Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

PHARMACY, Vol.13 No. 02 Desember 2016 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X DEMAK TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi, bahkan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena. mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PENYAKIT PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB SJAHRANIE

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan kasus per penduduk per tahun, atau kurang lebih

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

BAB III METODE PENELITIAN. secara descriptive dengan metode cross sectional dan pengambilan data secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam tifoid merupakan suatu infeksi tropis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi kesembuhan penyakit dan komplikasi yang mungkin timbul.

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS KUAMANG KUNING I KABUPATEN BUNGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan metode survei

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENGOBATAN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut saat ini merupakan masalah

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA DI BEBERAPA PUSKESMAS KOTA SAMARINDA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan

ABSTRAK. Zurayidah 1 ;Erna Prihandiwati 2 ;Erwin Fakhrani 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN DI RUMAH SAKIT X KUPANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

DRUG RELATED PROBLEMS (DRP s) OF ANTIBIOTICS USE ON INPATIENTS CHILDREN IN SARI MEDIKA CLINIC AMBARAWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X PERIODE BULAN JANUARI MARET 2011 NASKAH PUBLIKASI

KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DALAM TERAPI DEMAM TYPHOID PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP DI RSUD Dr. M.M DUNDA LIMBOTO

EVALUASI POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RS X TAHUN NASKAH PUBLIKASI

INTISARI KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang disebabkan oleh bakteri terutama Streptococcus pneumoniae,

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak dan dewasa muda. Penyakit ini mencapai lebih dari 13 juta kematian per

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu, infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah.

ABSTRACT. Keywords : Rational, antibiotic, acute exacerbation of chronic bronchitis, elderly ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB I PENDAHULUAN. Di berbagai negara khususnya negara berkembang, peranan antibiotik dalam

RASIONALITAS KRITERIA TEPAT DOSIS PERESEPAN COTRIMOXAZOLE PADA PENGOBATAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS S

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA TERAPI DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No ijmsbm.org

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. B. Alat Dan Bahan

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif retrospektif non analitik

Volume 5 Nomor 1 Bulan Oktober 2017 E-ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan rumah sakit. Penggunaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

INTISARI. Kata Kunci : Antibiotik, ISPA, Anak. Muchson, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 42

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasien dengan kasus infeksi dan penggunaannya dapat bersifat empiris atau

EVALUASI POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RS SLAMET RIYADI SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENDERITA DEMAM TIFOID ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R.D

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurunkan tingkat kesadaran (Rahmatillah et al., 2015). Demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN SIRUP KOTRIMOKSAZOL PADA BALITA PENDERITA DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya, termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting khususnya di negara berkembang (Kemenkes, 2011). Di Indonesia,

Sikni Retno Karminigtyas, Rizka Nafi atuz Zahro, Ita Setya Wahyu Kusuma. with typhoid fever in inpatient room of Sultan Agung Hospital at Semarang was

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat (Antibiotic prescription of children outpatient in BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: the prevalence and pattern of prescription) Valentina Meta S*; Ririn Bertini Wineini; & Difa Intannia 1Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat *Corresponding email: metasrikartika@gmail.com ABSTRAK Frekuensi penggunaan antibiotik yang tinggi tetapi tidak dengan ketentuan yang sesuai atau tidak rasional dapat menimbulkan dampak negatif, salah satunya dapat terjadi resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan gambaran peresepan obat antibiotik pada pasien rawat jalan di poli anak BLUD RS Ratu Zalecha Martapura. Pengambilan data secara retrospektif selama tahun 2014 melalui pengambilan data sekunder yaitu rekam medik dan resep. Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode systematic random sampling. Dari 400 sampel penelitian yang digunakan, didapatkan 283 orang (70,8%) menerima peresepan antibiotik dan 117 orang (29,2%) tidak menerima peresepan antibiotik. Penggunaan antibiotik terbanyak adalah golongan penisilin yaitu amoksisilin sebesar 33,1%, golongan antimikobakterium yaitu rifampisin dan isoniazid sebesar 26,8%, golongan sefalosporin yaitu sefiksim sebesar 17,1% dan sefadroksil sebesar 14,6%. Penyakit yang paling banyak diderita adalah tuberkulosis paru (26,8%), ISPA (18,0%), dan nasofaringitis akut (10,6%). Kata Kunci: antibiotik, peresepan, prevalensi, rawat jalan, pasien anak PENDAHULUAN Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri (PMK RI Nomor 2406, 2011). Sampai saat ini peresepan antibiotik oleh dokter pada kondisi yang bukan disebabkan oleh bakteri masih banyak ditemukan baik di rumah sakit maupun praktek swasta (Hersh., et al, 2013). Ketidaktepatan diagnosis, indikasi, cara pemberian, frekuensi dan lama pemberian menjadi salah satu penyebab tidak terhambatnya bakteri dengan penggunaan antibiotik (Depkes RI, 2002). Peresepan antibotik pada anak-anak harus diberikan perhatian secara khusus untuk menghindari pemakaian yang irasional. Anakanak umumnya lebih rentan terkena penyakit dibanding orang dewasa serta cenderung banyak diberikan antibiotik oleh dokter dalam pengobatannya. Beberapa fakta di negara berkembang menunjukkan 40% anak-anak yang terkena diare akut, selain mendapatkan oralit juga mendapatkan antibiotik yang tidak semestinya diberikan. Penelitian yang dilakukan pada Rumah Sakit Umum Mekelle di Ethiopia 267

