STATUS PEMANFAATAN LOBSTER (Panulirus sp) DI PERAIRAN KEBUMEN

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI TINGKAT EKSPLOITASI SUMBERDAYA IKAN GULAMAH (Johnius sp) BERDASARKAN DATA TPI PPS CILACAP

ANALISIS STOK UDANG PENAEID DI PERAIRAN PANTAI SELATAN KEBUMEN JAWA TENGAH

(Metapenaeus elegans de Man 1907) Berdasarkan Model Thompson dan Bell di Laguna Segara Anakan Cilacap Jawa Tengah

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

POTENSI UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) DI KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH. Abstrak

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VIII (1): ISSN:

Aspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal

PENDAHULUAN. Common property & open acces. Ekonomis & Ekologis Penting. Dieksploitasi tanpa batas

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Moch. Prihatna Sobari 2, Diniah 2, dan Danang Indro Widiarso 2 PENDAHULUAN

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

Pola Rekrutmen, Mortalitas, dan Laju Eksploitasi Ikan Lemuru (Amblygaster sirm, Walbaum 1792) di Perairan Selat Sunda

DISTRIBUSI DAN RUAYA UDANG JARI (Metapenaeus elegans de Man 1907) DI LAGUNA SEGARA ANAKAN CILACAP JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STATUS PERIKANAN LOBSTER (Panulirus spp.) DI PERAIRAN KABUPATEN CILACAP

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

PENGARUH PERBEDAAN WARNA KRENDET DAN KEDALAMAN DAERAH PENANGKAPAN LOBSTER (Panulirus sp.) DI PANTAI WARU PERAIRAN WONOGIRI

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XIV (1): ISSN:

PERTUMBUHAN DAN LAJU MORTALITAS LOBSTER BATU HIJAU (Panulirus homarus) DI PERAIRAN CILACAP JAWA TENGAH

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2 Peta lokasi penelitian PETA LOKASI PENELITIAN

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

PENDAHULUAN. Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang

OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan 3.3 Metode Penelitian

Potensi Lestari Ikan Kakap di Perairan Kabupaten Sambas

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 5 Peta daerah penangkapan ikan kurisi (Sumber: Dikutip dari Dinas Hidro Oseanografi 2004).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PROPORSI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING TIGA LAPIS (TRAMMEL NET) DI PELABUHAN RATU

TINGKAT KEMATANGAN KELAMIN DAN FREKUENSI PANJANG PARI GITAR (Rhinobatus sp.1 dan Rhinobatus sp. 2)

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sriati Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Kampus Jatinangor UBR

ANALISIS HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN HIMMEN (Glossogobius sp) DI DANAU SENTANI KABUPATEN JAYAPURA ABSTRAK

JURNAL JENIS LOBSTER DI PANTAI BARON GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA. Disusun oleh : Mesi Verianta

ANALISIS BIOEKONOMI MODEL COPES PERIKANAN DEMERSAL PESISIR REMBANG. Bioeconomic Analitic Copes Mode Demersal Fish in Rembang Water

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SEBARAN UKURAN LOBSTER BATU (Panulirus penicillatus) DI PERAIRAN WONOGIRI JAWA TENGAH

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR

Rikza Danu Kusuma *), Asriyanto, dan Sardiyatmo

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

3 METODOLOGI. Gambar 2 Peta Selat Bali dan daerah penangkapan ikan lemuru.

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRACT. Key word : bio-economic analysis, lemuru resources, bali strait, purse seine, resource rent tax, user fee

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XII (2): ISSN:

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN ATRAKTOR BUATAN YANG RAMAH LINGKUNGAN DALAM PEMANENAN ANAKAN UDANG LOBSTER LAUT (Panulirus spp)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRACT 1. PENDAHULUAN 2. METODOLOGI

Analisis Panjang-Berat dan Faktor Kondisi pada Udang Rebon (Acetes japonicus) di Perairan Cilacap, Jawa Tengah

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP JARING INSANG HANYUT (DRIFT GILLNET) DI PERAIRAN DUMAI, PROVINSI RIAU

Febyansyah Nur Abdullah, Anhar Solichin*), Suradi Wijaya Saputra

DINAMIKA POPULASI IKAN

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Ikan kuniran (Upeneus moluccensis).

POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU, INDONESIA

POTENSI LESTARI DAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN KURISI (Nemipterus sp.) YANG DIDARATKAN PADA PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SUNGAILIAT

Study Catches of Decpterus Fish (Decapterus Sp) With The Arrested Purse Seine in Samudera Fishing Port (Pps) Lampulo

PS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan ABSTRAK

PENDUGAAN KELOMPOK UMUR DAN OPTIMASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) DI KABUPATEN BOALEMO, PROVINSI GORONTALO

5 PEMBAHASAN 5.1 Fluktuasi Hasil Tangkapan ( Catch ) Ikan Lemuru

Transkripsi:

Jurnal Saintek Perikanan Vol. 4, No. 2, 29 : 1 15 STATUS PEMANFAATAN LOBSTER (Panulirus sp) DI PERAIRAN KEBUMEN Exploitation status of Lobster on Kebumen Waters Suradi Wijaya Saputra 1 1 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto, SH Semarang Diserahkan : 28 September 28; Diterima : 27 November 28 ABSTRAK Penelitian status pemanfaatan lobster (Panullirus sp) dilakukan di Perairan Pantai Kebumen, Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat pemanfaatan dan musim penangkapan. Pengambilan contoh dilakukan sejak Agustus sampai dengan September 28, menggunakan metode survei. Lokasi penelitian di tiga TPI, yaitu TPI Pasir, TPI Argopeni dan TPI Karangduwur. Hasil penelitian menunjukkan Lobster tertangkap sepanjang tahun, dengan musim penangkapan bulan November sampai dengan Februari, dan puncak musim pada bulan Desember. Berdasarkan ukuran ratarata panjang karapas dan bobot individu lobster yang tertangkap, status pemanfaatan Lobster mengindikasikan telah mengarah lebih tangkap. Kata kunci : Lobster, status pemanfaatan, perairan Kebumen ABSTRACT The research of the exploitasion status of Lobster (Panullirus sp) was held on Kebumen waters Central Java. The objective research were to analysis of exploitation level and fishing season.of lobster. Samples was collected from August to September 28, using survey methods. The study area were three TPI : TPI Pasir, TPI Argopeni and TPI Karangduwur. The results showed that Lobster caught occurred through the year, with fishing season from November to February, and peak season on December. Base on carapace length and weigh of Lobster, show that level of exploitation was indicated overexploitation. Key word : Lobster, exploitation status, Kebumen waters PENDAHULUAN Lobster merupakan komiditas ekspor, yang banyak tertangkap di perairan Kebumen, dengan nilai ekonomis yang tinggi. Oleh karenanya eksploitasi terhadap lobster cenderung meningkat, yang apabila tidak dikendalikan dapat mengarah pada lebih tangkap. Konotasi lebih tangkap umumnya selalu hanya dikaitkan dengan adanya penangkapan yang sangat intensif, sehingga volume yang ditangkap melebihi batasbatas produksi lestarinya. Dalam pengertian ini, ada dua penyebab terjadinya overfishing, yakni overfishing yang diakibatkan oleh terlampau banyaknya ikan ukuran kecil yang tertangkap, sehingga ikan tidak cukup kesempatan untuk tumbuh menjadi ukuran yang layak tangkap, yang dikenal sebagai growth overfishing. Lebih tangkap yang lain adalah akibat banyaknya ikan yang sedang matang gonad tertangkap, sehingga jumlah induk yang melalukan pemijahan sangat terbatas. Hal ini berakibat jumlah anakan baru (recruit) sangat sedikit, yang dikenal sebagai recruitment overfishing. Berdasarkan beberapa hasil penelitian dinyatakan bahwa sumberdaya perikanan di Samudera Hindia, khususnya di wilayah perairan Jawa Tengah mempunyai potensi yang besar dan belum dimanfaatkan secara optimum. Hasil penelitian Badan Riset Kelautan dan Perikanan DKP (21) menyebutkan bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya lobster baru mencapai 1 % dari potensi lestarinya. Dilihat dari data tersebut terlihat bahwa pemanfaatan Lobster masih sangat rendah. Sebagian studi lainnya menyatakan bahwa sesungguhnya tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan di wilayah perairan selatan Jawa Tengah, khusunya Lobster juga telah mengindikasikan pemanfaatan yang sudah intensif. 1

