PENENTUAN KADALUARSA PANGAN : ARTIKEL RIVIEW. Ummi Habibah dan Siti Aminah *)

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN KADALUWARSA PRODUK PANGAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. bawang putih, dan asam jawa. Masing-masing produsen bumbu rujak ada yang

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A. KOPI INSTAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

UMUR SIMPAN. 31 October

I. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Karakteristik teh hijau No Parameter SNI Menurut Nasution dan Tjiptadi (1975) 1 Keadaan - Rasa

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. dan termasuk ke dalam famili Solanacea. Buahnya merupakan sumber vitamin

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama

METODOLOGI PENELITIAN

PENGGUNAAN METODE AKSELERASI PADA PENENTUAN UMUR SIMPAN PISANG SALE DENGAN PENGEMAS YANG BERBEDA-BEDA. Ummi Habibah, Fachraniah, Zahra Fona, Elwina *)

III. TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN UMUR SIMPAN BAHAN PANGAN

Mochamad Nurcholis, STP, MP. Food Packaging and Shelf Life 2013

UMUR SIMPAN DAN KULITAS PRODUK. Souvia Rahimah 17 Desember 2009

REGULASI KADALUWARSA PANGAN NASIONAL DAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

ABSTRAK. Keripik pisang merupakan makanan ringan yang mudah mengalami ketengikan. Salah

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK MI INSTAN DARI PATI SAGU DENGAN METODE AKSELERASI

I. PENDAHULUAN. sebagai bahan utamanya dan bumbu pelengkap seperti terasi, garam, asam jawa.

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

Bul. Teknol. dan Induatri Pangan, Vol. XI, No. I, Th. BOO0 EVALUASI MODELMODEL PENDUGAAN UMUR SIMPAN PANGAN DARI DIFUSI HUKUM FICK UNIDIREKSIONAL

PENDAHULUAN. sebagai bahan baku atau bahan tambahan untuk membuat berbagai jenis makanan.

Gambar 1. Wortel segar

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayur umbi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Aplikasi Prinsip Kinetika untuk Penentuan Masa Simpan Produk Pangan

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

PAPER BIOKIMIA PANGAN

pangan fungsional yang beredar di pasaran. Salah satu pangan fungsional yang

PENDUGAAN MASA KADALUWARSA DENDENG LUMAT IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) PADA KEMASAN ALUMINIUM FOIL. Oleh

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

Sorpsi Air untuk Penentuan Masa Simpan Produk Pangan

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

TINJAUAN PUSTAKA Biskuit yang Diperkaya dengan Tepung Ikan Lele Dumbo dan Isolat Protein Kedelai Syarat Mutu Biskuit

PENENTUAN UMUR SIMPAN BUMBU RUJAK DALAM KEMASAN BOTOL PLASTIK MENGGUNAKAN METODE ARRHENIUS

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan perkebunan salak pondoh di Kabupaten Sleman meliputi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I. PENDAHULUAN. (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

2 TINJAUAN PUSTAKA. : Malacopterygii. : Stolephorus sp.

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Manisan merupakan salah satu makanan tradisional yang sudah tidak asing

PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Kerangka Pemikiran, dan (7) Hipotesis Penelitian.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

ISSN No Media Bina Ilmiah 45

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB I PENDAHULUAN. dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS, produksi

Peranan a w dalam Pendugaan dan Pengendalian Umur Simpan

SHELF LIFE OF Spirulina BISCUIT WITH DIFFERENT PACKAGING By: ABSTRACT

bulan Februari 2017, sedangkan penelitian utama dilaksanakan bulan April hingga

Susut Mutu Produk Pasca Panen

HASIL DAN PEMBAHASAN. yang optimum untuk gum arabika dan tapioka yang kemudian umur simpannya akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Baiq Rein (2010), makanan tradisional merupakan makanan yang

