HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI HORMONAL DI BPM ZUNIAWATI PALEMBANG

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI HORMONAL DI DESA BATOH TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS MLATI II KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI PIL DENGAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS TELUK TIRAM BANJARMASIN

PENGARUH PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL TERHADAP PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPM CHOIRUL MALA HUSIN PALEMBANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

Siti Amallia 1, Rahmalia Afriyani 2, Yuni Permata Sari 3 1,2,3 STIK Siti Khadijah Palembang.

PERBEDAAN PENGARUH KB SUNTIK 1 BULAN DAN KB SUNTIK 3 BULAN TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DI BPS BIDAN S KECAMATAN TAWANGSARI KOTA TASIKMALAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

MIKIA KEJADIAN AMENORE SEKUNDER PADA AKSEPTOR SUNTIK DMPA. Artikel Penelitian. Nurya Viandika 1 Nurfitria Dara Latuconsina 2

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

itu bersifat sementara, dapat pula Pendahuluan Tingginya angka kelahiran di bersifat permanen. Penggunaan Indonesia menggelisahkan banyak

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN DI PUSKESMAS KRATON YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

Jl. Ki Ageng Selo no. 15 Pati ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI KB

STUDI KOMPARASI KENAIKAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN DAN 3 BULAN DI KLINIK GRIYA HUSADA KARANGANYAR

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

Pengguna Kontrasepsi Hormonal Suntikan dengan Kenaikan I. PENDAHULUAN. kontrasepsi yang populer di Indonesia. adalah kontrasepsi suntik.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR SUNTIK DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Kenaikan Berat Badan 1

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DEPOMEDROKSI PROGESTERON ASETAT (DMPA) DENGAN TEKANAN DARAH PADA IBU DI PUSKESMAS RANOTANA WERU

Rika herawati : Hubungan Berat Badan Ibu Dengan Pemakaian KB Hormonal Di Desa Pekan Tebih Wilayah Kerja Puskesmas Kepenuhan Hulu

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAN IMPLANT (Studi pada akseptor KB Desa Arjasari, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya 2014)

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

HUBUNGAN PENGGUNAAN KB SUNTIK 3 BULAN (DMPA) DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN DI PUSKESMAS CENDRAWASIH KOTA MAKASSAR

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN ANTARA AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK SATU BULANAN DENGAN TIGA BULANAN DI PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

HUBUNGAN ANTARA LAMA PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

INTISARI PENGARUH PEMAKAIAN KONTRASEPSI ORAL DAN SUNTIK TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS TAPIN UTARA KABUPATEN TAPIN

KENAIKAN BERAT BADAN DENGAN LAMA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEMBANTU SUNGAI MENGKUANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada

ANALISIS PERBEDAAN BERAT BADAN SEBELUM DAN SELAMA MENGGUNAKAN KB SUNTIK 3 BULAN DI BPS NY

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI HORMONAL DI DESA BATURSARI KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

Hubungan Antara Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Suntik DMPA dengan Peningkatan Berat Badan di Puskesmas Lapai Kota Padang

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI BPM DEWI ANGGRIANI PALEMBANG TAHUN 2017

ANALISIS PERBEDAAN BERAT BADAN ASEPTOR KB MENGGUNAKAN KONTRASEPSI SUNTIK TIGA BULAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI PIL KB KOMBINASI DENGAN HIPERTENSI PADA AKSEPTOR PIL KB DI PUSKESMAS ENEMAWIRA KABUPATEN SANGIHE

Yuyun Oktaviani Dano Nim: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

KAJIAN RESIKO PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DAN PIL TERHADAP TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS KABUPATEN NGAWI NASKAH PUBLIKASI

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

INTISARI. Kata Kunci : Kontrasepsi Suntik, Produksi ASI, 1,2 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin, 3 Puskesmas Perawatan Kelua Kabupaten Tabalong

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Disusun oleh : Giri Suseno

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK DMPA DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI BPM SRI LESTARI, AM.KEB DESA PAGERSARI KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG

: LULUK ERDIKA GRESTASARI J

HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK DMPA DENGAN KEJADIAN AMENORHEA

