KAJIAN KEPEMILIKAN SUMBER DAYA ALAM NON HAYATI DALAM WILAYAH 12 MIL LAUT (STUDI KASUS : Pulau Pagerungan Besar dan Kecil, Kabupaten Sumenep) Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
Abstrak. Ria Widiastuty 1, Khomsin 1, Teguh Fayakun 2, Eko Artanto 2 1 Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya, 60111

Pengaruh Perubahan UU 32/2004 Menjadi UU 23/2014 Terhadap Luas Wilayah Bagi Hasil Kelautan Terminal Teluk Lamong antara

BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH

Abstrak PENDAHULUAN.

STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DAN ASTER (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit

BAB II DASAR TEORI II.1 Kewenangan Daerah di Wilayah Laut

TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUIH NOPEMBER SURABAYA

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)

BAB III TAHAPAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS KEWENANGAN WILAYAH LAUT DAERAH

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH

Jurnal Geodesi Undip Juli 2017

STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DENGAN DATA CITRA LANDSAT 7 ETM DAN DEM SRTM

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

Dosen Pembimbing : Ir. Chatarina Nurdjati Supadiningsih,MT Hepi Hapsari Handayani ST, MSc. Oleh : Pandu Sandy Utomo

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Pemetaan Pola Hidrologi Pantai Surabaya-Sidoarjo Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu dan Peristiwa Lapindo Menggunakan Citra SPOT 4

Departemen Teknik Geomatika, FTSLK-ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Indonesia Abstrak

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ANALISA TUTUPAN LAHAN TERHADAP RENCANA INVESTASI DI KECAMATAN LABANG, KABUPATEN BANGKALAN PASCA SURAMADU DENGAN CITRA SPOT-5

Evaluasi Kesesuaian Tutupan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2009 Dengan Peta RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007

Ayesa Pitra Andina JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENEGASAN BATAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENEGASAN BATAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

ANALISIS ALTERNATIF BATAS WILAYAH LAUT KOTA SEMARANG DAN KABUPATEN KENDAL

ANALISIS SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN PERUBAHAN GARIS PANTAI DI MUARA PERANCAK BALI DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PROSES GENERALISASI GARIS PANTAI DALAM PETA KEWENANGAN DAERAH DI WILAYAH LAUT MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUGLAS-PEUCKER

METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Aninda Nurry M.F ( ) Dosen Pembimbing : Ira Mutiara Anjasmara ST., M.Phil-Ph.D

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

Pendekatan Aspek Hukum, Geomorfologi, dan Teknik Dalam Penentuan Batas Wilayah Laut Daerah

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERHITUNGAN VOLUME DAN SEBARAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN CITRA IKONOS MULTI TEMPORAL 2011

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

Analisa Ketelitian Planimetris Citra Quickbird Guna Menunjang Kegiatan Administrasi Pertanahan (Studi Kasus: Kabupaten Gresik, 7 Desa Prona)

Kata Kunci : Landreform, Pengukuran, Pemetaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Tampilan 3D DEM SRTM

ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS BERDASARKAN PADA SNI

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN WILAYAH PERAIRAN PESISIR SURABAYA TIMUR SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

Anita Dwijayanti, Teguh Hariyanto Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

Identifikasi Sebaran Sedimentasi dan Perubahan Garis Pantai Di Pesisir Muara Perancak-Bali Menggunakan Data Citra Satelit ALOS AVNIR-2 Dan SPOT-4

EVALUASI PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH PERKOTAAN (STUDI KASUS KEC.LOWOKWARU, KOTA MALANG) Fransiscus Hamonangan Hutabarat 1, Muhammad Taufik 1

III. BAHAN DAN METODE

BAB II DASAR TEORI PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH

Noorlaila Hayati, Dr. Ir. M. Taufik Program Studi Teknik Geomatika, FTSP-ITS, Surabaya, 60111, Indonesia

Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya, Abstrak

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam

Studi Penentuan Batas Maritim Antara Dua Negara Berdasarkan Undang Undang yang Berlaku di Dua Negara yang Bersangkutan (Studi Kasus : NKRI dan RDTL)

III. METODE PENELITIAN

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

EVALUASI PENGEMBANGAN AREA UNTUK KABUPATEN SIDOARJO MENGGUNAKAN MOHAMMAD RIFAI

Oleh : Ida Ayu Rachmayanti, Yuwono, Danar Guruh. Program Studi Teknik Geomatika ITS Sukolilo, Surabaya

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut

III METODE PENELITIAN

PEMETAAN PARTISIPATIF BATAS KELURAHAN DI KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA

Bab III Pelaksanaan Penelitian

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

Bab IV ANALISIS. 4.1 Hasil Revisi Analisis hasil revisi Permendagri no 1 tahun 2006 terdiri dari 2 pasal, sebagai berikut:

ANALISA PENENTUAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DENGAN PARAMETER FISIKA MAUPUN KIMIA MENGGUNAKAN CITRA TERRA MODIS DI DAERAH SELAT MADURA

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III PENGOLAHAN DATA ALOS PRISM

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1

BAB 3 PROSES REALISASI PENETAPAN BATAS LAUT (ZONA EKONOMI EKSKLUSIF) INDONESIA DAN PALAU DI SAMUDERA PASIFIK

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST

ASPEK TEKNIS PEMBATASAN WILAYAH LAUT DALAM UNDANG UNDANG NO. 22 TAHUN 1999

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN PADA PELAKSANAAN LANDREFORM DI INDONESIA. Ali Pebriadi

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN

Kajian Landas Kontinen Ekstensi Batas Maritim Perairan Barat Laut Sumatra

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PENGATURAN SPOOR DAN JADWAL KEBERANGKATAN KERETA API

PEMETAAN KERUSAKAN MANGROVE DI MADURA DENGAN MEMANFAATKAN CITRA DARI GOOGLE EARTH DAN CITRA LDCM

STUDI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN SATELIT AQUA MODIS

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK HASIL RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN DAN EVALUASI TUTUPAN LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang

APLIKASI SIG UNTUK PEMBUATAN DATA POKOK EVALUASI RAWAN GENANGAN

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

Sistem Informasi Pertanahan untuk Evaluasi Bidang Tanah (Studi Kasus : Perumahan Bumi Marina Emas Kelurahan Keputih Kecamatan Sukolilo Surabaya)

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

Transkripsi:

KAJIAN KEPEMILIKAN SUMBER DAYA ALAM NON HAYATI DALAM WILAYAH MIL LAUT (STUDI KASUS : Pulau Pagerungan Besar dan Kecil, Kabupaten Sumenep) Resdian Prima Noviawan, M Taufik Program Studi Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Sukolilo, Surabaya, 60, Indonesia Abstrak Penentuan batas wilayah laut memiliki beberapa aspek yang meliputi aspek penetapan, aspek penegasan dan aspek pemetaan. Penetapan batas untuk provinsi adalah mil laut dan wilayah kabupaten adalah 4 mil laut (UU No. Tahun 004 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. Tahun 006) Pada aspek pengukuran, metode yang digunakan diantaranya adalah kartogrametris dan penginderaan jauh. Sedangkan dalam aspek pemetaan, penentuan batas wilayah laut harus menampilkan sumber penetapan batas yang diperoleh. Pada aspek penetapan batas laut menggunakan metode penginderaan jauh mempunyai keuntungan yaitu belum tergeneralisasi maupun tersimbolisasi. Dalam penelitian ini akan dilakukan proses kajian metode penentuan batas wilayah laut pulau pagerungan besar dan pulau Pagerungan kecil, kepulauan Kangean, kabupaten sumenep menggunakan peta rupabumi Bakosurtanal skala : 5000 tahun 999 sebanyak sheet, peta Lingkungan Pantai Indonesia skala : 50000 tahun 99, serta data citra satelit Landsat-7 ETM+ tahun 004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan selisih (pergeseran linier) hasil koordinat peta Rupa Bumi Indonesia digital dan citra satelit digital berdasarkan koordinat peta Lingkungan Pantai Indonesia digital rata rata terbesar terjadi pada koordinat citra satelit digital yaitu = 88,5 m, sedangkan hasil pada koordinat Rupa Bumi Indonesia digital = 7,4 m. Dan hasil penelitian pasut didasarkan pada saat pengambilan citra pada tanggal 9 Agustus 004, pada wilayah Kalianget, Benoa (Bali), Makasar (Ujung Pandang), Lembar, Meneng rata-rata adalah saat surut. Kata kunci : Kartogrametris, Landsat 7 ETM+, Pergeseran Linier, Pasang Surut. I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan panjang pantai lebih dari 8.000 km, dimana dua pertiga wilayah kedaulatannya berupa perairan laut, sehingga laut mempunyai arti dan fungsi strategis bagi bangsa dan negara Indonesia. Laut merupakan bagian tidak terpisahkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Laut merupakan sumber kehidupan karena memiliki potensi kekayaan alam hayati dan non-hayati berlimpah. Sumber kekayaan alam tersebut, menurut amanat Pasal UUD-945 harus dikelola secara berkelanjutan untuk sebesarbesarnya kesejahteraan rakyat. Kewenangan pengelolahan sumber daya alam non hayati di perairan Indonesia sangat bervariasi, memerlukan suatu politik kebijakan dan peraturan-peraturan yang menjadi landasan bagi negara untuk mengelola wilayah laut tersebut. Pemberian kebijakan dan pengaturan pengelolahan sumber daya alam non hayati supaya tidak terjadi konflik batas kewenangan pengelolahan konservasi, serta adanya kepastian hukum bagi para stakeholder atau