tahun 2013, mengatakan bahwa jumlah resep antibiotik yang diberikan untuk pasien anak rawat jalan sebesar 55,1% dari semua resep. Sebanyak 73,68% resep mengandung satu atau lebih antibiotik, dan 5,9% resep antibiotik diberikan tanpa diagnosis (Sebsibie G, 2014). Hasil penelitian yang di lakukan oleh Sophiani R (2010) juga menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik pada penyakit tuberkulosis paru pada anak di Rumah Sakit Ratu Zalecha Martapura di Kalimantan Selatan yaitu sebesar 929 kasus. Tidak tepat pemilihan obat sebesar 32,19%, tidak tepat dosis sebesar 29,45%, tidak tepat bentuk sediaan sebesar 13,01%, dan tidak tepat waktu pemberian sebesar 100%. Meningkatnya prevalensi penggunaan antibiotik yang tidak rasional di berbagai bidang Ilmu Kedokteran termasuk Ilmu Kesehatan Anak merupakan salah satu penyebab timbulnya resistensi. Penelitian yang dilakukan oleh Balitbang Kesehatan di Indonesia yang dikutip oleh Kaparang., et al (2014) menujukkan beberapa bakteri resisten terhadap antibiotik, antara lain Shigella menunjukkan tingkat resistensi sebesar 50% terhadap ampisilin. Salmonella menunjukkan tingkat resistensi sebesar 42% terhadap ampisilin, 57% terhadap kloramfenikol dan 71% terhadap kotrimoksazol. Dampak lainnya dari pemakaian antibiotik secara irasional dapat berakibat meningkatkan toksisitas, dan efek samping antibiotik tersebut, serta biaya rumah sakit yang meningkat. Sehingga diperlukan penggunaan antibiotik berdasarkan diagnosis oleh tenaga medis professional, monitoring dan regulasi penggunaan antibiotik untuk meningkatkan penggunaan antibiotik secara rasional. Tingginya penggunaan antibiotik pada anak-anak, didukung dengan hasil observasi pendahuluan yang sebelumnya sudah dilakukan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura pada data pasien rawat jalan di poli anak tahun 2014, menunjukkan bahwa dari 30 rekam medik yang diambil diperoleh 66,67% menerima resep antibiotik. Hal inilah yang mendasari penelitian lebih lanjut untuk mengetahui prevalensi dan pola peresepan antibiotik pada pasien rawat jalan di poli anak BLUD RS Ratu Zalecha Martapura Tahun 2014. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif. Pengumpulan data bersifat retrospektif pada bulan Januari- Desember 2014 secara sekunder, yaitu dari data rekam medik dan resep pasien rawat jalan anak dengan rentang usia 0 14 tahun di poli anak BLUD RS Ratu Zalecha Martapura tahun 2014. Sampel penelitian diambil dengan cara systematic random sampling. Penentuan jumlah sampel dari populasi dalam penelitian ini didapat menurut perhitungan Slovin, sebagai berikut:... (i) Dimana: n = jumlah sampel N = jumlah populasi e = toleransi tingkat kesalahan (5%) Jadi,....... (ii) = 399,91 400 anak per tahun Berdasarkan perhitungan di atas, jumlah sampel pasien rawat jalan di poli anak BLUD RS Ratu Zalecha Martapura tahun 2014 yang diperoleh adalah 400 anak per tahun. 268