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

METODE PENELITIAN. wawancara terstruktur dengan panduan kuisioner. Waktu penelitian : Bulan Desember 2013

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

GAMBARAN KENAIKAN BERAT BADAN AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK PROGESTIN Aibah 1, Tyasning Yuni Astuti Anggraini 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.4 No 1 Januari

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN KEJADIAN PENINGKATAN BERAT BADAN DAN UPAYA PENANGANANNYA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANYARAN SEMARANG

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

HUBUNGAN AKSEPTOR KB HORMONAL DENGAN KEJADIAN AMENORRHEA DI PUSKESMAS BOJONG KECAMATAN BOJONG KABUPATEN TEGAL TAHUN 2009

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL TERHADAP PERUBAHAN FISIK IBU DI KLINIK ANITA MEDAN Mey Elisa Safitri Dosen Akademi Kebidanan Helvetia Medan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

HUBUNGAN DISIPLIN WAKTU DALAM PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEGAGALAN AKSEPTOR PIL KB KOMBINASI

JENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

PENGARUH PENGETAHUAN AKSEPTOR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IMPLANT. Yunik Windarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai

Oleh: Syajaratuddur Faiqah Dosen pada Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Mataram

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga. alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran.

Selfi Elisabeth Kansil Rina Kundre Yolanda Bataha

Hubungan antara Jenis dan Lama Pemakaian Alat Kontrasepsi Hormonal dengan Peningkatan Berat Badan Akseptor

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 1 BULAN DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPS NY. YULIANA KABUPETEN LAMONGAN.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Kata Kunci: Akseptor KB suntik 1 bulan, Akseptor KB suntik 3 bulan, pemenuhan kebutuhan seksual.

Transkripsi:

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI HORMONAL DI BPM ZUNIAWATI PALEMBANG Annisa Khoiriah STIK Siti Khadijah Palembang Email: annisakhr_1307@yahoo.co.id Abstrack: The Relations in Addition of Weight in Hormonal Contraception Acceptors at BPM Zuniawati Palembang. The use of hormonal contraception in a given period of time can cause various side effects one of which is the change in weight. The purpose of this study is to determine the relationship of weight gain on hormonal contraceptive acceptors. This study is an observational study by using secondary data from the Medical Record in BPM Zuniawati Palembang. The population in this research were 7,236 respondents and the sampling technique using Cross Sectional with Simple Random Sampling system with a sample of 99 respondents who use hormonal contraception. The data collection is done with the checklist. Based on the results of data analysis using Chi Square test showed that there is a relationship between weight gain with hormonal contraceptive acceptors (p -value = 0.001). Respondents who experienced weight gain during the use of hormonal contraception by 66 respondents (94.3%), while respondents who did not experience weight gain of five respondents (17.2%). Keywords: Weight gain, Hormonal contraceptive, Acceptors Abstrak: Hubungan Penambahan Berat Badan pada Akseptor Kontrasepsi Hormonal di BPM Zuniwati Palembang. Penggunaan alat kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan berbagai efek samping salah satunya adalah perubahan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan penambahan pada akseptor kontrasepsi hormonal. Penelitian ini merupakan penelitian observasi dengan menggunakan data sekunder dari Medical Record di BPM Zuniawati Palembang. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 7.236 responden dan teknik pengambilan sampel ini menggunakan Cross Sectional dengan sistem Simple Random Sampling dengan jumlah sampel 99 responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal. Pengumpulan data dilakukan dengan checklist. Berdasarkan hasil analisa data menggunakan uji Chi Square didapatkan bahwa ada hubungan antara penambahan dengan akseptor kontrasepsi hormonal ( p-value = 0,001). Responden yang mengalami penambahan selama menggunakan alat kontrasepsi hormonal sebesar 66 responden ( 94,3%), sedangkan responden yang tidak mengalami penambahan sebesar 5 responden (17,2%). Kata kunci: Penambahan, Akseptor, Kontrasepsi hormonal Dalam rangka mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluargaberkualitas, pemerintah menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui penyelenggaraan program keluargaberencana. Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu pelayanan kesehatan yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara mengeluarkan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi. Banyak wanita yang harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena keterbatasan pengetahuan mereka tentang pilihan kontrasepsi, tetapi juga metode-metode tersebut mungkin tidak diterimah, sehubungan dengan kebijakan nasional KB. Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerja sama pasangan dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak (Maryani, 2003). Pilihan kontrasepsi yang ada sekarang memungkinkan wanita atau pasangan untuk memilih kontrasepsi yang paling sesuai untuk keadaan khusus mereka sendiri. Saat ini wanita mempunyai lebih banyak pilihan kontrasepsi yang reversible atau sementara dari pada lakilaki. Wanita dapat memilih metode perintang (diafragma vagina, cervical cap, spon vagina, kondom vagina), kontrasepsi hormonal (pil, suntikan, implan), spiral (IUD) (Jones, 2001). Penggunaan alat kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan berbagai efek samping salah satunya adalah 271