Pengawetan pangan dengan pengeringan

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup murah. Selain itu, jambu biji juga memiliki khasiat untuk

BAB II LANDASAN TEORI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

PENENTUAN UMUR SIMPAN SIRUP PALA BERDASARKAN PERUBAHAN DERAJAT KEASAMAN ph Melisa J Sahambangung 1,Lady Ch Lengkey 2, David Rumambi 2,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Teknologi

Program Studi Teknologi Pangan

adalah produk pangan dengan menggunakan bakteri probiotik. Produk pangan Bakteri probiotik merupakan bakteri baik yang dapat memberikan keseimbangan

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP

Analisis Kandungan Mikroba Pada Permen Soba Alga Laut Kappaphycus Alvarezii Selama Penyimpanan

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK NUGGET IKAN DENGAN MERK DAGANG Fish Nugget So Lite. Shelf Life Estimation of So Lite Fish Nugget

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak

BAB IV PENGEMASAN VACUUM DAN CUP SEALER

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Kritis dan Umur Simpan Ukel Manis

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

Percobaan akan dilakukan pada bulan Mei-September Percobaan. Keteknikan Pengolahan Pangan, Laboratorium Pilot Plan, dan Laboratorium Kimia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam kehidupan keseharian manusia tidak bisa lepas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri dalam bidang pertanian sudah berkembang cukup

Transkripsi:

ABSTRAK Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 2 No.3, Juni 2004 ISSN 1693-248X PENENTUAN KADALUARSA PANGAN : ARTIKEL RIVIEW Ummi Habibah dan Siti Aminah *) Keterangan kadaluarsa yang dicantumkan pada kemasan produk pangan (tanggal, bulan dan tahun) sangat dirasakan manfaatnya oleh konsumen yang bukan sekedar petunjuk kesegaran dan keamanan, melainkan juga petunjuk akan batas waktu perubahan sifat-sifat fungsional dari bahan-bahan. Bentuk-bentuk keterangan kadaluarsa antara lain : manufacturing date dan pack date, sell by date, best when purchased by date dan pull date, best before dan best if used by date, use by date dan exspired date. Format penulisan yang wajib ditingkat nasional dan internasional yaitu berdasarkan UU pangan tahun 1996 dan PP No. 69 tahun 1999 (regulasi ditingkat nasional), regulasi berdasarkan CAC (Codex Alimentarius Commision), dan regulasi berdasarkan MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa). Reaksi diteriorasi produk yang dipengaruhi oleh lamanya penyimpanan menyebabkan perubahan tekstur, flavor, warna, penampakan fisik, nilai gizi, mikrobiologis maupun makrobiologi. Perubahan mutu produk (usable quality) akan menurun dan mendekati suatu titik tertentu dimana kualitas yang diharapkan tidak dimiliki lagi selama penyimpanan dapat dilihat dari kriteria kadaluarsa yang digunakan. Penetapan umur simpan (shelf-life testing) pangan secara laboratoris menggunakan pendekatan studi Accelerated Storage Studies (ASS) atau Accelerated Shelf-life Testing (ASLT) dan Extended Storage Studies (ESS) menghasilkan tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa. Pemodelan untuk menentukan umur simpan produk pangan berdasarkan perubahan fisik yang sensitif terhadap perubahan kadar air telah dilakukan oleh Heiss dan Eichner (1971), Rudolph (1986), Labuza (1982), dan Syarief (1986). Kata kunci : Umur simpan produk (shelf-life testing), perubahan mutu produk (usable quality), kriteria kadaluarsa produk, reaksi deteriorasi. PENDAHULUAN Kemasan-kemasan pangan yang terbuat dari tanah liat (gerabah) sebagai wadah penyimpanan bijibijian dan minyak yang diawetkan serta dipendam di bawah tanah memberikan indikasi bahwa kebiasaan mencantumkan tulisan dan ornamen lukisan pada kemasan pangan dimulai sejak tahun 1000 SM. Kebiasaan tersebut berlanjut pada kemasan berupa toples dan gelas jar sebagai wadah penyimpanan selai, asinan, dan mayonnaise, ditandai dengan cara menuliskan tanggal pembuatan pada tutup atau badan kemasan. Tanggal produksi yang dicantumkan menjadi informasi penting ketika proses pengawetan dengan pemanasan di dalam kaleng hermitis ditemukan oleh Nicolas Appert tahun 1810 karena proses tersebut memungkinkan makanan mudah rusak untuk disimpan lebih lama dari sebelumnya. Meski demikian barulah pada tahun 1917 tulisan seperti sold by dan used by dituliskan pada botol susu pasteurisasi. Hal ini sangat dirasakan manfaatnya oleh konsumen produk susu. Konsumen menyadari pentingnya keterangan kadaluarsa 59