pemangku kepentingan dalam melakukan kegiatannya di wilayah laut. Sejumlah Blok Migas yang berada di perairan Kepulauan Kangean, Kabupaten Sumenep masih menjadi sengketa antara Pemprov Jatim dengan Pemda Sumenep. Berdasarkan ketentuan UU No. tahun 004 tentang Pemerintahan Daerah (sebagai penyempurnaan dari UU No. tahun 999), Pasal 8 ayat (4) pada intinya menyatakan bahwa Pemerintah Daerah diberikan kewenangan pengelolaan sumber daya di wilayah laut yaitu paling jauh mil-laut untuk Provinsi, yang dihitung dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan, dan / dari itu untuk Kabupaten/Kota. Apabila lebar wilayah laut antara dua Provinsi yang berhadapan < 4 mil-laut, maka kewenangan dibagi sama jarak, dan Kabupaten/Kota memperoleh / dari wilayah kewenangan propinsi [Pasal 8 ayat (5)].. Perumusan Masalah Aspek-aspek non teknis kewilayahan apa saja untuk pengelolahan sumber daya alam? Belum adanya penetapan batas kewenangan pengelolahan konservasi antara pemerintah provinsi dan kabupaten. Batasan Masalah Batasan permasalahan dari penelitian ini antara lain :. Ruang lingkup sumber daya alam non hayati yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah Gas alam dan Minyak bumi.. Penetapan batas wilayah laut tentang kewenangan pengelolahan sumber daya alam gas alam dan minyak bumi sampai jarak mil laut untuk provinsi dan 4 mil laut untuk kabupaten.. Wilayah Studi dari penulisan tugas akhir ini adalah blok Pagerungan, Pagerungan besar dan Pagerungan kecil, kepulauan Kangean, kabupaten sumenep. 4. Citra yang digunakan adalah citra satelit Landsat-7 ETM+ tahun 004, peta Rupa Bumi BAKOSURTANAL tahun 00, wilayah pulau Pagerungan besar dan Pagerungan kecil dengan skala : 5.000 sebanyak (dua) sheet, serta peta Lingkungan Pantai Indonesia tahun 99 dengan skala : 50.000..4 Tujuan Tugas Akhir Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :. Menentukan batas pengelolahan sumber daya alam non hayati pada wilayah laut sampai jarak mil laut.. Menentukan aspek-aspek kepastian hukum dalam penentuan batas kewenangan..5 Manfaat Tugas Akhir Manfaat dari kegiatan tugas akhir ini adalah : Untuk memberikan kepastian hukum mengenai kepemilikan sumber daya alam gas alam dan minyak bumi.. Menghindarkan terjadinya konflik batas kewenangan pengelolahan konservasi. II. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi Penelitian Lokasi yang akan dijadikan sebagai studi kasus penelitian ini adalah Kepulauan Kangean, yang sebagian besar terletak di Pulau Pagerungan kecil dan Pulau Pagerungan besar. Secara geografis daerah studi terletak pada 06 0 57 0 06 0 57 47 LS dan 5 0 48 7 5 0 5 58 BT. Administrasi Pulau Pagerungan kecil dan pagerungan besar termasuk dalam kecamatan sapeken, dan kabupaten Sumenep.. Alat dan Bahan Alat. Personal komputer (PC).. Printer Canon IP 800.. Software Autocad Land Desktop 004 untuk digitasi peta dan pembuatan batas wilayah. 4. Software ER Mapper 7. untuk pengolahan Citra. 5. Software Matlab untuk perhitungan Stregth of Figure (SoF).