272 Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 2, Agustus 2016, hlm 271-276 perubahan. Namun demikian, berat badan yang bertambah umunya tidak terlalu besar, hal ini bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai5 kg dalam tahun pertama. Sebagian besar wanita dari pasangan usia subur yang merupakan akseptor pengguna alat kontrasepsi mengalami peningkatan. Walaupun tingkat kelahiran dapat ditekan dalam mengatasl laju pertumbuhan penduduk, namun tidak dapat dihindari timbulnya dampak lain akibat penggunaan alat kontrasepsi khususnya penggunaan alat kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu tertentu yang dapat menimbulkan berbagai efek samping, salah satunya adalah perubahan (Hartanto, 2004 dalam Maria, 2006). Meskipun kontrasepsi hormonal menimbulkan berbagai dampak pada organ reproduksi maupun perubahan, namun kontrasepsi hormonal merupakan salah satu alat kontrasepsi yang penggunaannya meningkat dengan tajam. Menurut Word Health Organazation (WHO), dewasa ini hampir 380 juta pasangan di dunia menjalankan keluarga berencana dan 65-75 juta diantaranya terutama dinegeri berkembang menggunakan kontrasepsi hormonal seperti pil, suntik dan implan. Diperkirakan sekarang ini lebih dari 60 juta wanita di dunia menggunakan kontrasepsi oral dan lebih dari 10 juta menggunakan sediaan suntikan dan implan (Prawiroharjo, 2011). Menurut World Health Organization menjelaskan bahwa terjadi peningkatan angka pengguna alat kontrasepsi terutama kontrasepsi yang mempunyai efektifitas jangka panjang yaitu implan tahun 2011 jumlah pengguna sebanyak 23,4% meningkat pada tahun 2012 sebanyak 26,17%. Menurut World Population Data Sheet tahun 2013, Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu 249 juta. Di antara negara ASEAN, Indonesia dengan luas wilayah terbesar tetap menjadi negara dengan penduduk terbanyak, jauh di atas 9 negara anggota lain. Dengan angka Fertilitas atau Total Fertility Rate (TFR) 2,6. Indonesia masih berada di atas ratarata TFR negara ASEAN yaitu 2,4 (WHO, 2013). Berdasarkan data dari BPM Zuniawati Palembang tahun 2013 berjumlah 6.972 akseptor KB, 6.031 akseptor KB hormonal (Suntikan, Pil, dan Implan), 896 akseptor KB non hormonal (IUD dan Kondom). Dan dari bulan januari 2014 sampai dengan bulan april 2015 berjumlah 7.236 akseptor KB, akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal berjumlah 6.182 (Suntikan, Pil dan Implan) dan akseptor kontrasepsi non hormonal berjumlah 1.054 (IUD dan Kondom). Berdasarkan data yang diperoleh dari akseptor KB hormonal (Suntikan, Pil dan Implan) di BPM Zuniawati Palembang mengatakan bahwa kenaikan merupakan salah satu efek samping yang sering mereka keluhkan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional yaitu dimana pengumpulan data dilakukan dalam waktu bersamaan. Artinya, setiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Populasi pada penelitian ini semua akseptor kontrasepsi yang tercatat dalam rekam medik (medical record) di BPM Zuniawati Palembang dari bulan januari 2014 sampai bulan april 2015 berjumlah 7.236 akseptor KB. Akseptor KB yang menggunakan kontrasepsi hormonal berjumlah 6.182 akseptor (Suntikan, Pil dan Implan) dan kontrasepsi non hormonal berjumlah 1.054 akseptor (IUD dan Kondom). Sampel penelitian adalah keseluruhan objek yang diteliti atau dianggap mewakili seluruh populasi dengan kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti (Nursalam, 2009). Pengambilan sampel dalam penelitian ini yakni menggunakan Cross Sectional dengan sistem Simple Random Sampling yaitu setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Penelitian ini dilaksanakan di BPM Zuniawati Palembang Tahun 2016 dan Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 Mei - 3 Juni 2016. HASIL A. ANALISIS UNIVARIAT Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Penambahan Berat Badan Kejadian Penambahan Berat Badan n % Tidak mengalami 33 33,3 penambahan Mengalami penambahan 66 66,7 Jumlah 99 100,0 Penambahan diperoleh dari hasil pendataan pada responden mengenai data sebelum menggunakan kontrasepsi

