APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN RBF PADA SISTEM KONTROL VALVE UNTUK PENGENDALIAN TINGGI MUKA AIR

dokumen-dokumen yang mirip
MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

PENGENDALIAN VALVE UNTUK MENGATUR KETINGGIAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN B-SPLINE

Makalah Seminar Tugas Akhir

dan RBF pada pengendalian plant suhu secara online. I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

PERBANDINGAN KINERJA CMAC DENGAN KONTROLLER PID METODE PERTAMA ZIEGLER-NICHOLS PADA PENGENDALIAN PLANT SUHU. Wahyudi 1 ABSTRACT

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

TUGAS AKHIR. Oleh : Amin Fauzan L2F

PERANCANGAN KENDALI SUHU RUANG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN JENIS B-SPLINE SECARA ONLINE

PENGENDALIAN KECEPATAN PUTAR MOTOR DC DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN B-SPLINE SECARA ON LINE

TEKNIK KENDALI HIBRID PI FUZZY UNTUK PENGENDALIAN SUHU ZAT CAIR

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI TEKNIK KENDALI FUZZY PADA PENGENDALIAN LEVEL CAIRAN

JARINGAN SYARAF TIRUAN JENIS AMN (Associative Memory Networks): CMAC, B-SPLINE dan RBF UNTUK APLIKASI PEMODELAN DAN PENGONTROLAN

Makalah Seminar Tugas Akhir

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PENGENDALIAN TINGGI MUKA CAIRAN PADA PLANT NONLINEAR MENGGUNAKAN METODE KONTROL FUZZY

e (t) = sinyal kesalahan

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN B-SPLINE PADA PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC PENGUAT TERPISAH 1HP

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

BAB II LANDASAN TEORI

IDENTIFIKASI PARAMETER SISTEM PADA PLANT ORDE DENGAN METODE GRADIENT

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi,

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Makalah Seminar Tugas Akhir

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

APLIKASI FIS MODEL SUGENO PADA PENGENDALIAN VALVE UNTUK MANGATUR TINGGI LEVEL AIR. Wahyudi, Iwan Setiawan, dan Martina Nainggolan *)

PENGENALAN KARAKTER DENGAN MENGGUNAKAN HAMMING NETWORK

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

Architecture Net, Simple Neural Net

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

SISTEM PENGATURAN BERJARINGAN : DESAIN DAN IMPLEMENTASI SLIDING MODE CONTROL PADA PRESSURE PROCESS RIG

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. kontrol, diantaranya yaitu aksi kontrol proporsional, aksi kontrol integral dan aksi

ANALISIS PENERAPAN PID CONTROLLER PADA AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR)

RANCANG BANGUN SIMULATOR PENGENDALIAN POSISI CANNON PADA MODEL TANK MILITER DENGAN PENGENDALI PD (PROPOSIONAL DERIVATIVE)

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN CERREBELLAR MODEL ARTICULATION CONTROLLER PADA PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC PENGUAT TERPISAH 1 HP

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER

Jurnal Coding Sistem Komputer Untan Volume 05, No.2 (2017), hal ISSN : X

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC MENGGUNAKAN SENSOR ENCODER DENGAN KENDALI PI

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang)

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS GALAT AKIBAT KUANTISASI PADA IMPLEMENTASI DIGITAL SISTEM ADAPTIF LMS

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

BAB III PERANCANGAN Sistem Kontrol Robot. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

Studi Modifikasi standard Backpropagasi

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU

Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMENT INVARIANT DAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION (RBF)

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMEN INVARIAN DAN RADIAL BASIS FUNCTION (RBF)

Identifikasi Jenis Cairan Dengan Metode Serapan Panjang Gelombang Dan JST- RBF

IMPLEMENTASI ADAPTIVE SWITCHING FUZZY LOGIC CONTROLER SEBAGAI PENGENDALI LEVEL AIR PADA TIGA BEJANA BERINTERAKSI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

KEANDALAN BALOK STATIS TERTENTU DENGAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORKS

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp

Architecture Net, Simple Neural Net

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN DEBIT ALIRAN MASUKAN PADA TANDON AIR DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA 8535