6. Microsoft Word 00 untuk penulisan laporan. 7. Microsoft Excel 00 untuk pengolahan data tabular. 8. Scanner digunakan untuk menyiam peta RBI dan Peta LPI hard copy menjadi data raster. Bahan Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Bakosurtanal skala :5.000, sebanyak sheet tahun 00. Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) Bakosurtanal skala :50.000 tahun 99. Citra Landsat 7 ETM+ path/row 6/065 pulau Pagerungan besar dan pulau Pagerungan kecil yang terletak di Kepulauan Kangean. 4 Artikel internet tentang sumber daya alam non hayati Minyak bumi dan Gas alam. 5 Undang-undang dan peraturan pemerintah tentang penetapan dan penegasan batas wilayah di laut.. Metodologi Penelitian Diagram Penelitian Keterangan :. Tahap persiapan : Pada tahap ini dilakukan studi literatur, mengumpulkan kompilasi data dan perlengkapan (perangkat keras dan perangkat lunak) yang diperlukan.. Tahap pengolahan data : mulai dari Scanning peta RBI dan LPI, Transformasi koordinat UTM dan digitasi peta RBI dan LPI, serta teknik pengolahan citra landsat.. Tahap analisa data : pada tahap ini dilakukan analisa data, yaitu penentuan garis pantai dan penetapan garis batas wilayah 4 mil laut dan Mil laut. 4. Tahap akhir : pada tahap ini dilakukan penyusunan dan penulisan laporan akhir, serta pada tahap ini akan dihasilkan peta penetapan garis batas wilayah 4 mil laut dan mil laut pulau Pagerungan Besar dan Pagerungan Kecil kabupaten Sumenep, kepulauan kangean. Diagram Pengolahan Data Persiapan Data Identifikasi dan Perumusan Masalah Peta LPI :50.000 Peta Rupabumi BAKOSURTANAL :50.000 Peta digitasi Citra Satelit Landsat-7 ETM+ path/row 6/065 terkoreksi Studi Literatur :. Minyak dan Gas bumi. UU dan peraturan pemerintah Rubber Sheet Pengumpulan Data Digitasi Tahap Persiapan Pengolahan Data :. Scaning peta RBI skala :5.000 dan peta dan LPI :50.000.. Rubber sheet peta RBI dan LPI. Digitasi peta RBI da LPI 4. Penentuan batas wilayah pulau pagerungan dengan jarak 4 Mil laut 5. Pengolahan Citra Satelit Landsat 7 ETM+ Tahap Pengolahan Data Peta Digital LPI Peta Digital RBI Menetukan titik-titik awal peta RBI sebagai koordinat referensi Analisa Tahap Analisa Overlay titik-titik awal masingmasing peta digital Hasil Dan Kesimpulan Gambar. Diagram Alir Kegiatan Penelitian Tahap Akhir A

A Layer Batas Wilayah Analisa hasil overlay titik-titik awal dan penetapan Batas Wilayah dari kabupaten Sumenep Hasil berupa : Peta Penetapan Batas Wilayah Simpangan rata-rata masingmasing titik awal Gambar. Diagram Alir Pengolahan Data Keterangan :. Persiapan data merupakan kegiatan penyediaan bahan untuk penelitian. Bahannya berupa peta Rupa Bumi Indonesia Bakosurtanal skala :5.000, terdiri (dua) sheet pulau Pagerungan Besar dan pulau Pagerungan Kecil, yang termasuk dalam kepulauan Kangean, kabupaten Sumenep dan sheet peta Lingkungan Pantai Indonesia Bakosurtanal skala : 50.000, serta citra satelit Landsat-7 ETM+. Data Peta Rupa bumi dan peta Lingkungan Pantai Indonesia tersebut selanjutnya diolah menggunakan perangkat lunak Autocad Land Desktop 004 dan data citra satelit Landsat-7 ETM+ tahun 004 yang diolah menggunakan perangkat lunak ER Mapper 7 dan Autocad Land Desktop 004 untuk menjadi peta digital.. Pada peta LPI digital ditentukan titiktitik yang digunakan sebagai Koordinat acuan atau koordinat referensi untuk peta Rupa Bumi Indonesia digital dan peta vektor citra satelit.. Penentuan koordinat titik-titik terpilih dilakukan pada peta Rupa Bumi Indonesia digital dan peta vektor citra satelit, yang digunakan sebagai koordinat referensi. 4. Proses overlay dilakukan pada setiap peta digital setelah masing-masing peta ditentukan titik-titik awal pada setiap garis pantai masing-masing peta. 5. Proses analisa dilakukan dengan membandingkan hasil overlay titik-titik awal pada garis pantai setiap peta, antara peta LPI digital dan peta RBI digital serta antara peta LPI digital dengan peta vekor citra satelit Landsat-7 ETM+..4 Tahap Analisa Analisa data dilakukan setelah proses pengolahan data selesai, pada tahap ini terdiri atas beberapa analisa yang meliputi :. Analisa penetapan batas wilayah pada Pulau Pagerungan Besar dan Pagerungan Kecil pada peta digital Lingkungan Pantai Indonesia (LPI), peta digital Rupa Bumi Indonesia (RBI), dan peta vektor citra satelit Landsat-7 ETM+.. Analisa hasil overlay antara koordinat titik-titik dasar peta Lingkungan Pantai Indonesia digital dengan koordinat titiktitik dasar peta Rupa Bumi Indonesia digital.. Analisa hasil overlay antara koordinat titik-titik dasar peta Lingkungan Pantai Indonesia digital dengan koordinat titiktitik dasar digitasi citra satelit landsat-7 ETM+. 4. Analisa Stregth of figure pada citra satelit landsat-7 ETM+ 5. Analisa koreksi geometrik terhadap nilai Root Mean Square Error (RMSe) pada citra Landsat-7 ETM+. 6. Analisa pasang surut pada daerah Kalianget, Benoa (Bali), Makasar, Meneng, dan Lembar untuk mengetahui pasang surut rata-rata pada Pulau Pagerungan Besar dan Pagerungan Kecil..5 Tahap Akhir Tahapan akhir dibagi menjadi bagian, antara lain : a. Pembuatan Layout Pembuatan Layout peta dilakukan dengan menggunakan Software Autocad Land desktop peta yang dihasilkan adalah Peta Penetapan Batas Wilayah Sumber Daya Alam Non Hayati Pulau 4

