BAB I PENGANTAR. Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara

dokumen-dokumen yang mirip
Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan besarnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam suatu. angkatan kerja. Terakhir yaitu kemajuan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara-negara. Agenda berskala internasional yang diadakan

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa

BAB I PENDAHULUAN. tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan atau mereka yang tergolong angkatan kerja 1 tetapi sedang mencari pekerjaan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal 2012 KATA PENGANTAR

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

1 Universitas indonesia

PERSPEKTIF IKLIM INVESTASI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di mana di dalam pembangunan ini tidak bisa terlepas. penggerak pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pe n g e m b a n g a n

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan stabil selama lebih kurang tiga puluh tahun tiba-tiba harus. langsung berdampak pada perekonomian dalam negeri.

BAB I PENDAHULUAN. Foreign Direct Investment (FDI) sebagai komponen yang meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2010 Japan Credit Rating Agency Ltd. merevisi naik peringkat

Perekonomian Suatu Negara

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai dimensi tantangan lokal, nasional maupun global. Kemiskinan tidak

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap negara membutuhkan modal untuk membiayai proyek

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Peningkatan kinerja..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI.,

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

Mendorong Industri Manufaktur, Memacu Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat

BAB 5 KESIMPULAN DAN PENUTUP

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

PERAN INVESTASI DALAM PEMBANGUNAN ACEH. Badan perencanaan pembangunan daerah bappeda aceh

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh yang cukup besar. Di dalam aspek ekonomi, ada banyak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

Laporan Perekonomian Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahun 2012 merupakan tahun yang penuh gejolak bagi perekonomian dunia

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menganut sistem. perekonomian terbuka di mana dalam menjalankan roda perekonomiannya,

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur

Transkripsi:

1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara maju di kawasan Eropa masih belum sepenuhnya mereda. Permasalahan mendasar seperti tingginya beban fiskal akibat utang pemerintah dan angka pengangguran memaksa mereka untuk menempuh kebijakan penghematan fiskal. Oleh karena itu, adanya pelemahan ekonomi negara maju ini akan menimbulkan dampak berupa penurunan permintaan produk ekspor dari negara-negara berkembang, penurunan harga komoditas global, dan meningkatnya volatilitas capital flows ke negara negara emerging market. (Bank Indonesia, LPI 2012) Volatilitas capital flows diakibatkan karena para investor merasa bahwa investasinya di negara-negara maju yang terkena krisis sudah tidak terlalu menguntungkan dan cenderung beresiko. Kondisi inilah yang mendorong para investor mulai mencari lokasi baru pada negara-negara yang dianggap masih mempunyai tingkat profitabilitas yang baik dan minim resiko. Negara-negara emerging market yang masih memiliki kondisi perekonomian yang kondusif dan pertumbuhan ekonomi yang terjaga tentunya akan menjadi daya tarik bagi investor asing untuk menginvestasikan dananya melaui Direct Investment maupun Non Direct Investment.

2 Menurut beberapa penelitian yang dilakukan oleh Blomstrom, Magnus, dan Sjoholm (1998), Borensztein, Gregorio, dan Lee (1998), dan Zhuang (2008), Foreign Direct Investment (Penanaman Modal Asing) lebih disukai karena selain dampak riilnya terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi, FDI juga mempunyai positive spillover berupa transfer teknologi, peningkatan produktivitas, dan peningkatan indeks pembangunan manusia melalui perbaikan tingkat pendidikan dan penghasilan. Sedangkan investasi dalam bentuk portofolio dianggap lebih beresiko karena bisa keluar masuk secara cepat sehingga bisa mengganggu stabilitas perekonomian khususnya melalui pasar keuangan dan pasar modal. Sebelum melakukan investasi dalam bentuk Penanaman Modal Asing, perusahaan-perusahaan multinasional (MNEs) selaku investor tentunya akan mempertimbangkan beberapa faktor seperti kondisi perekonomian, pangsa pasar, ketersediaan sumber daya, kondisi infrastruktur dan sebagainya. Menurut Sethi, Guisiger, Phelan dan Berg (2003), faktor yang mempengaruhi masuknya FDI cukup beragam dan bisa berganti mulai dari adanya peningkatan persaingan usaha, kebutuhan akan pencarian lokasi dengan biaya produksi yang rendah, maupun entering new market sebagai respon atas apa yang dilakukan perusahaan pesaing. Dengan demikian, para investor akan selalu mempertimbangkan level of competitiveness in doing business yang dimiliki sebuah negara yang akan dijadikan lokasi tujuan investasi demi menjamin tingkat profitabilitas yang dikehendakinya.

