KAJIAN KINERJA PELAYANAN DAN TARIF KERETA API EKSEKUTIF JURUSAN MALANG JAKARTA (Studi Kasus Kereta Api Eksekutif Bima)

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN KINERJA OPERASIONAL BUS ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI (AKAP) KELAS EKSEKUTIF TRAYEK MALANG-JAKARTA

KAJIAN TARIF KERETA API PENATARAN JURUSAN BLITAR-SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kata Kunci: Pelayanan, Tarif, Bus Ekonomi, Bus Eksekutif, Malang Surabaya, IPA, BOK, ATP, WTP.

PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA KERETA API PRAMEKS

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. dirasakan dengan kinerja yang diharapkan. Kepuasan penumpang atau konsumen

KAJIAN KINERJA KERETA API KALIGUNG MAS DALAM MELAYANI PENUMPANG JURUSAN TEGAL SEMARANG

BAB III LANDASAN TEORI. Berdasarkan UU nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan

Analisa Kepuasan Penumpang Angkutan Kota terhadap Sistem Pelayanan Angkutan Kota di Kota Sidoarjo ABSTRAK

UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

METODE PENELITIAN. hal ini adalah produk makanan dan minuman. Kepuasan merupakan suatu respon positif seseorang dimana hasil kinerja

BAB III LANDASAN TEORI. dengan harapan penumpang. Kepuasan merupakan respon dari penumpang

PERSEPSI PENUMPANG KERETA API TERHADAP TINGKAT PELAYANAN STASIUN TUGU YOGYAKARTA

BAB III LANDASAN TEORI

EVALUASI TARIF KERETA API KOMUTER LAWANG-MALANG-KEPANJEN

KAJIAN KINERJA PELAYANAN BUS AKDP PATAS DAN EKONOMI PADA TRAYEK SURABAYA - MALANG

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

PENILAIAN MASYARAKAT NON PENUMPANG TERHADAP ANGKUTAN PERKOTAAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Martadinata No. 81, Malang. Adapun dasar dari pemilihan Bank Rakyat Indonesia

EVALUASI KINERJA STASIUN PASAR TURI SURABAYA

III. METODE PENELITIAN

KAJIAN EFEKTIFITAS OPERASIONAL TERMINAL MADYOPURO MALANG

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. Gambar 3.1. Bandar udara dibagi menjadi dua bagian utama yaitu sisi udara (air

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Mohammad Nazir (1998: 63), metode

KAJIAN TARIF DAN PELAYANAN BUS DALAM KOTA SURABAYA KELAS EKONOMI NON TOL TRAYEK PURABAYA-OSOWILANGON

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) DI KOTA PANGKALPINANG

STUDI POTENSI JUMLAH PENUMPANG BUS PEMADU MODA RUTE MALANG BANDAR UDARA JUANDA PP ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu dengan cara survei untuk

IV. METODE PENELITIAN

gerak yang ada, keselamatan, kenyamanan, dan lain-lain.

III. METODE PENELITIAN. membuat prediksi atau pun mencari implikasi.

Analisis Tingkat Kepuasan Pengguna Jasa Terhadap Kualitas Kinerja Pelayanan Terminal Seruni Kota Cilegon

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015

ANALISA KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MASYARAKAT BERLANGGANAN AIR BERSIH (Studi Kasus: SPAM Brondong-Paciran Kabupaten Lamongan )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI KINERJA STASIUN KERETA API MALANG KOTA BARU BERDASARKAN SPM K.A. DAN IPA

III. METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Mohammad Nazir (1998: 63), metode

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE ANALISIS

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Sanjiwani yang berlokasi di Jalan Ciung Wanara Nomor 2, Kabupaten

EVALUASI KINERJA STASIUN KERETA API MALANG KOTA BARU BERDASARKAN SPM K.A. DAN IPA

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA JASA TERHADAP KINERJA PT.KERETA API INDONESIA (PERSERO) (KRL COMMUTER LINE JAKARTA KOTA BOGOR)

