LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

LAPORAN AKHIR ANALISIS BERBAGAI BENTUK KELEMBAGAAN PEMASARAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN USAHA KOMODITAS PERTANIAN. Oleh :

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

TEKNOLOGI PRODUKSI BAWANG MERAH OFF-SEASON MENGANTISIPASI PENGATURAN IMPOR PRODUK B. MERAH. S u w a n d i

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. dapat pula dikonsumsi dengan diolah terlebih dahulu. Buah-buahan dengan

ANALISIS TATANIAGA BERAS

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

PASAR. Oleh: Delima Hasri. Azahari

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENINGKATAN KINERJA PERDAGANGAN ANTAR PULAU DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN. Reni Kustiari

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

POLA KEMITRAAN PT SAYURAN SIAP SAJI DENGAN MITRA BELI BAWANG BOMBAY DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

PEMBENTUKAN HARGA CABAI MERAH KERITING

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data strategis Kabupaten Semarang tahun 2013, produk sayuran yang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan oleh pelaku industri karena merupakan salah satu bahan pangan

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENUGASAN IMPORTASI DAN STABILISASI HARGA DAGING

POLICY BRIEF KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA. Dr. Muchjidin Rahmat

RINGKASAN EKSEKUTIF E. GUMBIRA SA ID & SETIADI DJOHAR.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Penelitian Sistem Usaha Pertanian dan Agribisnis

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan

PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Tabanan menunjukkan, produksi tomat kecamatan Baturiti pada tahun adalah sebesar 98% produksi kabupaten Tabanan.

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A

DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah bagi perusahaan, karena terkait dengan biaya penyimpanan dan biaya kerugian jika

I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PERKEMBANGAN HARGA DAN RANTAI PEMASARAN KOMODITAS CABAI MERAH DI PROPINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. bawang merah belum terasa nikmat (Rahayu, 1998).

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengkomsumsi jamur (sebagai bahan pangan maupun bahan baku obat-obatan).

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BOKS LAPORAN SURVEI LAPANGAN PRODUKSI DAN PEMBENTUKAN HARGA KOMODITAS CABAI DI KABUPATEN MAGELANG DAN WONOSOBO

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari tiga belas faktor yang diteliti ada dua belas (panah biru) faktor saling

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

Analisis Penawaran dan Permintaan Pupuk di Indonesia

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi bagi tingkat inflasi di beberapa wilayah di Indonesia. Solopos

Transkripsi:

LAPORAN AKHIR TA. 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAII EKONOMI TINGG GI Oleh: Henny Mayrowani Nur Khoiriyahh Agustin Dewa Ketut Sadra Swastika Miftahul Azis Erna Maria Lokollo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIANN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIANN 2013

RINGKASAN EKSEKUTIF ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI PENDAHULUAN Latar Belakang 1. Pengembangan hortikultura perlu mempertimbangkan banyak faktor, seperti permintaan, distribusi, rantai pasar, mutu produk dan faktor-faktor lainnya yang terkait mulai dari produk tersebut dihasilkan sampai ke tangan konsumen. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di dalam negeri yang dicirikan dengan berkembangnya pasar-pasar modern (supermarket/hypermart), perlu diiringi dengan penyediaan produk hortikultura yang bermutu, baik dalam bentuk segar (fresh), dingin (chilled), olahan (processed) maupun awetan (preserved), di pasar domestik maupun ekspor. Konsumen pasar modern diperkirakan akan lebih besar segmentasinya jika pemasaran berjalan dengan efisien. Namun demikian pasar tradisional dan pasar induk masih tetap menjadi penyerap terbesar hasil produksi petani. 2. Permasalahan pemasaran komoditas pertanian pada dasarnya meliputi bagaimana menerjemahkan permintaan konsumen kepada produsen dan menginformasikan produk yang diproduksi oleh produsen kepada konsumen. Dalam pemasaran komoditas pertanian, terdapat pelaku pasar yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung, komoditas yang dipasarkan, kualitas dan harga serta lembaga pemasaran yang semuanya bervariasi. Kompleksitas pemasaran komoditas pertanian tersebut memerlukan suatu pendekatan sehingga permasalahan yang diteliti menjadi jelas dan lebih mudah untuk dipahami. Pendekatan yang sering digunakan untuk menganalisis sistem pasar adalah pendekatan struktur, perilaku dan kinerja pasar (Structure-Conduct- Performance / SCP). Tujuan penelitian 3. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Menganalisis struktur pasar sayuran bernilai ekonomi tinggi; (2) Menganalisis perilaku pasar sayuran bernilai ekonomi tinggi; (3) Menganalisis kinerja pasar, termasuk ~ xii ~