Jaringan Neuro-Fuzi Berbasis Algoritma Genetik Dinamis Multiresolusi untuk Pemodelan Sistem Chaotic Diskrit Henon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya berjudul Feedforward Feedback Kontrol Sebagai

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh

PERANCANGAN ALGORITMA BELAJAR JARINGAN SYARAF TIRUAN MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO)

KENDALI LOGIKA FUZI PADA SISTEM LEVEL AIR DENGAN MIKROKONTROLER AT8535. Pandapotan Siagian, ST, M.Eng ABSTRAK

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

PROTOTYPE PENGATURAN LAMPU RUANG DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

TUNING KONTROL PID LINE FOLLOWER. Dari blok diagram diatas dapat q jelasin sebagai berikut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

BAB 2 LANDASAN TEORI

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Penentuan Status Gizi Balita Dan Rekomendasi Menu Makanan Yang Dibutuhkan

Sistem Keamanan Pintu Gerbang Berbasis AT89C51 Teroptimasi Basisdata Melalui Antarmuka Port Serial

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG

SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA

BAB III METODELOGI PENELITIAN. media cacing dengan metode adaptive neuro fuzzy inference system (ANFIS)

Penggunaan Tapis Adaptif Dalam Proses Editing suara Pada Pembuatan Film Layar Lebar

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) A-31

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

KOMPARASI HASIL KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES MELLITUS MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

BAB III LANDASAN TEORI. Definisi Peramalan adalah memperkiraan atau memproyeksikan sesuatu

BAB II LANDASAN TEORI

Realisasi dan Perancangan Perangkat Kontrol Sistem Catu Daya di SMKN 2 Kendal dengan SMS Gateway Berbasis Mikrokontroler

IMPLEMENTASI JARINGAN SARAF TIRUAN HAMMING DALAM KASUS PENGENALAN POLA ANGKA DAN HURUF. Oleh : M. Husaini., S.T., M.T Dosen IAIN Bandar Lampung

PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PREDIKTIF

BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH

DT-51 Application Note

PERANCANGAN PENGATURAN DURASI LAMPU LALU LINTAS ADAPTIF

Transkripsi:

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN RBF PADA SISTEM KONTROL VALVE UNTUK PENGENDALIAN TINGGI MUKA AIR Wahyudi, Hariyanto, Iwan Setiawan Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia e-mail: wahyudi@elektro.ft.undip.ac.id ABSTRAKSI Jaringan syarat tiruan dapat digunakan untuk mengendalikan plant yang parameter-perameternya tidak diketahui. Setiap jaringan syaraf tiruan memiliki kecepatan untuk beradaptasi yang berbeda-beda tergantung pada struktur jaringan dan algoritma yang digunakan. RBF (Radial Basis Function) merupakan salah satu jenis jaringan syaraf tiruan yang dapat digunakan sebagai pengendali plant secara on-line. Pengendalian ketinggian dilakukan dengan mengatur pembukaan valve pengisian pada bak penampung. Pengujian dilakukan pada pengaruh nilai gain proporsional, laju konvergensi, jumlah fungsi basis, pengujian referensi naik, referensi turun dan pemberian gangguan. Hasil pengujian jaringan syaraf RBF menunjukkan semakin besar laju konvergensi dan gain proporsional yang diberikan, semakin cepat waktu naik dan waktu penetapannya. RBF memiliki respon yang cukup baik pada pengujian perubahan referensi dan pemberian gangguan. Kata kunci: Jaringan Syaraf Tiruan RBF, Ketinggian Air. 1. PENDAHULUAN Sebuah pendekatan dalam pengendalian sistem yang parameter-parameternya tidak diketahui atau sulit untuk ditentukan dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan. RBF merupakan salah satu jenis jaringan syaraf tiruan yang dapat digunakan sebagai komponen pengendali sistem yang parameter-parameternya tidak diketahui atau sulit ditentukan tanpa adanya proses identifikasi terlebih dahulu. Pengujian dilakukan terhadap unjuk kerja jaringan syaraf tiruan RBF pada pengendalian ketinggian air, dengan mengatur pembukaan valve secara on-line. Pengujian dilakukan melalui pengujian pengaruh laju kovergensi, gain proporsional, fungsi basis dan pemberian gangguan (pembukaan valve keluaran). Struktur pengendalian yang digunakan adalah Fixed Stabilising Controller. Unit pengendalian yang digunakan untuk mengimplementasikan algoritma kendali dengan jaringan syaraf tiruan RBF adalah PC (Personal Computer).. JARINGAN SYARAF TIRUAN RBF RBF (φ) merupakan fungsi dimana keluarannya simetris terhadap center c tertentu atau dinyatakan sebagai φ c = φ x - c, dimana. merupakan vektor normal. Jaringan syaraf yang dibentuk dengan menggunakan fungsi basis berupa fungsi basis radial dinamakan Jaringan Syaraf RBF. Jaringan RBF terdiri atas 3 layer yaitu layer input, hidden layer (unit tersembunyi) dan layer output. [6] Masing masing unit tersembunyi merupakan fungsi aktifasi yang berupa fungsi basis radial. Fungsi basis radial ini diasosiasikan oleh lebar dan posisi center dari fungsi basis tersebut. Struktur dasar jaringan RBF ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Struktur dasar jaringan syaraf RBF. Setiap input dari jaringan syaraf tiruan RBF ini akan mengaktifkan semua fungsi basis pada hidden layer. Setiap unit dari hidden layer merupakan fungsi aktifasi tertentu yang disebut sebagai fungsi basis. Setiap fungsi basis akan menghasilkan sebuah keluaran dengan bobot tertentu. Output jaringan ini merupakan jumlah dari seluruh output fungsi basis dikalikan dengan bobot masing masing. Untuk jaringan RBF dengan masukan, proses pemetaannya ditunjukkan pada Gambar. Gambar. Operasi jaringan syaraf RBF dengan masukan. D-39