Kriteria Inklusi dan Eksklusi Prevalensi Peresepan Antibiotik a). Kriterian Inklusi: Kriteria inklusi untuk menentukan prevalensi peresepan antibiotik dalam penelitian ini adalah: 1. Seluruh pasien rawat jalan di poli anak BLUD RS Ratu Zalecha Martapura tahun 2014. 2. Data rekam medik lengkap meliputi: identitas pasien, tanggal dan waktu, diagnosis, pengobatan. b) Kriteria Eksklusi: Kriteria eksklusi untuk menentukan prevalensi peresepan antibiotik dalam penelitian ini adalah: 1. Seluruh pasien rawat jalan di poli anak BLUD RS Ratu Zalecha Martapura tahun 2014 yang tidak menerima antibiotik. 2. Data rekam medik dan resep pasien rawat jalan di poli anak BLUD RS Ratu Zalecha Martapura tahun 2014 yang tidak lengkap seperti tulisan yang tidak jelas dan tidak terdapat data terapi yang diberikan pada pasien. Pola Peresepan Antibiotik a) Kriteria Inklusi: Kriteria inklusi untuk mengetahui gambaran peresepan antibiotik dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan di poli anak BLUD RS Ratu Zalecha Martapura tahun 2014 yang menerima resep antibiotik. b) Kriteria Eksklusi: Kriteria eksklusi untuk mengetahui gambaran peresepan antibiotik dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan di poli anak BLUD RS Ratu Zalecha Martapura tahun 2014 yang tidak menerima resep antibiotik. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rekam medik dan resep pasien rawat jalan di poli anak BLUD RS Ratu Zalecha Martapura tahun 2014 yang meliputi: bulan berobat, nomor rekam medik, nama, umur, jenis kelamin, diagnosis, pengobatan, jaminan (BPJS/Umum). HASIL DAN DISKUSI Berdasarkan 400 sampel yang diperoleh, diketahui pasien terbanyak adalah pasien dengan umur 0-3 tahun dengan jumlah 149 orang (37,3%), pasien dengan jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 221 orang (55,3%), dan pasien yang berobat secara umum dengan jumlah 231 orang (57,7%). Distribusi sampel dapat dilihat pada tabel 1. Persentase Peresepan Antibiotik Berdasarkan data dari penelitian di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura ditahun 2014, diperoleh prevalensi peresepan antibiotik pada pasien rawat jalan di poli anak BLUD RS Ratu Zalecha Martapura adalah sebesar 283 sampel (70,8%) dari 400 populasi pasien anak. Hasil yang serupa juga diperoleh pada Studi tentang Antimicrobial Resistance in Indonesia, Prevalence and Prevention (AMRIN) yang dikutip oleh Maria., et al (2014) menemukan bahwa terdapat 49%-97% pasien anak yang menerima peresepan antibiotik dan sebagian besarnya (46%-54%) dianggap tidak diperlukan dan tidak tepat indikasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik pada anak masih tinggi. Persentase peresepan antibiotik dapat dilihat pada gambar 1. 269

Tabel 1. Persentase Sampel berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan Jaminan (BPJS/Umum) Karakteristik Sub Karakteristik Jumlah (n= 400) Persentase (%) 0-3 tahun 149 37,3 Umur 3-6 tahun 108 27,0 6-10 tahun 87 21,7 10-14 tahun 56 14,0 Total 400 100 Jenis Kelamin Laki-laki 221 55,3 Perempuan 179 44,7 Total 400 100 Jaminan BPJS 169 42,3 (BPJS/Umum) Umum 231 57,7 Total 400 100 Gambar 1. Persentase peresepan antibiotik Persentase Jenis dan Golongan Antibiotik Berdasarkan hasil penelitian, dari seluruh pasien anak yang menerima peresepan obat antibiotik, diketahui bahwa peresepan obat antibiotik terbanyak adalah golongan penisilin yaitu amoksisilin sebesar 33,6%, golongan antimikobakterium yaitu rifampisin dan isoniazid sebesar 26,9%, golongan sefalosporin yaitu sefiksim sebesar 17,3% dan sefadroksil sebesar 14,8%. Golongan betalaktam dan Tabel 2. Persentase Penggunaan Obat Antibiotik makrolid merupakan antibiotik yang paling sering digunakan untuk mengobati penyakit infeksi karena umumnya cukup aman dan efektif (Putra B. I, 2008). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Merlina (2012) mengatakan bahwa antibiotik yang paling banyak digunakan untuk penyakit nasofaringitis akut adalah amoksisilin sebesar 81,70%. Persentase penggunaan antibiotik dapat dilihat pada tabel 2 ini. 270