Khoiriah, Hubungan Penambahan Berat Badan pada Akseptor Kontrasepsi Hormonal 273 hormonal dan data setelah menggunakan kontrasepsi hormonal yang diperoleh dari hasil data sekunder. Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 99 responden, responden yang paling banyak mengalami peningkatan sebanyak 66 responden (66.7%), daripada responden yang tidak mengalami penambahan sebanyak 33 respoden (33.3%). Akseptor kontrasepsi hormonal adalah salah satu yang digunakan akseptor sebagai alat kontrasepsi baik dalam bentuk pil, suntikan maupun implan yang diperoleh dari data sekunder. Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kontrasepsi Jenis Kontrasepsi n % Tidak akseptor kontrasepsi 30 30,3 hormonal Akseptor kontrasepsi hormonal 69 69,7 Jumlah 99 100,0 Sumber: Kasiani, 2016 Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 99 responden, jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan responden yaitu akseptor kontrasepsi hormonal (pil, suntik dan implan) sebesar 69 responden (69, 7%), sedangkan bukan akseptor kontrasepsi hormonal sebesar 30 responden (30,3%). B. ANALISIS BIVARIAT Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan variabel dependen dan variabel independen. Seperti yang telah dijelaskan pada sebelumnya bahwa variabel dependen pada penelitian ini adalah akseptor kontrasepsi hormonal (pil, suntikan dan implan), sedangkan variabel independen yang diteliti dengan hubungannya dengan variabel dependen yaitu penambahan. Hubungan penambahan pada akseptor kontrasepsi hormonal yaitu terjadinya penambahan berat yang dialami pada akseptor kontrasepsi hormonal. Tabel 3. Hubungan Penambahan Berat Badan pada Akseptor Kontrasepsi Hormonal Akseptor kontrasepsi hormonal Penambahan Tidak Akseptor Kontrasepsi Hormonal Akseptor Kontrasepsi Hormonal n % p-value OR Tidak mengalami penambahan Mengalami penambahan n % n % 18 54.5 15 45.5 33 100,0 12 18.2 54 81.8 66 100,0 Jumlah 30 30,3 69 69,7% 99 100,0 Sumber:Kasiani, 2016 ρ=0,001 OR=5,400 Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 66 responden yang mengalami penambahan berat badan lebih banyak pada akseptor kontrasepsi hormonal sebesar 54 responden (81,8%), hal ini lebih besar dibandingkan dari 33 responden yang tidak mengalami penambahan pada akseptor kontrasepsi hormonal sebesar 15 responden (45.5%). Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan nilai p-value=0,001 < α=0,05, dengan demikian Ho diterimah atau dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara penambahan dengan akseptor kontrasepsi hormonal. Jika dilihat dari nilai OR 5.400 atau hubungan kuat, sehingga dapat dikatakan akseptor kontrasepsi hormonal memberikan kontribusi sebesar 5,4% terhadap penambahan. PEMBAHASAN Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat

274 Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 2, Agustus 2016, hlm 271-276 adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma.cara kerja kontrasepsi bermacam-macam, tetapi pada umumnya mempunyai fungsi mengusah akan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma, serta menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma. Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Kebanyakan jenis hormon yang terkandung dalam kontrasepsi hormonal adalah jenis sintetik, kecuali yang terkandung dalam depo medroksiprogesteron (depo MPA), yang jenis hormonnya adalah progesteron alamiah (Baziad, 2002). Hasil penelitian hubungan penambahan pada akseptor kontrasepsi hormonal di BPM Zuniawati Palembang Tahun 2015 dalam hal initentang terjadinya penambahan yang terjadi pada akseptor kontrasepsi hormonal (suntikan, pil dan implan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan terjadi pada akseptor kontrasepsi hormonal sebanyak 54 responden (81.8%) yang mengalami penambahan berat badan, sedangkan yang tidak mengalami penambahan sebanyak 15 responden (45,5%). Dan yang tidak akseptor kontrasepsi hormonal sebanyak 12 responden (18,2%) yang mengalami penambahan, sedangkan yang tidak mengalami penambahan 18 responden (54,5%). Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan nilai p-value 0,001< α 0,05, dengan demikian Ho diterimah atau dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara penambahan dengan akseptor kontrasepsi hormonal. Jika dilihat dari nilai OR 5.400 atau hubungan kuat, sehingga dapat dikatakan akseptor kontrasepsi hormonal memberikan kontribusi sebesar 5,4% terhadap penambahan. Penelitian ini sejalan dengan survei yang dilakukan oleh Darmawati, dkk (2012) yang berjudul hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kenaikan pada akseptor kontrasepsi hormonal di Desa Batoh, menyatakan bahwa pada penggunaan pil oral sebagian besar wanita mengalami perubahan yang dikarenakan adanya retensi cairan dari progestin atau estrogen yang mengakibatkan bertambahnya lemak subkutan terutama pada pinggul, paha dan payudara. Peningkatan pada peserta Implan dapat diakibatkan efek dari kegagalan inhibiting kerja hipofise dalam mensekresi hormon yang menggakibatkan peningkatan nafsu makan. Sedangkan kontrasepsi Suntikan mengandung hormon estrogen dan progesteron dalam terapinya, sehingga terjadi peningkatan jumlah hormon progesteron dan estrogen didalam tubuh, sehingga terjadi nafsu makan akan bertambah dan berakibat makan lebih banyak. Pencapaian peserta KB baru di Provinsi Aceh secara keseluruhan berdasarkan uji statistic dengan p- value=0,000 yang berarti < 0,05 ini menunjukkan Ho ditolak berdasarkan uji statistik, hal ini menunjukkan ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi suntikkan dengan kenaikan berat badan pada akseptor kontrasepsi hormonal di Desa batoh kecamatan Lueng Bata. Dan berdasarkan uji statistik dengan Fisher s Exact Test, didapatkan bahwa nilai p-value=0,0006 yang berarti p-value< 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterimah. Ini menunjukkan ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi pil/implan dengan kenaikan pada akseptor kontrasepsi hormonal di Desa Batoh Kecamatan Lueng Bata. Dan di dukung dari hasil penelitian Efi Sriwahyuni 2012 yang berjudul hubungan antara jenis dan lama pemakaian alat kontrasepsi hormonal dengan peningkatan akseptor di Surabaya. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa respondenyang menggunakan alat kontrasepsi hormonal lebih darisatu tahun yang mengalami peningkatan berat badanadalah sebesar 85,7% dan berdasarkan uji chi-square dengan menggunakan tabel 2 2 diperoleh nilai ρ sebesar 0,016 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubunganantara lama penggunaan alat kontrasepsi hormonal yangdipakai responden terhadap peningkatan. Lama pemakaian alat kontrasepsi hormonal menunjukkan bahwa responden yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal lebih dari satu tahun memiliki risiko sebesar 4,250 kali lebih besar mengalami peningkatan dibandingkan dengan responden yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal tidak lebih dari satu tahun.responden yang mengalami peningkatan selama menggunakan alat kontrasepsihormonal sebesar 66,7% sedangkan responden yang tidak mengalami peningkatan adalah sebesar 33,3% responden. Menurut Hartanto (2004), penggunaan alat kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan berbagai efek samping salah satunya adalah perubahan berat badan. Namun demikian, yang bertambah umumnya tidak terlalu besar, hal ini bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama. Sebagian besar wanita dari pasangan usia subur yang merupakan akseptor