Setiap masukan akan mengaktifkan setiap fungsi basis pada jaringannya sendiri. Misalkan pada operasi masukan [x1 x]. Masukan x1 akan mengaktifkan fungsi basis pada jaringan RBF pertama, sehingga masukan x1 akan mengaktifkan fungsi basis φ11, φ1 sampai dengan φ1n. Masukan x akan mengaktifkan setiap fungsi basis pada jaringan RBF kedua, sehingga masukan x akan mengaktifkan fungsi basis φ1, φ sampai dengan φn. Langkah selanjutnya adalah melakukan korelasi silang antara setiap fungsi basis pada jaringan pertama dengan setiap keluaran fungsi basis pada jaringan kedua. Masing-masing hasil korelasi silang antar fungsi basis ini kemudian diboboti dengan bobot tertentu yaitu w11, w1 sampai dengan wnn. Keluaran jaringan RBF dihitung dengan menjumlahkan seluruh hasil perkalian antara keluaran tiap fungsi basis dengan bobotnya sendiri ditambah dengan bobot bias (wb). Fungsi basis pada jaringan RBF identik dengan dengan fungsi gaussian yang diformulasikan sebagai berikut[]: φ j = e _ x c j σ j (1) dimana: c j = Center fungsi gausiaan ke - j σ j = Lebar fungsi gausiaan ke - j x = Masukan fungsi basis φ j = Keluaran fungsi basis ke j oleh masukan x Representasi grafis fungsi gaussian ditunjukkan pada Gambar 3. φ j = e _ x c σ j j σ Gambar 3. Fungsi gaussian. Pada setiap jaringan RBF biasanya digunakan lebih dari 1 buah fungsi basis. Tiap tiap fungsi basis mempunyai 1 center dan 1 bobot tertentu. Untuk n buah masukan pada jaringan syaraf RBF, maka diperlukan bobot memori yang digunakan pada satu jaringan adalah sebesar ( jumlah fungsi basis ) n + 1. Satu merupakan bobot bias (wb) dari jaringan syaraf RBF. Berdasarkan rumus fungsi gaussian pada persamaan 1 dan struktur dasar jaringan RBF, dapat diusulkan beberapa strategi pembelajaran pada jaringan RBF sebagai berikut[6]: 1. Posisi center pada fungsi basis. Lebar dari fungsi basis 3. keluaran setiap fungsi basis Strategi pembelajaran jaringan yang digunakan adalah pembelajaran bobot keluaran tiap fungsi basis. Algoritma pelatihan jaringan syaraf tiruan RBF secara iteratif adalah sebagai berikut: Langkah 1 : Menentukan jumlah fungsi basis yang akan digunakan. Langkah : Menentukan center tiap fungsi basis. Langkah 3 : Menyediakan bobot sebanyak (fungsi basis) n +1, dimana n adalah jumlah masukan RBF.. Langkah 4 : Inisialisasi bobot, w = [0 0 0....0] dan set laju konvergensi yang digunakan (0 < η < 1). Langkah 5 : Untuk sinyal latih kerjakan langkah 6 s.d selesai. Langkah 6 : Hitung keluaran tiap fungsi basis. Langkah 7 : Hitung keluaran jaringan RBF. Langkah 8 : Hitung kesalahan (error) antara keluaran terharap (d) dengan keluaran RBF (y), error = d- y. Langkah 9 : Update bobot-bobot tiap fungsi basis dan bobot basis dengan metoda LMS. Algoritma LMS merupakan salah satu algoritma yang digunakan untuk pembelajaran atau pembaharuan bobot jaringan syaraf. Algoritma LMS mempunyai komputasi sederhana dengan melakukan proses untuk mengoreksi bobot-bobot jaringan yang akhirnya akan meminimalkan fungsi rata rata kuadrat error. Secara matematis algoritma LMS untuk pembaharuan bobot jaringan syaraf dituliskan sebagai berikut: w(k+1) = w(k) + α.[d(k) y(k)]. x(k) () dimana: w(k+1) : pada cacah ke k+1 w(k) : pada cacah ke k α : Laju konvergensi ( 0 < α < 1) x(k) : Masukan yang diboboti d(k) : Keluaran yang diinginkan y(k) : Keluaran aktual d(k) y(k) : Sinyal error yang merupakan data latih 3. PERANCANGAN Perancangan kendali jaringan syaraf tiruan RBF dilakukan untuk menentukan besarnya parameter kendali yang digunakan, yang meliputi gain proporsional, laju konvergensi dan jumlah fungsi basis. Jaringan syaraf tiruan RBF yang digunakan untuk mengendalikan ketinggian air ditulis dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual C++ dan dijalankan pada sebuah komputer. Program ini dihubungkan dengan mikrontroler dengan komunikasi serial. Sistem kendali secara keseluruhan diperlihatkan pada diagram blok pada Gambar 4 dan kendali RBF ditunjukkan pada Gambar 5. D-40

