UNIVERSITAS BRAWIJAYA

dokumen-dokumen yang mirip
Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

MAKALAH KIMIA ANALITIK 1. Iodo Iodimetri

MAKALAH KIMIA ANALIS TITRASI IODIMETRI JURUSAN FARMASI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI. Senin, 28 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

Analisis Vitamin C. Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam

Metodologi Penelitian

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH

MODUL Dasar-Dasar Kimia Analitik. Kelompok 2 :

MAKALAH KIMIA ANALITIK I TITRASI REAKSI OKSIDASI DISUSUN OLEH : A. NURUL ANA HUSAIN PENDIDIKAN KIMIA

Setiap system kesetimbangan melibatkan reaksi-reaksi endoterm dan eksoterem. Kenaikan suhu system akan menguntungkan reaksi eksoterem

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

Tugas Kelompok Kimia Analitik I PERMANGANOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

Sophie Damayanti / SF ITB

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

MODUL 2 PENENTUAN KADAR ASAM ASKORBAT DALAM YOU C Kurnia Sandwika Henry Liyanto Ignatio Glory

LAMPIRAN. 200 mg / L Minyak dan lemak 25 mg/l. Amoniak (N-NH.-,) 0,5 nig/l

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

Standarisasi Larutan

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO Analisis Kation

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

PEMBUATAN NATRIUM TIOSULFAT

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

LOGO. Analisis Kation. By Djadjat Tisnadjaja. Golongan V Gol. Sisa

PEMERIKSAAN SISA KLOR METODE IODOMETRI

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Data Hasil Penelitian dan Perhitungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri.

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012

Analisis Anion Disampaikan pada Pertemuan Ke 5 Analisis Senyawa Kimia.

LOGO TEORI ASAM BASA

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat

Pelaksanaan Persiapan Instruktur melakukan pengecekan kelengkapan sarana-prasarana sebelum praktikum dimulai, meliputi:

PENENTUAN KADAR VITAMIN C METODE IODIMETRI BAB V PEMBAHASAN

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.

Kimia Analitik I (M. Situmorang) Halaman i

BAB III METODE PENELITIAN

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan


BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM-BASA

DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

Penentuan Kadar Vitamin C dengan Titrasi Iodometri Langsung

Bab IV Hasil dan Pembahasan

SNI Standar Nasional Indonesia

Wardaya College IKATAN KIMIA STOIKIOMETRI TERMOKIMIA CHEMISTRY. Part III. Summer Olympiad Camp Kimia SMA

wanibesak.wordpress.com 1

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik

Desikator Neraca analitik 4 desimal

Transkripsi:

IODIMETRI Disusun oleh: EKA RATRI NOOR W. INDAH AR YUDHA IKOMA I. TRIAS ISTINA R. ALFIN YUNIARTI VIDIA NISA N. WINDA D. ANANDHIEKA M. TALITHA ARDIYAN SUKMA NIO HOKI PRATIWI JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2007

IODIMETRI Iodimetri merupakan suatu metode titrasi iodometri secara langsung yang mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Sistem redoks iodin (triiodida)- iodida yaitu : I - 3 + 2e 3I - mempunyai potensial standar sebesar + 0,54 V. Karena itu iodin adalah sebuah agen pengoksidasi yang jauh lebih lemah daripada kalium permanganat, senyawa serium (IV) dan kalium dikromat. Dalam titrasi iodimetri, iodin dipergunakan sebagai sebuah agen pengoksidasi, namun dapat dikatakan bahwa hanya sedikit saja substansi yang cukup kuat sebagai unsur reduksi yang dititrasi langsung dengan iodin. Karena itu jumlah dari penentuan-penentuan iodimetrik adalah sedikit. Substansi-substansi penting yang cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi untuk dititrasi langsung dengan iodin yaitu zat-zat dengan potensial reduksi yang jauh lebih rendah adalah tiosulfat, arsenik (III), antimon (III), sulfida, sulfit, timah (II) dan ferosianida, zat-zat ini bereaksi lengkap dan cepat dengan iod bahkan dalam larutan asam. Dengan zat pereduksi yang agak lemah, misal arsen trivalen atau stibium trivalen, reaksi yang lengkap hanya akan terjadi bila larutan dijaga tetap netral atau sangat sedikit asam, pada kondisi ini potensial reduksi dari zat pereduksi adalah minimum atau daya mereduksinya adalah maksimum. PEMBUATAN LARUTAN IODIN Iodin hanya larut sedikit dalam air (0,00134 mol/liter pada 25 o C). 0,335 gram iod melarut dalam 1 L air pada 25 o C. Selain keterlarutan yang kecil ini, larutan air-iod mempunyai tekanan uap yang cukup berarti, karena itu konsentrasinya berkurang sedikit disebabkan oleh penguapan ketika ditangani. Kedua kesulitan ini dapat ditangani dengan melarutkan iod dalam larutan air kalium iodida. Iod mudah larut dalam larutan yang mengandung ion iodida, jadi semakin pekat larutan itu maka makin besar keterlarutan iod. Keterlarutan yang bertambah ini disebabkan oleh pembentukan ion triiodida : I 2 + I - - I 3 2