Pagerungan Besar dan Pagerungan Kecil Kabupaten Sumenep. b. Penulisan Laporan Bagian yang terakhir dalam penelitian ini adalah penyusunan dan penulisan laporan akhir, yang didalamnya berisi latar belakang dan tujuan penelitian, dasar teori yang mendukung penelitian, metodologi penelitaian, analisa dan kendala dalam proses pelaksanaan penelitian, kesimpulan hasil penelitian, serta saran yang dapat diberikan agar penelitian berikutnya dapat berjalan lebih optimal. III. HASIL DAN ANALISA. Penegasan Batas Daerah Penegasan batas daerah adalah kegiatan penentuan batas secara pasti di lapangan. Permendagri No./006 pasal menjelaskan bahwa penegasan batas daerah dititik beratkan pada upaya mewujudkan batas daerah yang jelas dan pasti baik dari aspek yuridis maupun fisik di lapangan dan dilakukan dalam rangka menentukan letak dan posisi batas secara pasti di lapangan sampai dengan penentuan titik koordinat batas di atas peta. Batas daerah merupakan pemisah wilayah penyelenggaraan kewenangan suatu daerah dengan daerah lain. Batas daerah dapat dibagi menjadi (dua) yaitu batas daerah di darat dan batas daerah di laut. UU No /004 Pasal 8 ayat (4) menyebutkan bahwa kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut pada provinsi paling jauh mil laut diukur dari garis dasar ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan dan sepertiganya untuk wilayah kewenangan laut kabupaten/kota. Ditegaskan di sini bahwa tidak disebutkan 4 mil laut untuk kewenangan laut kabupaten/kota mengingat tidak mungkin bagi kabupaten/kota mengklaim selebar 4 mil laut apabila provinsinya juga tidak bisa mengklaim wilayah laut secara penuh hingga mil laut (makna Pasal 8 ayat (5)). Dengan memperhatikan hal tersebut, maka sangat penting bagi pemerintah daerah masingmasing provinsi dan kabupaten/kota sebagai pelaksana utama otonomi untuk memahami, mengatur, dan menetapkan wilayah kewenangannya di laut. Hal ini berkaitan erat dengan hak mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di laut agar dapat dikelola secara maksimal (Arsana, 005).. Dasar Hukum Penetapan Batas Adsministrasi dan Batas Wilayah Pengelolahan Sumber Daya Alam... Undang-undang Nomor tahun 004. UU No. /004 tentang Pemerintahan Daerah ini merupakan UU terbaru yang menggantikan UU No. /999 yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah. Adapun pasal dalam UU No. /004 yang berkaitan tentang penegasan batas laut, yaitu : a. Pasal 8 ayat (). Daerah yang memiliki wilayah laut diberikan kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut. b. Pasal 8 ayat (). Daerah mendapatkan bagi hasil atas pengelolaan sumberdaya alam di bawah dasar dan/atau di dasar laut sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. c. Pasal 8 ayat (). Kewenangan mengelola yang dimaksud pada ayat () meliputi: Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, pengelolaan kekayaan laut; Pengaturan administratif; Pengaturan tata ruang; Penegakan hukum; Ikut serta memelihara keamanan; Ikut serta mempertahankan kedaulatan negara. d. Pasal 8 ayat (4). Batas kewenangan paling jauh bagi provinsi adalah mil, sementara untuk kabupaten/kota adalah sepertiganya. e. Pasal 8 ayat (5). Apabila jarak antar provinsi kurang dari 4 mil, maka kewenangan mengelola dibagi sama jarak atau dengan prinsip garis tengah (median line) untuk kabupaten/kota adalah sepertiga kewenangan provinsi. 5

.. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. Tahun 006 Permendagri No./006 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah ini merupakan petunjuk teknis untuk penegasan batas yang mengacu pada UU No. /004. Pasal-pasal pada Permendagri No./006 yang terkait tentang penegasan batas laut antara lain : a. Pasal ayat (6). Batas daerah di laut adalah pemisah antara daerah yang berbatasan berupa garis khayal (imajiner) di laut dan daftar koordinat di peta yang dalam implementasinya merupakan batas kewenangan pengelolaan sumber daya di laut. b. Pasal 5 ayat (). Pengukuran dan penentuan batas daerah di wilayah laut sebagaimana dimaksud pada ayat (). Penentuan Titik Dasar Setelah proses vektorisasi lokasi penelitian, maka dilanjutkan dengan pemberian titik-titik dasar pada peta di sepanjang garis pantai Pulau Pagerungan Besar dan Pulau Pagerungan Kecil, pada lokasi penelitian di mana titik-titik dasar tersebut dapat mewakili batas terluar dari kedua pulau yang bersangkutan. Pemberian titik-titik dasar dilakukan terhadap penerapan jenis garis dasar lurus dengan titik dasar yang terletak di setiap ujung dan pangkal pada tiap segmen garis dasar lurus. Sementara untuk penerapan jenis garis dasar normal tidak diperlukan pemberian titik-titik dasar karena garis dasar normal mewakili garis pantai yang didigitasi. garis dasar lurus adalah mil laut (definisi garis dasar lurus dalam Permendagri No./006). Karena garis dasar lurus membutuhkan titik dasar yang terletak di setiap ujung dan pangkal pada tiap segmen garis dasar lurus tersebut, maka penarikan garis dasar lurus ini dilakukan dengan cara menghubungkan secara berurutan titik-titik dasar yang berdekatan. Gambar. Penetapan garis dasar normal dan garis dasar lurus.5 Penetapan Batas Wilayah 4 mil laut dan mil laut Untuk penetapan batas wilayah laut di pulau Pagerungan Besar dan Pagerungan Kecil dilihat dari kondisi geografisnya terletak pada satu kabupaten yaitu kabupaten Sumenep. Sehingga untuk mengukur batas administrasi dan batas kewenangan pengelolaan wilayah laut yang berjarak lebih dari kali mil laut yang berada dalam satu daerah provinsi, diukur secara melingkar dengan jarak mil laut untuk laut provinsi dan sepertiganya merupakan laut kabupaten dan kota menurut ( Undangundang Nomor Tahun 004 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No Tahun 006 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah )..6 Hasil Penelitian Gambar. Penentuan Titik Dasar Pulau Pagerungan Besar dan Pagerungan Kecil.4 Penarikan Garis Dasar (Baseline) Penarikan jenis garis dasar ini dilakukan setelah pemberian titik-titik dasar pada sepanjang garis pantai lokasi penelitian yaitu dengan memperhatikan panjang maksimal Gambar. Penetapan Batas Wilayah Hasil Overlay Peta RBI digital dan peta LPI digital 6

Gambar.4 Penetapan Batas Wilayah Hasil Overlay Peta LPI digital dan Citra satelit Landsat.7 Analisa.7. Analisa Peta Berdasarkan penelitian ini penetapan batas wilayah laut untuk kepemilikan sumber daya alam non hayati dalam jarak 4 mil laut dan mil laut pulau Pagerungan besar dan pulau Pagerungan kecil, pada peta rupa bumi digital, peta Lingkungan pantai digital, dan peta vektor citra satelit adalah sebagai berikut : Gambar.5 Hasil penetapan Batas Wilayah 4 mil laut dan mil laut Peta LPI digital Gambar.6 Hasil penetapan Batas Wilayah 4 mil laut dan mil laut Peta RBI digital Gambar.7 Hasil penetapan Batas Wilayah 4 mil laut dan mil laut Peta vektor citra satelit.7. Analisa Hasil Overlay Analisa hasil overlay antara peta rupabumi digital dengan peta lingkungan pantai Indonesia digital dan antara peta rupabumi digital dengan peta digital citra satelit didapatkan hasil pergeseran liniernya yang mana terdapat pada lampiran. Dalam melakukan pendigitan pasti terdapat pergeseran koordinat. Besarnya pergeseran koordinat ini dapat dihitung dengan rumus fd = ( f x + f y ) Dimana f x adalah selisih absis dan f y adalah selisih ordinat. Sedangkan toleransi kesalahan dalam proses digitasi menurut Chrisman dan Mc Granaghan (997) adalah 0.5 mm X bilangan skala peta acuan. Pergeseran linier yang terjadi pada proses overlay ini disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut : a. Kesalahan dalam proses scanning peta. b. Kesalahan dalam proses rubber sheet peta. c. Kesalahan dalam proses koreksi geometrik citra satelit d. Kesalahan dalam proses digitasi peta. e. Perbedaan tahun pada peta Rupabumi dan peta lingkungan pantai Indonesia. f. Perbedaan skala yang digunakan pada peta Rupabumi dan peta lingkungan pantai Indonesia..7. Analisa Strength of figure Titik-titik GCP pada citra Landsat 7 ETM+ dihitung kekuatan jaringnya (Strength of figure) dengan rumus dibawah ini : Sof =trace (A T A) - U Sehingga nilai Strength of figure pada citra Landsat 7 ETM+ sebesar 0,64.7.4 Analisa RMS Error Nilai dari RMS error menunjukkan nilai kesalahan yang terjadi dalam proses koreksi geometrik yang telah dilakukan terhadap citra, proses pembuatan RMS error ini dilakukan dengan menggunakan software ER Mapper 6.4. Pada penelitian ini citra yang digunakan adalah citra Landsat yang dikoreksikan dengan peta Rupabumi 7

