TEKNIK PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS BENIH KENTANG (Solanum tuberosum L. )

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNIK PERBANYAKAN CEPAT TANAMAN KENTANG (Solanum tubeosum L)

KULTUR JARINGAN DAN MIKROPROPAGASI TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L)

Produksi Benih Kentang ( Solanum tuberosum L.)

IDENTIFIKASI PEMBEDA VARIETAS KENTANG MENGGUNAKAN PENANDA MORFOLOGI

Penyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI BERASTAGI MELALUI BERTANAM BAWANG DAUN

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

No. 007, April 2015 (Tanggal diunggah 15 April 2015)

Tentang Kultur Jaringan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi. Sehingga kentang. termasuk dalam komoditi diversifikasi pangan.

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas yang mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Karo) sejak sebelum perang dunia kedua yang disebut eigenheimer, kentang ini

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAWANG MERAH YANG DIRILIS OLEH BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN PENDAHULUAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Widdy Hardiyanti, 2013

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 52 Tahun 2011, ISSN:

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

TEKNIK PERBANYAKAN UMBI BIBIT KENTANG SECARA CEPAT

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

Pengaruh Beberapa Komposisi Media Tumbuh in vitro terhadap Pertumbuhan Plantlet Kentang Varietas Granola

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014

No. 03 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010

Agency (JICA), telah menghasilkan produk benih. kebutuhan benih berkualitas di Jawa Barat terus meningkat. Pada tahun 2007 stok benih kentang G 4

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

BAB III METODE PENELITIAN

RESPON PERTUMBUHAN MERISTEM KENTANG (Solanum tuberosuml) TERHADAP PENAMBAHAN NAA DAN EKSTRAK JAGUNG MUDA PADA MEDIUM MS

Paramita Cahyaningrum Kuswandi ( FMIPA UNY 2012

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGUMBIAN IN VITRO KENTANG GRANOLA. In Vitro Propagation of Granola Potato (Solanum Tuberosum L.)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

Varietas Unggul Baru (VUB) Kentang Menjawab Kebutuhan Bahan Baku Olahan

PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL (PTM) MUTU FISIK BENIH BEBERAPA KOMODITAS SAYURAN

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

Stratifikasi III. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Waktu dan Tempat Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

Pengaruh Auksin dan Sitokinin terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Meristem Kentang Kultivar Granola

Tugas Akhir - SB091358

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi pembiakan in vitro tanaman pisang yang terdiri

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan kentang di Indonesia semakin meningkat akibat pertambahan

Pengaruh konsentrasi gula dan pacloburazol dalam menginduksi umbi mikro kentang Solanum tuberosum L. varietas atlantik secaraa in vitro

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan / Ilmu Tanaman Fakultas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

VARIETAS-VARIETAS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) YANG TELAH DILEPAS OLEH BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori

PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 800 juta US$ dan meningkat menjadi lebih dari 1.2 milyar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRODUKSI BIBIT KENTANG (Solanum tuberosum L.) G1 DARI STEK BATANG. (PRODUCTION OF SEED POTATO (Solanum tuberosum L.) G1 FROM CUTTINGS)

Oleh : Erwin Maulana Farda Arifta Nanizza Lidwina Roumauli A.S Ramlah Hardiani

PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN TANAMAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Produksi Benih Kentang Bebas Virus dengan Teknik Kultur Jaringan

Kata kunci: Kultur jaringan, Umbi kentang mini, setek tanaman kentang, umbi G0

BAB I PENDAHULUAN. antiinflamasi, analgesik dan antioksidan. Selain itu, daun binahong juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

No. 02 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010

OPTIMASI KOMBINASI NAA, BAP DAN GA 3 PADA PLANLET KENTANG SECARA IN VITRO

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

AKLIMATISASI PLANLET TEBU PS 864 PASCA ENKAPSULASI ABSTRAK

TUGAS AKHIR (SB )

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

13/10/2012 PENDAHULUAN. REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.)

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. yang unik adalah hibrida Phalaenopsis Sogo Vivien yang merupakan hasil

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Jati Emas (Cordia subcordata) kultur in vitro dengan induk tanaman pada mulanya berasal dari Myanmar.