Golongan Antibiotik Jenis Antibiotik Jumlah Persentase (%) Penisilin Amoksisilin 95 33,6 Antimikobakterium Rifampisin INH 76 26,9 Sefadroksil 42 14,8 Sefalosporin Sefiksim 49 17,3 Sulfonamida Kotrimoksazol 12 42 Metronidazol Metronidazol 9 3,2 Total 283 100 Persentase Jenis Penyakit yang Menerima Antibiotik Berdasarkan hasil penelitian, dari seluruh pasien anak yang digunakan dalam penelitian ini, diperoleh jenis penyakit terbanyak yang menerima peresepan antibiotik adalah tuberkulosis paru (26,9%), ISPA (18,0%), dan nasofaringitis akut (10,6%). Persentase jenis penyakit yang menerima antibiotik dapat dilihat pada tabel 3.Ditimbang 1000 mg Ibuprofen masukkan dalam labu ukur 100 ml, kemudian dilarutkan dalam metanol sambil diaduk dan dicukupkan volumenya hingga tanda batas. Larutan ibuprofen ini mengandung 10 mg/ml atau 10.000 ppm. Tabel 2. Persentase Jenis Penyakit yang Menerima Antibiotik Jenis Penyakit Jumlah Persentase (%) Tuberkulosis paru 76 26,9 ISPA 51 18,0 Nasofaringitis akut 30 10,6 Batuk 23 8,1 Demam tifoid 15 5,3 Bronkopneumonia 12 4,2 Disentri amuba 12 4,2 Bronkitis 10 3,5 Campak 9 3,2 Diare 9 3,2 Asma 8 2,8 Demam 6 2,1 Dermatitis 6 2,1 Stomatitis 5 1,8 Infeksi saluran kemih 5 1,8 Gastritis 3 1,1 Sinusitis maksilaris kronis 3 1,1 Total 283 100 Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang mampu menginfeksi secara laten ataupun progresif. Menurut Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 mengatakan bahwa 4,3% (63 dari 1.482) menderita tuberkulosis paru. Data seluruh kasus tuberkulosis anak yang menerima 271

antibiotik dari tujuh rumah sakit Pusat Pendidikan Indonesia selama 5 tahun (1998-2002) dijumpai 1086 kasus dengan angka kematian bervariasi dari 0%-14,1%. Kelompok umur terbanyak 12-60 bulan (42,9%), disusul oleh kelompok anak <12 bulan (16,5%). ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien ke sarana kesehatan. Berdasarkan hasil laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dari angka-angka di rumah sakit Indonesia didapat bahwa 40% sampai 70% anak yang berobat ke rumah sakit adalah penderita ISPA. Sebanyak 40-60% kunjungan pasien ISPA berobat ke puskesmas dan 15-30% kunjungan pasien ISPA berobat ke bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit. Prevalensi ISPA tertinggi terjadi pada balita >35%. Di Indonesia, nasofaringitis juga masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang terkait dengan masalah infeksi saluran pernafasan atas yang bisa menyerang siapa saja. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan terutama pada anak-anak dan dilihat dari penggunaan antibiotika yang masih tinggi untuk kasus tersebut (Merlina A. Q, 2012). Berikut dibawah ini merupakan tabel jenis penyakit dan terapi antibiotik yang digunakan: Tabel 4. Jenis Penyakit dan Terapi Antibiotik yang digunakan Golongan Antibiotik Jenis Antibiotik Diagnosis Jumlah Persentase Sampel (%) Antimikobakterium Rifampisin Tuberkulosis paru 76 26,9 INH Penisilin Amoksisilin ISPA 51 18,0 Nasofaringitis akut 30 10,6 Dermatitis 6 2,1 Stomatitis 5 1,8 Gastritis 3 1,1 Sefalosporin Sefadroksil Batuk 23 8,1 Bronkitis 10 3,5 Campak 9 3,2 Demam tifoid 15 5,3 Bronkopneumonia 12 4,2 Asma 8 2,8 Demam 6 2,1 Sefiksim Infeksi saluran 5 1,8 kemih Sinusitis maksilaris kronis 3 1,1 Sulfonamid Kotrimoksazol Disentri amuba 12 4,2 Metronidazol Metronidazol Diare 9 3,2 Total 283 100 Tabel 4 menujukkan hasil penggunaan antibiotik pada masing-masing penyakit yang diperoleh pada penelitian. Pada tabel tersebut dapat dilihat kesesuaian terapi antibiotik terhadap jenis penyakit yang diderita pasien. Kesesuaian penggunaan antibiotik dilihat untuk mengetahui ketaatan pemilihan obat. 272