3 Berdasarkan laporan World Economic Forum tentang Global Competitiveness Index 2013-2014 dalam Tabel 1.1 di bawah ini menyebutkan bahwa, Indonesia berada pada posisi ke-38 dari 148 negara dan merupakan negara yang mencatat peningkatan peringkat paling besar pada Tahun 2012 yaitu mencapai 12 peringkat. Dengan menggunakan 12 (dua belas) pillars of competitiveness yang diantaranya meliputi institution, infrastructure, market size, labor market efficiency, health and primary education, higher education and training sebagai instrumen pengukurannya, menunjukkan bahwa Indonesia (4,53) mampu mengungguli beberapa negara large emerging market (BRICS) seperti Brazil (4,33), Rusia (4,24), India (4,29), Afrika Selatan (4,37) dan hanya berada sedikit dibawah raksasa Asia yaitu China (4,84) yang menduduki peringkat ke 29 dari 148 negara. Kondisi ini tentunya menunjukkan bahwa Indonesia adalah sebuah negara potensial dan mempunyai peluang yang cukup besar dalam menarik investor asing untuk berinvestasi melalui Penanaman Modal Asing. Tabel 1.1 Global Competitiveness Index 2013-2014 Sumber : Global Competitiveness Report 2013-2014, World Economic Forum

4 Selaras dengan hal tersebut, pemerintah Indonesia juga meyakini bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) atau Foreign Direct Investment (FDI) merupakan pilar utama dari pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan yang juga menawarkan manfaat non-keuangan serta memberikan positive spillovers, seperti peningkatan produktivitas dan transfer pengetahuan, serta mengurangi pengangguran, kesenjangan sosial dan kemiskinan. Menyadari hal ini, Indonesia berupaya meningkatkan realiasi FDI dengan cara membuka diri dan mempersepsikan sebagai negara yang welcome terhadap FDI (FDI Strategic Paper, 2010). Upaya pemerintah untuk menarik masuknya penanaman modal asing ke Indonesia melalui kebijakan penciptaan iklim investasi melaui program MP3EI (Masterplan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia) 2011-2025 dan pencapaian kinerja pertumbuhan ekonomi dirasa sudah berada pada jalur yang benar. Meningkatnya peringkat kredit Indonesia oleh lembaga pemeringkatan Fitch Ratings menjadi BB+ sejak Januari 2010, naiknya posisi Indonesia sebesar 12 peringkat menjadi rangking 38 dari 148 negara dalam Global Competitiveness Index 2013-2014 dan terjaganya pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil pada kisaran 6 % menunjukkan adanya keberhasilan program dan kebijakan pemerintah Indonesia. Kondisi ini tentunya akan meningkatkan kepercayaan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Sejalan dengan kondisi tersebut, angka realisasi PMA di Indonesia terus menunjukkan tren yang positif. Meskipun sempat turun sebesar 27% pada Tahun 2009 akibat krisis ekonomi dunia, realisasi PMA pada tahun berikutnya mampu

5 tumbuh sebesar 50% menjadi USD 16.214,8 juta. Kenaikan ini berlanjut pada Tahun 2011 dan 2012 yang mencapai hingga USD 19.474,5 juta dan USD 24.564,7 juta. Namun demikian, menurut laporan Bank Dunia, kinerja Indonesia dalam menarik investasi asing dinilai masih sangat terbatas dibanding dengan kinerja negara-negara tetangganya. Nilai investasi langsung yang masuk ke Indonesia hanya setara dengan 2% terhadap PDB-nya selama kurun 2010-2011, sementara negara seperti Malaysia dan China mencapai 4% terhadap PDB. Kondisi ini menunjukan masih terbukanya peluang bagi Indonesia untuk menarik investasi asing yang lebih tinggi. Tabel 1.2 Tabel Nilai Investasi Menurut Koridor Ekonomi (Juta USD) Sumber : BKPM, diolah Akan tetapi, jika ditinjau berdasarkan koridor ekonominya pada Tabel 1.2, sekitar 73,5% secara rata-rata Penanaman Modal Asing yang masuk ke Indonesia dari Tahun 2008-2012 masih terkonsentrasi di koridor ekonomi Jawa. Sedangkan koridor ekonomi dengan nilai rata-rata realisasi PMA terbesar berikutnya berada di koridor ekonomi Sumatra (8,9%), Kalimantan (7,7%), Maluku dan Papua (3,39%), Sulawesi (3,37%), serta Bali dan Nusa Tenggara (3,1%).

