KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI HUTAN RAKYAT DI DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU, SUKABUMI MARTINUS ARDI RUBIYANTO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI HUTAN RAKYAT DI DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU, SUKABUMI MARTINUS ARDI RUBIYANTO"

Transkripsi

1 1 KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI HUTAN RAKYAT DI DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU, SUKABUMI MARTINUS ARDI RUBIYANTO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 2 RINGKASAN MARTINUS ARDI RUBIYANTO. Kelembagaan Kelompok Tani Hutan Rakyat di Desa Buniwangi Kecamatan Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Dibimbing oleh SUDARSONO SOEDOMO. Kelembagaan memiliki peran yang penting dalam menunjang pengelolaan hutan rakyat. Pada umumnya sistem kelembagaan hutan rakyat bersifat nonformal. Kelembagaan memberikan pengaruh tingkat kepatuhan anggota dalam menjalankan aturan. Kelembagaan diharapkan mampu menjadi pemberi solusi bagi petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem kelembagaan hutan rakyat. Sistem kelembagaan yang dimaksud seperti aturan, pedoman, bentuk kesepakatan, proses pengambilan keputusan, sistem tata nilai dan kapasitas kelembagaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan kelompok tani di Desa Buniwangi berdasarkan musyawarah. Pemimpin ditetapkan berdasarkan keprofesionalan yang dimiliki pemimpin tersebut. Aturan yang dibuat oleh kelompok tani bersifat tegas. Dalam hal persepsi terhadap waktu, responden menyatakan orientasi ke masa depan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sistem kelembagaan kelompok tani di Desa Buniwangi masih tergolong non-formal. Kapasitas kelembagaan masih terbatas dalam penyelenggaraan penyuluhan dan penyediaan bantuan bibit dan pupuk. Kelembagaan kelompok tani tergolong masyarakat modern yang sebagian besar memiliki orientasi ke masa depan. Kata kunci: Kelembagaan, kelompok tani, hutan rakyat

3 3 SUMMARY MARTINUS ARDI RUBIYANTO. Institution of Farmer Groups in the Community Forest at Buniwangi Sub-District, Pelabuhan Ratu District, Sukabumi. Under the Supervision of SUDARSONO SOEDOMO An institution has an important supporting role in the management of community forest. In general the institutional system of community forest is informal. It has a certain degree of influence on its members compliance to its regulation. It is expected to be able to provide solutions to the problems of farmers. This study was intended to examine the institutional system of community forest. The institutional system refers to such aspects as regulation, guides, forms of agreement, decision making, value system, and institutional capacity. The study results showed that the process of making decisions in the farmer group at the Sub-district of Buniwangi is based on consultation. The group leader is elected based on his professionalism. The regulations made by the farmer groups are strict in nature. In terms of time perception, the respondents hold the orientation to the future. The study concludes that the institutional system of the farmer groups in Buniwangi Sub-district is categorized into non-formal institution. Its institutional capacity is still limited to the extension activities and the supply of seedlings and fertilizers. The institution of farmer groups is of modern society, most of which has the orientation to the future. Keywords: institution, farmer group, community forest

4 4 KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI HUTAN RAKYAT DI DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU, SUKABUMI Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor MARTINUS ARDI RUBIYANTO E DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

5 5 Judul skripsi : Kelembagaan Kelompok Tani Hutan Rakyat di Desa Buniwangi Kecamatan Pelabuhan Ratu, Sukabumi Nama : Martinus Ardi Rubiyanto NRP : E Menyetujui : Dosen Pembimbing, Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS. NIP Mengetahui : Ketua Departemen Manajemen Hutan Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP : Tanggal lulus :

6 6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kelembagaan Kelompok Tani Hutan Rakyat di Desa Buniwangi Kecamatan Pelabuhan Ratu, Sukabumi adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2011 Martinus Ardi Rubiyanto NRP E

7 7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 September 1988 dari Ayahanda Rubiyo dan Ibunda Rusmiyati. Penulis merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang telah ditempuh diantaranya adalah SDN Muarasari III Bogor pada tahun , SLTP Negeri 3 Bogor pada tahun , SMA Negeri 4 Bogor pada tahun , pada tahun 2006 penulis diterima masuk di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Saringan Masuk IPB) dan menempuh pendidikan Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama satu tahun (2006/2007), sebelum akhirnya diterima di Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penulis telah mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2008 di daerah Sancang Kamojang, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) pada tahun 2009 di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi dan KPH Tanggeung, Cianjur Selatan, Jawa Barat. Selanjutnya penulis mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HTI PT. Arara Abadi, Pekanbaru selama 2 bulan terhitung dari Maret sampai Mei Untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Kelembagaan Kelompok Tani Hutan Rakyat di Desa Buniwangi Kecamatan Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis dibimbing oleh Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS.

8 8 UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan segala kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kelembagaan Kelompok Tani Hutan Rakyat di Desa Buniwangi Kecamatan Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu baik secara moral maupun materil. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Rubiyo, Ibu Rusmiyati, Agustinus Djoko, serta keluarga besar Phatmodikoro yang telah memberikan doa, inspirasi, dukungan, dan semangatnya. 2. Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS selaku dosen pembimbing atas segala arahan, saran dan bimbingannya. 3. Kepala Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat, serta keluarga Bapak Hasan atas bantuan dan kerjasama selama penelitian berlangsung. 4. Apriliana sekeluarga yang telah menemani, memberi inspirasi, memberi semangat dan motivasi serta atas waktu dan perhatian selama ini. 5. Teman seperjuangan penelitian Fredinal atas bantuannya selama penelitian dan semangatnya. 6. Teman-teman di kostan Semeru, Andrian Riyadi Putra, Abdul Aris, Ade Kurnia Rahman, Novriadi Zulfida, Putu Ananta, I Putu Indra, Anom Kalbuadi, Apit Faris, Dicky Kristia, Radityo Hanurjoyo, Raditya Rahman, Rangga Wisanggara, Nichi Valentino, Randy Wisanggara, Amri Saadudin, dan Resang Yudistira terimakasih atas kebersamaannya. 7. Teman-teman Manajemen Hutan 43, terima kasih atas kebersamaannya selama hampir empat tahun di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 8. Teman-teman sepermainan, Rifqi Muntuan, Bentar Sasongko, Michael Prakoso, Fadli Sulaeman, Agus Irhamsyah, Irsan Aditya, Indra Kusuharjo, Arif Firmansyah, Ujang Permana, Bamby Sutisna, terima kasih atas kebersamaannya.

9 9 9. Kepada Staff Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB lainnya yang telah membantu penulis dalam pengurusan administrasi kemahasiswaan. 10. Seluruh pihak terkait yang baik secara langsung atau tidak langsung telah membantu penelitian dan pengerjaan skripsi ini hingga selesai.

10 i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan karunia dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi hasil penelitian dengan judul Kelembagaan Kelompok Tani Hutan Rakyat di Desa Buniwangi Kecamatan Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menggambarkan sistem kelembagaan hutan rakyat, seperti aturan, pedoman, bentuk kesepakatan, proses pengambilan keputusan, sistem tata nilai dan kapasitas kelembagaan. Kapasitas kelembagaan kelompok tani dalam hal pengadaan pupuk dan bibit serta penyelenggaraan penyuluhan. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Bogor, Juli 2011 Penulis

11 ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR LAMPIRAN... iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelembagaan Kelembagaan Hutan Rakyat Kelempok Tani Hutan... 8 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Alat dan Objek Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Contoh Metode Pengumpulan Data Analisis Data BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Iklim Luas Wilayah Menurut Penggunaan Potensi Sumber Daya Manusia Kondisi Umum Usaha Hutan Rakyat BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Aktivitas Pengelolaan Lahan Aspek Struktural Kelembagaan Aspek Kultural Kelembagaan Perbedaan Sistem Kelembagaan Kelompok Tani BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 28

12 iii DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Jenis dan sumber data Luas cakupan wilayah kelompok tani Struktur kelembagaan kelompok tani Pola seleksi anggota Pihak yang memutuskan seleksi anggota Tingkat kesetiaan dan pengabdian anggota Landasan penetapan pemimpin Norma kelembagaan Kultur kelembagaan kelompok tani... 25

13 iv DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Jenis tanaman yang diusahakan di lahan milik Jenis aktivitas pengelolaan lahan Macam-macam kendala dan upaya dalam pengelolaan lahan Aspek kultural kelembagaan Aspek struktural kelembagaan Dokumentasi Kuesioner

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan rakyat adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak. Dalam pengelolaannya hutan rakyat dapat dilakukan oleh warga masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok atau berdasarkan suatu badan hukum. Masyarakat memanfaatkan hutan sebagai alternatif sumber pendapatan, melalui manfaat hasil hutan berupa kayu dan non kayu. Sistem tebang butuh merupakan ciri masyarakat tani hutan rakyat dalam pemanfaatan hasil kayu, seperti pemenuhan kebutuhan biaya masuk sekolah anak mereka. Hutan rakyat dapat menjadi alternatif penanggulangan kebutuhan kayu nasional. Pemanfaatan kayu yang berasal dari hutan rakyat cenderung meningkat seiring dengan semakin berkurangnya bahan baku untuk industri yang berasal dari hutan alam. Pada umumnya sistem pengelolaan hutan rakyat menganut sistem pengelolaan mandiri. Artinya, segala aturan dan kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan hutan, berasal dari pemilik lahan atau keluarga yang mengusahakan hutan rakyat tersebut. Pola pengelolaan yaitu tersebar berdasarkan letak, luas kepemilikan lahan, dan keragaman pola usaha taninya. Pada dasarnya petani hutan rakyat tergolong dalam kelompok tani sederhana, dimana seluruh keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan hutan seperti penanaman, penebangan, pemasaran, dan lain-lain diatur oleh keluarga masing-masing kelompok tani. Untuk menjamin keberhasilan hutan rakyat diperlukan penguatan kelembagaan diantara para kelompok tani, sehingga terbentuk aturan-aturan internal mengenai sistem pengelolaan hutan rakyat. 1.2 Tujuan Penelitian Mengetahui sistem kelembagaan hutan rakyat. Sistem kelembagaan yang dimaksud seperti bentuk kesepakatan, aturan, pedoman, proses pengambilan keputusan, sistem tata nilai, dan kapasitas kelembagaan, yang berlokasi di Desa Buniwangi Kecamatan Pelabuhan Ratu, Sukabumi.