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan juga diperoleh adanya penyakit yang tidak semestinya diberikan antibiotik yaitu penyakit asma dan batuk. Namun pada penelitian diperoleh bahwa penyakit asma dan batuk diberikan antibiotik sefiksim golongan sefalosporin generasi ketiga. Dengan adanya penggunaan antibiotik yang tidak semestinya, diharapkan peresepan antibiotik pada anak harus sesuai pedoman yang telah ditentukan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memberikan antibiotik, yaitu penegakan diagnosis infeksi perlu dibedakan antara infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan infeksi yang disebabkan oleh virus, serta perlu adanya pengawasan yang lebih optimal dari tenaga kesehatan, agar pemberian antibiotik sesuai dengan kondisi penyakit yang diderita pasien terutama untuk menghindari terjadinya resistensi. KESIMPULAN 1. Prevalensi peresepan antibiotik pada pasien rawat jalan di poli anak BLUD RS Ratu Zalecha Martapura adalah sebesar 283 sampel (70,8%) dari 400 populasi pasien anak pada tahun 2014. 2. Persentase jenis dan golongan antibiotik terbanyak yang diresepkan pada pasien rawat jalan di poli anak BLUD RS Ratu Zalecha Martapura tahun 2014 adalah golongan penisilin yaitu amoksisilin (33,6%), golongan antimikobakterium yaitu rifampisin dan isoniazid (26,9%), golongan sefalosporin yaitu sefiksim (17,3%), dan sefadroksil (14,8%). 3. Persentase jenis penyakit terbanyak yang menerima antibiotik pada pasien rawat jalan di poli anak BLUD RS Ratu Zalecha Martapura tahun 2014 adalah tuberkulosis paru (26,9%), ISPA (18,0%), dan nasofaringitis akut (10,6%). Departemen Kesehatan RI. 2002. Evaluasi Program Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Saluran Pernafasan. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Hersh, Adam. L., Jackson, M. Anne & Hicks, Lauri. A. 2013. Principles of Judicious Antibiotic Prescribing for Upper Respiratory Tract Infections in Pediatrics.Pediatrics; 132; 1146. Ikatan Dokter Indonesia. 2013. Panduan Pelayanan Klinis Dokter di Pelayanan Primer. Indonesia. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. Pedoman Palayanan Medis. Indonesia. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2013. Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan Anak. Indonesia. Kaparang, P. C., Tjitrosantoso, H & Yamlean, P. V. Y. 2014. Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Antibiotika pada Pengobatan Pneumonia Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari-Desember 2013. Jurnal Ilmiah Farmasi; Volume 3, Nomor 3. Maria. 2014. Evaluasi Penggunaan Antibiotik dengan Metode DDD (Defined Daily Dose) pada Pasien Anak Rawat Inap di Sebuah Rumah Sakit DAFTAR PUSTAKA Pemerintah di Yogyakarta Periode Januari-Juni 2013. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Merlina, A. Q. 2012. Pola Penggunaan Antibiotik pada Penatalaksanaan Faringitis Akut di RSUD Sleman Yogyakarta Tahun 2009-2011. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Peratura Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406. 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Putra, I. B. 2008. Prinsip Pemakaian Antimikroba pada Bayi dan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Sumtera Utara, Medan. RISKESDAS. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Sophiani, R. 2010. Kerasionalan Penggunaan Antibiotik pada Pasien Tuberkulosis Paru di Poliklinik Anak Rumah Sakit Umum Ratu Zalecha Martapura Periode Januari-Juni 2010. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Sebsibie, G & G. Teklemariam. 2014. Retrospective Assessment Of Irrational Use Of Antibiotics To Children Attending In Mekelle General Hospital. Science Journal of Clinical Medicine, Ethiopa. 273