MANAJEMEN PENGEMBANGAN UNIT HD DALAM ERA JKN. Ria Bandiara Div Ginjal Hipertensi Dept / SMF Ilmu Penyakit Dalam FK. UNPAD / RS.Hasan Sadikin Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
PELAKSANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis (GGK) adalah suatu keadaan dimana terdapat penurunan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian

POLA KERJASAMA BPJS KESEHATAN RUMAH SAKIT

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan

Dipresentasikan oleh: Dr. Theresia Ronny Andayani, MPH, Drg Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

BAB I PENDAHULUAN. penduduk (Alashek et al, 2013). Data dari Indonesian Renal Registry (2014)

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

IMPLEMENTASI JKN DAN MEKANISME PENGAWASANNYA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL. dr. Mohammad Edison Ka.Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan

Kebijakan Pembiayaan untuk pelayanan Dialisis di FKRTL dalam era JKN. Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Jakarta, 08 April 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya mengenai jaminan social (Depkes RI, 2004). Penyempurna dari. bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati

PERAN IDI DALAM MELAKSANAKAN KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA TERKAIT PROSES VERIFIKASI BPJS

KENDALI MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN DALAM PERATURAN BPJS KESEHATAN

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

MANFAAT DALAM PENGATURAN PERPRES NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

LILIK SUKESI DIVISI GUNJAL HIPERTENSI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM R.S. HASAN SADIKIN / FK UNPAD BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memberikan mutu pelayanan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

PERATURAN MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 812/MENKES/PER/VII/2010 TENT ANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

kesatuan yang tidak terpisahkan dari manajemen operasi RS. Manajemen operasi yang efisien (lean management) adalah manajemen operasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 1 Januari Jaminan Kesehatan Nasional ialah asuransi

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

Sistem Pembayaran Provider

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui. jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan

KEBIJAKAN PENERAPAN FORMULARIUM NASIONAL DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

Tonang Dwi Ardyanto. Afiliasi/Pekerjaan: Direktur Pelayanan dan Diklit RS UNS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Akses Pelayanan Kesehatan di Era BPJS. Dr. E. Garianto, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada

Program Jaminan Kesehatan Nasional-kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEKANISME KAPITALISASI DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. Maulana Yusup STIE Pasundan Bandung

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL:

LAPORAN PENELITIAN UNGGULAN PRODI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki

KENDALI MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN DALAM PERATURAN BPJS KESEHATAN

Justinus duma, SFt, Physio

BAB I PENDAHULUAN. secara berkelanjutan, adil dan merata menjangkau seluruh rakyat.

KESIAPAN & STRATEGI RUMAH SAKIT SWASTA MENGHADAPI JKN

BAB I PENDAHULUAN. Coverage (UHC) adalah suatu ketentuan penting bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

ILUSTRASI PELAYANAN HEMODIALISIS DENGAN FASILITAS JKN AFIATIN

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

PERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini

BAB I PENDAHULUAN. setempat dan juga kearifan lokal yang berlaku pada daerah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.

PRAKTEK SPESIALIS DI ERA SJSN. Aru W. Sudoyo Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PAPDI

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

HARAPAN dan ALTERNATIF KONSEP PROGRAM JKN di MASA MENDATANG *pandangan pengelola rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. besarnya biaya yang dibutuhkan maka kebanyakan orang tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melalui kementerian kesehatan di awal tahun 2014, mulai

Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah

KESIAPAN JAJARAN KESEHATAN MENGHADAPI SJSN

KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENYELENGGARAAN HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT DIHUBUNGKAN DENGAN ASAS PERLINDUNGAN HUKUM

drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan yang sempurna kepada pasien baik pasien rawat jalan, rawat

Transkripsi:

MANAJEMEN PENGEMBANGAN UNIT HD DALAM ERA JKN Ria Bandiara Div Ginjal Hipertensi Dept / SMF Ilmu Penyakit Dalam FK. UNPAD / RS.Hasan Sadikin Bandung

