BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI HUTAN RAKYAT DI DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU, SUKABUMI MARTINUS ARDI RUBIYANTO

KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI HUTAN DI KECAMATAN BARUSJAHE KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA

TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KABUPATEN SERANG

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

Apa itu PERTANIAN ORGANIK?

WALIKOTA TASIKMALAYA

I. PENDAHULUAN. proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra karet di Indonesia, menurut

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

Perbedaan koperasi dengan arisan maupun perusahaan swasta/negara adalah sebagai berikut:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Proses experiential learning yang dilakukan oleh anggota KWT dalam

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 1

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

2015 PENGUATAN MANAJEMEN WIRAUSAHA OLEH KADER PKK DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PADA DESA BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketika seorang individu bekerja pada suatu organisasi, instansi ataupun

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

MANAJEMEN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN TASIKMALAYA, PROVINSI JAWA BARAT PENDAHULUAN

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Bentuk modal sosial yang dikembangkan dalam koperasi Credit Union Tunas

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

-1- BUPATI ACEH TAMIANG PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TAMIANG NOMOR 65 TAHUN 2016

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

RENCANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,

BAB I PENDAHULUAN. satu perangkat daerah yang memiliki Kegiatan Produksi holtikultura, Peningkatan

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Koperasi Pengertian Koperasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

I. PENDAHULUAN. kabupaten/kota dapat menata kembali perencanaan pembangunan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Koperasi Al Mawaddah. Berdasarkan analisis data penelitian dan

BAB IV PENILAIAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PETANI PEMAKAI AIR DAERAH IRIGASI WAY RAREM

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 117 TAHUN 2017 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi yang berisi

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Dari segi model bagi hasil pada petani bawang merah di dusun

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR.

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

.000 WALIKOTA BANJARBARU

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor perkebunan sebagai bag ian dari. pengolahan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi nyata.

SD kelas 4 - ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB 7. KOPERASILATIHAN SOAL BAB 7

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebuah komitmen untuk melibatkan masyarakat di dalam pembangunan

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 5 TAHUN 2011 T E N T A N G DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KAB. BONE BOLANGO

Alang-alang dan Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Disiplin Kerja Pengertian Disiplin Kerja Disiplin kerja merupakan fungsi operatif keenam dari Manajemen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi.

BAB V KESIMPULAN. Pada bab ini akan dijelaskan kesimpulan, implikasi dan saran. Kesimpulan didasarkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam mencapai tujuan. menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan

MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya upaya kerjasama untuk mencapai tujuan dan memenuhi kepentingan bersama. Desa Buniwangi memiliki 3 (tiga) kelompok tani hutan yaitu Mandiri Wangi, Manggu Jaya, dan Jayanti Sejahtera. Kelompok tani Mandiri Wangi dan Manggu Jaya terbentuk oleh program pemerintah dan keinginan dari masyarakat sendiri pada tahun 2004. Sedangkan kelompok tani Jayanti Sejahtera terbentuk karena adanya program GERHAN tahun 2007, yang mengharuskan pembentukan kelompok tani untuk memudahkan pemantauan. Kelompok tani Mandiri Wangi dan Manggu Jaya lebih mengetahui tentang permasalahan yang dihadapi petani dikarenakan terbentuk lebih awal. Dapat dikatakan, masyarakat Desa Buniwangi memerlukan suatu lembaga untuk membantu permasalahan yang dihadapi petani. 5.2 Aktivitas Pengelolaan Lahan Aktivitas pengelolaan lahan yang dilakukan oleh petani cukup beragam yaitu pembersihan lahan, penyiangan, pemupukan, dan penjarangan. Aktivitas petani yang paling sering dilakukan adalah penyiangan. Total responden yang melakukan kegiatan penyiangan sebesar 73,33% (lampiran 2). Penyiangan dilakukan karena 2 (dua) hal, yang pertama penyiangan semak belukar dapat membantu pertumbuhan tanaman, kemudian yang kedua karena menghasilkan rumput yang dapat digunakan untuk pakan ternak mereka. Kegiatan pengelolaan kedua yang paling banyak dilakukan oleh petani adalah pemupukan. Total responden yang melakukan kegiatan pemupukan sebesar 60% (data terlampir). Pemupukan dilakukan agar pertumbuhan tanaman lebih cepat, sehingga tanaman dapat tumbuh maksimal. Namun ada petani yang tidak melakukan pemupukan dikarenakan kurangnya modal. Pada dasarnya masalah dana dapat dicarikan solusi, misalnya dengan bergotong royong antar petani.