Teknologi Perbenihan untuk Menghasilkan Benih Krisan Bermutu

Transkripsi:

No. 010, Maret 2016 (Tanggal diunggah 11 Maret 2016) Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikar di Gunadi, dan Asih K. Karjadi Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya, Fauzi Haidar TEKNIK PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS BENIH KENTANG (Solanum tuberosum L. ) Oleh : Asih K. Karjadi BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN Jl. Tangkuban Parahu No. 517, Lembang Bandung Barat 40391 Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas prioritas, disebakan tanaman ini mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai sumber karbohidrat dalam menunjang program diversifikasi pangan. Produktivitas kentang di Indonesia tahun 2014, 17.67ton/ha dengan total produksi 1 347 815 ton dari luas areal pertanaman 76 291 hektar (BPS, 2015). Hasil tersebut masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan produksi di negara-negara produsen kentang. Kendala utama peningkatan produksi adalah pengadaan dan distribusi benih kentang berkualitas yang belum kontiyu dan memadai. Dalam program perbenihan penggunaan benih bebas pathogen/berkualitas mutlak diperlukan. Benih tesebut dapat diperoleh melalui teknik kultur jaringan yang disertai dengan pengujian patogen terutama penyakit sistemik (virus) secara intensif dilanjutkan dengan teknik perbanyakan cepat untuk memproduksi stek in vitro, stek in vivo dan umbi mini. APLIKASI TEKNIK KULTUR JARINGAN DAN PERBANYAKAN CEPAT DALAM MEMPRODUKSI BENIH KENTANG BERKUALITAS. Dalam kegiatan memproduksi benih kentang berkualitas baik dalam bentuk tanaman in vitro atau umbi mini dibagi dalam 4 tahap kegiatan yaitu : 1

1. ELIMINASI PENYAKIT SISTEMIK TERUTAMA VIRUS (PLRV, PVX, PVY) Teknik kultur jaringan sangat membantu dalam usaha mengeliminasi penyakit sistemik terutama virus. Dengan metode ini dipilih bagian tanaman atau jaringan yang tidak mengandung patogen sistemik terutama virus, dan menumbuhkan jaringan tersebut serta meregenerasikan kembali menjadi tanaman lengkap yang sehat di dalam media buatan. Keberhasilan dalam menggunakan metode kultur jaringan sangat bergantung pada komposisi media yang digunakan. Dimana media tumbuh ini terdiri dari unsur makro, mikro, sumber karbohidrat yang umumnya gula atau sukrose. Hasil yang lebih baik akan diperoleh apabila ke dalam media tersebut ditambahkan vitamin, asam amino dan zat pengatur tumbuh. Cara perbanyakan kultur jaringan ini dapat meningkatkan produksi benih baik kualitas maupun kuantitasnya. Dalam kultur jaringan yang bertujuan untuk mengeliminasi virus digunakan explant/bahan tanaman berupa jaringan meristem pucuk atau tunas samping (aksiler). Perkembangan jaringan meristem tersebut diarahkan untuk mendapatkan tanaman sempurna dan bila mungkin sekaligus memperbanyaknya teknik ini disebut kultur meristem. Pada penumbuhan jaringan meristem, keadaan fisiologis explant mempengaruhi terjadi atau tidaknya proliferasi. Ketidak berhasilan explant mengadakan pembelahan dan berdifferensiasi disebabkan oleh sel-sel dari explant tersebut tidak bersifat totipoten Kegagalan jaringan meristem untuk tumbuh dan berkembang dapat diakibatkan oleh kurang cermatnya dalam pengambilan explant. Selain ukuran dari jaringan meristem, ketepatan dalam jumlah senyawa zat pengatur tumbuh yang digunakan juga sangat penting dan berpengaruh. Telah disebutkan diatas bahwa ukuran dari jaringan meristem sangat penting, karena akan menentukan kemapuan untuk berkembang dan beregenerasi. Jika jaringan meristem disiolasi bersama-sama dengan primordia daun maka daya hidupnya akan lebih besar. Untuk perbanyakan umumya dianjurkan untuk mengambil jaringan meristem bersama daun primordia. Tetapi sebaliknya jika tujuannya untuk menghilangkan penyakit sistemik terutama virus jaringan meristem harus bebas dari daun primordial daun dan ukurannya tidak boleh melampaui 0.5 mm. Cara pengambilan jaringan meristem adalah sebagai berikut bagian tanaman yang akan diambil jaringan meristemnya disterilisasi dengan larutan khlorox (Sodium hypoklorit) 25 %. Pengambilan jaringan meristem dilakukan dilingkungan steril (di Laminer airflow cabinet) menggunakan binokuler dengan pembesaran 25 40 kali. Daun primordia yang menutupi jaringan meristem dibuang dengan menggunakan jarum atau pinset. Kemudian jaringan tersebut dipotong dengan ukuran 0.25 0.4 mm dengan menggunakan jarum/pisau scalpel dan ditanam/diinokulasi di test tube yang berisi media tumbuh. Sebagai media tumbuh meristem dipergunakan media dengan komposisi MS (Murashige dan Skoog, 1962) ditambah supplement 0 0,25 mg/l BAP; 0 0,25 mg/l GA 3 ; 0 2 mg/l CaP; 3 % Sukrose; 100 mg/l Myo inositol; 0,5 0,65 % agar, ph 5,6 5,7. Kultur kemudian ditempatkan di ruang inkubasi atau incubator dengan suhu 20 22 o C, dengan photoperiode 16 jam terang 8 jam gelap. Sub kultur dilakukan setelah 2