15 2 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ataupun gambaran tentang kondisi sistem kelembagaan hutan rakyat di suatu daerah sehingga menjadi bahan pertimbangan bagi pengambilan keputusan terkait kebijakan kehutanan. 2. Bagi instansi pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan dokumentasi ilmiah yang bermanfaat untuk kepentingan akademik maupun penelitian serupa lainnya. 3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi atau kontribusi dalam pemecahan masalah yang terkait dengan masalah-masalah sistem kelembagaan hutan rakyat. 4. Bagi individu, penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat untuk menemukan ide-ide kreatif yang aplikatif berkaitan dengan pengelolaan sistem kelembagaan hutan rakyat bagi kemajuan kehutanan.

16 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelembagaan Pengertian Kelembagaan Kelembagaan merupakan suatu sistem yang sengaja dibuat manusia untuk mengatur cara, aturan, proses dan peran masing-masing komponen pendukung di dalamnya untuk mencapai tujuan tertentu. Komponen pendukung di dalam suatu kelembagaan antara lain subjek atau orang sebagai penggerak sistem, segala aturan dan cara yang mengatur jalannya suatu sistem di dalam kelembagaan yang melibatkan banyak peran subjek tersebut. Menurut Soekanto (2002), istilah kelembagaan diartikan sebagai lembaga kemasyarakatan yang mengandung pengertian abstrak perihal adanya normanorma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri lembaga tersebut. Sedangkan menurut Tjondronegoro (1977) dalam Pranadji (2003), pengertian tentang lembaga cenderung menyempitkan makna lembaga dengan pendekatan ciri kemajuan masyarakat. Soemardjan dan Soelaeman (1974) menuliskan bahwa kelembagaan dapat bertindak sesuai dengan kehendak masyarakat yang berperan besar terhadap sirkulasi kelembagaan tersebut. Sedikit berbeda dengan Rahardjo (1999) yang dikutip oleh Pasaribu (2007), konsep kelembagaan yang dianut oleh masyarakat menggunakan konsep lembaga sosial yang secara lebih sederhana diartikan sebagai kompleks norma-norma atau kebiasaan-kebiasaan untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipandang sangat penting dalam masyarakat. Dalam kasus kelembagaan usaha, Susanty (2005) memaparkan bahwa kelembagaan usaha atau kelembagaan kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai suatu sistem tata kelakuan atau norma untuk memenuhi atau digunakan dalam kegiatan usaha kesejahteraan sosial (UKS). Melalui kelembagaan itu pula hubungan antar manusia diatur oleh sistem norma dan organisasi sosial yang mengatur hubungan manusia tersebut. Sementara dalam hal hubungan dan perilaku yang terjadi dalam suatu organisasi sosial, Rahayuningsih (2004) mengatakan bahwa di dalam suatu kelompok terdapat pengaruh dari perilaku

17 4 organisasi (kelompok) terhadap perilaku perorangan. Sebaliknya perilaku perorangan juga memberikan pengaruh terhadap norma dan sistem nilai bersama yang biasanya menjadi perilaku kelompok. Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian kelembagaan, dapat disimpulkan bahwa kelembagaan merupakan suatu sistem yang syarat dengan nilai dan norma yang bertujuan mengatur kehidupan manusia di dalam kelembagaan pada khususnya maupun manusia di luar kelembagaan pada umumnya. Norma-norma yang tumbuh dalam masyarakat memiliki tingkatan kekuatan mengikat tersendiri. Seperti yang dipaparkan Soekanto (2002) dalam Sosiologi sebagai Pengantar bahwa untuk dapat membedakan kekuatan mengikat norma-norma tersebut dikenal adanya empat pengertian, yaitu: a. Cara (usage) b. Kebiasaan (folksway) c. Tata kelakuan (mores), dan d. Adat istiadat (custom) Setiap tingkatan di atas memiliki kekuatan memaksa yang semakin besar mempengaruhi perilaku seseorang untuk menaati norma. Begitu pula yang dipaparkan oleh Soemardjan dan Soelaeman (1974) bahwa setiap tingkatan tersebut menunjukkan pada kekuatan yang lebih besar yang digunakan oleh masyarakat untuk memaksa para anggotanya mentaati norma-norma yang terkandung didalamnya Pembentukan dan Perubahan Kelembagaan Menurut Soekanto (2002), proses pembentukan lembaga kemasyarakatan yaitu suatu proses yang dilewati oleh suatu norma yang baru untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga kemasyarakatan, yang dimaksud adalah sampai norma itu dikenal oleh masyarakat, diakui, dihargai dan kemudian ditaati dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembentukan lembaga kemasyarakatan berasal dari perilaku masyarakat yang menjadi perilaku masyarakat yang disebut tata kelakuan dan adat istiadat. Dalam perkembangannya, suatu kelembagaan dapat mengalami perubahan baik cepat ataupun lambat, kecil ataupun besar maupun dikehendaki atau tidak dikehendaki. Perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di

18 5 dalam suatu masyarakat mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap-sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Menurut Ibrahim (2002) dalam Pasaribu (2007), komponen kelembagaan dapat mengalami perubahan unsur-unsur lembaga kemasyarakatan, seperti sebagian norma-norma dalam lembaga kemasyarakatan berubah atau bisa juga perubahan fungsi lembaga itu; perubahan lembaga dalam arti kemasyarakatan lama hilang dan diganti dengan lembaga yang baru Komponen Utama Kelembagaan Mengutip dari Pasaribu (2007), kelembagaan tersusun atas tiga komponen utama yaitu hak kepemilikan, batas yurisdiksi, dan aturan representatif. Hak kepemilikan mengandung makna sosial yang didefinisikan dan diatur oleh hukum, adat dan tradisi, yang mengatur hubungan antar anggota masyarakat dalam hal kepentingannya terhadap sumberdaya. Hak milik dapat diperoleh dari pemberian/warisan dan pembelian. Batas yuridiksi menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam suatu kelembagaan dalam suatu masyarakat. Konsep batas yuridiksi dapat mencakup wilayah kekuasaan atau batas otoritas yang dimiliki oleh suatu institusi, atau mengandung makna keduanya. Aturan representatif merupakan perangkat aturan yang menentukan mekanisme pengambilan keputusan organisasi. Aturan representatif mengatur siapa yang berhak berpartisipasi terhadap apa yang terdapat dalam proses pengambilan keputusan. Menurut Pranadji (2003), kelembagaan bercirikan terhadap kemajuan masyarakat, memiliki beberapa elemen pendukung diantaranya sebagai berikut. 1. SDM (Sumber Daya Manusia) Komponen yang dimaksud mencakup: a. Ketrampilan yang cukup b. Kematangan emosional c. Kemampuan bekerjasama yang baik d. Apresiasi terhadap tata nilai maju e. Apresiasi terhadap penggunaan ilmu pengetahuan di bidang manajemen dan keorganisasian sosial

19 6 2. Tata Nilai Maju Untuk mengidentifikasi dan menentukan gambaran kemajuan yang dicapai masyarakat, baik dalam tingkat kelompok tani, desa, maupun negara diperlukan beberapa komponen tata nilai seperti di bawah ini. a. Penghargaan terhadap kerja keras b. Rajin (tidak malas) c. Produktif (tidak konsumtif) d. Harga diri tinggi e. Prestasi f. Sabar dan rendah hati g. Haus inovasi h. Cara kerja/berfikir sistematik dan terorganisir i. Bervisi jangka panjang yang jelas 3. Kepemimpinan Kepemimpinan yang dibahas tidak menekankan pada tipe kepemimpinan seseorang, melainkan pada komponen yang menentukan suatu kepemimpinan untuk memajukan masyarakat desa. Komponen yang dimaksud adalah: a. Visi kedepan yang jelas b. Kemampuan seorang pemimpin memberi inspirasi dan mengarahkan anggotanya c. Memiliki kemampuan untuk mengabdi pada masyarakat d. Mempunyai keunggulan atau keistimewaan dan sangat interaktif dengan kebutuhan masyarakat e. Memiliki kemampuan dalam pemecahan konflik yang terjadi di masyarakat f. Memiliki kemampuan dalam berkomunikasi yang baik dengan anggota masyarakat yang dipimpinnya g. Mengajarkan penggunaan rasionalitas yang tinggi pada setiap pengambilan keputusan 4. Struktur dan Organisasi Sosial Struktur sosial yang sehat adalah cerminan dari pekerjaan yang sehat. Sedangkan organisasi sosial dapat didekati dengan memperhatikan sistem