17 Kegiatan pengelolaan lahan yang paling sedikit dilakukan oleh para petani adalah pembersihan lahan. Petani yang melakukan kegiatan pembersihan lahan sebelum penanaman sebesar 36,67%. Petani yang tidak melakukan pembersihan lahan dikarenakan sibuk dengan pekerjaan lain, seperti berdagang. Seharusnya, pembersihan lahan dilakukan oleh setiap petani, untuk mengurangi daya saing penyerapan unsur hara dalam tanah. 5.2.1 Kendala dalam Pengelolaan Lahan Petani mengalami kendala dalam hal pengelolaan lahan, diantaranya terkait dengan kondisi lahan, pemeliharaan tanaman, ketersediaan air dan pupuk, serangan hama dan penyakit, kurangnya dana, sampai sulitnya akses menuju lokasi lahan milik. Petani Desa Buniwangi mengalami kendala utama yaitu kurangnya pupuk karena keterbatasan modal. Petani memerlukan koperasi simpan pinjam untuk membeli pupuk. Selain itu, petani dapat memanfaatkan kotoran ternak untuk dijadikan pupuk. 5.2.2 Upaya yang Dilakukan Petani meminjam kepada orang terdekat, dalam hal kurangnya pupuk dan modal. Sedangkan dalam penanganan penyakit, petani melakukan penjarangan. Penyakit yang sering terjadi yaitu jamur akar pada tanaman karet. Penyakit ini menular kepada pohon lain karena dapat menyebabkan tanaman lain mati. Namun ada sebagian petani yang tidak melakukan penjarangan dikarenakan sibuk dengan pekerjaan lain, seperti berdagang. Petani memerlukan obat untuk mengatasi penyakit jamur akar pada tanaman karet. Petani sudah melaporkan masalah penyakit ini kepada Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Pelabuhan Ratu. Namun, petani belum mendapatkan obat tersebut. Dinas Kehutanan dan Perkebunan seharusnya bertindak cepat untuk mengurangi angka kematian tanaman karet. 5.3 Aspek Struktural Kelembagaan 5.3.1 Struktur Kelembagaan Struktur kelembagaan memiliki fungsi internal maupun eksternal untuk mencapai tujuan bersama. Struktur kelembagaan menyediakan kejelasan bagianbagian pekerjaan dalam aktifitas kelembagaan. Fungsi internal kelembagaan

18 menjadi pedoman bagi anggotanya dalam bertindak. Sedangkan fungsi eksternal kelembagaan menjelaskan tentang bagaimana dan siapa yang akan berhubungan dengan pihak luar. Desa Buniwangi memiliki 3 (tiga) kelompok tani, yaitu: Mandiri Wangi, Manggu Jaya, dan Jayanti Sejahtera. Luas cakupan kelompok tani tersebut adalah: Tabel 2. Luas cakupan wilayah kelompok tani No. Kelompok Tani Luas Lahan Jumlah Anggota (Ha) (orang) 1. Mandiri Wangi 25 30 2. Manggu Jaya 25 30 3. Jayanti Sejahtera 20 30 Kelompok tani Desa Buniwangi memiliki batasan wilayah. Kelompok tani Mandiri Wangi dan Manggu Jaya memiliki cakupan wilayah 25 ha dengan jumlah anggota 30 orang, dengan rata-rata kepemilikan lahan anggotanya seluas 0,83 ha/orang. Sedangkan kelompok tani Jayanti Sejahtera memiliki cakupan wilayah kelembagaan 20 ha dengan jumlah anggota 30 orang, dengan rata-rata kepemilikan lahan anggotanya seluas 0,67 ha/orang. Kelompok tani Jayanti Sejahtera dapat berkerja lebih baik, dilihat dari luas lahan yang lebih sedikit dengan jumlah anggota yang sama dengan dua kelompok tani lainnya. Pada umumnya struktur kelembagaan yang dibentuk terdiri dari struktur inti, yaitu: 1. Ketua, sebagai pemimpin yang mengkoordinir seluruh anggota bawahannya. 2. Sekretaris, sebagai pencatat agenda harian maupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan kelompok tani sekaligus tangan kanan ketua. 3. Bendahara, sebagai pengelola keluar masuknya dana yang dibutuhkan oleh kelompok. Namun demikian, ada 1 (satu) kelompok tani yaitu kelompok tani Mandiri Wangi yang mencantumkan bidang lain diluar struktur inti seperti: 1. Seksi hama dan penyakit 2. Seksi penanaman 3. Seksi keamanan