Siti Aminah dan Ummi Habibah, Penentuan Kadaluarsa Pangan : Artikel Riview yang bukan hanya merupakan sekedar petunjuk kesegaran dan keamanan, melainkan juga petunjuk atau perubahan lainnya seperti cita rasa, penampakan fisik dan kandungan gizi. Terlebih pada produk bahan baku industri, seperti berbagai jenis tepung, isolat protein dan ragi roti. Keterangan kadaluarsa menunjukkan batas waktu dimana sifat-sifat fungsional dari bahan masih dapat dipertahankan, seperti kemampuan mengemulsi, daya serap air, kapasitas pengembangan volume, homogenitas warna, daya buih, aktivitas enzimatik serta berbagai sifat fungsional lainnya yang penting dalam pengolahan (Labuza, 1983). Regulasi Kadaluarsa Bentuk-bentuk penulisan keterangan kadaluarsa pada produk pangan antara lain : keterangan tentang saat diproduksi dan dikemas (manufacturing date dan pack date), keterangan tentang waktu terakhir masih layak diperdagangkan (sell by date, best when purchased by date dan pull date), keterangan tentang tenggang waktu dimana produk masih dapat mempertahankan mutu yang sesuai dengan yang diharapkan konsumen sehingga dengan demikian menunjukkan bahwa produk tersebut sangat baik digunakan sebelum tanggal yang tertera akan tetapi masih cukup memuaskan setelah masa tersebut (best before dan best if used by date) serta keterangan tentang waktu yang memberikan makna bahwa jika produk dikonsumsi setelah waktu yang tertera dapat mengakibatkan konsekuensi yang serius (use by date dan expired date). Format penulisan yang penting ditingkat nasional dan internasional yang bersifat wajib (mandatory) terdiri atas tiga regulasi yaitu : pertama berdasarkan UU pangan tahun 1996 dan PP No. 69 tahun 1999 tentang label dan iklan, kedua berdasarkan mandatory labelling of prepacked foods seperti tercantum di dalam Codex Alimentarius Commision (CAC), ketiga berdasarkan regulasi Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) seperti tercantum di dalam Council Directive (79/II2/EEC) on the approximation of the law of the member of states relating to the labelling, presentasion and advertising of food stuffs, amandemen (97/4/EEC). Tambahan pula, ketiga aturan ini dianggap penting karena sekaligus melarang keras perdagangan produk pangan setelah tanggal yang tertera. Pelanggaran tersebut diganjar dengan sanki denda yang cukup berat. Di dalam amandemen tahun 1999 ini dicantumkan juga beberapa hal penting yang menyangkut bentuk penulisan, yaitu : pertama pada label wajib dicantumkan tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa utnuk produk yang mempunyai waktu kadaluarsa kurang dari 3 (tiga) bulan, kedua pada label wajib dicantumkan bulan dan tahun kadaluarsa untuk produk yang mempunyai waktu kadaluarsa lebih dari 3 (tiga) bulan, jika bulan yang dimaksud adalah bulan Desember, maka dapat dicantumkan hanya tahun kadaluarsa, tanpa bulan yang dimaksud, ketiga tanggal kadaluarsa dicantumkan setelah tulisan : Best before diikuti tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa, bila mana waktu kadaluarsa kurang dari 3 (tiga) bulan, keempat bulan dan tahun kadaluarsa dicantumkan setelah kata Best before end bilamana waktu kadaluarsa lebih 3 (tiga) bulan diikuti bulan dan atau tahun kadaluarsa (jika bulan yang dimaksud adalah bulan Desember, 60