dengan konstanta kesetimbangan sekitar 710 pada 25 o C. Suatu kelebihan kalium iodida ditambahkan yaitu untuk meningkatkan kelarutan dan untuk menurunkan keatsirian iodin. Kalium iodida yang ditambahkan biasanya sekitar 3-4 % kedalam suatu larutan iodin 0,1 N. Larutan yang dihasilkan dari penambahan kalium iodida ini mempunyai tekanan uap yang jauh lebih rendah ketimbang suatu larutan iod dalam air murni, akibatnya kehilangan oleh penguapan menjadi sangat jauh berkurang. Meskipun demikian, tekanan uapnya masih cukup berarti sehingga harus selalu diambil tindakan-tindakan pencegahan untuk menjaga agar bejana-bejana yang mengandung iod tetap tertutup, kecuali sewaktu titrasi yang sesungguhnya. Bila larutan iod dalam iodida dititrasi dengan suatu reduktor, iod yang bebas bereaksi dengan zat pereduksi itu, hal ini menggeser kesetimbangan kekiri dan akhirnya semua triiodida terurai, jadi larutan berperilaku seakan-akan adalah suatu larutan iod bebas. Prosedur penyiapan iod 0,1 N Larutkan 20 gr kalium iodida bebas iodat dalam 30-40 cm 3 air dalam sebuah labu volumetri 1 dm 3 yang bersumbat kaca. Timbang kira-kira 12,7 gr iod yang telah disublimasi ulang diatas sebuah kaca arloji diatas neraca kasar (jangan sekali-kali diatas neraca analitik disebabkan oleh uap iod) dan pindahkan dengan memakai corong kecil yang kering kedalam larutan kalium iodida pekat. Sisipkan sumbat kaca kedalam labu dan kocok dalam keadaan dingin sampai semua iod telah melarut. Biarkan larutan mencapai temperatur kamar dan encerkan sampai ke garis batas dengan aquades. Larutan iod paling baik jika diawetkan dalam botol kecil yang bersumbat kaca. Larutan ini harus diisi hingga penuh dan disimpan ditempat yang gelap dan dingin. 3

Skema kerja penyiapan iod 0,1 N 20 gr kalium iodida - Dilarutkan dalam 30-40 cm 3 air pada labu volumetri 1 L yang bersumbat kaca. larutan iodida - Tambahkan 12,7 gr iod dengan memakai corong kering. - Sisipkan sumbat kaca kedalam labu - Kocok dalam keadaan dingin sampai semua iod larut - Encerkan hingga tanda batas Hasil STANDARDISASI LARUTAN IODIN Larutan-larutan iodin standar dapat dibuat melalui penimbangan langsung iodin murni dan pengenceran dalam sebuah labu volumetrik. Iodin akan dimurnikan oleh sublimasi dan ditambahkan kedalam sebuah larutan KI yang terkonsentrasi, yang ditimbang secara akurat sebelum dan sesudah penambahan iodin. Namun demikian, biasanya larutan tersebut distandarisasi terhadap sebuah standar primer. Standar primer untuk iodin yaitu : 1. Arsen (III) oksida, As 2 O 3 Arsen (III) oksida merupakan standar primer yang baik dan paling sering dipergunakan. Senyawa ini stabil, nonhigroskopis dan tersedia dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Reaksi antara zat ini dan iod adalah reaksi reversible : HAsO 2 + I 2 + 2H 2 O H 3 AsO 4 + 2H + + 2I - Nilai konstanta kesetimbangan untuk reaksi ini adalah 0,17 karena itu reaksi ini tidak berjalan sampai selesai pada titik ekivalen. Namun demikian, jika konsentrasi ion hidrogen diturunkan, reaksi dipaksa bergeser kekanan dan 4