Jurnal Saintek Perikanan Vol. 4, No. 2, 29 : 1 15 Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji status pemanfaatan sumberdaya lobster serta musim penangkapannya di Kabupaten Kebumen. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan menggunakan metode survei. Pengambilan Sampel Penelitian dilakukan di tiga TPI utama di Kabupaten Kebumen, yaitu TPI Pasir, TPI Argopeni dan TPI Karangduwur, selama dua bulan, sejak Agustus sampai dengan Septermber 28. Oleh karena jumlah lobster yang tertangkap per hari relatif sedikit, maka seluruh lobster hasil tangkapan selama penelitian dijadikan sampel. Pengukuran Data. Data yang dikumpulkan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer meliputi: jenis lobster, panjang karapas, dan bobot lobster. Sedangkan data sekunder, antara lain meliputi: produksi hasil tangkapan bulanan (selama 11 tahun), produksi hasil tangkapan tahunan (selama 11 tahun), trip alat tangkap (selama 11 tahun), yang dikumpulkan dari ketiga TPI tersebut di atas. Analisis Data Status Pemanfaatan Lobster Analisis status pemanfaatan lobster dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu didasarkan pada aanalisis data panjang dan bobot, serta data produksi dan trip penangkapan. Data frekuensi panjang karapas dan bobot individu disajikan dalam bentuk grafik histogram, dan dihitung ukuran ratarata tertangkap, baik berdasarkan data panjang karapas maupun bobot. Ukuran panjang karapas ratarata tertangkap L 5% diperoleh melalui plotting antara persentase frukuensi kumulatif ukuran ikan dengan ukuran ikan itu sendiri. Apabila dari titik potong antara kurva dengan titik 5% yang ditarik mendatar di tarik vertikal memotong sumbu x (panjang), maka akan diperoleh ukuran ratarata 5% ikan yang tertangkap. Nilai tersebut menjelaskan bahwa 5% ikan yang tertangkap kurang dari ukuran alat tersebut dan 5% lainnya berukuran lebih besar dari ukuran alat tersebut. Hasil analisis ini akan memperjelas status perikanan tangkap, apakah tingkat penangkapannya sudah berlebih (didominasi oleh ikanikan berukuran kecil) ataukah sebaliknya. Prinsipprinsip pengelolaan yang dapat dikembangkan adalah mengatur ukuran ikan yang sebaiknya boleh ditangkap. Meskipun memiliki berbagai keterbatasan dan kelemahan metodologis, kajian staus pemanfaatan juga akan dilakukan menggunakan model surplus produksi. Metode yang digunakan akan disesuaikan dengan pola distribusi data. Untuk menghitung potensi lestari (MSY) metode Schaefer, menggunakan rumus MSY = sedangkan f optimum = Sedangkan metode potensi lestari metode Fox menggunakan persamaan MSY = dan f optimum = HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi jenis Lobster (Panulirus sp) yang tertangkap di Perairan Kebumen Lobster dari genus Panulirus di perairan selatan Kebumen produksinya cukup banyak dan merupakan komoditas ekspor. Terdapat lima spesies Lobster yang dominan tertangkap di Kebumen, yaitu lobster batu (P. penicillatus), lobster hijau (P. homarus), lobster merah atau bintik seribu (P. longipes), lobster bambu (P. polyphafus) dan lobster mutiara (P. ornatus). Habitat spesies P. longipes adalah perairan karang atau bebatuan yang dangkal (tapi kadangkadang dijumpai juga pada kedalaman 13 meter). Perairan yang disukai yang jernih, dengan arus seang, atau kadangkadang sedikit keruh. Udang bersifat nokturnal dan tidak berkelompok Chan (1998). Habitat spesies P. albiflagellum perairan pantai yang dangkal sampai dengan kedalaman 2 meter. Spesies P. penicillatus hidup di perairan pantai yang dangkal, dengan kedalaman antara 14 meter, maksimum 16 meter, di tebingteping karang atau bebatuan, air jernih dan tidak dipengaruhi air sungai. Spesies ini bersifat nokturnal dan tidak berkelompok Chan (1998). Habitat udang barong pada umumnya adalah di perairan pantai yang banyak terdapat bebatuan / terumbu karang. Terumbu karang ini disamping sebagai barrier (pelindung) dari 11