Bakosurtanal skala :5000 dengan sistem proyeksi Universal Tranverse Mercator (UTM). Jumlah titik yang digunakan adalah 5 titik dengan posisi titik berada di sepanjang pantai. Persebaran titik tersebut dimaksudkan untuk menjaga ketepatan posisi objek di perairan dan garis pantai yang nantinya digunakan untuk mengevaluasi perubahan garis pantai dan garis pangkal. Adapun nilai RMS error pada citra adalah sebagai berikut : RMS Total.85 RMS Rata-rata 0.470.7.5 Analisa Pasang Surut Dari prediksi pasang surut dengan referensi tinggi Mean Sea Level (MSL) yang dipergunakan dengan koordinat lokal, didapatkan bahwa pada saat pengambilan citra pada tanggal 9 Agustus 004 daerah Kalianget, Benoa (Bali), Makasar (Ujung pandang), Lembar dan Meneng rata-rata adalah saat surut. Dengan catatan bahwa waktu pengambilan citra satelit adalah pukul 6:4. Adapun diagram pasang surut daerah Kalianget, Benoa, Makasar, Lembar dan Meneng adalah sebagai berikut : Kedalaman Kedalaman Kedalaman Tide ( m ) Tide (m ).5.5 0.5 0 Tide (m).5.5 0.5 0 4 5 6 4 7 8 9 5 6 7 8 9 Meneng 0 Kalianget 0 4 5 6 7 8 9 0 4 0 5 0 5 0 5 0 Waktu (Jam) Gambar.9 Diagram pasut Kalianget 4 5 6 7 8 9 0 4 0 5 0 5 0 5 0 Waktu (Jam) Gambar.8 Diagram pasut Meneng.5.5 0.5 0 4 5 6 7 8 Benoa (Bali) 9 0 4 5 6 7 8 9 0 0 5 0 5 0 5 0 4 Kedalaman Tide (m).5.5 0.5 0 4 5 6 Makasar Gambar. Diagram pasut Makasar (Ujung Pandang) Kedalaman Tide (m).8.6.4. 0.8 0.6 0.4 0. 0 IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4. Kesimpulan. Penetapan batas wilayah laut Pulau Pagerungan Besar dan Pagerungan Kecil sesuai dengan keadaan geografis merupakan kabupaten Sumenep, metode pengukurannya diukur secara melingkar.. Penetapan batas wilayah laut untuk wilayah provinsi adalah mil laut, sedangkan wilayah kabupaten adalah 4 mil laut berdasarkan pada Undangundang No. tahun 004 dan peraturan pemerintah No. tahun 006.. Titik awal sebagai titik referesi diletakkan di sepanjang garis pantai pulau Pagerungan Besar dan Pagerungan Kecil untuk menentukan garis dasar. 4. Penetapan batas wilayah perairan mil laut dan 4 mil laut didapatkan pada garis dasar normal dan garis dasar lurus pulau Pagerungan Besar dan Pagerungan Kecil. 5. Perbandingan selisih (pergeseran linier) hasil antara koordinat peta lingkungan pantai Indonesia digital dan koordinat peta rupabumi digital rata rata yaitu = 7,4m, sedangkan hasil antara koordinat peta lingkungan pantai Indonesia digital dengan koordinat citra satelit digital yaitu = 88,5m. 6. Nilai Strength of figure sebesar 0,64 memenuhi syarat yang diberikan, nilai SOF <, mendekati nol (Abidin,00) 7 8 9 0 4 5 6 7 8 9 0 0 5 0 5 0 5 0 4 Waktu (Jam) Lembar (Labuhan Tring) 5 6 7 8 9 0 4 5 6 7 8 9 0 0 5 0 5 0 5 0 Waktu (Jam) Gambar. Diagram pasut Lembar (Labuhan Tring) 4 4 Waktu (Jam) Gambar.0 Diagram pasut Benoa (Bali) 8