KAJIAN ABILITY TO PAY, WILLINGNESS TO PAY DAN WILLINGNESS TO USE, CALON PENUMPANG KERETA API COMMUTER MALANG RAYA

Bab 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan kereta api merupakan suatu organisasi yang

PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN PERKOTAAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KAJIAN POTENSI PENUMPANG ANGKUTAN KERETA API LINTAS MADURA (BANGKALAN SUMENEP PP) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN NASABAH ATAS KUALITAS PELAYANAN (STUDI KASUS PADA BANK SWASTA DI RIAU) Fenny Trisnawati & Lukman

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA DATA. ini data dari kuesioner) sudah valid dan reliabel. Validitas adalah ketepatan atau

BAB III LANDASAN TEORI Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol Menurut BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang

Evaluasi Kinerja Stasiun Pasar Turi Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. baik transportasi darat, laut maupun udara. Perkembangan ini diiringi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di wilayah Malang Raya. Waktu dilaksanakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS LAYANAN JALAN TOL BERDASARKAN KEBUTUHAN PENGGUNA (STUDI KASUS RUAS JALAN TOL SURABAYA GRESIK)

KAJIAN KINERJA DAN PREFERENSI PENGGUNA JASA TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

KINERJA TEKNIS DAN ANALISIS ATP WTP ANGKUTAN TRANS JOGJA

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga dapat memenuhi tujuan yang akan dicapai.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN. Statistics. Kinerja Berwujud. N Valid Missing 0 0. Mean Std. Deviation

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pemasaran tidak diragukan lagi telah menduduki posisi yang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

METODOLOGI PENELITIAN

* Agus Mansur, ** Intan Wahyu WD Jurusan Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta * **

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan

KAJIAN TARIF ANGKUTAN ANTAR JEMPUT SEKOLAH DI YOGYAKARTA: STUDI KASUS TK/SD BUDI MULIA II, TK/SD SYUHADA, SD UNGARAN, DAN SD SERAYU

KAJIAN KINERJA OPERASIONAL DAN PELAYANAN ANGKUTAN KARYAWAN DI KAWASAN INDUSTRI JABABEKA I CIKARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman,

BAB III METODE PENELITIAN. menurut keadaan yang ditemukan di lapangan (facts finding) (Nawawi, 1998:73).

Transkripsi:

1 KAJIAN KINERJA PELAYANAN DAN TARIF KERETA API EKSEKUTIF JURUSAN MALANG JAKARTA (Studi Kasus Kereta Api Eksekutif Bima) Ahmad Afif Afiyat, Bietrix Rosalina, M. Zainul Arifin, Achmad Wicaksono Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Email: ahmadafif1711@gmail.com ABSTRAK Perkembangan transportasi di Indonesia berkembang dengan pesat selaras dengan berkembangnya teknologi dan perekonomian masyarakat yang semakin meningkat. PT. KAI sebagai satu-satunya pengelola perkeretaapian di Indonesia berperan penting dalam kepuasan konsumen, kepuasan tersebut meliputi pelayanan terhadap sarana dan prasarana serta kebijakan tarif yang ditetapkan untuk menggunakan transportasi kereta api. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pelayanan berdasarkan metode IPA serta mengetahui kesesuaian tarif berdasarkan daya beli penumpang dengan analisis ATP dan WTP. Hasil kajian menggunakan metode IPA menunjukkan bahwa terdapat 3 atribut pelayanan KA Eksekutif Bima yang perlu ditingkatkan. Ketiga atribut tersebut antara lain: (1) Ketersediaan fasilitas keselamatan dan kesehatan, (2) Kondisi toilet di stasiun dan di kereta, (3) Ketersediaan fasilitas bagi penumpang difable. Berdasarkan analisis ATP, diketahui korelasi antara ATP dan pendapatan didapatkan persamaan regresi Y = 0,0058X + 30453 dengan X adalah pendapatan rata-rata responden yaitu Rp. 14.250.000,- sehingga diperoleh rata-rata ATP regresi sebesar Rp. 113.103,-. Sedangkan untuk analisis WTP didapatkan persamaan regresi Y = 0,0014X + 38743 dengan X adalah pendapatan rata-rata responden yaitu Rp. 14.250.000,-, sehingga diperoleh rata-rata WTP regresi sebesar Rp. 407.293,-. Selanjutnya, dari hasil yang diperoleh dari PT. KAI didapatkan tarif BOKA adalah sebesar Rp.412.500,-. Sedangkan tarif rata-rata yang berlaku saat ini adalah sebesar Rp. 485.000,-. Dengan demikian selisih antara kedua tarif ini bisa digunakan atau dialokasikan untuk meningkatkan jasa kualitas pelayanan yang dianggap kurang pada KA Eksekutif Bima. Kata kunci: Pelayanan, Tarif, BOKA, IPA, ATP, WTP, Jurusan Malang-Jakarta. 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan dan kegiatan perekonomian masyarakat mendorong tingginya keinginan seseorang untuk melakukan kegiatan transportasi seperti untuk urusan bisnis, keperluan keluarga, kegiatan pendidikan, maupun untuk tujuan berlibur/wisata. Untuk itu diperlukan adanya transportasi yang memadai agar aktifitas dapat dilakukan dengan lancar, banyak pilihan moda transportasi, tak terkecuali kereta api. PT. Kereta Api Indonesia (KAI) merupakan satu-satunya pengelola perkeretaapian di Indonesia memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas demi mengoptimalkan keunggulan-keunggulan dari kereta api seperti daya angkut yang besar, cepat, aman, hemat energi, dan ramah terhadap lingkungan. Mempertahankan serta

2 mengevaluasi tingkat kualitas pelayanan merupakan salah satu langkah terbaik yang dapat diterapkan sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan dan kenyamanan dari konsumen. Penentuan besaran tarif membutuhkan penanganan yang arif dan bijaksana, kurangnya minat dan daya beli masyarakat seringkali disebabkan oleh tingginya tarif yang berlaku serta ketidaksesuaian antara apa yang dibayarkan dengan apa yang didapatkan oleh konsumen/penumpang. Tujuan Kajian Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui kualitas pelayanan berdasarkan metode IPA, untuk mengetahui kesesuaian tarif berdasarkan kemampuan dan kemauan membayar (ATP dan WTP), serta untuk menentukan kesesuaian antara pelayanan dan tarif yang berlaku. 2. TINJAUAN PUSTAKA Importance-Performance Analysis Importance-Performance Analysis (IPA) adalah suatu metode deskriptif kualitatifkuantitatif dalam menganalisis data penelitian untuk mengetahui sejauh mana tingkat kepuasan pelanggan terhadap kinerja suatu barang atau jasa. Dalam metode ini diperlukan pengukuran tingkat kesesuaian untuk mengetahui seberapa tingkat kepuasan terhadap kinerja penyedia barang atau jasa, digunakan rumus: Tki = Xi Yi x 100% Keterangan: Tki : Tingkat kesesuaian Xi : Skor penilaian kinerja Yi : Skor penilaian kepentingan Kemudian memetakan hasil tingkat kinerja dan tingkat kepentingan yang telah diperoleh kedalam diagram kartesius, dimana sumbu mendatar (X) akan diisi oleh skor tingkat kinerja, sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh tingkat kepentingan, dengan rumus berikut: x = xi n yi dan y = n Keterangan : x : Skor rata-rata tingkat kinerja y : Skor rata-rata tingkat kepentingan/harapan n : Jumlah responden Dalam diagram kartesius terdapat empat bagian yang dibatasi oleh dua bagian garis yang berpotongan tegak lurus pada titik X dan Y, dimana X adalah rerata dari nilai pada tiap indikator tingkat kinerja, sedangkan Y adalah rerata dari tingkat kepentingan seluruh faktor yang memengaruhi kepuasan pelanggan, nilai dari garis X dan Y diperoleh dari rumus berikut: X = x k y dan Y = k Dimana: k = Jumlah Indikator Selanjutnya tingkat unsur-unsur tersebut dijabarkan dan dibagi menjadi empat bagian kuadran kedalam diagram kartesius seperti pada gambar berikut: (Kepentingan/Harapan) y Y' 0 I Prioritas Utama III Prioritas Rendah X' II Pertahankan Prestasi IV Berlebihan x (Tingkat Kinerja) Gambar 1. Diagram Kartesius IPA

