

BAB IV PENANGANAN GANGGUAN DAN. PERFORMANCE MONITORING PADA LINK EoS

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Topologi Jaringan. Topologi jaringan adalah susunan berbagai elemen jaringan (link, node, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN KOMUNIKASI BACKBONE BAWAH LAUT BERBASIS SERAT OPTIK JALUR 40G UNTUK JALUR SURABAYA BANJARMASIN

ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN

BAB II. SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

Makalah Seminar Kerja Praktek OPTIX OSN 9500 Sebagai Perangkat Transmisi di PT. Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL) Regional Central Java

Abstrak. 30 DTE FT USU. sistem pembagian spektrum panjang gelombang pada pentransmisiannya.

ANALISIS DAN SIMULASI EFEK NON LINIER THREE WAVE MIXING PADA LINK DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN. Bab ini membahas tentang bagaimana merancang sebuah jaringan Fiber To The

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

Topologi Jaringan Transport Optik

BAB III PEMODELAN DAN SIMULASI

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI

ANALISIS JARINGAN TRANSPORT BACKBONE LINK MEDAN SUBULUSALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SDH DENGAN SERAT OPTIK

ANALISIS KUALITAS JARINGAN GPON PADA LAYANAN IPTV PT. TELKOM DI DAERAH DENPASAR, BALI

ANALISA PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK TOWER A BANDUNG TECHNOPLEX LIVING

PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI KABEL LAUT SANGATTA-TOWALE

BAB III LANDASAR TEORI

B A B IV A N A L I S A

BAB I ANALISA PENGARUH TIPIKAL SISTEM PROTEKSI ASON TERHADAP OCUPANCY KAPASITAS PADA PERANGKAT OSN 9500 HUAWEI DI PT. INDOSAT

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) BERBASIS TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON)

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN POWER BUDGET

Tabel 3.2 Gangguan Jaringan selama tahun 2009

PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE

Perangkat pendukung dan tools yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Tools Laptop Kabel Ethernet sebagai media Logi

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PASSIVE SPLITTER PADA JARINGAN PASSIVE OPTICAL NETWORK (PON)

Analisis Perbandingan CWDM Dengan Modulasi Eksternal Menggunakan Penguat EDFA dan Tanpa Penguat

ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME (FTTH) LINK STO GEGERKALONG KE PERUMAHAN CIPAKU INDAH

PERENCANAAN JARINGAN NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM PADA PERUMAHAN GRAND SHARON BANDUNG

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI TEKNOLOGI CWDM DALAM JARINGAN MULTI-SERVICE PT INDOSAT

IMPLEMENTASI JARINGAN OPTIK TRANSPARAN

BAB III GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) UNTUK LAYANAN TRIPLE PLAY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi dari penelitian ini diskemakan dalam bentuk flowchart seperti tampak

SIMULASI PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DI PERUMAHAN LEGOK INDAH MENGGUNAKAN SIMULASI OPTISYSTEM

Sistem Jaringan Akses Fiber Optik Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF)

± voice bandwidth)

ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK

BAB I PENDAHULUAN. di mana awalnya konsep jaringan komputer ini hanya untuk memanfaatkan suatu

Makalah Seminar Kerja Praktek OPTIX BWS 1600G Sebagai Perangkat Transmisi di PT. Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL) Regional Central Java

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PERANCANGAN PENINGKATAN KAPASITAS LINK 10 GIGABIT PADA JARINGAN BACKBONE DWDM SUMATERA DI PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu tujuan tertentu. Sebuah sistem terdiri dari berbagai unsur yang salin

BAB III ANALISIS JARINGAN FTTH DENGAN TEKNOLOGI GPON DI CLUSTER TEBET

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM NATIVE IP

PENGANTAR PENGKABELAN (WIRING)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Penyambungan Kabel Fiber Optik Akses Dengan Kabel Fiber Optik Backbone

ANALISA PERBAIKAN KABEL LAUT MATRIX CABLE SYSTEM SEGMENT 1.2A JAKARTA-SINGAPURA

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA SARIWANGI ASRI GEGERKALONG BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, para operator telekomunikasi dihadapkan pada situasi

Rosmadina¹, -². ¹Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

BAB I PENDAHULUAN.