20 7 kemitraan dan keterlibatan masyarakat untuk tujuan di bidang pemenuhan kebutuhan pokok, peningkatan kegiatan ekonomi dan ketenagakerjaan, penguatan identitas individu dan sosial, pengelolaan pemerintahan, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup, dan sistem pemeliharaan keteraturan sosial yang telah terbentuk. 5. Hukum dan Pemerintahan Aspek hukum dapat ditelusuri dari konsistensi norma yang dirumuskan dalam bentuk aturan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan aspek pemerintahan ditekankan pada pengaturan untuk peningkatan kreativitas dan peran masyarakat agar tercapai kesejahteraan bersama. 2.2 Kelembagaan Hutan Rakyat Pengaruh kelembagaan adat sangat besar pada pola tingkah laku kehidupan sosial masyarakat di sekitar hutan. Aturan-aturan adat yang ada merupakan peninggalan leluhur yang tetap harus dijaga dan dipatuhi walaupun aturan-aturan adat tersebut tidak tertulis. Aturan adat bagi masyarakat merupakan hukum yang mengikat dan memiliki sanksi yang tegas atas segala pelanggaran yang dilakukan. Kelembagaan adat tidak hanya mengatasi konflik sosial yang terjadi dalam masyarakat, namun juga mengatur pola perilaku masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya hutan yang ada di sekitar mereka (Yanuar 1999) Kedudukan Kelembagaan dalam Pengelolaan Hutan Rakyat Ada beberapa kendala yang mengiringi perjalanan pengusahaan hutan rakyat. Hal ini dikemukakan oleh Andayani (2003) sebagai berikut: teknologi, modal usaha, manajemen usaha tani, skill (kemampuan), kondisi fisik lahan usaha dan kebijakan pemerintah. Menurut Ngadiono (2004), kelembagaan mencakup organisasi masyarakat dan aturan hukum yang berkaitan dengan sistem pengelolaan hutan rakyat. Kelembagaan berperan penting dalam hal dukungan pendanaan hutan rakyat Ruang Lingkup Kelembagaan Hutan Rakyat Hutan rakyat sebagaimana hutan negara juga membutuhkan sistem pengelolaan yang terencana yang mendukung pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan rakyat itu sendiri. Pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan secara individu

21 8 berbeda dengan pengelolaan secara kelompok. Kelembagaan akan menumbuhkan interaksi dan koordinasi antar anggota sehingga tujuan bersama akan cepat tercapai (Ngadiono 2004). Lingkup kelembagaan kehutanan masyarakat digambarkan secara sektoral. Berhasil tidaknya pelaksanaan kegiatan hutan rakyat tidak hanya bergantung dari pihak-pihak yang berkecimpung dalam sektor kehutanan, tetapi juga tergantung dari sektor-sektor lain seperti pertanian, perkebunan dan transmigrasi. Pelaksanaan kegiatan dikoordinir oleh suatu komisi yang disebut komisi social forestry. Komisi social forestry beranggotakan pemerintah, swasta, perguruan tinggi, LSM dan masyarakat. Untuk selanjutnya hasil yang diharapkan adalah terwujudnya sistem pemerintahan yang baik (Ngadiono 2004). 2.3 Kelompok Tani Hutan Kelompok tani hutan (KTH) merupakan sekumpulan orang yang mengelompokkan diri dalam usaha-usaha dalam bidang pengelolaan tanah hutan negara yang tumbuh dan berkembang dari, oleh dan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan anggotanya untuk mencapai tujuan bersama (Perum Perhutani 1987 dalam Permana 1998). Sedangkan Suharjito (1994) menyatakan bahwa pembentukan kelompok tani merupakan awal dari sebuah upaya mewujudkan partisipasi masyarakat sekitar hutan dalam pengelolaan hutan negara. Mulyana (2001) dalam Puspita (2006) menyatakan bahwa kriteria petani sebagai KTH adalah kedekatan dengan hutan, hak-hak yang sudah ada, ketergantungan, dan pengetahuan lokal. Keempat kriteria itu sangat erat kaitannya dengan sumber daya hutan dan mudah untuk dikenali. Selanjutnya dalam tulisannya juga dikatakan proses pembentukan KTH adalah sebagai berikut: 1. Pembentukan kelompok 2. Penguatan kelembagaan 3. Penyuluhan 4. Insentif Menurut Suharjito (1994), pengertian pembinaan KTH adalah suatu proses yang timbul dalam suatu hubungan antara pembina atau petugas Perum Perhutani

22 9 bersama dengan instansi terkait dengan kelompok tani (KTH) binaan dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah atau mengembangkan kegiatan kelompok. Tujuan pembinaan yang ingin dicapai tentunya tidak terlepas dari tujuan perhutanan sosial pada umumnya, yaitu memaksimalkan partisipasi masyarakat sekitar hutan untuk bersama-sama membangun dan mengelola hutan secara penuh tanggung jawab dalam pembangunan hutan dan lingkungan sekitar.

23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di Kabupaten Sukabumi tepatnya Kecamatan Pelabuhan Ratu Desa Buniwangi. Selang waktu pengumpulan data selama kurang lebih satu bulan yaitu bulan Februari-Maret Alat dan Objek Penelitian Penelitian ini memerlukan beberapa alat bantu seperti alat perekam, kamera dan kuesioner. Sedangkan objek penelitian yaitu ketua dan perwakilan dari kelompok tani yang terdapat di Kecamatan Pelabuhan Ratu Desa Buniwangi. Jumlah responden yang diperlukan adalah 30 orang. 3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari hasil wawancara kepada responden dan data sekunder berasal dari instansi atau lembaga terkait. Secara ringkas kebutuhan jenis dan sumber data digambarkan dalam tabel di bawah ini. Tabel 1. Jenis dan sumber data No. Jenis data Cara pengambilan Sumber data Kondisi umum a. Wilayah geografis b. Luas wilayah c. Iklim d. Potensi SDM e. Usaha HR Sejarah lahirnya kelembagaan Pencatatan ke instansi Pencatatan ke instansi Pencatatan ke instansi Pencatatan ke instansi Wawancara Wawancara Kantor desa Kantor desa Kantor desa Kantor desa Ketua kelompok tani Ketua kelompok tani 3. Aktivitas pengelolaan lahan

24 11 No. Jenis data Cara pengambilan Sumber data a. Jenis aktivitas b. Kendala c. Upaya Aspek struktural a. Luas cakupan wilayah b. Struktur organisasi c. Pengambilan keputusan dominan d. Pola sebaran kekuasaan e. Tingkat fleksibilitas Tujuan kelembagaan Keanggotaan a. Pola perekrutan b. Pihak yang memutuskan c. Kesetiaan anggota d. Frekuensi pertemuan e. Partisipasi anggota Kepemimpinan a. Landasan pemilihan b. Kekuasaan pemimpin c. Gaya kepemimpinan d. Periode pemilihan Aspek kultural Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner Wawancara Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner Pengisian kesioner Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner Anggota kelompok tani Anggota kelompok tani Anggota kelompok tani Ketua kelompok tani Ketua kelompok tani Ketua kelompok tani Ketua kelompok tani Ketua kelompok tani Ketua kelompok tani Ketua kelompok tani Ketua kelompok tani Ketua kelompok tani Ketua kelompok tani Ketua kelompok tani Anggota kelompok tani Anggota kelompok tani Anggota kelompok tani Anggota kelompok tani

25 12 No. Jenis data Cara pengambilan Sumber data 9. a. Sistem tata nilai b. Norma c. Kultur Kapasitas kelembagaan a. Peran b. Kapasitas Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner Wawancara Wawancara Anggota kelompok tani Ketua kelompok tani Ketua kelompok tani Ketua kelompok tani Ketua kelompok tani 3.4 Metode Pengambilan Contoh Pengambilan contoh pada penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama pengambilan contoh pada tingkat kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sukabumi. Pengambilan contoh ini didasarkan pada beberapa kriteria, dimana pemilihan kecamatan dipilih secara sengaja dengan berdasar pada besarnya produksi, jumlah kelompok tani dan ada tidaknya struktur kelembagaan di kecamatan tersebut. Kedua, pengambilan contoh desa yang akan dijadikan lokasi penelitian. Pengambilan contoh ini didasarkan pada desa yang memiliki cukup banyak lahan hutan rakyat, adanya kelompok tani yang terlibat dalam pengelolaan lahan hutan rakyat tersebut. Ketiga, keaktifan kelompok tani yaitu berupa kegiatan-kegiatan pendampingan oleh penyuluh pada kelompok tani. Keempat, pemilihan responden di dalam kelompok tani. Pemilihan responden dilakukan secara acak sebanyak 10 orang setiap kelompok tani. 3.5 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan beberapa teknik berdasarkan jenis data yang dibutuhkan. 1. Teknik wawancara, yaitu menggunakan kuesioner (lampiran 7) dan alat perekam yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk selanjutnya mendapat tanggapan atau respon dari para responden berupa penjelasan dari pertanyaan yang diajukan. 2. Teknik observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung ke kawasan hutan rakyat yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani.

26 13 3. Pencatatan data sekunder, yaitu mengumpulkan data yang terkait dengan bahan penelitian kepada instansi/lembaga yang mengurusi masalah tersebut. 3.6 Analisis Data Teknis analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui permasalahan, cara yang berlaku, pandangan, dan proses dalam masyarakat. Data disusun berdasarkan golongan dan kategori. Metode deskriptif menggunakan rumus : Jumlah responden Persentase = x 100 % Jumlah seluruh responden Analisis deskriptif lebih menekankan pada hasil penelitian berupa wawancara langsung kepada responden yang sifatnya pendeskripsian secara utuh terhadap gambaran informasi yang didapat dari responden hasil wawancara

27 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Iklim Desa Buniwangi merupakan bagian dari Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Desa ini terletak sekitar 6 km di timur laut kota Palabuhan Ratu. Desa Buniwangi berbatasan dengan Desa Gandasoli di sebelah utara, Desa Cikadu di sebelah timur, Desa Citepus di sebelah selatan, dan Desa Cibodas sebelah barat. Desa ini dikelilingi oleh perbukitan dan hutan. Desa Buniwangi memiliki ketinggian tempat sekitar 400 m dpl., dengan curah hujan tahunan antara mm (BPS 2000). 4.2 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Desa Buniwangi memiliki luas wilayah sebesar 2.515,895 ha. Luas wilayah tersebut dikelola untuk perladangan (1.165,9 ha); lahan perkebunan negara (138,040 ha); perkebunan swasta (179,640 ha); hutan rakyat (88,785 ha); lahan persawahan (42 ha); serta lahan kawasan hutan negara seluas 739,135 ha berupa hutan produksi dan hutan lindung yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Sukabumi (BPS 2000). 4.3 Potensi Sumber Daya Manusia Desa Buniwangi memiliki jumlah penduduk orang, dengan jumlah laki-laki sebanyak orang dan perempuan orang. Kepala keluarga di Desa ini berjumlah KK. Desa Buniwangi tergolong masih sederhana dalam hal mata pencaharian pokok. Mata pencaharian penduduk sebagai buruh tani sebanyak orang, sebagai pedagang orang, 252 orang sebagai petani, 131 orang dalam pertukangan, dan 42 orang pegawai negeri sipil. Tingkat pendidikan sebagian besar penduduk Desa Buniwangi adalah tamatan sekolah dasar (SD), sebanyak orang dari total seluruhnya 5955 orang. Tingkat pendidikan di Desa Buniwangi dapat dikatakan masih rendah (BPS 2000).