jaringan meristem tumbuh/berkembang menjadi plantlet atau tergantung dari keadaan explant dan media tumbuh. Pada umumnya jaringan meristem akan tumbuh menjadi plantlet setelah 3 6 bulan setelah tanam. Bagan 1. Eliminasi penyakit sistemik virus (PLRV,PVX,PVY). Umbi kentang yang terinfeksi penyakit sistemik/virus Deteksi kandungan penyakit dengan serologi/elisa Kultur meristem ( jaringan meristematik 0.4 mm, dikulturkan /diinokulasikan secara in vitro pada media tumbuh MS + supplement) tanaman in vitro/plantlet. 2. PERBANYAKAN TANAMAN SECARA IN VITRO/MIKROPROPAGASI Penggunaan teknik in vitro untuk tujuan perbanyakan vegetatif merupakan areal/bidang yang paling maju dalam teknik kultur jaringan. Perbedaan perbanyakan vegetatif secara in vitro dengan metode konvensional yang lain adalah : (1) dalam teknik in vitro, bahan tanaman yang dipergunakan lebih kecil, sehingga tidak merusak tanaman induk.(2) lingkungan tumbuh kultur in vitro harus aseptik dan terkendali. (3) kecepatan perbanyakan tinggi, (4) dapat menghasilkan benih bebas penyakit dari induk yang telah terinfeksi pathogen internal. (5) membutuhkan tempat yang relatif kecil untuk menghasilkan jumlah benih yang besar/banyak. Perbanyakan tanaman kentang secara in vitro mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan perbanyakan konvensional yaitu bebas penyakit terutama penyakit sistemik seperti virus, cepat dalam jumlah besar/banyak dan tidak tergantung dari musim. Di Balai Penelitian Tanaman Sayuran setelah kultur meristem tumbuh menjadi plantlet, dilakukan perbanyakan in vitro dengan menanam stek buku tunggal secara in vitro. Komposisi media yang dipergunakan adalah MS (1962) ditambah supplement Myo inositol 100 mg/l ; CaP 2 mg/l; GA 3 0.10 0,25 mg/l; air kelapa 50 100 ml/l; agar 0.5 0.65 %, ph 5,6-5,7. Tanaman diinkubasikan diruang kultur dengan suhu 20-22 o C, photoperiode 16 jam terang, 8 jam gelap. Pengujian virus/deteksi virus dilakukan dengan metoda serologi ELISA pada 3 macam virus (PLRV, PVX,PVY). Pertumbuhan stek in vitro sampai dapat distek kembali/diperbanyak kembali antara 3 5 minggu setelah tanam, dari satu jaringan meristem umumnya akan didapatkan 3 5 tanaman in vitro. Setelah didapatkan tanaman in vitro yang bebas penyakit sistemik/virus dilakukan perbanyakan secara mikropropagasi sampai mecukupi untuk diaklimatisasi di screen 3