ANALISIS KINERJA JARINGAN SERAT OPTIK PADA RING 1 DI ARNET JATINEGARA

Transkripsi:

BAB IV ANALISA KINERJA DWDM HUAWEI BWS1600 PADA LINK KEBAGUSAN JAMPANG Seiring perkembangan zaman, sistem telekomunikasi membutuhkan kapasitas jaringan yang lebih besar dan kecepatan lebih cepat, sehingga dalam penerapannya PT. Indosat perlu untuk menggunakan teknologi baru yaitu DWDM HUAWEI BWS1600. Pada bab ini akan diuraikan analisa kinerja jaringan DWDM Jakarta selain itu juga akan dibahas sistem proteksinya. Analisa meliputi kualitas disisi terminal dan penerima. Hal ini untuk menunjang pelayanan telekomunikasi agar terjaga dengan baik. Oleh karena itu untuk membuktikan bahwa jaringan sistem baru yang menggunakan teknologi DWDM lebih baik dari jaringan sistem lama yang menggunakan teknologi SDH dapat ditinjau dari segi perhitungan, segi kinerja sistem, segi operasional sistem dan dari segi sistem proteksi teknologi DWDM. Untuk area Jakarta adalah area central yang tingkat trafiknya padat juga memiliki Node Backbone kabel laut penghubung antar pulau atau penguhubung antara DWDM Jasutra dan Kalimatan dengan DWDM Jakarta dan Java Backbone maka perlu dipergunakan perangkat yang memiliki tingkat kehandalan bukan hanya dari sisi kualitas tetapi juga kuantitas. Dengan DWDM HUAWEI BWS1600 maka 45

46 kebutuhan akan kapasitas untuk saat ini maupun beberapa tahun kedepan akan teratasi. Kapasitas yang ditawarkan dengan menggunakan DWDM maksimal mencapai 96λ. Satuan E1 digunakan karena merupakan standar yang dipakai Indonesia. Serta Sistem DWDM memiliki jumlah kanal yang dapat dicapai hingga 11.612.160 kanal. Dengan penerapan teknologi DWDM pada jaringan backbone dapat ditingkatkan hingga 96 kali dari teknologi SDH. Dan dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa teknologi DWDM merupakan teknologi yang handal untuk masa depan karena bisa menampung traffic yang semakin bertambah terus nantinya. Alasan lain adalah karena DWDM HUAWEI BWS1600 memiliki sistem proteksi Automatically Switched Optical Network (ASON) sehingga apabila terjadi kerusakan maupun gangguan pada pelayanan telekomunikasi akan dapat diatasi dengan sendirinya. Tidak seperti SDH, kekurangan dari sistem SDH adalah sistem proteksi harus dibuat secara manual dan tidak dapat mencari jalur sendiri jika Working Link putus. Teknologi ASON dibuat untuk mengatasi kekurangan ini. ASON merupakan protokol yang diintegrasikan di NE pada jaringan DWDM. Sehingga hubungan setiap NE membentuk suatu jaringan cerdas yang dapat menentukan jalur sendiri jika Working Link putus. Kemudian apabila dilihat dari segi geografis, titik central di Jakarta memiliki tingkat traffic yang tinggi dan padat, maka DWDM merupakan media penyaluran informasi berkapasitas besar dan cepat yang tepat untuk digunakan masa kini dan masa depan.

47 4.1 Danse Wavelenght Division Multiplexing (DWDM) Huawei BWS1600 DWDM HUAWEI BWS1600 adalah perangkat baru yang diperuntukkan untuk link backbone yang membutuhkan kapasitas yang sangat besar dengan kecepatan yang tinggi. Sehingga jaringan DWDM dapat diandalkan untuk beberapa tahun kemudian di masa depan. Perangkat DWDM HUAWEI BWS1600 sendiri menggunakan media transmisi single fiber optic dengan kapasitas yang dapat mencapai maksimal sebesar 96λ. Berikut ini adalah tampilan dari Jaringan DWDM HUAWEI Jakarta dan perangkat DWDM HUAWEI BWS1600 seperti di tunjukkan pada Gambar 4.1 dan 4.2 Gambar 4.1 Topologi Jaringan DWDM HUAWEI BWS1600 Jakarta

48 Gambar 4.2 Tampilan Perangkat DWDM HUAWEI BWS1600 Dari Gambar 4.1 terlihat bahwa pada Jaringan DWDM memiliki topologi yang lebih sederhana dibandingkan dengan Jaringan SDH yang di tunjukkan pada Gambar 3.2 pada bab sebelumnya. 4.2 Analisa Kinerja Sistem DWDM Huawei BWS1600 Dalam melakukan analisa kinerja Jaringan DWDM Jakarta Kebagusan, maka diperlukan data data untuk mendapatkan parameter yang akurat sehingga sistem dapat beroperasi dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Data yang didapat dari analisa menggunakan SNMS meliputi Modul DWDM Jakarta dan Kebagusan, Performansi DWDM selama 15 menit dan 24 jam, Nilai Transmitted Optical Power, Recieved Optical Power, Working Temperature dan Traffic pada jaringan Kebagusan - Jampang.