Gambar 4. Diagram blok sistem secara keseluruhan. Gambar 5. Diagram blok jaringan syaraf RBF. Penentuan besarnya gain proporsional secara praktis dibatasi oleh jangkauan sinyal kendali maksimum. Diusahakan sinyal kendali proporsional pada saat awal tidak melebihi 15 volt, karena tegangan keluaran maksimum DAC adalah 15 volt. Pada sistem pengendalian ini besarnya sinyal kendali proporsional sebanding dengan error. Pengendalian ketinggian air dibatasi antara ketinggian 14,3 cm sampai dengan 45 cm, sehingga mempunyai jangkauan pengendalian sebesar 30,7 cm. Sinyal error maksimum yang mungkin terjadi adalah sebesar 30,7 yang memberikan sinyal kendali sebesar 15 volt. Secara praktis besarnya gain proporsional yang diperbolehkan sebesar 1. Besarnya laju konvergensi akan menentukan kecepatan pembaharuan bobot. Jika laju konvergensi yang dipilih relatif kecil, maka laju pembelajaran akan berjalan lambat, sebaliknya bila laju konvergensi yang dipilih terlalu besar akan menyebabkan koreksi yang berlebihan pada bobotbobot yang diperbaharui. Pemilihan besarnya laju konvergensi yang digunakan pada pengendalian dilakukan secara empiris dan tidak boleh terlalu besar karena hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan sistem keluaran plant pengendalian tinggi muka cairan pada keadaan tunaknya dengan range antara 0, sampai dengan 1. Besarnya jangkauan nilai masukan secara langsung akan mempengaruhi besarnya memori (lokasi alamat bobot) yang harus disediakan. Semakin besar jangkauan nilai masukan maka semakin banyak memori yang harus disediakan. Jangkauan nilai masukan pertama (referensi) dinormalisasi dalam fungsi basis pada jangkauan 0 15. Normalisasi jangkauan nilai masukan kedua (keluaran plant) dibatasi oleh data yang dikirimkan oleh mikrokontroler ke komputer melalui komunikasi serial, yaitu 8 bit, sehingga data sensor adalah 0 55 dinormalisasi dalam fungsi basis pada jangkauan 0 15, sesuai dengan besarnya sinyal kendali yang dikirimkan lewat DAC. Keluaran dari sensor dinormalisasi dalam masukan jaringan RBF pada dalam jangkauan 0 15. Secara teoritis jumlah fungsi basis yang dipilih bebas, namun dengan adanya normalisasi tersebut diperlukan batasan jumlah maksimum fungsi basis yang digunakan. Jika jumlah fungsi basis yang dipilih terlalu banyak maka lebar fungsi basis yang terjadi akan menjadi sangat sempit, sehingga tiap center jaringan RBF menjadi berimpitan. Jumlah fungsi basis maksimal ditentukan sebesar 15. Deviasi yang menentukan kelengkungan dari tiap fungsi basis ditentukan dengan persamaan: Deviasi (σ) = c[1]/3,05 Misalkan, jika jumlah fungsi basis yang dipilih adalah 5, maka nilai center tiap fungsi basis adalah: c [ 1 ] = (15/(5 + 1)) * 1 =,5 c [ ] = (15/(5 + 1)) * = 5,0 c [ 3 ] = (15/(5 + 1)) * 3 = 7,5 c [ 4 ] = (15/(5 + 1)) * 4 =10,0 c [ 5 ] = (15/(5 + 1)) * 5 =1,5 Deviasi dari masing masing fungsi basis yang terbentuk dihitung sebagai berikut: Deviasi (σ) =,5 / 3,05 = 0,819 Secara grafis jaringan syaraf RBF yang dibentuk oleh 5 fungsi basis ditunjukkan pada Gambar 6. Gambar 6. Grafik jaringan RBF dengan 4 fungsi basis. Pada jaringan RBF, 1 fungsi basis mempunyai 1 bobot sehingga jumlah memori yang dibutuhkan untuk menyimpan bobot adalah sebanyak fungsi basis yang digunakan +1. Tambahan 1 memori adalah untuk menyimpan bobot basis. Tahap pertama yang perlu dilakukan pada perancangan algoritma kontrol jaringan syaraf RBF adalah merancang jaringan RBF yang akan digunakan. Untuk membentuk jaringan RBF diperlukan lebih dari 1 fungsi basis. Dengan masukan ternomalisasi antara 0 15 dan jumlah fungsi basis maksimal yang diperbolehkan adalah 15, proses perancangan jaringan RBF yang akan digunakan ditunjukkan oleh diagram alir pada Gambar 7. Proses perancangan jaringan RBF meliputi penentuan jumlah fungsi basis yang digunakan, perhitungan center tiap fungsi basis dan penentuan deviasi masing masing fungsi basis. D-41