Khoiriah, Hubungan Penambahan Berat Badan pada Akseptor Kontrasepsi Hormonal 275 pengguna alat kontrasepsi mengalami peningkatan. Pil merupakan jenis kontrasepsi yang mengalami peningkatan berat badan rata-rata 1-5 kg sedangkan suntikan dan implan rata-rata mengalami peningkatan berat badan sebesar 1-2 kg. Dan menurut Saifudin (2003), hal ini disebabkan karena kandungan dari hormon estrogen dan progesteron yang terdapat pada kontrasepsi pil, dimana hormon estrogen menyebabkan retensi cairan dan oedema, sedangkan progesterone mempermudah penumpukan karbohidrat dan gula menjadi lemak dan merangsang nafsu makan serta menurunkan aktifitas fisik, akibatnya pemakaian kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan bertambah berat badan. Umumnya pertambahan tidak terlalu besar, untuk jenis kontrasepsi pil bervariasi antara 1-5 kg. Sedangkan jenis kontrasepsi suntikan dan implan biasanya terjadi kenaikan atau penurunan 1-2 kg. Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ada maka peneliti berasumsi bahwa di BPM Zuniawati Palembang Tahun 2015 secara keseluruhan penggunaan kontrasepsi hormonal baik bentuk pil, suntikan maupun implan dapat mempengaruhi penambahan. Akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal lebih cenderung/banyak mengalami penambahan sekitar 1-3 kg, sedangkan yang bukan akseptor kontrasepsi hormonal sedikit mengalami penambahan berat badan. Hal ini disebabkan karenakan kandungan hormon pada kontrasepsi hormonal yaitu hormon estrogen dan progesteron yang dapat merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya. Dan rata-rata akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal dipengaruhi faktor lain seperti kebiasaan pola makan atau asupan gizi dan aktivitas fisik yang dilakukan oleh akseptor maka penambahan akseptor lebih meningkat setelah menggunakan kontrasepsi hormonal. Maka akseptor kontrasepsi hormonal akan mengalami penambahan berat badan setelah penggunaan kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu setelah kurang lebih 3 bulan pemakaian. Hubungan Penambahan Berat Badan pada Akseptor Kontrasepsi Hormonal Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan terjadi pada akseptor kontrasepsi hormonal sebanyak 54 responden (81,8%) yang mengalami penambahan berat badan, sedangkan yang tidak mengalami penambahan sebanyak 15 responden (45,5%). Dan yang tidak akseptor kontrasepsi hormonal sebanyak 12 responden (18,2%) yang mengalami penambahan, sedangkan yang tidak mengalami penambahan 18 responden (54,5%). Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan nilai p-value=0.001<α=0,05, dengan demikian Ho diterimah atau dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara penambahan dengan akseptor kontrasepsi hormonal. Jika dilihat dari nilai OR 5.400 atau hubungan kuat, sehingga dapat dikatakan akseptor kontrasepsi hormonal memberikan kontribusi sebesar 5,4% terhadap penambahan. Penelitian ini sejalan dengan survei yang dilakukan oleh Darmawati, dkk (2012), menyatakan bahwa pada penggunaan pil oral sebagian besar wanita mengalami perubahan yang dikarenakan adanya retensi cairan dari progestin atau estrogen yang mengakibatkan bertambahnya lemak subkutan terutama pada pinggul, paha dan payudara. Peningkatan pada peserta Implan dapat diakibatkan efek dari kegagalan inhibiting kerja hipofise dalam mensekresi hormon yang menggakibatkan peningkatan nafsu makan. Sedangkan kontrasepsi Suntikan mengandung hormon estrogen dan progesteron dalam terapinya, sehingga terjadi peningkatan jumlah hormon progesteron dan estrogen didalam tubuh, sehingga terjadi nafsu makan akan bertambah dan berakibat makan lebih banyak. Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Kebanyakan jenis hormon yang terkandung dalam kontrasepsi hormonal adalah jenis sintetik, kecuali yang terkandung dalam depo medroksiprogesteron (depo MPA), yang jenis hormonnya adalah progesteron alamiah (Baziad, 2002). Menurut Hartanto (2004), penggunaan alat kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan berbagai efek samping salah satunya adalah perubahan berat badan. Namun demikian, yang bertambah umumnya tidak terlalu besar, hal ini bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama. Sebagian besar wanita dari pasangan usia subur yang merupakan akseptor pengguna alat kontrasepsi mengalami peningkatan. Pil merupakan jenis kontrasepsi yang mengalami peningkatan berat badan rata-rata 1-5 kg sedangkan suntikan dan implan rata-rata mengalami peningkatan berat badan sebesar 1-2 kg. Dan menurut Saifudin (2003), hal ini disebabkan karena kandungan dari