28 Kondisi Umum Usaha Hutan Rakyat Usaha hutan rakyat dibantu oleh dinas pemerintah setempat. Kelompok tani didampingi oleh penyuluh yang disediakan untuk memberikan pendidikan, pemahaman dan penyuluhan bagi petani yang belum sepenuhnya mampu mengelola hutan miliknya sendiri. Kelompok tani di Desa Buniwangi terbentuk dari penyuluhan kehutanan yang didukung oleh aparat desa dan masyarakat. Anggota kelompok tani beranggotakan warga desa yang statusnya sebagai pemilik lahan yang ditanami kayu. Batasan anggota mencakup dusun atau kedusunan. Jumlah kelompok tani di Desa Buniwangi terdapat 3 (tiga) kelompok yaitu, Mandiri Wangi, Manggu Jaya, dan Jayanti Sejahtera. Kelembagaan kelompok tani memiliki kapasitas atau peran, antara lain memberikan penyuluhan dan pendidikan (Pemerintahan Desa Buniwangi 2000).

29 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya upaya kerjasama untuk mencapai tujuan dan memenuhi kepentingan bersama. Desa Buniwangi memiliki 3 (tiga) kelompok tani hutan yaitu Mandiri Wangi, Manggu Jaya, dan Jayanti Sejahtera. Kelompok tani Mandiri Wangi dan Manggu Jaya terbentuk oleh program pemerintah dan keinginan dari masyarakat sendiri pada tahun Sedangkan kelompok tani Jayanti Sejahtera terbentuk karena adanya program GERHAN tahun 2007, yang mengharuskan pembentukan kelompok tani untuk memudahkan pemantauan. Kelompok tani Mandiri Wangi dan Manggu Jaya lebih mengetahui tentang permasalahan yang dihadapi petani dikarenakan terbentuk lebih awal. Dapat dikatakan, masyarakat Desa Buniwangi memerlukan suatu lembaga untuk membantu permasalahan yang dihadapi petani. 5.2 Aktivitas Pengelolaan Lahan Aktivitas pengelolaan lahan yang dilakukan oleh petani cukup beragam yaitu pembersihan lahan, penyiangan, pemupukan, dan penjarangan. Aktivitas petani yang paling sering dilakukan adalah penyiangan. Total responden yang melakukan kegiatan penyiangan sebesar 73,33% (lampiran 2). Penyiangan dilakukan karena 2 (dua) hal, yang pertama penyiangan semak belukar dapat membantu pertumbuhan tanaman, kemudian yang kedua karena menghasilkan rumput yang dapat digunakan untuk pakan ternak mereka. Kegiatan pengelolaan kedua yang paling banyak dilakukan oleh petani adalah pemupukan. Total responden yang melakukan kegiatan pemupukan sebesar 60% (data terlampir). Pemupukan dilakukan agar pertumbuhan tanaman lebih cepat, sehingga tanaman dapat tumbuh maksimal. Namun ada petani yang tidak melakukan pemupukan dikarenakan kurangnya modal. Pada dasarnya masalah dana dapat dicarikan solusi, misalnya dengan bergotong royong antar petani.

30 17 Kegiatan pengelolaan lahan yang paling sedikit dilakukan oleh para petani adalah pembersihan lahan. Petani yang melakukan kegiatan pembersihan lahan sebelum penanaman sebesar 36,67%. Petani yang tidak melakukan pembersihan lahan dikarenakan sibuk dengan pekerjaan lain, seperti berdagang. Seharusnya, pembersihan lahan dilakukan oleh setiap petani, untuk mengurangi daya saing penyerapan unsur hara dalam tanah Kendala dalam Pengelolaan Lahan Petani mengalami kendala dalam hal pengelolaan lahan, diantaranya terkait dengan kondisi lahan, pemeliharaan tanaman, ketersediaan air dan pupuk, serangan hama dan penyakit, kurangnya dana, sampai sulitnya akses menuju lokasi lahan milik. Petani Desa Buniwangi mengalami kendala utama yaitu kurangnya pupuk karena keterbatasan modal. Petani memerlukan koperasi simpan pinjam untuk membeli pupuk. Selain itu, petani dapat memanfaatkan kotoran ternak untuk dijadikan pupuk Upaya yang Dilakukan Petani meminjam kepada orang terdekat, dalam hal kurangnya pupuk dan modal. Sedangkan dalam penanganan penyakit, petani melakukan penjarangan. Penyakit yang sering terjadi yaitu jamur akar pada tanaman karet. Penyakit ini menular kepada pohon lain karena dapat menyebabkan tanaman lain mati. Namun ada sebagian petani yang tidak melakukan penjarangan dikarenakan sibuk dengan pekerjaan lain, seperti berdagang. Petani memerlukan obat untuk mengatasi penyakit jamur akar pada tanaman karet. Petani sudah melaporkan masalah penyakit ini kepada Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Pelabuhan Ratu. Namun, petani belum mendapatkan obat tersebut. Dinas Kehutanan dan Perkebunan seharusnya bertindak cepat untuk mengurangi angka kematian tanaman karet. 5.3 Aspek Struktural Kelembagaan Struktur Kelembagaan Struktur kelembagaan memiliki fungsi internal maupun eksternal untuk mencapai tujuan bersama. Struktur kelembagaan menyediakan kejelasan bagianbagian pekerjaan dalam aktifitas kelembagaan. Fungsi internal kelembagaan

31 18 menjadi pedoman bagi anggotanya dalam bertindak. Sedangkan fungsi eksternal kelembagaan menjelaskan tentang bagaimana dan siapa yang akan berhubungan dengan pihak luar. Desa Buniwangi memiliki 3 (tiga) kelompok tani, yaitu: Mandiri Wangi, Manggu Jaya, dan Jayanti Sejahtera. Luas cakupan kelompok tani tersebut adalah: Tabel 2. Luas cakupan wilayah kelompok tani No. Kelompok Tani Luas Lahan Jumlah Anggota (Ha) (orang) 1. Mandiri Wangi Manggu Jaya Jayanti Sejahtera Sumber: Hasil wawancara dengan responden ketua kelompok tani Kelompok tani Desa Buniwangi memiliki batasan wilayah. Kelompok tani Mandiri Wangi dan Manggu Jaya memiliki cakupan wilayah 25 ha dengan jumlah anggota 30 orang, dengan rata-rata kepemilikan lahan anggotanya seluas 0,83 ha/orang. Sedangkan kelompok tani Jayanti Sejahtera memiliki cakupan wilayah kelembagaan 20 ha dengan jumlah anggota 30 orang, dengan rata-rata kepemilikan lahan anggotanya seluas 0,67 ha/orang. Kelompok tani Jayanti Sejahtera dapat berkerja lebih baik, dilihat dari luas lahan yang lebih sedikit dengan jumlah anggota yang sama dengan dua kelompok tani lainnya. Pada umumnya struktur kelembagaan yang dibentuk terdiri dari struktur inti, yaitu: 1. Ketua, sebagai pemimpin yang mengkoordinir seluruh anggota bawahannya. 2. Sekretaris, sebagai pencatat agenda harian maupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan kelompok tani sekaligus tangan kanan ketua. 3. Bendahara, sebagai pengelola keluar masuknya dana yang dibutuhkan oleh kelompok. Namun demikian, ada 1 (satu) kelompok tani yaitu kelompok tani Mandiri Wangi yang mencantumkan bidang lain diluar struktur inti seperti: 1. Seksi hama dan penyakit 2. Seksi penanaman 3. Seksi keamanan

32 19 4. Seksi pembagian hasil 5. Seksi peralatan 6. Seksi teknik dan budidaya 7. Seksi pemasaran Tabel 3. Struktur kelembagaan kelompok tani No. Kelompok Tani Struktur Kelembagaan 1. Mandiri Wangi Ketua Sekretaris Bendahara Seksi hama dan penyakit Seksi penanaman Seksi keamanan Seksi pembagian hasil Seksi peralatan Seksi teknik dan budidaya Seksi pemasaran 2. Manggu Jaya Ketua Sekretaris Bendahara 3. Jayanti Sejahtera Ketua Sekretaris Bendahara Kelompok tani Mandiri Wangi lebih maju dibandingkan kelompok tani Manggu Jaya dan Jayanti Sejahtera, dilihat dari struktur kelembagaan yang ada. Struktur kelembagaan tidak memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan petani. Struktur kelembagaan mempermudah pekerjaan petani, sehingga tujuan bersama dapat cepat tercapai. Struktur kelembagaan pada dasarnya menyesuaikan dengan kebutuhan yang dirasakan oleh kelompok tani. Struktur kelembagaan berkaitan dengan efektifitas pelaksanaan aktivitas yang dilakukan oleh kelompok tani tersebut Tujuan Lembaga Pada hakekatnya setiap lembaga itu memiliki tujuan, karena suatu lembaga lahir dan dibangun karena adanya tujuan. Lembaga akan tetap eksis sepanjang masih mampu mewujudkan tujuan tersebut. Apabila suatu lembaga tidak mampu lagi mewujudkan tujuan yang ingin dicapainya, maka dapat disepakati untuk dibentuk lembaga baru atau tidak sama sekali.