dapat dibuat cukup lengkap sehingga bisa digunakan untuk titrasi. Biasanya, larutannya disangga pada ph sedikit diatas 8, menggunakan natrium bikarbonat yaitu suatu larutan bufer yang digunakan untuk mempertahankan ph yang tepat. Cara kerja Timbang dengan cermat 0,20 gr arsen (III) oksida murni dan masukan dalam sebuah labu erlemeyer, larutkan dalam 10 cm 3 natrium hidroksida 1 M, dan tambahkan asam sulfat encer sedikit berlebih. Campur dengan benar dan hatihati. Lalu tambahkan dengan hati-hati suatu larutan dari 2 gr natrium bikarbonat dalam 50 cm 3 air, diikuti dengan 2 cm 3 larutan kanji. Titrasi perlahan-lahan dengan larutan iod sampai warna biru yang pertama terbentuk. Lakukanlah duplo. Skema kerja 0,20 gr arsen (III) oksida - Dimasukan ke dalam labu erlemeyer - Dilarutkan dalam 10 cm 3 NaOH 1 M - Ditambahkan H 2 SO 4 encer sedikit berlebih - Tambahkan larutan natrium bikarbonat (2 gr NaHCO 3 + 50 cm3 air) - Tambahkan 2 cm 3 larutan kanji - Dititrasi dengan larutan iod sampai warna biru pertama - Lakukan duplo Hasil 5

Prinsip perhitungan I 2 Reaksi yang terjadi : As 2 O 3 + 3 H 2 O 2AsO 2 - + 2 H 3 O + As 2 O 3 + Ind. kanji - AsO 2 +2H 2 O AsO 3+ 4 + 4H + +2e I 2 + 2e 2I - - AsO 2 +2H 2 O + I 2 AsO 3+ 4 + 4H + + 2I - Mol As 2 O 3 = massa As 2 O 3 : BM As 2 O 3 (198) Ekivalen As 2 O 3 = Ekivalen I 2 Mol As 2 O 3 = mol I 2 Mol I 2 = mol As 2 O 3 [ I 2 ] = mol I 2 / V titrasi 2. Natrium Tiosulfat Iodin juga dapat dibakukan dengan standar primer natrium tiosulfat, namun penggunaannya sangatlah jarang ditemukan. Senyawa ini diperoleh dalam keadaan kemurnian yang tinggi, tetapi selalu ada sedikit ketidak pastian akan kandungan air yang setepatnya karena sifat efloresen (melapuk-lekang) dari garam itu dan karena alasan-alasan lain. Karena itu zat ini tidak sesuai sebagai standar primer. Agar dapat digunakan sebagai standar primer, natrium tiosulfat ini terlebih dahulu di standarisasi dengan kalium iodat. Setelah itu barulah pembakuan iodin bisa dilakukan. Cara kerja Pindahkan 25 cm 3 larutan iod kedalam sebuah labu erlemeyer 250 cm 3, encerkan menjadi 100 cm 3 dan tambahkan larutan tiosulfat standar dari buret sampai larutan berwarna kuning-pucat. Tambahkan 2 cm 3 larutan kanji, dan teruskan penambahan larutan tiosulfat perlahan-lahan sampai larutan tepat tak berwarna. 6