dengan menggunakan algoritma LMS menggunakan data latih berupa keluaran proporsional (ctr_p). Gambar 7. Diagram alir perancangan jaringan RBF yang digunakan. Langkah berikutnya adalah menghitung keluaran jaringan RBF dengan masukan yang diberikan yaitu ketinggian referensi dan ketinggian plant. Algoritma untuk menghitung keluaran jaringan RBF masukan ditunjukkan oleh diagram alir pada Gambar 8. Proses perhitungan keluaran jaringan RBF dimensi diawali dengan proses pembacaan data masukan yang berupa ketinggian referensi (referensi) dan ketinggian plant (output). Kedua masukan tersebut kemudian dinormalisasi pada range 0-15. Keluaran fungsi basis yang diaktifkan oleh masukan dihitung dengan mengalikan keluaran fungsi basis akibat masukan ketinggian referensi dan keluaran fungsi basis akibat ketinggian plant (rbfdim[i,j]). Setiap keluaran fungsi basis dikalikan dengan bobotnya sendiri dan disimpan pada variabel outputbasis[i,j]. Proses terakhir adalah menjumlahkan seluruh hasil kali keluaran tiap fungsi basis dengan bobotnya sendiri kemudian ditambahkan dengan bobot basis (wb). Keluaran jaringan syaraf dimensi ini disimpan pada variabel keluaran_rbf. Aplikasi algoritma kontrol jaringan syaraf tiruan RBF secara keseluruhan ditunjukkan oleh diagram alir pada Gambar 9. Proses kontrol diawali dengan setting parameter jaringan RBF yang meliputi jumlah fungsi basis yang digunakan, gain proporsional dan laju konvergensi jaringan. Berdasarkan data parameter yang telah ditentukan, kemudian dirancang jaringan RBF sesuai dengan algoritma yang sudah ditentukan. Sinyal error yang merupakan selisih antara ketinggian plant dan ketinggian referensi dalam level tegangan, digunakan untuk menghitung keluaran proporsional (ctr_p). Di sisi lain, ketinggian plant dan ketinggian referensi digunakan sebagai masukan untuk jaringan syaraf. Sinyal kontrol yang dikirimkan ke plant adalah penjumlahan dari keluaran jaringan syaraf RBF dan keluaran proporsional (ctr_p). Proses selanjutnya adalah pembaharuan bobot jaringan Gambar 8. Diagram alir perhitungan keluaran RBF dimensi. Gambar 9. Diagram alir algoritma kontrol RBF. D-4

4. PENGUJIAN Pengujian jaringan syaraf RBF dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing masing parameter jaringan syaraf RBF yaitu laju konvergensi, gain proporsional dan jumlah fungsi basis terhadap dinamika respon plant kendali ketinggian air. Pengujian juga dilakukan dengan gangguan pada sistem untuk menguji kestabilan system. Hasil pengujian pengaruh nilai laju konvergensi pada jaringan RBF diperlihatkan pada Gambar 10 dan Gambar 11. Tabel 1. Data parameter unjuk kerja sistem dengan kendali RBF pada referensi 5 cm (ketinggian awal 15 cm) terhadap perubahan laju konvergensi. Parameter Unjuk Kerja Waktu penetapan Waktu naik Gain Proporsional = 0,3 Gain Proporsional = 0,3 Laju konvergensi = 0,3 Laju konvergensi = 0,8 Jumlah fungsi basis = 10 Jumlah fungsi basis =10 awal nol hasil latih awal nol hasil latih 64 48 54 38 48 38 45 36 (a) awal nol. (a) awal nol. (b) hasil kali pelatihan. Gambar 11. Respon transien kendali RBF untuk referensi 5 cmgain proporsional 0,3 dan laju konvergensi 0,3, jumlah fungsi basis 10. (b) hasil kali pelatihan. Gambar 1. Respon transien kendali RBF untuk referensi 5 cm gain proporsional 0,3 dan laju konvergensi 0,3 dan jumlah fungsi basis 10. (a) awal nol. (a) awal nol. (b) hasil kali pelatihan. Gambar 11. Respon transien kendali RBF untuk referensi 5 cm gain proporsional 0,3 dan laju konvergensi 0,8,jumlah fungsi basis 10. Hasil pengujian pengaruh nilai gain proporsional pada jaringan RBF diperlihatkan pada Gambar 1 dan Gambar 13. (b) hasil kali pembelajaran. Gambar 13. Respon transien kendali RBF referensi 5 cm gain proporsional 0,8 dan laju konvergensi 0,3 jumlah fungsi basis 10. D-43