3 Ability To Pay Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal. Dengan kata lain ATP adalah kemampuan masyarakat dalam membayar ongkos perjalanan yang dilakukan. Dengan menggunakan pendekatan household budget, dapat dicari nilai ATP dengan rumus berikut : ATP r = I x. P p. P t /T r Dimana: ATP r = ATP keluarga (Rp/kilometer) I x = Pendapatan responden per bulan (Rp/bulan) P p = Prosentase budget untuk transportasi per bulan dari total penghasilan P t = Prosentase alokasi biaya transport yang digunakan untuk kereta T r = Total panjang perjalanan responden per bulan (km/bulan) Willingnes To Pay Willingnes To Pay (WTP) didefinisikan sebagai besaran harga yang mau dibayarkan oleh masyarakat sebagai pembayaran suatu pelayanan yang dinikmati. Dengan kata lain WTP adalah kesediaan membayar oleh pengguna jasa atas imbalan terhadap suatu barang atau jasa yang dinikmati. Pendekatan yang digunakan dalam WTP didasarkan atas persepsi masyarakat terhadap tarif jasa transportasi. Hubungan ATP dan WTP dengan Tarif Gambar 2. Ilustrasi Keleluasaan Penentuan Tarif Berdasarkan ATP-WTP Penentuan atau penyesuaian tarif tersebut dianjurkan sebagai berikut : 1. Tidak melebihi ATP. 2. Berada diantara nilai ATP dan WTP, terdapat penyesuaian tingkat pelayanan. 3. Bila tarif yang diajukan berada dibawah perhitungan tarif, namun berada diatas ATP maka selisih tersebut merupakan tanggungan pemerintah. 4. Bila perhitungan tarif berada jauh dibawah ATP dan WTP maka terdapat keleluasaan dalam penetapan tarif, yang kemudian digunakan untuk penggunaan subsidi silang. 3. METODE KAJIAN Mulai Identifikasi Masalah dan Tujuan Kajian Studi Literatur Pengumpulan Data A

4 Analisis Pelayanan Metode IPA Gambar 3. Diagram Alir Pelaksanaan Kajian 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas Pengujian validitas diperoleh dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total, dimana skor total merupakan penjumlahan dari keseluruhan item-item. Suatu kuisioner dikatakan valid apabila koefisien korelasi hitung lebih dari nilai r tabel korelasi produk momen. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa semua item pernyataan pelayanan dalam tingkat kepentingan dan kinerja pada KA Eksekutif Bima mempunyai nilai korelasi (R) hitung lebih besar dari (R) tabel yaitu 0,155. Sehingga data kajian ini dianggap valid dan dapat digunakan untuk kajian. Uji Reliabilitas A Hasil dan Pembahasan Kesimpulan Selesai Analisis Tarif Metode ATP-WTP Teknik yang digunakan untuk menguji reliabilitas (keandalan) kuesioner dalam kajian ini digunakan teknik belah dua (split half) skor pernyataan (statement) bernomor ganjil genap, dengan teknik korelasi Spearman Brown. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien reliabilitas untuk semua instrumen baik kepentingan maupun kinerja pelayanan KA Eksekutif Bima mempunyai nilai korelasi (R) hitung lebih besar dari (R) tabel yaitu 0,154. Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk kajian. Importance-Performance Analysis (IPA) Analisis IPA digunakan untuk mengetahui kualitas pelayanan pada KA Eksekutif Bima berdasarkan tingkat kepentingan (ekspektasi) dan kinerja (persepsi) menurut pengguna. Selain itu, juga dapat digunakan untuk mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan oleh pihak perusahaan berkaitan dengan posisi atribut. Dalam kajian ini terdapat 26 atribut pelayanan yang akan dinilai tingkat kepentingan dan kinerjanya oleh pengguna. Berdasarkan hasil analisis, tingkat kesesuaian antara kepentingan dan kinerja dari pelayanan KA Bima yaitu sebesar 79%. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan pengguna terhadap pelayanan KA Eksekutif Bima tergolong baik/memuaskan. Selanjutnya untuk mengetahui hasil penempatan dari 26 atribut pelayanan yang telah dianalisis, atribut-atribut tersebut dipetakan ke dalam 4 kuadran berikut ini : Gambar 4. Diagram Kartesius IPA