6 Permasalahan masih terpusatnya lokasi tujuan investasi secara geografis yaitu pada koridor ekonomi Jawa masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Menurut Broadman dan Sun (1997), masih terkonsentrasinya lokasi FDI secara geografis lebih disebabkan oleh adanya ketimpangan akan ketersediaan infrastuktur serta berbagai fasilitas penunjang. Kondisi ini berakibat pada kurang meratanya FDI yang masuk di suatu negara yang kemudian berkontribusi pada tidak meratanya pertumbuhan ekonomi antar daerah. Oleh karenanya, pemerintah harus bisa mengetahui dan mengusahakan tersedianya faktor-faktor penentu yang dibutuhkan untuk mendorong masuknya penanaman modal asing secara merata di seluruh Indonesia. Beberapa penelitian telah berupaya menganalisis faktor determinan masuknya FDI baik secara nasional maupun regional. Chen (1996), Hu dan Owen (2005) melakukan penelitian dengan menggunakan data regional provinsi di China, menemukan bahwa modal manusia (human capital) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap masuknya FDI. Hasil yang berbeda diperoleh dari studi yang dilakukan oleh Hong dan Chin (2007), serta Luo, Brennan, Liu, dan Luo (2008). Dengan menggunakan data berupa regional kota-kota di China menunjukkan bahwa modal manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap FDI. Selain faktor modal manusia, faktor-faktor seperti aglomerasi, biaya tenaga kerja, ukuran pasar, faktor geografis, institusi pemerintah, maupun stabilitas politik juga banyak diteliti. Studi yang dilakukan Sun, Tong, dan Yu (2002) dengan variabel labor cost, market size, hard and soft institution dan

7 agglomeration effect untuk menjelaskan secara spatial dan temporal tentang variasi FDI diantara 30 provinsi di China periode 1986-1998 menerangkan bahwa hanya labor cost dan agglomeration effect yang berhubungan negatif dan signifikan terhadap FDI, sedangkan variabel yag lain berpengaruh positif terhadap masuknya FDI. Faktor determinan FDI yaitu wage yang merupakan proksi dari labor cost berubah seiring waktu, berhubungan positif (+) sebelum Tahun 1991 dan negatif (-) setelah Tahun 1991. Sementara itu, Broadman dan Sun (1997) melakukan studi dengan menggunakan data panel dalam analisis distribusi dan pola penyebaran FDI secara geografis dan sektoral di China sejak 1978 menyatakan bahwa human capital, market size, kondisi geografis (coastal), dan hard institution berpengaruh positif dan signifikan terhadap FDI sedangkan labor cost berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap masuknya FDI. Dengan demikian, meskipun manfaat adanya pemerataan penanaman modal asing dipercaya bisa menciptakan pemerataan pembangunan, kesempatan kerja, maupun pertumbuhan ekonomi namun upaya untuk mengestimasi faktor penentu masuknya penanaman modal asing di suatu daerah melalui beberapa penelitian dirasakan masih kurang konklusif. Adanya fenomena masih terkonsentrasinya lokasi penanaman modal asing secara geografis di Pulau Jawa, dan kurangnya studi empiris mengenai penanaman modal asing di Indonesia mendorong penulis untuk menganalisis faktor-faktor apakah yang menyebabkan pemodal asing mau menanamkan modalnya pada suatu daerah/provinsi di Indonesia.

8 1.2. Perumusan Masalah Pemerintah Indonesia tidak hanya berupaya mendorong masuknya Penanaman Modal Asing (PMA) ke Indonesia tetapi juga mengarahkan agar penanaman modal asing yang masuk ke Indonesia tidak hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa tetapi bisa merata ke seluruh provinsi di Indonesia. Untuk itu dengan menggunakan data regional provinsi di Indonesia, penelitian ini berupaya menganalisis tentang faktor regional penentu masuknya penanaman modal asing di Indonesia sehingga bisa diketauhi faktor-faktor apakah yang menyebabkan pemodal asing mau menanamkan modalnya pada suatu daerah/provinsi di Indonesia. 1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Apakah ukuran pasar (market size) berpengaruh pada masuknya penanaman modal asing di suatu daerah di Indonesia? 2. Apakah biaya tenaga kerja (labor cost) mempengaruhi masuknya penanaman modal asing di suatu daerah di Indonesia? 3. Apakah ketersediaan infrastruktur berpengaruh pada masuknya penanaman modal asing di suatu daerah di Indonesia? 4. Apakah kualitas modal manusia (human capital) mempengaruhi masuknya penanaman modal asing di suatu daerah di Indonesia?

9 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan sumbangan pemikiran dan alternatif informasi bagi semua pihak yang akan menganalisa mengenai faktor penentu regional penanaman modal asing di Indonesia. 2. Dapat dijadikan sebagai tambahan materi bagi pemerintah dalam menyusun perencanaan dan strategi pembangunan di daerah dalam upaya pemerataan masuknya penanaman modal asing di Indonesia. 1.5. Tujuan Penelitian Penelitian ini berupaya mengkaji faktor faktor regional yang mempengaruhi masuknya Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia serta mengetahui arah dan pola hubungan masing masing variabel. Penelitian ini akan lebih memfokuskan pengamatan pada karakteristik provinsi di Indonesia sehingga diharapkan lebih bisa menjelaskan masalah kurang meratanya penyebaran penanaman modal asing di Indonesia dalam kurun waktu Tahun 2008-2011.