19 4. Seksi pembagian hasil 5. Seksi peralatan 6. Seksi teknik dan budidaya 7. Seksi pemasaran Tabel 3. Struktur kelembagaan kelompok tani No. Kelompok Tani Struktur Kelembagaan 1. Mandiri Wangi Ketua Sekretaris Bendahara Seksi hama dan penyakit Seksi penanaman Seksi keamanan Seksi pembagian hasil Seksi peralatan Seksi teknik dan budidaya Seksi pemasaran 2. Manggu Jaya Ketua Sekretaris Bendahara 3. Jayanti Sejahtera Ketua Sekretaris Bendahara Kelompok tani Mandiri Wangi lebih maju dibandingkan kelompok tani Manggu Jaya dan Jayanti Sejahtera, dilihat dari struktur kelembagaan yang ada. Struktur kelembagaan tidak memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan petani. Struktur kelembagaan mempermudah pekerjaan petani, sehingga tujuan bersama dapat cepat tercapai. Struktur kelembagaan pada dasarnya menyesuaikan dengan kebutuhan yang dirasakan oleh kelompok tani. Struktur kelembagaan berkaitan dengan efektifitas pelaksanaan aktivitas yang dilakukan oleh kelompok tani tersebut. 5.3.2 Tujuan Lembaga Pada hakekatnya setiap lembaga itu memiliki tujuan, karena suatu lembaga lahir dan dibangun karena adanya tujuan. Lembaga akan tetap eksis sepanjang masih mampu mewujudkan tujuan tersebut. Apabila suatu lembaga tidak mampu lagi mewujudkan tujuan yang ingin dicapainya, maka dapat disepakati untuk dibentuk lembaga baru atau tidak sama sekali.

20 Kelompok tani memiliki tujuan lebih mengutamakan kelompok. Kelompok tani Desa Buniwangi memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota. Anggota dapat berkontribusi lebih dalam kelompok dikarenakan kesamaan tujuan tersebut. Beberapa anggota kelompok tani merasakan bahwa tujuan yang dimiliki belum tercapai. Dikarenakan, petani tidak mendapatkan hasil untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sehingga, petani mencari pekerjaan lain, seperti buruh dan berdagang. 5.3.3 Keanggotaan Setiap kelembagaan memiliki anggota. Anggota merupakan syarat wajib yang harus dimiliki oleh suatu kelembagaan. Keberadaan anggota sebagai pengakuan atau legalitas kelembagaan tersebut. Kondisi anggota sangat menentukan kinerja kelembagaan tersebut. Tabel 4. Pola seleksi anggota No. Kelompok Tani Pola Seleksi Anggota 1. Mandiri Wangi Tidak bebas 2. Manggu Jaya Tidak bebas 3. Jayanti Sejahtera Tidak bebas Tabel 5. Pihak yang memutuskan seleksi anggota No. Kelompok Tani Pihak Yang Memutuskan Seleksi Anggota 1. Mandiri Wangi Pihak kelompok tani 2. Manggu Jaya Pihak kelompok tani 3. Jayanti Sejahtera Pihak kelompok tani Kelompok tani Desa Buniwangi termasuk bersifat tidak bebas, terbatas, dan tertutup dalam hal pola seleksi anggota. Calon anggota harus memiliki lahan pribadi yang diperuntukkan untuk tanaman kayu. Kelompok yang memutuskan seleksi anggota. Semua kelompok tani menyatakan rasa kesetiaan anggota cukup tinggi. Rasa kesetiaan ini terlihat dari partisipasi anggota saat diadakan pertemuan.