Tarif 5 Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa terdapat 3 atribut pelayanan yang berada pada kuadran I (Prioritas Utama). Atribut-atribut ini dianggap penting oleh pengguna namun kinerjanya masih rendah, sehingga perlu adanya upaya peningkatan pelayanan. Ketiga atribut tersebut adalah (1) Ketersediaan fasilitas keselamatan dan kesehatan, (2) Kondisi toilet di stasiun dan di kereta, (3) Ketersediaan fasilitas bagi penumpang difable. berlaku saat ini adalah sebesar 4,7%. Selanjutnya, untuk mengetahui hubungan antara nilai ATP dan pendapatan, hasil dari nilai ATP yang diperoleh dari perhitungan dikorelasikan dengan pendapatan per bulan keluarga ke dalam diagram cartesius. Ability To Pay (ATP) Analisis Ability To Pay (ATP) digunakan untuk mengetahui kemampuan pengguna jasa KA Eksekutif Bima untuk membayar jasa pelayanan yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal. Metode yang digunakan untuk menentukan nilai ATP pada kajian ini adalah metode household budget atau ATP keluarga. Nilai ATP dapat diperoleh dengan mengalikan total pendapatan satu keluarga dengan prosentase biaya transportasi keluarga dan prosentase biaya transportasi untuk kereta, kemudian dibagi dengan total panjang perjalanan sehari-hari keluarga. 800000 600000 A 400000 200000 QATP ATP Tarif 0 0% 20% 40% 60% 80% 100% Prosentase Kumulatif Gambar 5. Grafik Prosentase ATP Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa prosentase pengguna yang mampu membayar lebih dari tarif yang B Gambar 6. Grafik Hubungan antara Pendapatan dengan ATP Setelah dilakukan analisis regresi linear, diperoleh persamaan regresi Y = 0,0058X + 30453 dengan nilai R 2 = 0,5341. Selanjutnya untuk mengetahui nilai ATP dari hasil regresi dimasukkan nilai X sebesar Rp. 14.250.000,- yang merupakan nilai rata-rata pendapatan per bulan keluarga. Sehingga didapatkan hasil Y atau ATP regresi sebesar Rp. 113.103,-. Persamaan regresi ini juga bisa digunakan untuk mengetahui seberapa besar pendapatan responden yang mampu membayarkan sebesar atau lebih dari tarif rata-rata yang berlaku. Jika dimasukkan nilai Y sebesar nilai tarif yaitu Rp. 485.000,- maka didapat pendapatan sebesar Rp. 78.730.172, sehingga tidak ada responden yang mampu membayar sesuai tarif yang berlaku. Grafik korelasi yang naik diatas menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pendapatan dan ATP masyarakat. Semakin besar total pendapatan dalam satu keluarga, maka semakin besar pula kemampuannya untuk membayarkan tarif.