maka dapat dituliskan hanya tahun kadaluarsa). Selanjutnya disebutkan juga ada 7 (tujuh) jenis produk pangan yang dikecualikan, yaitu : pertama buah dan sayuran segar, termasuk kentang yang belum dikupas, kedua minuman yang mengandung alkohol lebih besar atau sama dengan 10 % (v/v), ketiga makanan yang diproduksi untuk dikonsumsi saat itu juga atau dikonsumsi tidak lebih 24 jam setelah diproduksi, keempat vinegar, kelima garam meja, keenam gula pasir, ketujuh produk katagori permen (Convensionaly) yang bahan bakunya hanya berupa gula yang dibubuhi penambah cita rasa (flavor) atau gula yang diberi pewarna. Perubahan Karakterisitk Mutu Selama Penyimpanan Umur simpan produk pangan adalah selang waktu antara saat produksi hingga saat konsumsi dimana produk berada dalam kondisi yang memuaskan pada sifat-sifat penampakan, cita rasa, aroma, tekstur dan nilai gizi (menurut Institute of Food Tecnology, IFT, 1974). Hasil analisa menggunakan metoda-metoda pendugaan umur simpan dan diikuti dengan penentuan umur simpan (shelf-life testing) yang dilakukan secara laboratoris dan mengikuti prosedur serta standar tertentu Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 2 No.3, Juni 2004 ISSN 1693-248X menghasilkan : tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa. Reaksi Deteriorasi dan Perubahan Mutu Produk pangan mengalami deteriorasi (penyimpangan suatu produk dari mutu awalnya) secara diproduksi. Reaksi deteriorasi dimulai dengan persentuhan produk dengan udara, oksigen, uap air, cahaya atau akibat perubahan suhu. Reaksi ini juga dapat diawali dengan hentakan mekanis seperti vibrasi, kompresi dan abrasi. Reaksi deteriorasi pada produk pangan dapat disebabkan oleh faktor intrinsik (komposisi) dan ekstrinsik (lingkungan) yang akan memicu terjadinya reaksi kimia, reaksi enzimatik atau lainnya seperti proses fisik dalam bentuk penyerapan uap air atau gas dari sekeliling. Reaksi ini menyebabkan perubahan-perubahan terhadap produk yang meliputi : perubahan tekstur (berupa pengempukan, retrogradasi, stalling, perubahan kekentalan, pengendapan, perubahan stabilitas dan pecahnya emulsi, pemasiran, dan lain-lain), perubahan flavor (berupa ketengikan pada minyak), perubahan warna, perubahan mikro biologis (berupa pembentukan lendir). Tabel 1. Pengaruh beberapa faktor terhadap reaksi deteriorasi pada produk pangan Oksigen Uap air Cahaya Faktor Utama Efek Deterioratif - Oksidasi lipida - Kerusakan vitamin - Kerusakan protein - Oksidasi pigmen - Kehilangan/kerusakan vitamin - Perubahan organoleptik - Reaksi pencoklatan (browning) - Oksidasi lipida. - Oksidasi - Pembentukan bau/perubahan flavor - Kerusakan vitamin 61