house. Selain itu dilakukan juga penyimpanan stok tanaman secara in vitro untuk plantlet/tanaman in vitro bebas virus. Bagan 2. Perbanyakan tanaman secara in vitro/ mikropropagasi Plantlet/tanaman in vitro Perbanyakan dengan stek buku tunggal in vitro ( Mikropropagasi, Media MS + supplement) Deteksi kandungan virus dengan metoda Serologi/ELISA (4 macam virus : PLRV, PVY, PVX) Tanaman bebas virus/plantlet Tanaman/plantlet terinfeksi virus Dibuang/dieliminasi virus kembali Mikropropagasi /stek buku Tunggal. Stok tanaman in vitro ( dikulturkan pd media slow growth) 3. AKLIMATISASI /PRODUKSI STEK DAN UMBI MINI DI SCREEN HOUSE. Dalam program perbenihan kentang penggunaan benih bebas patogen mutlak diperlukan. Penggunaan teknik perbanyakan cepat dalam program perbenihan kentang dimaksudkan untuk mempersingkat masa penyediaan benih disamping meningkatkan jumlahnya dengan kualitas yang terjaga. Pada dasarnya produksi benih merupakan tahapan perbanyakan dimana setiap stok benih diperbanyak secara berulang yang memungkinkan adanya penurunan kualitas, sehingga diperlukan penyediaan stok benih bebas patogen secara terus menerus. Penanaman plantlet di screen house/aklimatisasi dilakukan dengan teknik perbanyakan cepat yaitu dari satu tanaman in vitro/plantlet ditransfer ke media tanah menjadi 2 3 tanaman. Media yang dipergunakan campuran pupuk kandang dan tanah steril dengan perbandingan 1 : 2 (tergantung dari kualitas pupuk dan tanah yang akan dipergunakan), atau campuran media steril lainnya seperti humus, cocopit, arang sekam. Pupuk anorganik yang diberikan NPK (16 16 16) dengan sistim penyiraman (20 gram pupuk dilarutkan dalam 5 liter air dan dilakukan setiap 10 hari sekali. Setelah tanaman 4

induk berumur 4 5 minggu dilakukan pengujian terhadap 3 macam virus (PLRV, PVY,PVX) dan seleksi tanaman off type dengan teknik growing test Panen stek dimulai setelah tanaman induk berumur 4 6 minggu setelah transfer dan dilanjutkan setiap 10 14 hari sekali sampai tanaman induk menunjukkan ciri-ciri sudah tua/senessen atau tanaman induk sudah membentuk umbi. Bagan 3. Penanaman tanaman induk dan produksi stek di screen house Plantlet Aklimatisasi di screen house Media : campuran tanah dan pupuk kandang steril Kerapatan : 200 tanaman per m 2 Deteksi kandungan virus dgn serologi test/elisa Seleksi tanaman offtype ( menggunakan metoda growing test) Panen stek pucuk - Ditanam untuk tanaman induk - Ditanam untuk produksi umbi mini. (panen stek dilakukan setiap 10 12 hari sekali, sampai tanaman induk menunjukkan ciri-ciri sudah tua) Untuk produksi umbi mini berukuran 5 10 g per knol, dilakukan dengan menanam stek di rumah kasa atau net house. Kerapatan tanaman stek ini 100 200 tanaman per m2. Untuk pemeliharaan tanaman dilakukan seperti pertanaman kentang pada umumnya. Produksi umbi mini ini sangat bergantung pada varietas dan pemeliharaan tanaman. Setelah didapatkan /dihasilkan umbi mini perbanyakan selanjutnya dilakukan penanaman secara konvensional atau dikombinasikan dengan teknik perbanyakan cepat. 4. PRODUKSI UMBI MINI DI RUMAH KASA/SCREEN HOUSE Produksi benih kentang pada dasarnya tahap perbanyakan dimana stok benih diperbanyak secara berulang yang memungkinkan adanya penurunan kualitas dari umbi. Untuk maksud tsersebut diperlukan stok benih berkualitas secara terus menerus. 5