Tarif 6 Willingness To Pay (WTP) Analisis WTP dilakukan untuk mengetahui tarif rata-rata yang bersedia dibayarkan oleh responden atas jasa yang telah digunakan. Dalam kuisioner ini terdapat beberapa pilihan nilai tarif yang berkisar dari Rp. 350.000,00 Rp. 550.000,00. Pengguna jasa diberikan kebebasan untuk memilih tarif yang mereka anggap sesuai berdasarkan pelayanan atau fasilitas yang mereka dapatkan. 600000 500000 A Tarif WTP 400000 QWTP B 300000 0% 20% 40% 60% 80% 100% Prosentase Kumulatif Gambar 7. Grafik Prosentase WTP Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa prosentase pengguna yang mau membayar lebih dari tarif yang berlaku saat ini adalah sebesar 26%. Selanjutnya, untuk mengetahui hubungan antara nilai WTP dan pendapatan, hasil dari nilai WTP yang diperoleh dari perhitungan dikorelasikan dengan pendapatan per bulan keluarga ke dalam diagram cartesius. Gambar 8. Grafik Hubungan antara Pendapatan dengan WTP Setelah dilakukan analisis regresi linear, diperoleh persamaan regresi Y = 0,0014X + 38743 dengan nilai R 2 = 0,4835. Selanjutnya untuk mengetahui nilai WTP dari hasil regresi dimasukkan nilai X sebesar Rp. 14.250.000,- yang merupakan nilai rata-rata pendapatan per bulan keluarga. Sehingga didapatkan hasil Y atau WTP regresi sebesar Rp. 407.293,-. Persamaan regresi ini juga bisa digunakan untuk mengetahui seberapa besar pendapatan responden yang mau membayarkan sebesar atau lebih dari tarif rata-rata yang berlaku. Jika dimasukkan nilai Y sebesar nilai tarif yaitu Rp. 485.000,- maka didapat pendapatan sebesar Rp. 69.755.000, sehingga hanya terdapat 2 responden yang mau membayar sesuai tarif yang berlaku. Grafik korelasi yang naik diatas menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pendapatan dan WTP masyarakat. Semakin besar total pendapatan dalam satu keluarga, maka semakin besar pula kemauannya untuk membayarkan tarif. Hubungan ATP dan WTP dengan Tarif Berdasarkan hasil analisis diketahui nilai rata-rata ATP berada di bawah nilai ratarata WTP. Kondisi menunjukkan bahwa keinginan pengguna untuk membayar jauh lebih tinggi daripada kemampuannya untuk membayar suatu produk layanan KA Eksekutif Bima. Setelah didapatkan nilai ATP dan WTP, kemudian nilai tersebut diplotkan ke dalam grafik untuk mengetahui nilai tarif KA Eksekutif Bima yang sesuai berdasarkan analisis ATP dan WTP.