33 20 Kelompok tani memiliki tujuan lebih mengutamakan kelompok. Kelompok tani Desa Buniwangi memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota. Anggota dapat berkontribusi lebih dalam kelompok dikarenakan kesamaan tujuan tersebut. Beberapa anggota kelompok tani merasakan bahwa tujuan yang dimiliki belum tercapai. Dikarenakan, petani tidak mendapatkan hasil untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sehingga, petani mencari pekerjaan lain, seperti buruh dan berdagang Keanggotaan Setiap kelembagaan memiliki anggota. Anggota merupakan syarat wajib yang harus dimiliki oleh suatu kelembagaan. Keberadaan anggota sebagai pengakuan atau legalitas kelembagaan tersebut. Kondisi anggota sangat menentukan kinerja kelembagaan tersebut. Tabel 4. Pola seleksi anggota No. Kelompok Tani Pola Seleksi Anggota 1. Mandiri Wangi Tidak bebas 2. Manggu Jaya Tidak bebas 3. Jayanti Sejahtera Tidak bebas Sumber: Hasil wawancara dengan responden ketua kelompok tani Tabel 5. Pihak yang memutuskan seleksi anggota No. Kelompok Tani Pihak Yang Memutuskan Seleksi Anggota 1. Mandiri Wangi Pihak kelompok tani 2. Manggu Jaya Pihak kelompok tani 3. Jayanti Sejahtera Pihak kelompok tani Sumber: Hasil wawancara dengan responden ketua kelompok tani Kelompok tani Desa Buniwangi termasuk bersifat tidak bebas, terbatas, dan tertutup dalam hal pola seleksi anggota. Calon anggota harus memiliki lahan pribadi yang diperuntukkan untuk tanaman kayu. Kelompok yang memutuskan seleksi anggota. Semua kelompok tani menyatakan rasa kesetiaan anggota cukup tinggi. Rasa kesetiaan ini terlihat dari partisipasi anggota saat diadakan pertemuan.

34 21 Tabel 6. Tingkat kesetiaan dan pengabdian anggota No. Kelompok Tani Tingkat Kesetiaan dan Pengabdian Anggota 1. Mandiri Wangi Tinggi 2. Manggu Jaya Tinggi 3. Jayanti Sejahtera Tinggi Sumber: Hasil wawancara dengan responden ketua kelompok tani Anggota yang datang apabila diadakan pertemuan kelompok lebih dari 50%, baik pada saat penyuluhan maupun rapat anggota. Anggota yang tidak dapat menghadiri pertemuan, biasanya diwakili oleh salah satu anggota keluarga atau izin untuk tidak menghadiri pertemuan kelompok. Pertemuan yang rutin dapat dijadikan sarana untuk mengikat komitmen para anggotanya. Kelompok tani Desa Buniwangi menyatakan pertemuan kelompok bersifat rutin atau tetap. Mereka mengagendakan pertemuan 1 (satu) bulan 2 (dua) kali. Apabila kelompok memerlukan lebih banyak pertemuan, maka dapat diadakan pertemuan tambahan. Pertemuan disini membahas permasalahan-permasalahan yang dialami petani, penyuluhan ataupun diskusi mengenai program-program yang akan dilaksanakan. Seluruh responden menyatakan bahwa jumlah anggota yang terlibat cukup tinggi dan melibatkan banyak anggota. Artinya seluruh anggota memiliki kesempatan yang sama untuk memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan kelangsungan kinerja kelompoknya Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan suatu yang penting dalam kelembagaan karena merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan kelembagaan tersebut dalam mencapai tujuannya. Kepemimpinan yang baik dapat mereduksi sistem yang kurang baik. Seluruh responden kelompok tani menyatakan pemimpin kelompok dipilih berdasarkan kemampuan atau keprofesionalan yang dimiliki. Pemimpin tidak dipilih secara asal melainkan harus di uji terlebih dahulu, seperti diadakannya tanya jawab. Dengan demikian, seorang pemimpin kelompok tani pada dasarnya sudah dibekali dengan pengalaman dan kemampuan yang lebih dibanding anggotanya yang lain dalam hal kepemimpinan.

35 22 Tabel 7. Landasan penetapan pemimpin No. Kelompok Tani Landasan Penetapan Pemimpin 1. Mandiri Wangi Keprofesionalan 2. Manggu Jaya Keprofesionalan 3. Jayanti Sejahtera Keprofesionalan Sumber: Hasil wawancara dengan responden ketua kelompok tani Gaya kepemimpinan yang diterapkan kelompok tani adalah demokratis. Gaya kepemimpinan ini sangat memperhatikan penyampaian pendapat setiap anggotanya. Proses pengambilan keputusan dilakukan melalui musyawarah. Dengan demikian setiap anggota memiliki hak yang sama untuk menyampaikan pendapat mereka. Kelompok tani Desa Buniwangi menetapkan masa jabatan ketua selama 5 (lima) tahun. Ketua dapat diganti apabila mengundurkan diri atau kesepakatan sebagian besar anggota yang menginginkan ketua kelompok mundur dari jabatannya. Kemampuan kepemimpinan ketua kelompok tani berdampak terhadap perkembangan kelompok tani di masa yang akan datang. Semakin tinggi tingkat keprofesionalan ketua kelompok tani, maka perkembangan kelompok tani di masa yang akan datang akan semakin baik. 5.4 Aspek Kultural Kelembagaan Sistem Tata Nilai Sistem tata nilai merupakan salah satu komponen wujud kebudayaan yang mempengaruhi tiga komponen lainnya. Komponen wujud kebudayaan tersebut antara lain sistem nilai budaya, sistem norma, dan sistem hukum. Nilai merupakan konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Untuk mengetahui sistem tata nilai yang dianut anggota kelembagaan, muncul beberapa pertanyaan terkait tata nilai tersebut. Mengenai hakekat hidup yang dianut anggota kelompok. Seluruh responden menyatakan bahwa hidup merupakan sesuatu yang baik. Hakekat hidup yang baik adalah memandang segala sesuatu dari segi positif. Kondisi sosial kelompok tani jarang terjadi konflik antar individunya, maka dapat dikatakan

36 23 bahwa sebagian besar dari mereka memiliki hakekat hidup yang baik. Hakekat hidup yang baik ditunjukkan dengan semangat dan kerja keras anggota dalam menjadikan usaha hutan rakyat mereka ke tahap yang lebih maju. Hampir seluruh responden menyatakan berorientasi ke masa depan, dalam hal persepsi terhadap waktu. Orientasi ke masa depan ini menandakan bahwa kondisi masyarakat sudah modern. Masyarakat tradisional memiliki persepsi waktu yang berorientasi ke masa lalu. Sedangkan masyarakat modern dicirikan dengan orientasinya yang jauh ke masa depan. Kelompok tani yang memiliki orientasi ke masa depan dicirikan dengan adanya upaya untuk mengembangkan usaha hutan rakyat. Persepsi umum yang dipegang oleh petani hutan adalah pohon sebagai investasi berharga layaknya perhiasan emas yang suatu saat dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka Norma Norma merupakan aturan sosial, patokan yang pantas, atau tingkah laku rata-rata yang dianggap wajar. Kekuatan mengikat sistem norma terbagi menjadi empat tingkatan dari yang paling ringan yaitu cara, kebiasaan, kelakuan, dan adat istiadat. Norma bersumber dari nilai, serta merupakan wujud dari nilai. Dalam norma dimuat hal-hal tentang apa saja yang diharuskan, dibolehkan, dianjurkan, atau larangan. Kepribadian seseorang terbentuk dari proses biologis, psikologis, dan sosiologis masyarakatnya. Nilai dan norma kelembagaan yaitu nilai dan norma yang hidup pada satu kelembagaan tertentu. Nilai dan norma yang dimaksud berasal dari kultur yang tercipta di dalam kelembagaan tersebut. Norma dalam kelembagaan dipengaruhi oleh tatanan nilai yang ada dilingkungan kelompok atau masyarakat. Kelembagaan kelompok tani memiliki unsur-unsur pelaksanaan norma seperti landasan norma. Kelompok tani Desa Buniwangi berlandaskan norma yang berasal dari agama. Norma yang berasal dari agama dianggap memiliki nilai yang baik oleh masyarakat. Masyarkat Desa Buniwangi mayoritas beragama Islam, sehingga hal-hal yang tentang apa saja yang diharuskan, dibolehkan, dianjurkan, atau larangan pada norma kelompok mengacu pada agama Islam. Seluruh anggota kelompok tani menyetujui hal tersebut.

37 24 Tabel 8. Norma kelembagaan No. Kelompok Tani Landasan Norma Mandiri Wangi Manggu Jaya Jayanti Sejahtera Agama Agama Agama Persepsi Terhadap Kedudukan Seseorang Dihargai karena prestasi Dihargai prestasi Dihargai prestasi karena karena Sumber: Hasil wawancara dengan responden ketua kelompok tani Persepsi Terhadap Penghargaan dan Sanksi Tegas dan berjalan Tegas dan berjalan Tidak tegas namun berjalan Unsur kedua untuk menganalisis terbentuknya norma di kelembagaan adalah persepsi secara umum terhadap kedudukan seseorang yang meliputi apakah orang lebih dihargai karena statusnya atau prestasi dan kemampuannya. Seluruh responden kelompok tani menyatakan bahwa mereka lebih menghargai seseorang karena prestasi dan kemampuannya. Hanya segelintir orang dikalangan mereka yang berani mengajukan diri sebagai pemimpin. Karena pemimpin mempunyai amanah dan tanggung jawab yang cukup berat. Pemilihan ketua dipilih berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Unsur ketiga dalam analisis norma kelembagaan adalah persepsi secara umum terhadap penghargaan dan sanksi. Pemberian penghargaan dan sanksi kepada anggota yang berjasa atau melanggar aturan merupakan salah satu ciri terciptanya pelaksanaan norma yang ideal. Dua kelompok tani menyatakan pemberian sanksi berjalan dan bersifat tegas. Pemberian penghargaan dan sanksi dapat meningkatkan kinerja anggota. Kinerja kelembagaan akan menurun apabila tidak terdapat aturan yang jelas dan sanksi yang tegas. Pada umumnya kelembagaan kelompok tani lebih bersifat nonformal, dimana unsur kekeluargaan yang masih kuat. Aturan-aturan yang dibuat hanya sebagai formalitas yang harus dimiliki sebagai kelembagaan. Anggota yang melanggar aturan harus menanggung beban moral Kultur Kelembagaan Kultur kelembagaan erat kaitannya dengan kebiasaan anggota dalam menaati aturan-aturan kelembagaan. Kedisiplinan kelembagaan yang dijalankan oleh anggota dicirikan dari banyak tidaknya yang patuh dan menjalankan setiap