49 Berikut ini tampilan dari Performansi DWDM Kebagusan dan Jampang selama 15 menit dan 24 jam seperti di tunjukkan pada Gambar 4.3, 4.4, 4.5 dan 4.6. Gambar 4.3 Performansi Kebagusan 15 Menit Gambar 4.4 Performansi Kebagusan 24 Jam

50 Dari semua tampilan performansi di atas kita akan ambil data dari DWDM Kebagusan antara 15 Menit dan 24 Jam tidak terjadi perubahan nilai, data tersebut telah didapatkan Recieve Optical Power DWDM Kebagusan sebesar -12,80 dbm dan nilai Transmitted Optical Power adalah 9,80 dbm sedangkan untuk suhu yang di gunakan sebesar 25,00 derajat Celcius, Gambar 4.5 Performansi Jampang 15 Menit

51 Gambar 4.6 Performansi Jampang 24 Jam Sedangkan nilai sebagai acuan (toleransi) untuk melihat kualitas suatu jaringan Indosat adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Power Level Value POWER LEVEL VALUE VALUE -35,00 PARAMETER Loss Of Signal (FO Cut) (-34,00) - (-20,00) Hard ware Equipment transmission problem (-20,00) - (-7,00) Normal Dari semua tampilan performansi di atas kita akan ambil data dari DWDM Jampang, yang data tersebut telah didapatkan Recieve Optical Power DWDM Jampang sebesar -15,10 dbm dan nilai Transmitted Optical Power adalah 8,70 dbm sedangkan untuk suhu yang di gunakan sebesar 24,50 derajat Celcius, dan dilihat dari

52 tabel acuan menjekaskan bahwa nilai Power Level pada jaringan Kebagusan Jampang dalam keadaan normal. 4.2.1 Utilisasi Pergerakan Traffic pada Link Kebagusan Jampang Berikut ini tampilan dari Utilisasi Pergerakan Traffic pada Link Kebagusan Jampang seperti di tunjukkan pada Gambar 4.7 dan 4.8. Gambar 4.7 Utilisasi Pergerakan Traffic pada Link Kebagusan Jampang dalam 1 minggu Gambar 4.8 Utilisasi Pergerakan Traffic pada Link Kebagusan Jampang Sample Hari Senin Pada gambar 4.7 menampilkan pergerakan traffic dalam pada jaringan Kebagusan Jampang dimana puncak traffic terjadi pada hari Sabtu dengan nilai

53 Inbound 214,40 Mb dan Outbound 62,05 Mb, dan penggunan trafik rendah terjadi pada hari Jum at dimana nilai Inbound 134,43 Mb dan Outbound 40,72 Mb. Sedangkan pada gambar 4.8 Menampilkan sample pergerakan trafik pada hari Senin dimana Puncak Traffic terjadi pada Pukul 22:00 dengan nilai Inbound Max 203,28 Mb dan Outbound Max 59.62Mb, dan traffic terendah terjadi pada pukul 04:00 dengan nilai Inbound ±60.01 Mb dan Outbound 30,51 Mb. 4.2.2 Monitoring Jaringan DWDM Monitoring jaringan DWDM perlu dilakukan agar kita dapat memantau kinerja Jaringan DWDM tersebut. SNMS imanager T2000 adalah software khusus monitoring perangkat DWDM Hauwei BWS1600 yang berisikan alarm-alarm dan kondisi dari perangkat DWDM itu sendiri maupun kondisi Link nya. Informasi alarm-alarm dan message diperlukan guna mempermudah teknikal dalam melakukan troubleshooting problem maupun maintenance. Informasi berupa alarm-alarm tersebut terbagi menjadi beberapa kriteria : Critical Alarm (merah) yaitu alarm yang menandakan bahwa tengah menjadi Loss Backbone DWDM yang mempengaruhi paket data dan voice. Minor Alarm (kuning) yaitu alarm yang menandakan bahwa tengah terjadi Hardware Equipment transmission problem yang mempengaruhi voice/signaling. Major Alarm (orange) yaitu alarm yang menandakan bahwa tengah terjadi Hardware Equipment transmission problem yang mempengaruhi paket data.