perilakukonsumen sayuran bernilai ekonomi tinggi; dan (4) Mengkaji peluang dan kendala pengembangan sayuran bernilai ekonomi tinggi. Metodologi 4. Lokasi penelitian adalah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jambi. Provinsi DKI Jakarta dipilih sebagai representasi wilayah konsumen (kota), pasar induk/distributor, eksportir, asosiasi dan penelusuran data sekunder pada instansi terkait di tingkat pusat. Provinsi Jawa Barat dan Jambi dipilih sebagai daerah produsen kentang, Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan daerah produsen bawang merah. Sedangkan Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah dipilih sebagai daerah produsen kubis. Survei konsumen dilakukan di Kota Jakarta, Bandung dan Magelang. Sedangkan untuk konsumen lembaga pada masing-masing provinsi dipilih 2 (dua) hotel berbintang dan 2 (dua) restoran. 5. Instansi/lembaga yang menjadi tujuan pencarian data sekunder adalah Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, BPS (Pusat/Provinsi/Kabupaten), Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Provinsi/Kabupaten), Dinas Perdagangan (Provinsi/Kabupaten), dan instansi lain yang terkait. Responden yang digunakan sebagai sampel produsen dalam penelitian ini, yakni petani dengan jumlah 90 responden, pedagang, distributor, ekspotir/importir, asosiasi pelaku pasar, lembaga lainnya yang terkait dengan perdagangan/pemasaran, serta konsumen. Jenis pasar yang dituju meliputi pasar tradisional dan pasar modern (supermarket/hypermart), sedangkan jenis komoditas yang dianalisis adalah komoditas kentang (Granola), bawang merah dan kubis. 6. Metode analisis yang digunakan adalah pengukuran konsentrasi pasar, analisis integrasi harga, analisis tingkat harga, keuntungan/profit, margin dan biaya pemasaran, preferensi konsumen, tingkat penerimaan konsumen dan kemampuan konsumen untuk membayar produk yang dijual di pasar dengan analisis deskriptif. ~ xiii ~

HASIL DAN PEMBAHASAN Kebijakan pemerintah 7. Dalam upaya stabilisasi harga dan penyediaan produk hortikultura, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian telah melakukan penyederhanaan mekanisme importasi. Kebijakan tersebut tertuang dalam: Peraturan Menteri Pertanian No. 47/Permentan/OT.140/4/2013 dan Peraturan Menteri Perdagangan No. 16/M-DAG/PER/4/2013 tanggal 22 April 2013. Untuk menjaga daya beli masyarakat dengan pengurangan segala restriksi dalam aturan impor, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian memberlakukan harga referensi. Saat ini baru dua produk yaitu bawang merah dan cabai merah keriting yang akan menggunakan referensi harga. Harga referensi yang berlaku mulai 3 Oktober 2013 adalah: bawang merah Rp 27.500 per kg, cabai merah keriting Rp 26.300 per kg. Aturan teknis mekanisme harga referensi tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 47 Tahun 2013 dan Permentan No 86 Tahun 2013. Perkembangan pasar 8. Pasar modern sebagai saluran pasar yang baru perkembangannya cukup tinggi selama periode 2010-2011, rata-rata 55,12% untuk minimarket dan 7,77% untuk supermarket. Demikian pula dengan perkembangan pasar tradisional menunjukkan perkembangan pasar yang tinggi dengan pertumbuhan 13,75% selama periode 2006-2011. Perkembangan ini menunjukkan berkembangnya saluran baru dalam pasar sayuran bernilai ekonomi tinggi. Berkembangnya pasar modern tidak terlepas dari keberadaan pemasok (supplier). Pasokan supermarket maupun hotel tidak memerlukan jumlah/kuantitas yang banyak namun berkualitas tinggi dan kontinyu. Hubungan kerja antara pemasok dan supermarket maupun hotel dilakukan dengan kontrak kerja dengan tunda bayar hingga 1,5 bulan setelah pengiriman barang. Tunda bayar yang cukup lama ini menyebabkan profesi ini harus dilakukan oleh pelaku yang cukup modal dan akses terhadap lembaga keuangan. Petani belum bisa masuk sebagai pemasok karena keterbatasan modal, walaupun harga yang ditawarkan supermarket dan hotel ~ xiv ~