Siti Aminah dan Ummi Habibah, Penentuan Kadaluarsa Pangan : Artikel Riview Mikroorganisme Kompressi/Bantingan, Vibrasi, Abrasi, Penanganan secara kasar Bahan kimia toksik/bahan kimia off flavor Sumber : Flaros (1993) - Kerusakan pigmen/perubahan warna - Pembentukan racun - Kehilangan nutrisi - Keracunan/alergi - Perubahan organoleptik - Kebocoran pada pengemas - Off flavor - Perubahan organoleptik - Perubahan kimia - Pembentukan racun Laju Reaksi Deteriorasi Reaksi deteriorasi merupakan suatu reaksi kimia, oleh karena itu mekanisme deteriorasi dapat dianalisa secara matematik. Sebagian besar reaksi deteriorasi pada produk pangan termasuk reaksi ordo nol dan ordo satu. Reaksi degradasi enzimatik pada sayur-sayuran segar, buah-buahan, makanan beku, adonan dingin dan beku mengikuti ordo nol, demikian juga pada reaksi pencoklatan nonenzimatik pada produk cereal, susu bubuk dan makanan bayi. Oksidasi lipida pada makanan kering dan beku juga berordo nol. Kriteria Kadaluarsa Analisa kuantitatif reaksi deteriorasi yang berlangsung pada produk pangan selama proses pengemasan dan penyimpanan dapat dilakukan dengna cara pengukuran terhadap tingkat efek deterioratif meliputi analisa fisik, analisa kimia dan analisa organoleptik. Perubahan tingkat efek deterioratif dihubungkan dengan perubahan mutu produk atau usable quality. Usable quality akan menurun selama penyimpanan maka pada suatu saat kualitas yang diharapkan tidak dimiliki lagi. U S A B L E Q U A L I T Y 100 80 60 40 20 20 40 60 80 100 Usable quality 0 % (produk kadaluarsa) PENYIMPANAN SETELAH PRODUKSI (HARI) Gambar 1. Penurunan usable quality pada produk pangan segera setelah diproduksi yang digambarkan konstan 62

Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 2 No.3, Juni 2004 ISSN 1693-248X Panurunan usable quality disebabkan oleh reaksi deteriorasi yang berlangsung di dalam produk berupa atribut seperti tekstur, flavor, warna, penampakan khusus, nilai gizi atau berupa standar mikrobiologis seperti jumlah dan jenis mikroba tertentu yang dikandung oleh produk pangan. Atribut tersebut disebut kriteria kadaluarsa. Kriteria kadaluarsa yang digunakan pada beberapa jenis produk terdapat pada tabel 2. Pemodelan (modelling) Penentuan Waktu Kadaluarsa. Penetapan umum simpan produk pangan yang dilakukan di laboratorium menggunakan pendekatan studi Accelerated Storage Studies (ASS) atau Accelerated Shelflife testing (ASLT) mauapun Extended Storage Studies (ESS) untuk menentukan tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa diperlukan informasi dan standar tertentu (OTA Report 1979), yaitu : pertama Ukuran faktor mutu yang dapat digunakan atau kriteria kadaluarsa, kedua Metode pengukuran faktor mutu yang handal berdasarkan kaidah-kaidah statistik, ketiga Jumlah (batas) penurunan faktor mutu yang dianggap batas kadaluarsa atau tidak layak digunakan atau diperdagangkan, keempat Sistem dan kondisi distribusi, kelima Ratarata waktu penyimpanan sebelum diproduksi. Tabel 2. Kriteria kadaluarsa yang digunakan pada beberapa jenis produk. Produk/Komoditi Mekanisme deteriorasi Kriteria kadaluwarsa Sumber Produk Kering Penyerapan uap air Peningkatan kadar air Labuza (1972) Susu bubuk Penyerapan uap air Pencoklatan Labuza (1972) Susu bubuk Oksidasi Laju konsumsi O 2 Quast (1971) Sea food kering beku Oksidasi dan foto Aktifitas air Howsmon 91986) degradasi Makanan bayi Penyerapan uap air Konsentrasi asam Singh (1976) askorbat Makanan kering Penyerapan uap air - Oswin (1946) Sayuran kering Penyerapan uap air Off-flavor perubahan Villota (1980) warna Kol kering Penyerapan uap air Pencoklatan Mizrahi (1970a) Mizrahi (1970b) Tepung biji kapas Penyerapan uap air Pencoklatan Mizrahi (1977) Tepung tomat Penyerapan uap air Konsentrasi asam Mizrahi (1977) askorbat Biji-bijian Penyerapan uap air Pengingkatan kadar Felt (1945) air Keju Penyerapan uap air Tekstur Lazarides (1988) Bawang kering Penyerapan uap air Pencoklatan Samaniego Esquerra (1991) Buncis hijau Penyerapan uap air Konsentrasi klorofil Samaniego Esquerra (1991) Keripik kentang Penyerapan uap air Laju Oksidasi Quast (1974) dan Oksidasi Keripik kentang Oksidasi Laju konsumsi O 2 Quast (1974) Udang kering beku Oksidasi Konsentrasi karrotenoid & laju Simon (1971) 63