7. Nilai RMS error rata-rata yang didapatkan pada citra satelit Landsat-7 ETM+ adalah 0,47 dan RMS total sebesar,85. 8. Pada data pasang surut yang didapatkan tanggal 8 Agustus 004, pada wilayah Kalianget, Benoa (Bali), Meneng, Makasar dan Lembar rata-rata adalah pada saat surut. 9. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini menggunakan metode kartogrametris dan penginderaan jauh, ternyata nilai pergeseran yang dilakukan dengan metode kartogrametris hasilnya lebih mendekati koordinat peta Lingkungan Pantai Indonesia digital dibandingkan dengan hasil yang didapatkan dengan metode penginderaan jauh. 4. Saran Setelah dilakukan beberapa proses dalam penelitian ini, didapatkan beberapa saran yang berguna bagi peneliltian di kemudian hari yang dapat memberikan hasil yang lebih sempurna sebagai berikut :. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, lebih baik tahun pembuatan pada data yang digunakan tidak terlampau jauh, kalau bisa pada tahun yang sama atau berdekatan sehingga objek yang diamati maupun objek objek yang lain mempunyai unsur kesamaan yang tidak mengalami perubahan yang begitu besar.. Sebaiknya penambahan lokasi untuk penentuan pasang surut air laut.. DAFTAR PUSTAKA Adnyana Sutrana, dkk. 007. Delimitasi Batas Maritim antara Provinsi Bali dan Provinsi Nusa Tenggara Barat : Sebuah Kajian Teknis. Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT-UGM, Yogyakarta http://library.usu.ac.id/download/geod esiugm/adnyana,dkk.pdf. (dikunjungi tanggal 5 Mei 008). BAPPENAS. 000. Penerimaan Daerah dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam. http://www.bappenas.go.id/index.php (dikunjungi tanggal Januari 008). Departemen Kelautan dan Perikanan. (006). Semiloka pengembangan pokok-pokok kebijakan pengaturan hak-hak atas pemanfaatan ruang laut. Jakarta. Departemen Kelautan dan Perikanan, (00). Otonomi Daerah Di Wilayah Laut, Perspektif Pemerintah Kabupaten Kota. Jakarta. Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia, (00). Pedoman Penetapan dan Penegasan Batas Daerah. Dina Sunyowati,S.H.,M.Hum & Enny Narwati,S.H.,M.H. PENETAPAN DAN PENATAAN BATAS WILAYAH LAUT NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA. http://www.journal.unair.ac.id/login/ju rnal/filer/penetapan%0dan%0 PENATAAN%0BATAS%0WILA YAH.pdf. (dikunjungi tanggal Januari 008). Knight, M. dan S. Tighe. 00. Koleksi Dokumen Proyek Pesisir 997-00. http://www.theceli.com/dokumen/pro duk/98/5-98.htm, (dikunjungi tanggal januari 008). Latupapua, E. D. 005. Penetapan Batas di Wilayah Parairan Laut Selat Madura dalam Rangka Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan. Program Studi Teknik Geomatika ITS, Surabaya. Lillesand, T.M & Kiefer, R.W., 990, Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra (terjemahan), Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Novia, H. M. 007. Evaluasi Metode Penentuan Batas Wilayah di Peta Antar Kabupaten (Studi Kasus Surabaya dan Sidoarjo). Program Studi Teknik Geomatika ITS, Surabaya. Prasmantyo, N. 005. Tinjauan Aspek Teknik dan Non Teknik Sengketa Pulau Galang Kali Lamong, Gresik Jawa Timur untuk Pengembangan Wilayah Pesisir. Program Studi Teknik Geomatika ITS, Surabaya. 9

Pratomo, D. G. 004. Aspek Teknis Pembatasan Wilayah Laut dalam Undang-undang No. Tahun 999. Pertemuan Ilmiah Tahunan I, Teknik Geomatika ITS, Surabaya. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 006 Tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah. Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum. Rais, J. 00.Pedoman Penentuan Batas Wilayah Laut Kewenangan Daerah Menurut UU No./999. Jakarta Sutrisna, S. 004. Pandang Wilayah Perbatasan Indonesia. Pusat Pemetaan Batas Wilayah BAKOSURTANAL. Cibinong. Zuhra Fatima, C. 007. Penyulingan, Pemrosesan dan Penggunaan Minyak Bumi. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. http://library.usu.ac.id/download/fmip a/kimia-fatimah.pdf (dikunjungi tanggal Januari 008). 0