ini cukup tinggi. Selain modal, kendala yang dihadapi petani adalah pengemasan dan menjaga kontinuitas pasokan. Struktur Pasar Komoditas Kentang 9. Keadaan yang menyebabkan harga kentang dalam negeri merosot adalah adanya impor kentang Granola, namun saat ini telah dihentikan pemerintah. Kentang yang dijual petani adalah 62,7% dari produksinya. Penanganan pascapanen, sortasi dan pengemasan tidak dilakukan oleh petani, tetapi dilakukan oleh pedagang pengumpul dan pedagang besar. Petani bebas menjual produknya ke pedagang mana saja sesuai dengan harga yang ditawarkan. Demikian juga pelaku-pelaku pemasaran lainnya bebas bertransaksi tanpa ada ikatan. Sistem pembayaran tanpa kontrak, dan sebagian besar cara pembayaran adalah bayar kemudian antara 2-7 hari. Sangat sedikit petani yang menjual langsung kentang ke eksportir/importir. Petani sangat mudah memperoleh informasi harga, namun penentuan harga jual lebih banyak dilakukan pedagang. Struktur Pasar Komoditas Bawang Merah 10. Fluktuasi pasokan dan harga bawang merah terutama sering terjadi pada musim-musim penghujan yang diakibatkan oleh pola penanaman dan panen dilakukan petani secara serentak, serta belum tertatanya manajemen pascapanen. Jumlah bawang merah petani yang dijual sebanyak 93,27 % dari total produksinya dan sebagian besar dijual dengan cara tebasan. Penanganan pascapanen, sortasi dan pengemasan sebagian besar dilakukan oleh pedagang. Transaksi antara petani dan pedagang adalah bebas, seluruh petani contoh mengatakan bahwa tidak ada ikatan antara petani dan pedagang. Sistem pembayaran dilakukan tanpa kontrak dengan cara pembayaran tunai. Informasi harga sangat mudah diperoleh petani baik dari pasar, pedagang maupun petani lainnya. Penentuan harga jual sebagian besar dilakukan dengan tawar menawar, petani mempunyai kekuatan tawar yang cukup baik apalagi saat pasokan bawang merah sedang langka. Masalahnya, petani tidak bisa melawan bawang impor yang harganya murah sehingga menjatuhkan harga bawang merah mereka. ~ xv ~

Struktur Pasar Komoditas Kubis 11. Seratus persen kubis yang dihasilkan petani contoh yang dijual, sebagian besar dijual dengan cara tebasan dan penanganan pascapanen dilakukan oleh pedagang. Petani kubis menjual produksinya pedagang pengumpul desa dan pedagang kabupaten/provinsi. Petani dan pedagang bebas bertransaksi dengan siapa saja asal ada kecocokan harga dengan pembayaran yang dilakukan secara tunai. Petani sangat mudah memperoleh informasi harga, baik dari pedagang, petani lain dan pasar. 12. Dapat disimpulkan bahwa struktur pasar kentang, bawang merah dan kubis adalah pasar persaingan sempurna, dimana pembeli dan penjual banyak dan pembeli secara perorangan tidak dapat sesukanya menentukan harga di pasar. Pembeli bebas memilih produk, serta penjual dan pembeli mengetahui keadaan pasar. Pemerintah tidak ikut campur dalam pembentukan harga, kecuali bawang merah pada saat pasokan sangat langka. Perilaku Pasar Sayuran Bernilai Ekonomi Tinggi 13. Pada pasar kentang, hubungan antara harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat pedagang kurang ditransmisikan dengan baik, petani mempunyai posisi tawar yang lebih lemah. Sedangkan hubungan antara harga produsen dengan harga konsumen justru tergolong sangat kuat, pergerakan harga di tingkat konsumen tertransmisikan dengan baik ke tingkat produsen. 14. Pasar bawang merah terintegrasi sempurna antara tingkat produsen, pedagang besar dan konsumen. Pergerakan harga bawang merah di tingkat pedagang dan konsumen sejalan dengan pergerakan harga bawang merah di tingkat produsen. 15. Integrasi harga kubis tingkat produsen dengan pedagang besar cukup kuat, demikian juga hubungan antara harga di tingkat produsen dengan konsumen. Kenaikan harga kubis di tingkat pedagang besar tidak sepenuhnya ditransmisikan ke tingkat produsen. Namun integrasi pasar antara tingkat konsumen dengan tingkat pedagang besar relatif lebih kuat, pedagang besar kubis lebih mampu merespon kenaikan harga di tingkat konsumen. ~ xvi ~