276 Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 2, Agustus 2016, hlm 271-276 hormon estrogen dan progesteron yang terdapat pada kontrasepsi pil, dimana hormon estrogen menyebabkan retensi cairan dan oedema, sedangkan progesteron mempermudah penumpukan karbohidrat dan gula menjadi lemak dan merangsang nafsu makan serta menurunkan aktifitas fisik, akibatnya pemakaian kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan bertambah berat badan. Umumnya pertambahan tidak terlalu besar, untuk jenis kontrasepsi pil bervariasi antara 1-5 kg. Sedangkan jenis kontrasepsi suntikan dan implan biasanya terjadi kenaikan atau penurunan 1-2 kg. Secara keseluruhan penggunaan kontrasepsi hormonal baik bentuk pil, suntikan maupun implan dapat mempengaruhi penambahan. Akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal lebih cenderung/banyak mengalami penambahan berat badan sekitar 1-3 kg, sedangkan yang bukan akseptor kontrasepsi hormonal sedikit mengalami penambahan. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian dan teori di BPM Zuniawati Palembang. Dan Hal ini disebabkan karenakan kandungan hormon pada kontrasepsi hormonal yaitu hormon estrogen dan progesteron yang dapat merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya. Dan rata-rata akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal dipengaruhi faktor lain seperti kebiasaan pola makan atau asupan gizi dan aktivitas fisik yang dilakukan oleh akseptor maka penambahan akseptor lebih meningkat setelah menggunakan kontrasepsi hormonal. Maka akseptor kontrasepsi hormonal akan mengalami penambahan setelah penggunaan kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu setelah kurang lebih 3 bulan pemakaian. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan bermakna antara penambahan berat badan pada akseptor kontrasepsi hormonal di BPM Zuniawati Palembang dengan hasil uji statistik nilai p-value=0,001<α=0,05, hipotesa awal terbukti secara statistik. SARAN Direkomendasikan bagi institusi pendidikan, pelayanan kesehatan agar dapat mengembangkan upaya promosi kesehatan dan meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada ibu yang akan menggunakan alat kontrasepsi hormonal. DAFTAR PUSTAKA Baziad, A. 2002. Kontrasepsi Hormonal, Edisi 1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. BKKBN Nasional. 2013. Situasi dan Analisi Keluarga Berencana 2013. http://www.bkkbn.go.id/kependudukan/pa ges/datasurvey/sdki/kesertaan_kb/cpr /Nasional.aspx (Diakses 9 April 2016). Darmawati, dkk. 2012. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Dengan Kenaikkan Berat Badan Pada Akseptor Kontrasepsi hormonal Di Desa Batoh Tahun 2012. Jurnal PSIK-FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. (Diakses 28 Maret 2016). Hartanto, H. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: SinarHarapan. Jones, L.D. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates. Maryani, H. 2003. Cara Tepat Memilih Kontrasepsi Keluarga Berencana bagi Wanita. Jakarta: Depkes. RI. Nursalam. 2009. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Sriwahyuni, Efi., dkk. 2012. Tentang Hubungan antara Jenis dan Lama Pemakaian Alat Kontrasepsi Hormonal dengan Peningkatan Berat Badan Akseptor. Jurnal Falkultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya. (Diakses 7 April 2016). Tukiman, Suryanti. 2012. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Dengan Kejadian Peningkatan Berat Badan Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Tamalanrea Makassar. Skripsi Sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin Makassar.