DASAR HUKUM UU No. 40 Tahun 2004 : SJSN UU No. 24 Tahun 2011 : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial - BPJS-1 (BPJS Kesehatan) - BPJS-2 (BPJS Ketenaga-kerjaan)

3 Azas Kemanusiaan Manfaat Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia 5 Program Jaminan Kesehatan Jaminan Kecelakaan Kerja Jaminan Hari Tua Jaminan Pensiun Jaminan Kematian 9 Prinsip Kegotong-royongan Nirlaba Keterbukaan Kehati-hatian Akuntabilitas Portabilitas Kepesertaan wajib Dana amanat Hasil pengelolaan dana digunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan sebesarbesarnya untuk kepentingan peserta

BAGAIMANA SIKAP KITA??? Tunai/FFS/User Fees JKN Peserta/P /Pasien Pasien yankes Faskes Rp Badan Penyelenggara yankes Rp Rp Faskes Retrospektif Prospektif Source: W. Hsiao

Permenkes No 71 Tahun 2013 pasal 38 1) Penyelenggaraan kendali mutu dan kendali biaya oleh BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dilakukan melalui: a. pemenuhan standar mutu Fasilitas Kesehatan; b. pemenuhan standar proses pelayanan kesehatan; dan c. pemantauan terhadap luaran kesehatan Peserta. 2) Dalam rangka penyelenggaraan kendali mutu dan kendali biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPJS Kesehatan membentuk tim kendali mutu dan kendali biaya yang terdiri dari unsur organisasi profesi, akademisi, dan pakar klinis. 3) Tim kendali mutu dan kendali biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat melakukan: a. sosialisasi kewenangan tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik profesi sesuai kompetensi; b. utilization review dan audit medis; dan/atau c. pembinaan etika dan disiplin profesi kepada tenaga kesehatan. SISTEM PELAYANAN KESEHATAN YANG BERMUTU, EFEKTIF DAN EFISIEN 6

Sistem jaminan asuransi (JKN) 2014 2015 Mulai 1 Januari 2014 1. PBI 2. TNI/POLRI 3. Eks Askes 4. Eks Jamsostek 5. Lain-lain 2016 2019 Paling lambat 1 Januari 2015 1. BUMN 2. Usaha besar 3. Usaha menengah 4. Usaha kecil Ringan Paling lambat 1 Januari 2016 Usaha mikro Sedang berat PGT Universal Coverage cost PerPres RI No. 111 Tahun 2013, Pasal 6 Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat WAJIB dan mencakup SELURUH penduduk Indonesia

IRR 2012 PGK 400/ 1juta 100 ribu/250 juta IRR 2012 TPG 19621 pasen baru 9161 HD aktif IRR 2013 TPG 15128 pasen baru 9396 HD aktif BPJS agustus 2014 HD 990154 tindakan 990 miliar

tertangani belum tertangani peserta JKN SARANA & PRASARANA SDM EFISIENSI UNIT/KLINIK HD? utilitas unit/klinik HD

Jamkesmas/ ASKES/ JAMSOSTEK Universal coverage Biaya sangat besar kesiapan fasilitas medis Jumlah peserta asuransi sosial saja semua Unit Dialisis TPG BIAYA TINGGI 2-4 shift Penundaan jadwal dialisis tidak terlayani dialisis

IRR 2012 Penyakit Dasar PGT 12% 15% 12% 26% 35% Hipertensi DM pielonefritis glomerulonefrotis lain-lain IRR,2013 10% 19% 31% Hipertensi DM 14% 26% Glomerulopati Pielonefritis INDONESIAN RENAL REGISTRY lain-lain

Target pencapaian WHO global dalam tahun 2025 1) penurunan relatif mortalitas penyakit tidak menular (non communicable diseases) seperti penyakit kardiovaskular, kanker, diabetes mellitus atau penyakit respirasi kronik sebesar 25%. 2) Penurunan relatif risiko kebiasaan bahaya penggunaan alkohol sebesar 10 %, 3) penurunan relatif aktivitas fisik yang rendah sebesar 10%, 4) penurunan relatif pemasukan garam/natrium sebesar 30%, 5) penurunan perokok usia di atas 15 tahun sebesar 30%, 6) risiko biologi sebagai pengurangan relatif kenaikan tekanan darah sebesar 25%, penghentian kenaikan jumlah kejadian diabetes dan obesitas, serta tambahan program khusus pencapaian target kadar asam urat sepertiga normal rendah sebagai upaya menurunkan kejadian gagal ginjal terminal sebagai upaya prevensi (Li Jin et al., 2011).