Skema kerja 25 cm 3 lart.iod - Dipindahkan ke labu erlemeyer 250 ml - Diencerkan menjadi 100 ml - Ditambahkan lart.tiosulfat standar dari buret sampai berwarna kuning-pucat - Ditambahkan 2 cm 3 larutan kanji - Ditambahkan lart.tiosulfat perlahan-lahan sampai tepat tak berwarna Hasil INDIKATOR Warna dari sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut seperti karbon tetraklorida dan kloroform dan terkadang kondisi ini dipergunakan dalam mendeteksi titik akhir dari titrasi-titrasi. Namun, pada percobaan iodimetri kali ini kita menggunakan larutan kanji sebagai indikator. Kanji bereaksi dengan iod, dengan adanya iodida membentuk suatu kompleks yang berwarna biru kuat, yang akan terlihat pada konsentrasikonsentrasi iod yang sangat rendah. Kepekaan reaksi warna ini adalah sedemikian rupa sehingga warna biru akan terlihat bila konsentrasi iod adalah 2 x 10-5 M dan konsentrasi iodida lebih besar daripada 4 x 10-4 M pada 20 o C. Kepekaan warna berkurang dengan naiknya temperatur larutan. Kanji tidak dapat digunakan dalam medium yang sangat asam karena akan terjadi hidrolisis pada kanji itu sendiri. Keunggulan pada pemakaian kanji ini yaitu bahwa harganya murah, namun terdapat kelemahan-kelemahan yaitu sebagai berikut : (i) bersifat tidak dapat larut dalam air dingin; (ii) ketidak stabilan suspensinya dalam air; (iii) dengan iod memberi suatu kompleks yang tak dapat larut dalam air, sehingga kanji tidak boleh ditambahkan terlalu dini dalam titrasi (karena itu, dalam titrasi 7

iod larutan kanji hendaknya tak ditambahkan sampai tepat sebelum titik akhir, ketika warna mulai memudar). PENENTUAN-PENENTUAN DENGAN IODIN Beberapa penentuan yang dapat dilakukan melalui titrasi langsung dengan sebuah larutan iodin standar dimuat dalam tabel dibawah yaitu : ANALIT Antimon (III) Arseni (III) Ferosianida Hidrogen Sianida Hidrazin Belerang (sulfida) Belerang (sulfida) Tiosulfat Timah REAKSI HsbOC 4 H 6 O 6 + I 2 + H 2 O HsbO 2 C 4 H 4 O 6 + 2H + + 2I - HAsO 2 + I 2 + 2H 2 O H 3 AsO 4 + 2H + + 2I - 2Fe(CN) 6 4- + I 2 2Fe(CN) 6 3- +2I - HCN + I 2 ICN + H + + I - N 2 H 4 + 2I 2 N 2 + 4H + + 4I - H 2 S + I 2 2H + + 2I - + S H 2 SO 3 + I 2 + H 2 O H 2 SO 4 + 2H + + 2I - 2S 2 O 3 2- + I 2 S 4 O 6 2- + 2I - Sn 2+ + I 2 Sn 4+ + 2I - Penentuan antimon serupa dengan penentuan arseni, kecuali bahwa ionion tartrat C 4 H 4 O 6 ditambahkan kedalam kompleks antimon dan mencegah 2- pengendapan dari garam-garam seperti SbOCl ketika larutan dinetralkan. Titrasi kemudian dilakukan didalam sebuah penyangga bikarbonat dengan ph sekitar 8. dalam penentuan timah dan sulfit larutan yang sedang dititrasi harus dilindungi dari oksidasi dari udara. Titrasi hidrogen sulfida sering kali dipergunakan untuk menentukan belerang didalam besi atau baja. Dari semua data pada tabel diatas, akan dicoba untuk menentukan kadar timah. 8

I 2 Sn 2+ + buffer (HCO 3 - ) Reaksi yang terjadi yaitu Sn 2+ Sn 4+ + 2e I 2 + 2e 2I - TE Sn 2+ + I 2 Sn 4+ + 2I - Prinsip perhitungan Mol I 2 = [I 2 ] x Vtitrasi I 2 Ekivalen I 2 = ekivalen Sn 2+ 2 mol I 2 = 2 mol Sn 2+ Mol Sn 2+ = mol I 2 ( dalam 10 ml ) Dalam 100 ml: 100 Mol Sn 2+ = 10 x mol Sn 2+ ( dalam 10 ml ) Massa Sn 2+ = mol Sn 2+ x BM Sn 2+ % Sn 2+ = 2+ massa Sn massa cuplikan x 100% Learn More.. Contact me : indbongolz@gmail.com.:indah Ar:. 9