Siti Aminah dan Ummi Habibah, Penentuan Kadaluarsa Pangan : Artikel Riview Tepung gandum Penyerapan uap air dan Oksidasi konsentrasi O 2 Konsentrasi asam askorbat Wanniger (1972) Minuman ringan Pelepasan CO 2 Perubahan tekanan Renelon (1973) & Alger (1987) Sumber : Floros (1993) Floros (1993), menyatakan bahwa umur simpan produk pangan pada suatu tingkat degradasi tertentu atau penurunan mutu suatu produk pangan dapat ditulis sebagai berikut : dc f dt RH. T. po2. K Dimana dc adalah laju penurunan dt mutu persatuan waktu, RH adalah kelembaban relatif, T adalah temperatur lingkungan penyimpanan/pengemas, K adalah faktor komposisi pengemas, po 2 adalah tekanan oksigen lingkungan penyimpanan/pengemas. Dari persamaan di atas terlihat bahwa konsepsi pemodelan penentuan waktu kadaluarsa dapat dilakukan melalui : pertama Faktor ekstrinsik menghasilkan model berdasarkan proses perubahan mutu fisik, kedua Faktor intrinsik menghasilkan model berdasarkan proses perubahan mutu kimia, ketiga Faktor mutu organoleptik yang menghasilkan model berdasarkan perubahan mutu organoleptik. Metodologi studi yang diterapkan dalam memperoleh respon berdasarkan model-model yang digunakan yaitu Accelerated Storage Studies ASS atau (Accelerated Shelflife Testing ASLT), bila kondisi penyimpanan terkontrol dan Ekstended Storage Studies (ESS), bila kondisi penyimpanan tanpa pengaturan dan pengontrolan. Pemodelan Berdasarkan Perubahan Fisik (Perubahan Kadar Air) 1. Model Heiss dan Eichner (1971) Model ini adalah salah satu model pendekatan yang mula-mula diterapkan pada produk pangan kering dalam bentuk persamaan t gain = (tan ) RHin. RH J H2 O out. 100. Ws A Me Mi 2.303 log Me Mt Dimana : t adalah untuk menentukan umur simpan, Mi adalah kadar air awal produk (basir kering), Me adalah Kadar air kesetimbangan produk dengan lingkungan, Mt adalah Kadar air pada waktu (t), JH 2 O adalah total penetralan uap air pada waktu (t), Ws adalah berat kering produk, RH in adalah humiditas di dalam pengemas, RH out adalah Humuditas di laur pengemas. 2. Model Rudolph (1986) Dengan dasar persamaan yang sama dengan Heiss-Eichner, Rudoph menurunkan suatu model persamaan : Ws t gain = J H O. A 2 3. Model Labuza (1982) Labuza mengkorelasikan total jumlah penetran uap air (q) dengan berat produk, diperoleh persamaan : dw H O P 2. A. PH O in P 2 H2 dt L O out 64

Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 2 No.3, Juni 2004 ISSN 1693-248X 4. Metode Waktu Paruh (Syarief, 1986) Metoda waktu paruh memiliki persamaan dengan metoda Rudolph dalam prosedur penentuan umur simpan yaitu menggunakan bantuan grafik. Persamaannya : Ws. X. b HVP log 2.. P A Po besaran (Ws. X. b)/(p. A. P o ) merupakan 1/slop dari kurva hubungan kadar air log (Me Mi)/(Me Mt) dengan waktu t, selanjutnya dengan bantuan grafik dapat dikonversikan nilai HVP menjadi umur simpan. 5. Model Berdasarkan Perubahan Oksigen Penyerapan oksigen atau gas dapat didekati dengan cara yang sama seperti penyerapan uap air menggunakan analog dalam bentuk : p2 p1 q P. A. t. l dimana q adalah jumlah oksigen yang berdifusi melalui luasan kemasan A setelah waktu t, p adalah permeabilitas pengemas terhadap oksigen dan (p 2 p 1 ) adalah gradien tekanan parsial oksigen. Pemodelan Berdsarkan Proses Kimia, Mikrobiologis dan Enzimatik Reaksi deteriorasi yang menyebabkan perubahan mutu produk selama penyimpanan sebagian besar merupakan reaksi kimia, oleh karena itu mekanisme deteriorasi dapat dikuantifikasi dan dianalis secara matematis, sebagai contoh (Labuza, 1982), oksidasi lipida pada biskuit (sanck food) merupakan suatu reaksireaksi kinetika ordo nol. Pertumbuhan mikroba pembentukan lendir pada daging segar, ikan dan ayam adalah reaksi ordo satu. Menurut Labuza (1982), pemodelan perubahan mutu berdasarkan proses kimia dpat didekati dengan pendekatan semi empiris dimana mekanisme reaksi yang sesungguhnya maupun tasaptasapnya tidak menjadi fokus perhatian, namun yang ingin diketahui laju reaksi berlangsung. Pemodelan Berdasarkan Perubahan Bentuk Organoleptik Sifat kimia, fisik dan mikrobiologi yang mewakili suatu faktor mutu tertentu sudah umum digunakan sebagai kriteria kadaluarsa dalam penentuan waktu kadaluarsa pangan (Labuza, 1982). Sifat organoleptik produk yang dapat dipersepsi konsumen secara langsung seperti rasa, bau, warna, tekstur dan flavor, sebagai contoh Schaller Povolny dan Smith (1999) menetapkan waktu kadaluarsa es krim yang disimpan pada 18 o C menggunakan faktor mutu organoleptik seperti : Iciness, Chewiness, Sweetness dan flavor intensity melaporkan waktu kadaluarsa sebesar 6 minggu. Penggunan uji organoleptik dalam menentukan umur simpan produk dapat digunakan metoda : pertama High Quality Life (HQL) menggunakan uji duo-trio melalui penentuan titik Just Noticeable Difference (JND). Dalam pelaksanaannya diperlukan 70 % hingga 80 % jawaban benar dari penulis terlatih yang mampu membedakan antara sampel standar dan sampel yang diuji/dianalisa, kedua Practical Shelf Life (PSL) menggunakan panel konsumen (tidak terlatih), ketiga Weibull Hazard Analysis (WHA) dikembangkan 65