Trip Produksi (Kg) CPUE Jurnal Saintek Perikanan Vol. 4, No. 2, 29 : 1 15 ombak, juga tempat bersembunyi dari predator serta berfungsi pula sebagai daerah pencari makan. Akibatnya daerah pantai berterumbu ini juga menjadi daerah penangkapan udang barong bagi para nelayan. Hal ini dapat dilihat dari cara nelayan mengoperasikan alat tangkap (bintur) di daerah bebatuan di pantai Chan (1998). Menurut Chan (1998) jenis Panullirus hummarus hidup pada perairan pantai yang jernih pada bebatuan dan karang berpasir. Lobster bersifat nokturnal (aktif malam hari) dan suka bergerombol. Musim penangkapan terjadi pada musim hujan, pada hari bulan gelap, terutama setelah bulan purnama. Jangka hidung spesies ini sekitar 81 tahun. Status Pemanfaatan Lobster Di Perairan Kebumen Produksi Lobster di Kabupaten Kebumen berfluktuasi, namun ada cenderung meningkat sejak tahun 25 (Gambar 1). 8. 7. 6. 5. 4. 3. 2. 1. Gambar 1. Perkembangan Produksi Lobster di Kabupaten Kebumen. Jumlah trip penangkapan Lobster dengan standart alat tangkap gill net monofilamen juga memiliki kecenderungan yang sama, fluktuatif, dan pada tahun 27 jumlah trip meningkat cukup tajam (Gambar 2). 16. 14. 12. 1. 8. 6. 4. 2. 1997 1998 1999 2 21 22 23 24 25 26 27 Tahun 1997 1998 1999 2 21 22 23 24 25 26 27 Tahun Gambar 2. Perkembangan Trip Penangkapan Lobster dengan Standart Gillnet Monofilamen di Kabupaten Kebumen. Hasil perhitungan CPUE dengan standart gillnet monofilamen Kebumen menunjukkan bahwa CPUE cenderung menurun sejak tahun 1998, dan terendah terjadi pada tahun 2. Setelah itu, CPUE perlahanlahan meningkat. Hasil perhitungan CPUE dengan standart gillnet monofilamen Kebumen menunjukkan bahwa CPUE cenderung menurun sejak tahun 1998, dan terendah terjadi pada tahun 2. Setelah itu, CPUE perlahanlahan meningkat kembali sampai dengan tahun 26 (Gambar 3). 1,,8,6,4,2 1997 1998 1999 2 21 22 23 24 25 26 27 Tahun Gambar 3. Perkembangan CPUE Lobster dengan Standart Gillnet Mono Filamen di Kabupaten Kebumen. Plot antara CPUE dan trip gill net monofilamen memberikan sebaran data yang tidak memenuhi asumsi model surplus produksi (Gambar 4), baik model Schaeffer (linier) mapun model Fox (exponensial), sehingga perhitungan nilai MSY menggunakan model surplus produksi tidak bisa dilakukan. Kondisi demikian dapat terjadi karena pencatatan data yang kurang teliti, terutama data trip yang biasanya cenderung diabaikan. Berdasarkan observasi lapang, di wilayah studi banyak diperasikan alat tangkap bintur, namun pada data statistik sering tidak dijumpai. Ketidakakuratan data produksi dan trip dapat mengakibatkan ketidak akuratan hasil perhitungan. Oleh karenanya diperlukan informasi lain, seperti beberapa aspek biologi, misalnya ukuran ratarata ikan yang tertangkap. Hasil pengkajian BRKP (21) tingkat pemanfaatan lobster di Samudera Hindia baru mencapai 1% dari potensi lestarinya yang diduga potensinya sebesar 1.6 ton per tahun. Hal ini mengindikasikan kemungkinan masih adanya daerah penangkapan lobster di Samudera Hindia yang belum diusahakan. 12