21 Tabel 6. Tingkat kesetiaan dan pengabdian anggota No. Kelompok Tani Tingkat Kesetiaan dan Pengabdian Anggota 1. Mandiri Wangi Tinggi 2. Manggu Jaya Tinggi 3. Jayanti Sejahtera Tinggi Anggota yang datang apabila diadakan pertemuan kelompok lebih dari 50%, baik pada saat penyuluhan maupun rapat anggota. Anggota yang tidak dapat menghadiri pertemuan, biasanya diwakili oleh salah satu anggota keluarga atau izin untuk tidak menghadiri pertemuan kelompok. Pertemuan yang rutin dapat dijadikan sarana untuk mengikat komitmen para anggotanya. Kelompok tani Desa Buniwangi menyatakan pertemuan kelompok bersifat rutin atau tetap. Mereka mengagendakan pertemuan 1 (satu) bulan 2 (dua) kali. Apabila kelompok memerlukan lebih banyak pertemuan, maka dapat diadakan pertemuan tambahan. Pertemuan disini membahas permasalahan-permasalahan yang dialami petani, penyuluhan ataupun diskusi mengenai program-program yang akan dilaksanakan. Seluruh responden menyatakan bahwa jumlah anggota yang terlibat cukup tinggi dan melibatkan banyak anggota. Artinya seluruh anggota memiliki kesempatan yang sama untuk memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan kelangsungan kinerja kelompoknya. 5.3.4 Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan suatu yang penting dalam kelembagaan karena merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan kelembagaan tersebut dalam mencapai tujuannya. Kepemimpinan yang baik dapat mereduksi sistem yang kurang baik. Seluruh responden kelompok tani menyatakan pemimpin kelompok dipilih berdasarkan kemampuan atau keprofesionalan yang dimiliki. Pemimpin tidak dipilih secara asal melainkan harus di uji terlebih dahulu, seperti diadakannya tanya jawab. Dengan demikian, seorang pemimpin kelompok tani pada dasarnya sudah dibekali dengan pengalaman dan kemampuan yang lebih dibanding anggotanya yang lain dalam hal kepemimpinan.

22 Tabel 7. Landasan penetapan pemimpin No. Kelompok Tani Landasan Penetapan Pemimpin 1. Mandiri Wangi Keprofesionalan 2. Manggu Jaya Keprofesionalan 3. Jayanti Sejahtera Keprofesionalan Gaya kepemimpinan yang diterapkan kelompok tani adalah demokratis. Gaya kepemimpinan ini sangat memperhatikan penyampaian pendapat setiap anggotanya. Proses pengambilan keputusan dilakukan melalui musyawarah. Dengan demikian setiap anggota memiliki hak yang sama untuk menyampaikan pendapat mereka. Kelompok tani Desa Buniwangi menetapkan masa jabatan ketua selama 5 (lima) tahun. Ketua dapat diganti apabila mengundurkan diri atau kesepakatan sebagian besar anggota yang menginginkan ketua kelompok mundur dari jabatannya. Kemampuan kepemimpinan ketua kelompok tani berdampak terhadap perkembangan kelompok tani di masa yang akan datang. Semakin tinggi tingkat keprofesionalan ketua kelompok tani, maka perkembangan kelompok tani di masa yang akan datang akan semakin baik. 5.4 Aspek Kultural Kelembagaan 5.4.1 Sistem Tata Nilai Sistem tata nilai merupakan salah satu komponen wujud kebudayaan yang mempengaruhi tiga komponen lainnya. Komponen wujud kebudayaan tersebut antara lain sistem nilai budaya, sistem norma, dan sistem hukum. Nilai merupakan konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Untuk mengetahui sistem tata nilai yang dianut anggota kelembagaan, muncul beberapa pertanyaan terkait tata nilai tersebut. Mengenai hakekat hidup yang dianut anggota kelompok. Seluruh responden menyatakan bahwa hidup merupakan sesuatu yang baik. Hakekat hidup yang baik adalah memandang segala sesuatu dari segi positif. Kondisi sosial kelompok tani jarang terjadi konflik antar individunya, maka dapat dikatakan