Perubahan gaya hidup. Penyakit degeneratif: gagal ginjal kronik (GGK) yang dapat berkembang menjadi penyakit ginjal terminal (PGT). Penyakit ginjal terminal (PGT) adalah masalah yang sangat kompleks. Masalah medik, sosial dan ekonomi yang sangat besar Tidak memiliki sumber daya yang cukup dalam menangani penyakit ini.

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat Sarana kesehatan berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang. promotif, preventif, kuratif., Rehabilitatif menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan RS/ KLINIK DIALISIS penderita GGT SEBELUM 2014 SESUDAH 2014 FEE for SERVICE KLAIM INA CBGs

Perbandingan: Pelayanan & Tarif Pasien Dengan Fee For Service UGD/IRJ Ruang rawat Loket Nota Biaya Rp. Laboratorium Nota Biaya Rp. Nota Biaya Rp. Kwitansi Biaya Perawatan (Total/Akumulasi) RadioIogi Nota Biaya Rp. Obat/AMHP Nota Biaya Rp. Pasien Pulang

Perbandingan: Pelayanan & Tarif Pasien Dengan INA-CBG Unit Rekam Medik UGD/IRJ Ruang rawat Code Expert (Grouper) Rekam medis Laboratorium Kode: Dx/Prosedur: Utama Sekunder Unit Klaim Clinical Costing Modelling (CCM) Resume medis Radiologi Tarif Obat/AMHP

Tarif INA-CBG Terdiri dari dua episode: a.pelayanan Rawat Inap Merupakan paket jasa pelayanan, prosedur/tindakan, penggunaan alat, ruang perawatan, serta obat-obatan dan bahan habis pakai yang diperlukan b.pelayanan Rawat Jalan Merupakan paket jasa pelayanan kesehatan pasien rawat jalan sudah termasuk Jasa pelayanan, Pemeriksaan penunjang Prosedur/ tindakan, Obat-obatan yang dibawa pulang, Bahan habis pakai lainnya.

Diagnosis diagnosis utama dan diagnosis sekunder. Diagnosis utama adalah diagnosis akhir/final yang dipilih oleh dokter pada akhir episode rawat dengan kriteria paling banyak menggunakan sumber daya atau yang menyebabkan lama rawatan paling lama (LOS). Diagnosis sekunder adalah diagnosis selain diagnosis utama yang terdiri dari komplikasi dan ko-morbiditi

Permenkes nomor 9 tahun 2014 tentang klinik klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik. jenis pelayanan :Klinik pratama dan Klinik utama. Klinik pratama merupakan Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar baik umum maupun khusus. Klinik utama merupakan Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik. Klinik dapat mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu berdasarkan cabang/disiplin ilmu atau sistem organ. 23

setiap penyelenggara pelayanan hemodialisis harus memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan. Persyaratan sarana dan prasarana sekurang kurangnya meliputi ruang peralatan mesin hemodialisis untuk kapasitas 4 (empat) mesin, ruang pemeriksaan dokter/konsultasi, ruang tindakan, ruang perawatan, ruang sterilisasi, ruang penyimpanan obat dan ruang penunjang medic; ruang administrasi dan ruang tunggu pasien serta ruangan lainnya sesuai dengan kebutuhan.