Frekuensi 22 42 62 82 12 122 142 162 182 22 222 242 262 282 32 322 342 362 382 42 422 442 462 482 52 522 542 562 582 62 622 642 662 Frekuensi 2. 4. 6. 8. 1. 12. 14. 16. CPUE % kumulatif Jurnal Saintek Perikanan Vol. 4, No. 2, 29 : 1 15,9,8,7,6,5,4,3,2,1 1 5 Gambar 4. Plot Antara CPUE dan trip Penangkapan Lobster dengan Standart Gillnet Monofilamen di Kabupaten Kebumen. Struktur Ukuran Lobster (Panulirus sp) yang tertangkap di Perairan Kebumen Berdasarkan hasil pengukuran panjang karapas Lobster di Kabupaten Kebumen (Gambar 5 dan 6) diperoleh gambaran bahwa Lobster yang tertangkap di perairan sekitar Kebumen memiliki modus panjang karapas 45 mm, dengan panjang karapas ratarata 5% adalah 44,5 mm. Ukuran terkecil Lobster yang ada pada sampel dengan panjang karapas 22 mm dan paling besar 661 mm. Panjang infinitif (L ) diperoleh menggunakan saran Spare dan Venema, dimana L = 1/,95 x L maks dalam sampel, sehingga diperoleh L = 696 mm. Ukuran pertaka kali tertangkap idealnya tidak lebih kecil dari,5 x L, dalam hal ini pada panjang karapas sebesar 348 mm. Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa ukuran panjang karapas ratarata lobster yang tertangkap di perairan Kebumen masih dalam kategori sangat kecil. 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Gambar 5. Distribusi Frekuensi Panjang Karapan Lobster di Kebumen ( n = 384 Ekor), (Atas : data Panjang Karapas, Bawah : Data Berat). Trip 25 3 35 4 45 5 55 6 65 7 75 8 85 9 Panjang karapas (mm) 2 25 3 35 4 45 5 55 6 65 7 75 8 85 9 Gambar 6. Kurva Logistik Baku Penentuan Ukuran Panjang Karapas Ratarata Lobster Berdasarkan data berat Lobster (Gambar 7 dan 8) ternyata bahwa Lobster yang paling banyak tertangkap adalah dengan berat 82 gram, dengan berat ratarata 5% sebesar 11 gram. 7 6 5 4 3 2 1 Panjang karapas (mm) Berat (gr) Gambar 7. Distribusi Frekuensi Berat Lobster di Kebumen ( n = 384 ekor), (atas : Data Panjang Karapas, Bawah : Data Berat). Berdasarkan Gambar 6 terlihat bahwa histogram berat Lobster sangat miring ke kiri, yang berarti bahwa Lobster yang tertangkap di Kebumen didominasi oleh ukuran yang masih sangat kecil, dan pada ukuran yang demikian memiliki nilai ekonomi yang rendah. Pada bobot tersebut nilai ekonomisnya masih sangat rendah. Nilai ekonomis lobster akan tinggi jika bobotnya di atas 3 gram/ekor. Kondisi ini juga dapat mengarah pada recruitment overfishing, karena hampir tidak ada kesempatan bagi Lobster untuk berkembang biak. 13