23 bahwa sebagian besar dari mereka memiliki hakekat hidup yang baik. Hakekat hidup yang baik ditunjukkan dengan semangat dan kerja keras anggota dalam menjadikan usaha hutan rakyat mereka ke tahap yang lebih maju. Hampir seluruh responden menyatakan berorientasi ke masa depan, dalam hal persepsi terhadap waktu. Orientasi ke masa depan ini menandakan bahwa kondisi masyarakat sudah modern. Masyarakat tradisional memiliki persepsi waktu yang berorientasi ke masa lalu. Sedangkan masyarakat modern dicirikan dengan orientasinya yang jauh ke masa depan. Kelompok tani yang memiliki orientasi ke masa depan dicirikan dengan adanya upaya untuk mengembangkan usaha hutan rakyat. Persepsi umum yang dipegang oleh petani hutan adalah pohon sebagai investasi berharga layaknya perhiasan emas yang suatu saat dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. 5.4.2 Norma Norma merupakan aturan sosial, patokan yang pantas, atau tingkah laku rata-rata yang dianggap wajar. Kekuatan mengikat sistem norma terbagi menjadi empat tingkatan dari yang paling ringan yaitu cara, kebiasaan, kelakuan, dan adat istiadat. Norma bersumber dari nilai, serta merupakan wujud dari nilai. Dalam norma dimuat hal-hal tentang apa saja yang diharuskan, dibolehkan, dianjurkan, atau larangan. Kepribadian seseorang terbentuk dari proses biologis, psikologis, dan sosiologis masyarakatnya. Nilai dan norma kelembagaan yaitu nilai dan norma yang hidup pada satu kelembagaan tertentu. Nilai dan norma yang dimaksud berasal dari kultur yang tercipta di dalam kelembagaan tersebut. Norma dalam kelembagaan dipengaruhi oleh tatanan nilai yang ada dilingkungan kelompok atau masyarakat. Kelembagaan kelompok tani memiliki unsur-unsur pelaksanaan norma seperti landasan norma. Kelompok tani Desa Buniwangi berlandaskan norma yang berasal dari agama. Norma yang berasal dari agama dianggap memiliki nilai yang baik oleh masyarakat. Masyarkat Desa Buniwangi mayoritas beragama Islam, sehingga hal-hal yang tentang apa saja yang diharuskan, dibolehkan, dianjurkan, atau larangan pada norma kelompok mengacu pada agama Islam. Seluruh anggota kelompok tani menyetujui hal tersebut.

24 Tabel 8. Norma kelembagaan No. Kelompok Tani Landasan Norma 1. 2. 3. Mandiri Wangi Manggu Jaya Jayanti Sejahtera Agama Agama Agama Persepsi Terhadap Kedudukan Seseorang Dihargai karena prestasi Dihargai prestasi Dihargai prestasi karena karena Persepsi Terhadap Penghargaan dan Sanksi Tegas dan berjalan Tegas dan berjalan Tidak tegas namun berjalan Unsur kedua untuk menganalisis terbentuknya norma di kelembagaan adalah persepsi secara umum terhadap kedudukan seseorang yang meliputi apakah orang lebih dihargai karena statusnya atau prestasi dan kemampuannya. Seluruh responden kelompok tani menyatakan bahwa mereka lebih menghargai seseorang karena prestasi dan kemampuannya. Hanya segelintir orang dikalangan mereka yang berani mengajukan diri sebagai pemimpin. Karena pemimpin mempunyai amanah dan tanggung jawab yang cukup berat. Pemilihan ketua dipilih berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Unsur ketiga dalam analisis norma kelembagaan adalah persepsi secara umum terhadap penghargaan dan sanksi. Pemberian penghargaan dan sanksi kepada anggota yang berjasa atau melanggar aturan merupakan salah satu ciri terciptanya pelaksanaan norma yang ideal. Dua kelompok tani menyatakan pemberian sanksi berjalan dan bersifat tegas. Pemberian penghargaan dan sanksi dapat meningkatkan kinerja anggota. Kinerja kelembagaan akan menurun apabila tidak terdapat aturan yang jelas dan sanksi yang tegas. Pada umumnya kelembagaan kelompok tani lebih bersifat nonformal, dimana unsur kekeluargaan yang masih kuat. Aturan-aturan yang dibuat hanya sebagai formalitas yang harus dimiliki sebagai kelembagaan. Anggota yang melanggar aturan harus menanggung beban moral. 5.4.3 Kultur Kelembagaan Kultur kelembagaan erat kaitannya dengan kebiasaan anggota dalam menaati aturan-aturan kelembagaan. Kedisiplinan kelembagaan yang dijalankan oleh anggota dicirikan dari banyak tidaknya yang patuh dan menjalankan setiap