Prosentase 7 100% 50% 0% WTP 0 200000 400000 600000 Tarif ATP Gambar 9. Grafik Hubungan ATP dengan WTP Perpotongan kedua kurva tersebut menunjukkan nilai tarif yang sesuai berdasarkan analisis ATP dan WTP yaitu sebesar Rp 360.000,00 per penumpang per perjalanan. Selanjutnya, setelah diperoleh nilai ATP, WTP, dan tarif, dilakukan analisis perbandingan antara ATP, WTP dan tarif pada KA Eksekutif Bima seperti yang terlihat pada grafik berikut ini : pengguna yang mampu membayar tarif meningkat menjadi 8%. Sedangkan jumlah pengguna yang mau membayar tarif meningkat menjadi 59%. Tarif yang berada diantara kurva P dan kurva BOKA merupakan batas-batas kewajaran diturunkannya tarif KA Eksekutif Bima. Dimana tarif BOKA merupakan tarif terendah, dibawah tarif tersebut operator tidak bisa menyediakan jasa angkutannya lagi karena di bawah tarif tersebut operator kereta api akan mengalami kerugian. Pembahasan Berdasarkan hasil kajian kinerja pelayanan dan tarif diatas, didapatkan nilai tingkat kesesuaian berdasarkan metode IPA dan nilai tarif berdasarkan ATP dan WTP. Hasil perhitungan tersebut ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 1. Rekap Hasil Analisis Metode Hasil IPA 79% (Memuaskan) ATP Rp. 113.103,- WTP Rp. 407.293,- Tarif Rp. 485.000,- Gambar 10. Grafik Prosentase ATP, WTP, dengan Tarif Prosentase pengguna yang mampu membayarkan tarif yang sama atau lebih tinggi dari tarif rata-rata KA Eksekutif Bima yang berlaku saat ini adalah lebih rendah yaitu sebesar 4,7% jika dibandingkan dengan pengguna yang mau membayarkan tarif yang sama atau lebih tinggi dari rata-rata tarif KA Eksekutif Bima yaitu sebesar 26%. Apabila tarif diturunkan menjadi sebesar Rp. 412.500,00 (BOKA), maka jumlah Hasil analisis kinerja pelayanan kereta api eksekutif Bima diperoleh nilai ratarata kepentingan dari keseluruhan atribut pelayanan sebesar 4,572 dan nilai ratarata kinerja yaitu sebesar 3,616 dengan tingkat kesesuaian sebesar 79%. Dari hasil metode Importance- Performance Analysis menunjukkan bahwa terdapat 3 atribut pelayanan KA Eksekutif Bima yang dianggap penting namun kinerjannya masih kurang memuaskan. Ketiga atribut tersebut antara lain: (1) Ketersediaan fasilitas

8 keselamatan dan kesehatan, (2) Kondisi toilet di stasiun dan di kereta, (3) Ketersediaan fasilitas bagi penumpang difable. Hasil analisis kesesuaian tarif kereta api eksekutif Bima diperoleh bahwa Tarif kereta api eksekutif Bima yang berlaku saat ini lebih besar daripada nilai tarif berdasarkan BOKA (tarif jarak Rp. 412.500,- per penumpang per perjalanan), nilai ATP (rata-rata Rp. 113.103,- per penumpang per perjalanan), dan nilai WTP (rata-rata Rp. 407.293,- per penumpang per perjalanan). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat masih kurang mampu dan kurang mau untuk membayarkan tarif yang berlaku. 5. PENUTUP Kesimpulan 1. Dari hasil metode IPA diketahui tingkat kesesuaian antara kinerja dan kepentingan dari pelayanan KA Eksekutif Bima yaitu sebesar 79%. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan pengguna terhadap pelayanan KA Eksekutif Bima tergolong baik/memuaskan. Selain itu, dari hasil kajian menunjukkan bahwa terdapat 3 atribut pelayanan KA Eksekutif Bima yang perlu ditingkatkan. Atribut-atribut tersebut antara lain: (1) Ketersediaan fasilitas keselamatan dan kesehatan, (2) Kondisi toilet di stasiun dan di kereta, (3) Ketersediaan fasilitas bagi penumpang difable. 2. Dari hasil analisis Ability To Pay (ATP) yang telah dilakukan, diketahui prosentase responden yang mampu membayar tarif lebih dari rata-rata tarif yang berlaku saat ini adalah sebesar 4,7%. Kemudian berdasarkan korelasi antara ATP dan pendapatan didapatkan persamaan regresi Y = 0,0058X + 30453 sehingga diperoleh rata-rata ATP regresi sebesar Rp. 113.103,-. Selanjutnya untuk analisis Willingness To Pay (WTP) diketahui prosentase responden yang mau membayarkan tarif lebih dari tarif rata-rata yang berlaku saat ini adalah sebesar 26%. Dan didapatkan persamaan regresi Y = 0,0014X + 38743 dengan rata-rata WTP regresi sebesar Rp. 407.293,-. Berdasarkan hasil analisa ATP dan WTP tersebut menunjukkan bahwa masyarakat masih kurang mampu dan kurang mau untuk membayarkan tarif yang berlaku. 3. Dari hasil yang diperoleh dari PT. KAI didapatkan tarif BOKA adalah sebesar Rp.412.500,-. Sedangkan tarif rata-rata yang berlaku saat ini adalah sebesar Rp. 485.000,-. Tarif BOKA sendiri merupakan batas tarif minimum yang bisa dibayarkan agar operator tetap memperoleh keuntungan sesuai dengan peraturan yang ada. Dengan demikian selisih antara kedua tarif ini bisa digunakan atau dialokasikan untuk meningkatkan jasa kualitas pelayanan pada KA Eksekutif Bima. Terdapat tiga atribut pelayanan yang dianggap penting oleh pengguna jasa namun kinerjanya masih tergolong rendah. Ketiga atribut inilah yang bisa ditingkatkan lagi kinerjannya agar lebih sesuai dengan harapan masyarakat.