54 Berikut ini merupakan tampilan dari monitoring jaringan DWDM seperti yang ditunjukan pada gambar 4.9. Gambar 4.9 Tampilan Monitoring Jaringan DWDM 4.2.3 Studi Kasus yang Terjadi Pada Jaringan DWDM Kebagusan-Jampang Dalam proses penyusunan dan pengamatan link DWDM jaringan Kebagusan Jampang melalui monitoring SNMS imanager T2000 banyak terjadi alarm selanjutnya akan dijabarkan salah satu masalah yang ditemui pada saat monitoring. Berikut tampilan SNMS imanager T2000 pada Link Kebagusan Jampang yang ditunjukan pada gambar 4.9.

55 Gambar 4.10 Tampilan SNMS imanager T2000 Link Kebagusan Jampang Pada gambar 4.10 terdapat sebuah masalah yang alarm nya berkriteria Critical dimana alarm tersebut berindikasi berpengaruh ke service voice dan paket data. Alarm tersebut dapat disimpulkan telah terjadi : 1. Fiber Jumper tidak terhubung pada optical interface pada perangkat. 2. Pemancar laser pada perangkat optic pada posisi shutdown. 3. Telah terjadi Fiber Optic putus pada line transmisi backbone. 4. Telah terjadi redaman yang sangat tinggi pada line transmisi backbone. Dari beberapa hipotesa yang dilakukan kita akan mengecek nilai power level pada jaringan dengan cara mengecek board pada salah satu sisi line pada gambar 4.11.

56 Gambar 4.11 Tampilan Board pada sisi Kebagusan Berikut ini tampilan hasil pengecekan hasil nilai power level yang terjadi : Gambar 4.12 Tampilan pengecekan hasil nilai power level Dari hasil pengecekan power level didapat nilai sebesar -60,00 dbm dimana nilai tersebut pada table 4.1 dimana nilai -35,00 dapat dikatakan telah terjadi LOS (Loss of Signal) dimana telah terjadi kerusakan atau putusnya suatu fiber optic yang dapat berpengaruh pada service pelanggan.

57 4.2.4 SMS Broadcast Masalah yang terjadi di hasil pada studi kasus langsung di informasikan kepada team regional untuk dilakukan perbaikan baik itu penyambungan fiber optic ataupun perbaikan pada perangkat. Untuk menyampaikan informasi tersebut harus cepat dan tepat agar semua problem tersebut dapat diselesaikan sesuai SLA (Service Level Agreement) dibutuhkan suatu sarana penyampaian infornasi tersebut, layanan tersebut berupa SMS Broadcast. SMS Broadcast adalah software khusus untuk mengirimkan alarm dan message ke team teknikal. Prinsip kerjanya hamper sama dengan prinsip pengiriman SMS, alarm yang muncul di SNMS imanager T2000 kita kirimkan lewat SMS Broadcast dengan pengiriman per group wilayah teknikal yang sudah tergabung dalam group tersebut dapat menerima SMS Reporting tentang alarm yang tengah terjadi sehingga mempermudah teknikal dalam penyelesaian masalah. Berikut tampilan SMS Broadcast dari tampilan login, pengiriman sms dan history pengiriman SMS yang ditunjukan seperti pada gambar 4.12, 4.13 dan 4.14. Gambar 4.13 Tampilan Login SMS Broadcast

58 Gambar 4.14 Tampilan Format Pengiriman SMS Broadcast Gambar 4.15 Tampilan Histori Pengiriman SMS Broadcast

59 4.2.5 Nilai nilai Error dan Standarisasinya Pada sebuah perangkat, pasti memiliki batasan batasan yang harus diperhatikan dalam mempertahankan kinerjanya. Berikut ini merupakan data standarisasi dari perangkat DWDM Huawei yang didapat dari SNMS untuk mengetahui lebih baik atau tidaknya DWDM dibandingkan SDH, seperti ditunjukan pada gambar 4.16, 4.17, 4.18 dan 4.19 dan Tabel 4.2 : Gambar 4.16 Nilai Performansi Kebagusan 15 Menit