Seorang konsultan ginjal hipertensi (KGH) Dokter Spesialis Penyakit dalam konsultan GH Perawat mahir hemodialisis, Tenaga elektromedik Tenaga administrasi

ROAD MAP PELAYANAN HEMODIALISIS DALAM ERA JKN 2014 PBI TNI/POLRI Eks ASKES Eks JAMSOSTEK 135 JUTA DATA RIIL 130 JUTA 2015 BUMN/B Usaha Besar Menengah Kecil 200 JUTA 20162018 2019 Usaha mikro 250 JUTA 256 JUTA

2014 2015 2016 2017/8 2019 PESERTA 130-135 juta 200 juta 250 juta 256 juta 256 juta PASIEN BARU 0,011% 20000 27500 28160 28160 Hemodialis Aktif 62,1% 12500 17000 17490 17487 3661 4371 4371 2-3 X/minggu 2-3 X/minggu 4500 4022-4693 1: 5-6 1:5-6 JUMLAH MESIN Frekuensi HD 2661 3061 2-3 X/minggu 2-3 X/minggu PERAWAT 2191 2191 2-3X/mingg u 3200 RATIO Prwt/psn 1: 9-10 1: 7-8 1: 6-7 27

Diperlukan penyesuaian dengan biaya real cost Memerlukan terapi lainnya, Upaya: suatu standar mutu: alur klinis, protocol therapy, algoritme, prosedur rujukan dan traveling dialysis. Faktor komorbid: protokol dan alur klinis (clinical pathway). Penyusunan perubahan penyesuaian tarif absah dan akurat sesuai usulan profesi nefrolog di Indonesia. 28

Registrasi. Pencatatan dan Pelaporan ditingkatkan Network IRR (KOMPUTERISASI) Jaringan data antara unit dan klinik terpadu secara real time (komputerize) dan menggiatkan laporan dari semua unit dan klinik Ketenagaan. Regulasi tenaga professional sebagai penanggung jawab perlu ditekan kembali menjadi syarat mutlak dalam pengembangan unit hemodialisis. Referal. Mengakomodir sistem rujukan berjenjang. Sistem pembayaran dengan menggunakan INA-CBGs merujuk tingkat severity level 0- III, Referal terhadap kasus-kasus tertentu Dikembangkan modalitas hemodialisis tingkat lanjut (seperti HFR, HDF, CRRT,dll) di PPK 3 atau pengembangan pusat transplantasi.

Pendidikan. Pencegahan Primer Pencegahan sekunder Pencegahan terier Promosi kesehatan Upaya peningkatan pengetahuan prevensi pasien dalam upaya pencegahan dan pengelolaan penderita ginjal perlu ditingkatkan lagi dengan membentuk kelompok-kelompok studi ditingkat unit 30

SISTEM INA-CBG S (1) Merupakan pola pembayaran prospektif pembayaran/biaya ditentukan dan disepakati pelayanan diberikan. dimana sebelum Tarif dibentuk berdasarkan pengelompokan diagnosis penyakit dan prosedur/tindakan yang dikaitkan dengan biaya perawatan. Setiap satu kelompok memiliki ciri klinis dan pemakaian sumber daya/biaya perawatan yang sama/mirip. Berupa tarif paket, meliputi seluruh komponen biaya RS.

SISTEM INACBG S (2) Merupakan Sistem Casemix yang di Implementasikan di Indonesia saat ini Dasar Pengelompokan dengan menggunakan : ICD 10 Untuk Diagnosa (14.500 kode) ICD 9 CM Untuk Prosedur/Tindakan (7.500 kode) Dikelompokkan menjadi 1077 kode group INA-CBG s (789 kode rawat inap dan 288 kode rawat jalan) Dijalankan dengan menggunakan UNU-Grouper dari UNUIIGH (United Nation University Internasional Institute for Global Health)

Sistem CaseMIX/DRG Sistem Casemix/DRG adalah Pengelompokan diagnosis penyakit yang dikaitkan dengan biaya perawatan dan dimasukan ke dalam grup grup Ciri-ciri setiap group : 1. Penyakit yang mempunyai Gejala klinis yang sama 2. Pemakaian sumber daya yang sama ( biaya perawatan yang sama)

INA-CBG