2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 22 24 26 28 3 32 34 36 38 4 42 44 46 48 5 52 54 56 58 6 62 64 66 68 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember % kumulatif Produksi (Kg) Jurnal Saintek Perikanan Vol. 4, No. 2, 29 : 1 15 1 5 3.5 3. 2.5 2. 1.5 1. 5 Berat (Gram) Gambar 8. Kurva Logistik Baku Penentuan ukuran Berat Ratarata Lobster Musim Penangkapan Lobster Berdasarkan data tangkapan yang dikumpulkan dari tiga TPI di Kabupaten Kbumen sejak tahun 1997 sampai dengan 27 menunjukkan bahwa musim penangkapan lobster terutama terjadi pada bulan November sampai dengan Februari, dengan puncak musim terjadi pada bulan Desember (Tabel 1 dan Gambar 9). Pada bulan bulan tersebut merupakan musim penghujan, dan angin berhembus dari arah barat laut. Pada saat itu, kondisi perairan pantai utara akan sangat bergelombang, sedangkan perairan pantai selatan relatif lebih tenang. Oleh karenanya nelayan Kebumen tetap aktif melakukan penangkapan lobster di perairan pantai. Tabel 1. Produksi ratarata bulanan lobster di Kebumen (199727) Bulan Produksi ratarata (Kg) Januari 1.985,4 Februari 2.198,28 Maret 1.281,37 April 1.21,88 Mei 618,34 Juni 514,6 Juli 67,64 Agustus 82,64 September 1.732,82 Oktober 962,46 November 2.25,99 Desember 3.391,6 Gambar 9. Distribusi Temporal (Bulanan) Lobster di PANSEL Periode Tahun 1997 27 Udang barong memiliki dua fase dalam siklus hidupnya, yaitu fase pantai dan fase lautan, lobster akan memijah di dasar perairan laut yang berpasir dan berbatu. Telur yang dibuahi akan menetas menjadi larva yang kemudian bersifat planktonis, melayanglayang dalam air. Larva yang disebut phylosoma ini memerlukan waktu sekitar 7 bulan untuk menjadi lobster kecil/muda. Di perairan Selatan Jawa daerah pemijahan diperkirakan tidak jauh dari garis pantai, karena pantai terjal sehingga kedalaman yang sesuai untuk daerah pemijahan relatif dekat. Hal inilah yang menambah semakin besarnya potensi lobster di perairan selatan Kebumen, karena semakin dekat jarak antara lokasi pemijahan dengan daerah asuhan, maka sintasan larva sampai dengan lobster kecil semakin besar. Hal ini karena gangguan selama perjalanan dari daerah pemijahan dan daerah asuhan semakin sedikit. KESIMPULAN Bulan Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Analisis potensi lestari menggunakan data produksi dan trip tidak dapat dilakukan karena data tidak memenuhi asumsi model surplus produksi 2. Lobster yang tertangkap didominasi oleh ukuran kecil dan dapat membahayakan keberlanjutan pembentukan stok alaminya. Kondisi demikian dapat mengarah pada terjadinya recruitment overfishing. 3. Musim penangkapan Lonster di Kabupaten Kebumen terjadi pada musim penghujan (November sampai Februari), dengan puncak pada bulan Desember. 14

Jurnal Saintek Perikanan Vol. 4, No. 2, 29 : 1 15 DAFTAR PUSTAKA Chan TY. 1998. Shrimps and Prawns dalam : Carpenter KE, VH Niem. eds. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Vol. 2. Cephalopods, Crustaceans, Holothurians and Sharks. Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome. Departemen Kelautan Dan Perikanan. 24. Musim Penangkapan Ikan di Indonesia. Balai Riset Perikanan Laut. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Dinas Kelautan dan Perikanan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah. 22. Statistik Perikanan Tangkap Jawa Tengah Tahun 199727. Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah, Semarang. King M. 1995. Fisheries Biology, Assessment and Management. Fishing News Books. A Division of Blackwell Science Ltd. London. Saputra SW, S Sukimin, M Boer, R Affandi, DR Monintja. 25a. Dinamika Populasi Udang Jari (Metapenaeus elegans de Man 197) di Laguna Segara Anakan Cilacap Jawa Tengah. Jurnal Ilmuilmu Perairan dan Perikanan IPB..25. Aspek reproduksi dan spawning ground udang jari Metapenaeus elegans di Segara Anakan Cilacap Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Kelautan (Indonesian Journal of Marine Science).1(1) : 4149. Sparre, P., and S. C. Venema. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis, Jakarta : Buku I : Manual. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta. Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkap Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Edisi Khusus Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. 15