9 Saran 1. Untuk kajian selanjutnya dapat dilakukan dengan obyek kajian yang lebih luas seperti seperti pesawat terbang dan bis dengan jurusan yang sama agar dapat memberikan gambaran kepada masyarakat untuk pemilihan moda transportasi yang akan digunakan. 2. Untuk pihak pemerintah atau perusahaan (PT. KAI) dalam hal menetapkan kebijakan tarif KA Eksekutif Bima, sebaiknya tidak hanya menggunakan analisis Biaya Operasional Kereta Api (BOKA) ditambah marjin keuntungan saja seperti yang berlaku sampai saat ini. Namun diharapkan juga menggunakan analisis Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) agar tarif yang ditetapkan lebih sesuai dan bisa diterima oleh semua pihak, terutama masyarakat sebagai pengguna jasa kereta api. DAFTAR PUSTAKA Farida, F. I. (2011). Analisis Kepuasan Pelanggan Terhadap Kualitas Pelayanan Jasa Kereta Api Ekspres Pakuan Jabodetabek (Studi Kasus Kereta Api Ekspres Pakuan Bogor-Jakarta). Bogor: Skripsi Sarjana Ekonomi Institut Pertanian Bogor. Hadihardjaja, J. (1997). Sistem Transportasi. Jakarta: Universitas Gunadarma. Lupiyoadi, R. (2001). Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: PT. Salemba Empat. Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Permata, M. R. (2010). Analisa Ability To Pay dan Willingness To Pay Pengguna Jasa Kereta Api Bandara Soekarno Hatta - Manggarai. Depok: Tesis Magister Teknik Universitas Indonesia. Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 69 Tahun 2014. Jakarta: Menteri Perhubungan. Republik Indonesia. (2015). Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 29 Tahun 2015. Jakarta: Menteri Perhubungan. Riduwan. (2009). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Rozi, M. F. (2007). Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) Terhadap Kepuasan Konsumen (Studi Kasus KA Eksekutif Gajayana di Malang). Malang: Skripsi Sarjana Ekonomi Universitas Islam Negeri Malang. Salim, A. (1993). Manajemen Transportasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Setiyowati, H. (2005). Metode Dekompoisi Untuk Meramalkan Jumlah. Semarang: Laporan Penelitian Universitas Negeri Semarang. Suhartono. (2003). Analisis Keterjangkauan Daya Beli

10 Pengguna Jasa Angkutan Umum Dalam Membayar Tarif. Semarang: Tesis Magister Teknik Universitas Diponegoro. Supranto, J. (1997). Pengukuran Tingkat Kepuasan Konsumen Untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Tamin, O. Z. (1999). Studi Evaluasi Tarif angkutan Umum dan Analisis Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP). Bandung: Jurnal Transportasi FSTPT. Umar. (2003). Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Warpani, S. (1990). Merencanakan Sistem Perangkutan. Bandung: ITB. Warpani, S. (2002). Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bandung: ITB.