25 aturan yang dibuat. Kedisiplinan tinggi yang ditunjukkan oleh anggota dapat membentuk sistem kerja yang berkualitas. Tabel 9. Kultur kelembagaan kelompok tani No. Kelompok Tani Banyaknya Anggota Yang Pelaksanaan Mengetahui Aturan dan Norma Kedisiplinan 1. Mandiri Wangi Semua anggota Dijalankan 2. Manggu Jaya Semua anggota Dijalankan 3. Jayanti Sejahtera Sebagian anggota Dijalankan Kelompok tani Desa Buniwangi menyatakan anggotanya mengetahui aturan dalam kelompok. Aturan yang dibuat bertujuan untuk mengatur segala kepentingan yang menyangkut anggota secara pribadi maupun umum. Anggota kelompok tani mengetahui tentang aturan dalam kelompok. Maka peluang anggota melakukan pelanggaran akan semakin kecil. Karena mereka telah mengetahui sanksi dan konsekuensinya. Kelompok tani menyatakan ada displin dan dijalankan. Kedisiplinan anggota kelompok tani dapat dilihat dari kinerja para petani dalam mengerjakan usaha hutannya, maupun saat berpartisipasi dalam agenda kelembagaan. 5.4.4 Kapasitas Kelembagaan Kelembagaan kelompok tani Desa Buniwangi memiliki beberapa peran diantaranya penyelenggaraan penyuluhan dan membantu petani yang mengalami kesulitan untuk bersama-sama mencari jalan keluar yang terbaik. Selain itu, kelembagaan kelompok tani berperan dalam penyelesaian konflik yang terjadi di dalam kelompoknya. Konflik luar kelembagaan belum pernah terjadi. Kelembagaan kelompok tani memberikan hak sepenuhnya kepada anggota untuk memasarkan tanamannya yang siap panen. Apabila petani mengalami kesulitan dalam hal pemasaran, maka kelompok dapat membantu. Kelompok tani membuat kesepakatan bahwa 10% dari hasil panen petani masuk dalam kas kelompok. Dana 10% ini akan digunakan untuk kepentingan kelompok itu sendiri seperti membantu dalam pengadaan pupuk dan bibit ataupun membantu anggota kelompok yang terkena musibah.

26 Kelembagaan kelompok tani memiliki kapasitas dalam pengelolaan kredit. Kredit yang diberikan kepada anggota sebagian besar berasal dari pemerintah dan dari kas kelompok. Namun, pengelolaan kredit ini belum berjalan dengan maksimal. Kendala pengelolaan kredit dikarenakan kurangnya kemampuan kelompok tani dalam mengelola kredit tersebut. 5.5 Perbedaan Sistem Kelembagaan Kelompok Tani Menurut Widiyanti (2009) dalam penelitiannya yang dilakukan terhadap kelompok tani di Wilayah Cianjur Selatan, bahwa lahirnya kelembagaan kelompok tani dikarenakan adanya kesamaan kebutuhan diantara petani. Sedangkan kelembagaan kelompok tani di lokasi penelitian lahir dikarenakan adanya program pemerintah dan keinginan dari masyarakat sendiri. Kelompok tani di lokasi penelitian memiliki kultur hubungan kekeluargaan yang masih sangat erat di antara petani. Dinas Kehutanan dan Perkebunan membentuk kelompok tani dalam rangka pendampingan dan pengembangan usaha hutan rakyat. Kelompok tani Wilayah Cianjur Selatan belum memiliki kapasitas pengelolaan kredit dan simpan pinjam bagi anggota yang kesulitan dalam hal permodalan (Widiyanti 2009). Sedangkan kelompok tani di lokasi penelitian sudah memiliki pengelolaan kredit. Hal ini disebabkan Dinas Kehutanan dan Perkebunan memberikan dana untuk dimanfaatkan oleh kelompok tani.