Tabel. Data parameter unjuk kerja sistem dengan kendali RBF pada referensi 5 cm (ketinggian awal 15 cm) terhadap perubahan gain proporsional. Parameter Unjuk Kerja Waktu penetapan Waktu naik Gain Proporsional = 0,3 Laju konvergensi = 0,3 Jumlah fungsi basis = 10 awal nol hasil latih Gain Proporsional = 0,8 Laju konvergensi = 0,3 Jumlah fungsi basis = 10 awal nol hasil latih 64 48 46 38 48 38 38 36 Hasil pengujian pengaruh nilai jumlah fungsi basis pada RBF diperlihatkan pada Gambar 14 dan Gambar 15. Tabel 3. Data parameter unjuk kerja sistem dengan kendali RBF pada referensi 5 cm ( ketinggian awal 15 cm ) terhadap perubahan jumlah fungsi basis. Parameter Unjuk Kerja Waktu penetapan Waktu naik Gain Proporsional = 0,3 Gain Proporsional = 0,3 Laju konvergensi = 0,3 Laju konvergensi = 0,3 Jumlah fungsi basis = 5 Jumlah fungsi basis =14 awal nol hasil latih awal hasil nol latih 58 38 6 48 4 35 48 38 Hasil pengujian gangguan untuk RBF diperlihatkan pada Gambar 16 dan Gambar 17. a) awal nol. Gambar 16. Pengujian kendali RBF gain proporsional 0,6 dan laju konvergensi 0,3, jumlah fungsi basis 10, referensi ketinggian 5 cm, gangguan pembukaan valve ¼ buka penuh pada detik ke-14.. (b) hasil kali pelatihan. Gambar 14. Respon transien kendali RBF untuk referensi 5 cm gain proporsional 0,3 dan laju konvergensi 0,3 dan jumlah fungsi basis 5. (a) awal nol. (b) hasil kali pembelajaran. Gambar 15. Respon transien kendali RBF referensi 5 cm gain proporsional 0,3 dan laju konvergensi 0,3 dan jumlah fungsi basis 14. Gambar 17. konvergensi 0,3, jumlah fungsi basis 10, referensi ketinggian 5 cm, gangguan pembukaan valve ½ buka penuh pada detik ke-16. 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil percobaan dan analisis yang dilakukan didapatkan hal-hal penting sebagai berikut: a. Respon transien keluaran ketinggian air sangat tergantung terhadap pemilihan parameterparameter kendali jaringan RBF, yaitu besarnya laju konvergensi, gain proporsional dan Jumlah fungsi basis. b. Pemilihan laju konvergensi yang relatif lebih besar akan menyebabkan keluaran transien ketinggian air lebih cepat mencapai keadaan tunak (penetapan). c. Pemilihan gain proporsional yang relatif lebih besar akan menyebabkan keluaran transien ketinggian air lebih cepat mencapai keadaan tunak. d. Pemilihan jumlah fungsi basis yang relatif lebih besar akan menyebabkan keluaran transien keinggian air relatif lebih lambat mencapai keadaan tunak. e. Pengaruh nilai bobot akan menentukan besarnya keluaran sinyal kontrol yang akan dikirim ke plant yaitu suatu dengan nilai bobot yang terakhir disimpan oleh jaringan syaraf RBF. D-44

PUSTAKA [1] Agfianto Eko Putra, Belajar Mikrokontroler AT89C51/5/55 (teori dan aplikasi), Gava Media, Yogyakarta, 00. [] Brown, Martin and Harris, Neurofuzzy Adaptive Modelling and Control, Prentice Hall Inc, 1994. [3] Coughlin, Robert and Federick Driscoll, Penguat Operasional dan Rangkaian Terpadu Linier, Erlangga, Jakarta. [4] Haykin, Simon, Neural Nerworks- A Comprehensive Foundation, Macmillan Colege-Publishing Company Inc, 1994. [5] Kadir, Abdul, Panduan Pemrograman Visual C++, Andi Offset, Yogyakarta, 004. [6]...,www.datamoney.com/PDF/RBFpap er.pdf. D-45