38 25 aturan yang dibuat. Kedisiplinan tinggi yang ditunjukkan oleh anggota dapat membentuk sistem kerja yang berkualitas. Tabel 9. Kultur kelembagaan kelompok tani No. Kelompok Tani Banyaknya Anggota Yang Pelaksanaan Mengetahui Aturan dan Norma Kedisiplinan 1. Mandiri Wangi Semua anggota Dijalankan 2. Manggu Jaya Semua anggota Dijalankan 3. Jayanti Sejahtera Sebagian anggota Dijalankan Sumber: Hasil wawancara dengan responden ketua kelompok tani Kelompok tani Desa Buniwangi menyatakan anggotanya mengetahui aturan dalam kelompok. Aturan yang dibuat bertujuan untuk mengatur segala kepentingan yang menyangkut anggota secara pribadi maupun umum. Anggota kelompok tani mengetahui tentang aturan dalam kelompok. Maka peluang anggota melakukan pelanggaran akan semakin kecil. Karena mereka telah mengetahui sanksi dan konsekuensinya. Kelompok tani menyatakan ada displin dan dijalankan. Kedisiplinan anggota kelompok tani dapat dilihat dari kinerja para petani dalam mengerjakan usaha hutannya, maupun saat berpartisipasi dalam agenda kelembagaan Kapasitas Kelembagaan Kelembagaan kelompok tani Desa Buniwangi memiliki beberapa peran diantaranya penyelenggaraan penyuluhan dan membantu petani yang mengalami kesulitan untuk bersama-sama mencari jalan keluar yang terbaik. Selain itu, kelembagaan kelompok tani berperan dalam penyelesaian konflik yang terjadi di dalam kelompoknya. Konflik luar kelembagaan belum pernah terjadi. Kelembagaan kelompok tani memberikan hak sepenuhnya kepada anggota untuk memasarkan tanamannya yang siap panen. Apabila petani mengalami kesulitan dalam hal pemasaran, maka kelompok dapat membantu. Kelompok tani membuat kesepakatan bahwa 10% dari hasil panen petani masuk dalam kas kelompok. Dana 10% ini akan digunakan untuk kepentingan kelompok itu sendiri seperti membantu dalam pengadaan pupuk dan bibit ataupun membantu anggota kelompok yang terkena musibah.

39 26 Kelembagaan kelompok tani memiliki kapasitas dalam pengelolaan kredit. Kredit yang diberikan kepada anggota sebagian besar berasal dari pemerintah dan dari kas kelompok. Namun, pengelolaan kredit ini belum berjalan dengan maksimal. Kendala pengelolaan kredit dikarenakan kurangnya kemampuan kelompok tani dalam mengelola kredit tersebut. 5.5 Perbedaan Sistem Kelembagaan Kelompok Tani Menurut Widiyanti (2009) dalam penelitiannya yang dilakukan terhadap kelompok tani di Wilayah Cianjur Selatan, bahwa lahirnya kelembagaan kelompok tani dikarenakan adanya kesamaan kebutuhan diantara petani. Sedangkan kelembagaan kelompok tani di lokasi penelitian lahir dikarenakan adanya program pemerintah dan keinginan dari masyarakat sendiri. Kelompok tani di lokasi penelitian memiliki kultur hubungan kekeluargaan yang masih sangat erat di antara petani. Dinas Kehutanan dan Perkebunan membentuk kelompok tani dalam rangka pendampingan dan pengembangan usaha hutan rakyat. Kelompok tani Wilayah Cianjur Selatan belum memiliki kapasitas pengelolaan kredit dan simpan pinjam bagi anggota yang kesulitan dalam hal permodalan (Widiyanti 2009). Sedangkan kelompok tani di lokasi penelitian sudah memiliki pengelolaan kredit. Hal ini disebabkan Dinas Kehutanan dan Perkebunan memberikan dana untuk dimanfaatkan oleh kelompok tani.

40 27 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bentuk kesepakatan yang dibuat oleh kelompok tani bersifat non-formal, artinya aturan tersebut sebagian ada yang berupa lisan dan ada yang berupa tulisan. 2. Pedoman kelompok tani bersumber dari agama yang dianut oleh seluruh anggota kelompok. 3. Proses pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah yang melibatkan seluruh anggota kelompok tani. 4. Anggota kelompok tani memiliki sistem tata nilai luhur yang dicirikan dengan persepsi sebagian besar anggota terhadap hakekat hidup adalah baik, bekerja memenuhi kebutuhan hidup, berorientasi ke masa depan, dan menjunjung tinggi keselarasan dengan alam dan lingkungannya. 5. Kapasitas kelembagaan kelompok tani dalam hal penyelenggaraan penyuluhan serta pengadaan pupuk dan bibit. 6.2 Saran 1. Perlu ditingkatkan kerjasama dengan pemerintah daerah dalam hal pemberian penyuluhan tentang peran dan kapasitas kelembagaan terutama dalam hal pengelolaan kredit. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bentuk aturan dan kesepakatan yang sesuai dengan kondisi pengembangan masyarakat di lokasi penelitian.

41 28 DAFTAR PUSTAKA Andayani W Strategi Pengembangan Hutan Rakyat. Jurnal Hutan Rakyat V (3). Yogyakarta: Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Badan Pusat Statistika Kabupaten Sukabumi Data Dasar Profil Desa/Kelurahan, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Koentjaraningrat Masyarakat Desa di Indonesia. Jakarta: Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Ngadiono Pengelolaan Hutan Indonesia. Bogor: Yayasan Adi Sanggoro. Pasaribu LO Kelembagaan Pengelolaan pada Masyarakat Dayak Kenyah di Pampang Kecamatan Samarinda Utara, Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Pemerintahan Desa Buniwangi Data Dasar Profil Desa/Kelurahan, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Permana I Studi Peranan KTH (Kelompok Tani Hutan) dalam Pengembangan Usaha Produktif di RPH Mandalawangi Cikajang KPH Garut, Perum perhutani Unit III Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Pranadji T Menuju Transformasi Kelembagaan dalam Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Puspita ID Motivasi Petani dan Peranan Kelompok Tani Hutan (KTH) dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Desa Warnasari, BKPH Pangalengan KPH Bandung Selatan [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Rahayuningsih E Penguatan Kelembagaan Usaha simpan Pinjam RW-01 Kelurahan Babakan Asih Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung Provinsi Jawa Barat [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Soekanto S Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Soemardjan S, Soelaeman S Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Suharjito D Pelembagaan dan Kemandirian Kelompok Tani Hutan (KTH). Bogor: Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. Susanty E Pendayagunaan Kelembagaan Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) dalam Upaya Mensejahterakan Keluarga Miskin [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

42 29 Widiyanti Studi Kelembagaan Kelompok Tani Hutan Rakyat di Wilayah Cianjur Selatan [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Yanuar M Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Kawasan Hutan di Kabupaten Daerah Tingkat II Sanggau [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

43 30 Lampiran 1. Jenis tanaman yang diusahakan di lahan milik No. Nama Petani Jenis Tanaman 1. Yingying S. mahoni, sengon, manglid 2. Aji suren, sengon, durian, karet 3. Asep karet, rambutan, jengjen 4. Sambas jengjen, mahoni, durian, rambutan, singkong 5. Adeng manglid, suren, karet, mahoni 6. Opan jengjen 7. Asun suren, durian, manglid, karet, jengjen 8. Atmawijaya mahoni, sengon 9. Iyas karet, mahoni sengon, durian 10. Sobari jengjen, karet, manglid 11. Suwardi karet, cengkeh, durian 12. Hamid jengjen, mahoni 13. Trisnawan jengjen, mahoni 14. Adli cengkeh, mahoni, sengon 15. Usun S. rambutan, durian, cengkeh, karet 16. Ruksar jengjen, singkong, durian 17. Komarudin mahoni 18. Rohman mahoni, sengon, manglid 19. Mad Soleh mahoni, cengkeh, durian, singkong 20. Madsohi jengjen, suren, cengkeh, mahoni, 21. Ghandi cengkeh, karet durian, rambutan, mahoni 22. Awen cengkeh, sengon 23. Tibi cengkeh, sengon, mahoni 24. Madyusup karet, jengjen, durian, rambutan 25. Jaim jengjen, manglid, pisang, gmelina 26. Omay karet, gmelina 27. Holil suren, karet, cengkeh, rambutan 28. Obar jengjen 29. Mahmud karet, cengkeh 30. Eman mahoni, karet, jengjen, cengkeh, durian Luas Lahan (Ha) 0,5 2 0,8 1 2,5 0,04 0, , ,7 0,2 1 0, ,4 0,4 1 0,1 2,5 0,5 0,8 0,25 0,1 1 2

44 31 Lampiran 2. Jenis aktivitas pengelolaan lahan No. Nama Petani Aktivitas Pengelolaan Lahan Yingying S. Aji Asep Sambas Adeng Opan Asun Atmawijaya Iyas Sobari Suwardi Hamid Trisnawan Adli Usun S. Ruksar Komarudin Rohman Mad Soleh Madsohi Ghandi Awen Tibi Madyusup Jaim Omay Holil Obar Mahmud Eman Pembersihan lahan, penyiangan, dan penjarangan Penyiangan dan pemupukan Penyiangan Pembersihan lahan, pemupukan, dan penjarangan Penyiangan dan penjarangan Pembersihan lahan, pemupukan, dan penjarangan Penyiangan Pemupukan Penyiangan dan pemupukan Penyiangan dan pemupukan Penyiangan dan pemupukan Penyiangan dan pemupukan Penyiangan dan penjarangan Pembersihan lahan, penyiangan, dan penjarangan Penyiangan dan pemupukan Pembersihan lahan Pembersihan lahan Pembersihan lahan, penyiangan, dan pemupukan Pemupukan Pembersihan lahan, penyiangan, dan penjarangan Penyiangan dan pemupukan Penyiangan Penyiangan dan pemupukan Pemupukan Pembersihan lahan, penyiangan, dan pemupukan Pembersihan lahan, penyiangan, penjarangan Pembersihan lahan, penyiangan, penjarangan Pemupukan Penyiangan dan pemupukan Pembersihan lahan, penyiangan, dan pemupukan