60 Gambar 4.17 Nilai Performansi Kebagusan 24 Jam Gambar 4.18 Nilai Performansi Jampang 15 Menit

61 Gambar 4.19 Nilai Performansi Jampang 24 Jam MSBBE (Multiplex Section Background Block Error) adalah batas maksimal dari error second yang terjadi selama durasi tertentu yaitu 24 jam dan 15 menit, MSES (Multiplex Section Error Second) adalah jumlah error yang terjadi selama per detik dan MSSES (Multiplex Section Severely Error Second) adalah error second selama durasi tertentu yang sudah melebihi batas BBE. Standarisasi yang harus diperhatikan untuk mempertahankan kinerja DWDM Huawei dapat dilihat pada tabel 4.2 : Tabel 4.2 Standarisasi Batasan Nilai Error Pada DWDM Huawei

62 Tabel 4.3 Nilai-nilai Error pada DWDM Link Kebagusan - Jampang Performance KEBAGUSAN JAMPANG 15 Menit 24 Jam 15 Menit 24 Jam MSBBE 0 0 0 0 MSES 0 0 0 0 MSSES 0 0 0 0 Pada gambar 4,16, 4.17, 4.18 dan 4.19 tidak terlihat ada nilai Error pada MSBBE, MSES dan MSSES. Maka bearti performance dari DWDM Link Kebagusan Jampang sedang dalam keadaan normal atau tidak ada terjadi error. 4.3 Analisa DWDM Huawei Melalui Segi Perhitungan Pada analisa penerapan teknologi DWDM dapat dilihat juga dari segi kapasitas dan nilai Attenuasi DWDM Huawei BWS 1600. 4.3.1 Kapasitas Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) Banyaknya panjang gelombang (Wavelength) yang dapat ditransmisikan dalam satu kali transmisi yaitu 96λ dimana 1λ akan mewakili 1 x STM-64. Sehingga, kapasitas DWDM dapat dihitung sebagai berikut : Kapasitas STM-64 (SDH) = 64 x (Kapasitas STM-1) = 64 x 155,52 Mbps = 9953 x 10 6 bps = 9,953 x 10 9 bps = 9,953 Gbps

63 10 Gbps Kapasitas STM-64 (SDH) = 1λ (DWDM) = 1 x (Kapasitas STM-64) = 1 x 9,953 Gbps = 9,953 Gbps 10 Gbps Kapasitas 96λ (DWDM) = 96 x 9,953 Gbps 96 x 10 Gbps 960 Gbps Sistem DWDM dapat mentransmisikan sinyal hingga 960 Gbps. Pentransmisian data dalam serat optik terlebih dahulu merubah sinyal elektrik SDH yang masuk ke sistem DWDM ke dalam bentuk panjang gelombang. Dimana 1 panjang gelombang memiliki kapasitas 10 Gbps. Dari analisa di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan teknologi DWDM dapat memperbesar kapasitas dan kualitas transmisi data dalam serat optik. 4.3.2 Analisa Panjang Gelombang Δ λ = λ 2. Δ f / C = (1550) 2 x 50 / 3.10 8 = 0,4004 nm atau setara 0,4 nm Analisis mengenai spasi panjang gelombang menunjukkan angka 0,4 nm yang berarti memenuhi standarisasi sehingga memiliki resiko tingkat interferensi yang rendah. Seperti di tunjukkan pada Tabel 4.4

64 Tabel 4.4 Nilai Standar Spasi Frekuensi dan Spasi Panjang Gelombang Spasi Lamda (nm) Spasi Frekuensi (GHz) 0,4 50 0,8 100 1 120 1,6 200 2 250 4.3.3 Analisa Attenuasi Fiber Optic α = (Pout- Pin)/L = (8,70 dbm -(-15,10 dbm)) / 10Km = 2,37 db/km Nilai 2,37 db/km menunjukkan bahwa terjadi pelemahan sebesar 2,37 db per km yang berarti link Kebagusan- Jampang memiliki resiko tingkat attenuasi yang rendah sehingga memiliki kinerja yang lebih baik walaupun tidak dengan sesuai dengan standart yang ada. Karena standar dari nilai attenuasi pada fiber optic yang digunakan PT. Indosat, Tbk dengan panjang gelombang 1550 nm adalah sebesar 0,35 db/km sesuai nilai standart ITU-T. Perbedaan ini terjadi diakibatkan oleh nilai redaman konektor serta nilai redaman splasing pada tiap titiknya.