Untuk produksi umbi mini kentang ukuran umbi 5 10 g per knol, dilakukan penanaman stek dirumah sere/kasa/net house. Dan umumnya penanaman stek dilakukan tanpa diakarkan terlebih dahulu. Media tanam yang dipergunakan campuran tanah dan pupuk kandang steril dengan perbandingan 2 : 1 ( perbandingan ini sangat bergantung dari kualitas tanah dan pupuk organik/kandang yang dipergunakan), atau campuran media steril lainnya seperti humus, cocopit, arang sekam. Pupuk anorganik yang dipergunakan NPK ( 16 16 16) dengan dosis 1 1.5 ton/ha. Kerapatan tanaman stek 100 200 tanaman per m 2. Produksi umbi mini sangat bergantung pada varietas dan pemeliharaan tanaman. Gambar : Tanaman in vitro (plantlet kentang bebas patogen ) (Sumber : Balai Penelitian Tanaman Sayuran) 6

Gambar : tanaman induk di screen house (Sumber Gambar : Balai Penelitian Tanaman Sayuran) Gambar : Tanaman kentang dalam produksi umbi mini (Sumber Gambar : Balai Penelitian Tanaman Sayuran) Gambar : umbi mini kentang (Sumber Gambar : Balai Penelitian Tanaman Sayuran) 7

Gambar : Pertanaman kentang di lapangan (Sumber Gambar : Balai Penelitian Tanaman Sayuran) 8

Teknik pembuatan benih kentang berkualitas Umbi kentang terinfeksi penyakit Deteksi kandungan virus Kultur meristem Tanaman in vitro/plantlet Mikropropagasi Deteksi kandungan penyakit sistemik/virus Plantlet/tanaman in vitro bebas virus Plantlet/tanaman terinfeksi stok tanaman in vitro Dibuang/dieliminasi kembali dgn kultur jaringan Mikropropagasi Aklimatisasi/transfer tanaman di screen house sbg tanaman induk - deteksi kandungan virus dgn serologi ELISA - Seleksi tanaman offtype dng growing type. Panen stek pucuk Tanam stek untuk tanaman induk tanam stek untuk produksi umbi 9

Laju pertumbuhan dan waktu dalam produksi benih kentang dengan menggunakan teknik perbanyakan cepat 1 jaringan meristem 4 6 bulan 3-5 tanaman in vitro/plantlet 1-2 plantlet, deteksi kandungan penyakit sistemik virus 1 bulan 2 3 plantlet/tanaman in vitro bebas virus Perbanyakan stek buku tunggal 1 bulan 8 12 plantlet ( 4 5 stek buku tunggal per plantlet) 1 bulan 16 24 tanaman induk ( 2 tanaman per plantlet) 1 1.5 bulan 5 10 stek pertanaman induk Umbi mini /Go 1 stek : 3 5 umbi mini 3 bulan 3 3.5 bulan Umbi mini /G1 ( kelipatan 50 120 kali dalam ukuran berat) 10

Daftar Pustaka Asandhi, A.A. et al. 1989. Kentang (edisi kedua), Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Hortikultura Lembang, 197 pp. Ati. S.D. 2006. Dukungan penelitian Virus dalampengembangan Perbenihan Kentang. Orasi Pengukuhan Peneliti Utama sebagai Profesor Riset Bidang Hama dan Oenyakit Tanaman. Badan Litbang Pertanian. Deptan. 20 pp. Bryan, J.E. 1983. On farm seed improvement by the potato seed plot technique. Technical information Bull. 7. CIP Lima Peru. 13 pp. Cartbaoui, R. 1984. Roguing potatoes. Technical Information. Bull 5. CIP Lima Peru, 12 pp. Struik, P.C. and Wiersema, S.G. 1999. Seed Potato technology. Wageningen Pers, Wageningen. The Netherlands. Sunarjono, H. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya kentang. Agromedia. Pustaka Jakarta, 109 pp. Wiersema, S.G. 1987. Effect of stem density on potato production. Technical Information Bull 1. ( Revised). CIP Lima Peru. 11