45 32 Lampiran 2 (lanjutan) Keterangan: 1. Total aktivitas pembersihan lahan : 12 orang 2. Total aktivitas penyiangan : 22 orang 3. Total aktivitas pemupukan : 18 orang 4. Total aktivitas penjarangan : 9 orang

46 33 Lampiran 3. Macam-macam kendala dan upaya dalam pengelolaan lahan No Nama Petani Yingying S. Aji Asep Sambas Adeng Opan Asun Atmawijaya Iyas Sobari Suwardi Hamid Trisnawan Adli Usun S. Ruksar Komarudin Kegiatan Yang Paling Banyak Mengeluarkan Waktu, Tenaga dan Biaya Pembersihan lahan Pemupukan Penyiangan Pemupukan Penjarangan Pemupukan Penyiangan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Penjarangan Pembersihan lahan Pemupukan Pembersihan lahan Pembersihan lahan Kendala Tidak ada alat potong Kurang modal Tidak ada alat potong Kurang modal Tidak punya alat potong Pupuk mahal Tidak ada alat potong Pupuk mahal Pupuk mahal Kurang dana Pupuk mahal Sulit memperoleh pupuk Tidak menguasai teknik penjarangan Tidak ada alat potong Kurang modal Medan sulit Tidak ada alat Upaya Mengatasi Kendala Mencari pinjaman alat potong Mengajukan bantuan ke kelompok tani Mencari pinjaman alat potong Meminjam uang ke kelompok tani Meminjam alat potong Mengganti dengan pupuk kandang Meminjam alat potong Mencari pinjaman uang Mengganti dengan pupuk kompos Mengajukan bantuan ke kelompok tani Meminjam uang ke kelompok tani Mengganti dengan pupuk kandang Konsultasi ke ketua kelompok tani Meminjam alat ke desa Meminjam ke tetangga belum ada Mencari pinjaman alat ke tetangga 33

47 34 Lampiran 3 (lanjutan) 18. Rohman Pemupukan Kurang modal Meminjam ke kelompok tani 19. Mad Soleh Pemupukan Kurangnya modal Mengganti dengan pupuk kandang 20. Madsohi Penjarangan Tidak menguasai teknik penjarangan Konsultasi ke ketua kelompok tani 21. Ghandi Penyiangan Tidak ada alat potong Meminjam ke desa 22. Awen Penyiangan Tidak ada alat potong Mencari pinjaman alat 23. Tibi Pemupukan Kurang modal Mengganti dengan pupuk kompos 24. Madyusup Pemupukan Kurang modal Meminjam ke kelompok tani 25. Jaim Pemupukan Harga pupuk tinggi Meminjam ke saudara terdekat 26. Omay Pembersihan lahan tidak ada tidak ada 27. Holil Penjarangan Tidak menguasai teknik penjarangan Konsultasi ke ketua kelompok tani 28. Obar Pemupukan Kurang modal Mengajukan dana ke kelompok tani 29. Mahmud Pemupukan Kurang modal Mengajukan dana ke kelompok tani 30. Eman Pemupukan Kurang modal Mengajukan dana ke kelompok tani 34

48 35 Lampiran 4. Aspek kultural kelembagaan No. Nama Petani Hakekat Hidup Yang Dianut Tujuan Dalam Bekerja Persepsi Terhadap Waktu Yingying S. Aji Asep Sambas Adeng Opan Asun Atmawijaya Iyas Sobari Suwardi Hamid Trisnawan Adli Usun S. Ruksar Komarudin Rohman Hidup merupakan sesuatu yang baik Hidup merupakan sesuatu yang baik Hidup merupakan sesuatu yang baik Hidup merupakan sesuatu yang baik Hidup merupakan sesuatu yang baik Hidup merupakan sesuatu yang baik Hidup merupakan sesuatu yang baik Hidup merupakan sesuatu yang baik Hidup merupakan sesuatu yang baik Hidup merupakan sesuatu yang baik Hidup merupakan sesuatu yang baik Hidup merupakan sesuatu yang baik Hidup merupakan sesuatu yang baik Hidup merupakan sesuatu yang baik Hidup merupakan sesuatu yang baik Hidup merupakan sesuatu yang buruk Hidup merupakan sesuatu yang baik Hidup merupakan sesuatu yang baik Mencari nafkah Mencari nafkah Mencari nafkah Mencari nafkah Mencari nafkah Mencari nafkah Mencari nafkah Mencari nafkah Mencari nafkah Mencari nafkah Mencari nafkah Mencari nafkah Mencari nafkah Mencari nafkah Mencari nafkah Mencari nafkah Mencari nafkah Mencari nafkah Berorientasi ke masa depan Berorientasi ke masa depan Berorientasi ke masa depan Berorientasi ke masa depan Berorientasi ke masa depan Berorientasi ke masa depan Berorientasi ke masa lalu Berorientasi ke masa depan Berorientasi ke masa depan Berorientasi ke masa depan Berorientasi ke masa depan Berorientasi ke masa depan Berorientasi ke masa depan Berorientasi ke masa depan Berorientasi ke masa depan Berorientasi ke masa sekarang Berorientasi ke masa depan Berorientasi ke masa depan 35

49 36 Lampiran 4 (lanjutan) 19. Mad Soleh Hidup merupakan sesuatu yang baik Mencari nafkah Berorientasi ke masa depan 20. Madsohi Hidup merupakan sesuatu yang baik Mencari nafkah Berorientasi ke masa depan 21. Ghandi Hidup merupakan sesuatu yang baik Mencari nafkah Berorientasi ke masa depan 22. Awen Hidup merupakan sesuatu yang baik Mencari nafkah Berorientasi ke masa depan 23. Tibi Hidup merupakan sesuatu yang baik Mencari nafkah Berorientasi ke masa depan 24. Madyusup Hidup merupakan sesuatu yang buruk Mencari nafkah Berorientasi ke masa depan 25. Jaim Hidup merupakan sesuatu yang baik Mencari nafkah Berorientasi ke masa depan 26. Omay Hidup merupakan sesuatu yang baik Mencari nafkah Berorientasi ke masa depan 27. Holil Hidup merupakan sesuatu yang baik Mencari nafkah Berorientasi ke masa depan 28. Obar Hidup merupakan sesuatu yang baik Mencari nafkah Berorientasi ke masa depan 29. Mahmud Hidup merupakan sesuatu yang baik Mencari nafkah Berorientasi ke masa depan 30. Eman Hidup merupakan sesuatu yang baik Mencari nafkah Berorientasi ke masa depan 36

50 37 Lampiran 5. Aspek struktural kelembagaan No. Kelompok Tani Pihak Yang Dominan Mengambil Keputusan 1. Mandiri Wangi Rapat anggota 2. Manggu Jaya Rapat anggota 3. Jayanti Sejahtera Rapat anggota Kepemimpinan Dipilih dan Ditentukan Keprofesionalan Keprofesionalan Keprofesionalan

51 38 Lampiran 6. Dokumentasi penelitian Gambar 1. Wawancara responden dengan ketua kelompok tani Manggu Jaya di rumah ketua kelompok tani pada 4 Maret 2011 pukul WIB Gambar 2. Ketua kelompok tani Mandiri Wangi (sebelah kiri) dirumah ketua kelompok tani pada 2 Maret 2011 pukul WIB Gambar 3. Rapat Anggota Tahunan GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) di Desa Buniwangi pada 4 Maret 2011 pukul 10.17

KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI HUTAN RAKYAT DI DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU, SUKABUMI MARTINUS ARDI RUBIYANTO

KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI HUTAN RAKYAT DI DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU, SUKABUMI MARTINUS ARDI RUBIYANTO 1 KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI HUTAN RAKYAT DI DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU, SUKABUMI MARTINUS ARDI RUBIYANTO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelembagaan 2.1.1 Pengertian Kelembagaan Kelembagaan merupakan suatu sistem yang sengaja dibuat manusia untuk mengatur cara, aturan, proses dan peran masing-masing komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelembagaan 2.1.1 Pengertian Kelembagaan Suatu kelembagaan merupakan suatu sistem kompleks yang sengaja dibuat manusia untuk mengatur cara, aturan, proses, dan peran masing-masing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara TINJAUAN PUSTAKA Partisipasi Masyarakat Desa Hutan Masyarakat (community) adalah sekumpulan orang yang mendiami suatu tempat tertentu, yang terikat dalam suatu norma, nilai dan kebiasaan yang disepakati

Lebih terperinci

STUDI KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI HUTAN RAKYAT DI WILAYAH CIANJUR SELATAN

STUDI KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI HUTAN RAKYAT DI WILAYAH CIANJUR SELATAN STUDI KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI HUTAN RAKYAT DI WILAYAH CIANJUR SELATAN (Kasus di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung) Septi Widiyanti DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI HUTAN DI KECAMATAN BARUSJAHE KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA

KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI HUTAN DI KECAMATAN BARUSJAHE KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI HUTAN DI KECAMATAN BARUSJAHE KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA Institutional Forest Farmers in Barusjahe District Karo Regency North Sumatera Laura Julita br Ginting 1), Ridwanti

Lebih terperinci

KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI HUTAN DI KECAMATAN BARUSJAHE KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA

KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI HUTAN DI KECAMATAN BARUSJAHE KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI HUTAN DI KECAMATAN BARUSJAHE KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH LAURA JULITA BR GINTING 091201128/MANAJEMEN HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Popayato Barat merupakan salah satu dari tiga belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Kecamatan Popayato

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI Laporan Akhir Hasil Penelitian TA.2015 KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI Tim Peneliti: Kurnia Suci Indraningsih Dewa Ketut Sadra

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Desa Ciaruteun Ilir Desa Ciaruteun Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 360 ha,

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON MELALUI PROGRAM PRIMATANI (Kasus: Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON MELALUI PROGRAM PRIMATANI (Kasus: Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON MELALUI PROGRAM PRIMATANI (Kasus: Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) SKRIPSI TEGUH PURWADI H34050065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hutan Rakyat Menurut Undang-Undang Kehutanan No. 41 Tahun 1999 Pasal 1 (E), hutan rakyat atau disebut juga hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK INDIVIDUAL ANGGOTA MASYARAKAT

KARAKTERISTIK INDIVIDUAL ANGGOTA MASYARAKAT 71 KARAKTERISTIK INDIVIDUAL ANGGOTA MASYARAKAT Anggota masyarakat yang menjadi sampel sekaligus menjadi responden berjumlah orang yang merupakan anggota KTH dalam program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

ANALISIS KELEMBAGAAN IRIGASI DALAM RANGKA PROYEK REHABILITASI SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

ANALISIS KELEMBAGAAN IRIGASI DALAM RANGKA PROYEK REHABILITASI SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI ANALISIS KELEMBAGAAN IRIGASI DALAM RANGKA PROYEK REHABILITASI SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI (Kasus Kawasan Irigasi Teknis Cigamea, Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

Lebih terperinci

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI Oleh : UMI NURROISAH NIM. 10413244010 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Topografi Desa Banyuroto terletak di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan batas

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 32 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Wilayah Desa Sumberejo terletak di Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis, terletak pada 7 32 8 15

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan 29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

STUDI BUDIDAYA DAN PENANGANAN PASCA PANEN SALAK PONDOH (Salacca zalacca Gaertner Voss.) DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

STUDI BUDIDAYA DAN PENANGANAN PASCA PANEN SALAK PONDOH (Salacca zalacca Gaertner Voss.) DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN STUDI BUDIDAYA DAN PENANGANAN PASCA PANEN SALAK PONDOH (Salacca zalacca Gaertner Voss.) DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN Oleh: Oktafianti Kumara Sari A34303035 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

WAWASAN SOSIAL BUDAYA. Kehidupan Pedesaan Dan Perkotaan

WAWASAN SOSIAL BUDAYA. Kehidupan Pedesaan Dan Perkotaan WAWASAN SOSIAL BUDAYA Kehidupan Pedesaan Dan Perkotaan Disusun Oleh : Nur Fazheera Al Gadri (D0217023) Hendra Lesmana (D0217515) Asmirah (D0217024) Abdillah Resky Amiruddin (D0217514) FAKULTAS TEKNIK PRODI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN PENCAPAIAN PRESTASI KERJA KARYAWAN DI TAMAN AKUARIUM AIR TAWAR, TAMAN MINI INDONESIA INDAH, JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN PENCAPAIAN PRESTASI KERJA KARYAWAN DI TAMAN AKUARIUM AIR TAWAR, TAMAN MINI INDONESIA INDAH, JAKARTA HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN PENCAPAIAN PRESTASI KERJA KARYAWAN DI TAMAN AKUARIUM AIR TAWAR, TAMAN MINI INDONESIA INDAH, JAKARTA RYANI MUTIARA HARDY PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR MEISWITA PERMATA HARDY SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat adalah suatu program pengelolaan sumber daya hutan yang dilakukan bersama dengan jiwa berbagi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR.

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR. KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR Diarsi Eka Yani 1 Pepi Rospina Pertiwi 2 Program Studi Agribisnis, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh MENDUT NURNINGSIH E01400022 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR DENGAN ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT DATAR OLEH BAGUS MAHENDRA A24051108 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA

PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN Dengan ini

Lebih terperinci

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK KETERKAITAN PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI DENGAN PERAN KELOMPOK TANI DALAM PEROLEHAN KREDIT USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Depok) Diarsi Eka Yani

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di 63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET 47 6.1. Aspek Biofisik 6.1.1. Daya Dukung Lahan VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET Berdasarkan data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Cianjur tahun 2010, kondisi aktual pertanaman karet

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA PETERNAKAN DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK DOMBA SKRIPSI YULIDA

ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA PETERNAKAN DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK DOMBA SKRIPSI YULIDA ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA PETERNAKAN DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK DOMBA SKRIPSI YULIDA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Petani Hutan Rakyat 5.1.1. Karakteristik Petani Hutan Rakyat Karakteristik petani hutan rakyat merupakan suatu karakter atau ciri-ciri yang terdapat pada responden.

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP PERTANIAN SEMI ORGANIK PADA KOMODITI CABAI MERAH

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP PERTANIAN SEMI ORGANIK PADA KOMODITI CABAI MERAH FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP PERTANIAN SEMI ORGANIK PADA KOMODITI CABAI MERAH (Kasus: Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo) SKRIPSI OLEH: MAHARANI JUITA SARI 060309031 SEP

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib sekolah terhadap tingkat kedisiplinan siswa menunjukkan bahwa kecenderungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI DENGAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH LAHAN IRIGASI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI DENGAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH LAHAN IRIGASI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI DENGAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH LAHAN IRIGASI (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI Oleh : CITRANTY AKRIANA 060309023/PKP

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN 1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Trimodadi 1. Kondisi Geografis Desa Trimodadi Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara terletak pada ketinggian 120 m dari

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai dan kultur tradisional. Sejak jaman dahulu, mereka tidak hanya

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG Kasus pada Kelompok Ternak Lembu Jaya dan Bumi Mulyo Kabupaten Banjarnegara SKRIPSI TAUFIK BUDI PRASETIYONO PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT Oleh: NORTHA IDAMAN A 14105583 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok) DIARSI EKA YANI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 POTENSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan ketahanan pangan nasional, pembentukan

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN 7.1. Latar Belakang Rancangan Program Kemiskinan di Desa Mambalan merupakan kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor struktural daripada faktor

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi)

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) RONALD FRANSISCO MARBUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia mendapat julukan sebagai Macan Asia dan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia mendapat julukan sebagai Macan Asia dan keberhasilan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan Indonesia periode Orde baru menunjukkan hasil yang signifikan dalam beberapa bidang, mulai dari pengentasan kemiskinan, pembangunan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

Oleh : Dewi Mutia Handayani A

Oleh : Dewi Mutia Handayani A ANALISIS PROFITABILITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MENURUT LUAS DAN STATUS KEPEMILIKAN LAHAN (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : Dewi Mutia Handayani

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP KEBERDAYAAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA

PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP KEBERDAYAAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP KEBERDAYAAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA (Kasus: Program Urban Masyarakat Mandiri, Kelurahan Bidaracina, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur) Oleh: DEVIALINA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 958, 2013 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kemitraan Kehutanan. Masyarakat. Pemberdayaan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.39/MENHUT-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BAB II BEBERAPA BIDANG PERMASALAHAN GAMPONG. peserta KKN ke masyarakat. Sebagai pengabdian diri kepada masyarakat,

BAB II BEBERAPA BIDANG PERMASALAHAN GAMPONG. peserta KKN ke masyarakat. Sebagai pengabdian diri kepada masyarakat, BAB II BEBERAPA BIDANG PERMASALAHAN GAMPONG A. Pendidikan, Agama, Ekonomi, dan Sosial Budaya Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilaksanakan dengan penerjunan mahasiswa peserta KKN ke masyarakat. Sebagai pengabdian

Lebih terperinci

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN 68 BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN Pengorganisasian lebih dimaknai sebagai suatu kerangka menyeluruh dalam rangka memecahkan masalah ketidakadilan sekaligus membangun tatanan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ACHMAD

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DAN BEBERAPA FAKTOR PENDUKUNG DENGAN PARTISIPASINYA DALAM PELESTARIAN HUTAN DI KAWASAN PEMANGKUAN HUTAN PARUNG PANJANG KABUPATEN BOGOR YAYUK SISWIYANTI

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN 46 BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Profil Desa Tawangrejo 1. Letak geografis Secara geografis Desa Tawangrejo

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebuah komitmen untuk melibatkan masyarakat di dalam pembangunan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebuah komitmen untuk melibatkan masyarakat di dalam pembangunan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kondisi hutan yang semakin kritis mendorong pemerintah membuat sebuah komitmen untuk melibatkan masyarakat di dalam pembangunan pengelolaan hutan. Komitmen tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HARY RACHMAT RIYADI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian dan perkebunan baik yang berskala besar maupun yang berskala. sumber devisa utama Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian dan perkebunan baik yang berskala besar maupun yang berskala. sumber devisa utama Negara Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebahagian besar penduduk bangsa Indonesia hidup dari sektor pertanian dan perkebunan baik yang berskala besar maupun yang berskala kecil guna meningkatkan perekonomian

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus: Pengelolaan Sampah Terpadu Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) Perumahan Pondok Pekayon Indah, Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat dan Pengelolaannya Hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan negara yang bertumbuhan pohon-pohonan sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dikenal karena keberadaan Desa Gobah berada diantara Sungai Kampar dan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dikenal karena keberadaan Desa Gobah berada diantara Sungai Kampar dan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Gobah Desa Gobah adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar ini yang menurut beberapa tokoh masyarakat Desa Gobah dikenal karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kawasan hutan konservasi merupakan kawasan yang berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan terhadap keanekaragaman jenis tumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan SDM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kesiapan dari pegawai tersebut, akan tetapi tidak sedikit organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kesiapan dari pegawai tersebut, akan tetapi tidak sedikit organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebuah organisasi apapun bentuknya membutuhkan pegawai yang paling ideal untuk mendukung terciptanya pencapaian tujuan organisasi. Pegawai sebagai Man Power

Lebih terperinci