Siti Aminah dan Ummi Habibah, Penentuan Kadaluarsa Pangan : Artikel Riview dalam kondisi yang diakselerasi (ASLT) Parameter Kinetika Mekanisme Kadaluarsa Pangan 1. Energi Aktivasi (Ea) Dalam mengkuantifikasi pengaruh temperatur terhadap kinetika proses kadaluarsa guna mendapatkan energi aktivasi reaksi dilakukan dengan : pertama pendekatan Arrhenius dengan jalan menunjukkan ketergantungan konstanta laju reaksi terhadap temperatur yang cukup lebar dengan persamaan : k = k o. e Ea/RT dimana k o adalah konstanta preeksponensial atau konstanta laju absolut, k adalah konstanta laju reaksi pada temperatur T, Ea adalah energi aktivasi (j/mol), R adalah konstanta gas ideal (1.987 kal. k -1 mol -1 ) dan T adalah suhu absolut (ok), kedua pendekatan model linear sangat penting jika data yang tersedia terbatas (Labuza, 1983). Untuk semua jenis ordo reaksi, persamaan pendekatan model linear adalah : A K = ts Dimana K adalah laju reaksi deteriorasi, A adalah perubahan konentrasi/mutu dari mutu awal hingga kadaluarsa, ts adalah umur simpan. 2. Nilai Q 10 Nilai Q 10 (besaran yang digunakan untuk menunjukkan pengaruh temperatur) didefinisikan sebagai petunjuk besarnya pengaruh perubahan suatu reaksi pada temperatur T 2 dibandingkan dengan reaksi pada temperatur T 1 dimana T 2 T 1 = 10 o C persamannya : K T 10 tst Q 10 = KT tst 10 Dimana ts T adalah umur simpan pada temperatur T o C, ts T + 10 adalah umur simpan pada temperatur (T + 10) o C Manfaat Penentuan Kadaluarsa Pangan Dengan diwajibkannya penentuan waktu kadaluarsa pada produk pangan baik di tingkat nasional maupun international sesuai dengan UU pangan 1996 dan PP No. 69 tahun 1999, regulasi CAC, dan regulasi MEE dan ditambah dengan melarang keras memperdagangkan produk pangan lewat dari batas waktu kadaluarsa yang tertera pada kemasan dengan sanksi yang berat, sangat dirasakan besar manfaatnya bagi pemakai atau konsumen akan terjaminnya kualitas keamanan dan kesegaran produk pangan seperti cita rasa, penampakan dan kandungan gizi. UCAPAN TERIMA KASIH Kepada Bapak / Ibu penyalur dana ABPD tingkat II Kabupaten Aceh Utara tahun anggaran 2003 dan Bapak Dr. Ir. Arpah M.Si sebagai guru pada pelatihan / magang Penentuan Kadaluarsa Pangan. 66

Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 2 No.3, Juni 2004 ISSN 1693-248X Produk Faktor intrinsik-ekstrinsik Pemodelan Model fisik Model kimia enzimatis Mikrobiologis Model sensori Metoda studi : ASLT atau ESS Pemilihan kriteria kadaluarsa Pengukuran dan analisa Waktu kadaluarsa Gambar 2. Sistematika pendekatan metodologi penetapan waktu kadaluarsa DAFTAR PUSTAKA Arpah, 2003, Penentuan Kadaluarsa Pangan (bahan pelatihan/magang, buku I : Pengantar Teori), Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fateta IPB, Bogor. Arpah, 2003, Penentuan Kadaluarsa Pangan (bahan pelatihan/magang buku II : Penuntun Praktikum), Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fateta IPB, Bogor. Arpah, 2003, Penentuan Waktu Kadaluarsa Pada Produk Pangan, Makalah 67

Siti Aminah dan Ummi Habibah, Penentuan Kadaluarsa Pangan : Artikel Riview disampaikan pada pelatihan teknis penentuan waktu kadaluarsa makanan, Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia Badan Pengembangan Ekspor Nasional, Jakarta. Arpah, 2001, Buku dan Monograf Penentuan Kadaluarsa Pangan, Diktat Kuliah Program Pasca Sarjana, IPB. Syarief, R., 1986, Teknologi Pengemasan Pangan (penuntun praktikum), Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fateta IPB, Bogor. Syarief, R 1992, Teknologi Pengemasan Pangan, Monograf, PAU Pangandan Gizi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fateta - IPB, Bogor. 68