Kinerja Pasar Sayuran Bernilai Ekonomi Tinggi 16. Dalam membeli sayuran bernilai ekonomi tinggi, preferensi konsumen dengan tingkat pendapatan berkisar antara Rp 2.000.000 hingga Rp 4.999.000 per bulan, adalah keseuaian harga dan varietas/jenis lokal. Ukuran sedang dan warna yang segar bagi kentang, bawang merah dan kubis merupakan pilihan utama konsumen. Pada bawang merah ada tambahan kriteria yang perlu diperhatikan oleh produsen yaitu kekeringan dan aroma. 17. Sayuran bisa diperoleh konsumen baik pasar tradisional maupun pasar modern. Namun kebanyakan konsumen membeli sayuran dari pasar tradisional. Kecenderungan konsumen dalam memilih pasar tradisional disebabkan karena banyak pilihan sayuran lainnya dan tingkat harga. Kualitas yang baik, keamanan produk untuk dikonsumsi dan informasi produk belum menjadi kriteria utama bagi konsumen dalam membeli sayuran. Walaupun demikian, perkembangan sayuran organik direspon cukup baik. Keadaan ini akan merupakan peluang yang sangat baik dalam pengembangan sayuran organik. Namun sosialisasi, informasi pasar yang tepat dan harga yang terjangkau oleh konsumen merupakan hal penting untuk ditindak lanjuti dalam pengembangan sayuran organik. Kinerja Pasar Kentang 18. Kentang varietas Granola dari Indonesia telah mampu menembus pasar ekspor ke Singapura. Pasokan barang untuk ekspor diperoleh dari kelompok tani dan petani mitra serta supplier. Harga jual di tingkat eksportir lebih tinggi dari harga di pasar tradisional. Demikian juga dengan berkembangnya pasar modern, harga kentang ditingkat supplier cukup tinggi. Tingginya perbedaan harga disebabkan karena eksportir dan supplier harus memasok barang dengan kualitas baik, menanggung biaya penanganan pascapanen, pengepakan dan pengiriman. 19. Hasil survai di lokasi penelitian menunjukkan bahwa di pasar tradisional Jawa Barat, margin kotor tertinggi diraih oleh pedagang besar. Di pasar modern, margin kotor yang diraih oleh supermarket lebih besar daripada pemasok (supplier). Padahal kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh supplier jauh ~ xvii ~

lebih banyak daripada supermarket. Distribusi margin yang tidak berimbang ini mencerminkan masih belum baiknya kinerja pasar kentang. Kinerja Pasar Bawang Merah 20. Kebutuhan bawang merah lokal sebagian besar dipenuhi dari produksi dalam negeri (86%), sisanya impor. Seperti halnya kentang, pada pasar bawang merah pangsa margin kotor terbesar diperoleh pedagang besar. Hal ini mencerminkan bahwa pedagang besar relatif lebih kuat dari pada pedagang lainnya dalam merespon perubahan harga. Untuk pasar modern, margin kotor yang diperoleh supermarket sama dengan yang diperoleh supplier. Namun perlu dicermati bahwa supplier mengeluarkan biaya penanganan (handling) yang cukup besar sebelum mengirim barang ke suparmarket, sehingga margin bersihnya akan jauh lebih kecil daripada yang diperoleh supermarket. Kinerja Pasar Kubis 21. Rantai pasar komoditas kubis lebih sederhana daripada dua komoditas lainnya. Tidak ada komponen impor, dan komponen ekspor sangat sedikit. Margin kotor yang diperoleh pedagang besar kubis sangat tinggi dibanding pedagang lainnya. Untuk pasar modern, margin kotor secara nominal yang diperoleh supermarket lebih besar daripada margin kotor yang diperoleh pemasok (supplier). Dari sisi distribusi margin kotor terdapat ketidak seimbangan diantara pelaku pasar kubis. Peluang Pengembangan Sayuran Bernilai Ekonomi Tinggi 22. Perkembangan supermarket yang cukup pesat ini dapat merupakan peluang untuk mengembangkan sayuran bernilai ekonomi tinggi. Tingginya harga dan eksklusifnya kualitas produk tersebut dapat meningkatkan harga yang diterima oleh petani. Permasalahannya petani belum bisa akses langsung terkait berbagai kendala pemasaran. Kecenderungan konsumen membeli sayuran di pasar tradisional, karena konsumen sangat mempertimbangkan harga. 23. Peluang pasar ekspor, terutama bagi kentang, sangat prospektif. Persyaratan memasuki pasar ekspor adalah kualitas baik, kuantitas memenuhi quota, ~ xviii ~

pasokan yang kontinyu (kontinuitas), harga bersaing dan komitmen yang harus dipatuhi. Peningkatan kualitas/mutu produk yang dihasilkan dapat meningkatkan daya tawar petani sehingga akan meningkatkan harga yang diterima oleh petani, demikian juga untuk komoditas kubis. Kendala Pengembangan Sayuran Bernilai Ekonomi Tinggi 24. Kendala utama dalam pengembangan sayuran adalah sebagai berikut : (a) Masih sedikit konsumen rumah tangga perkotaan yang membeli sayuran di gerai pasar modern. Walaupun pasar modern sudah menyajikan produk yang aman dan berkualitas, namun harga belum terjangkau oleh kebanyakan konsumen; (b) Tidak adanya kawasan khusus produksi sayuran secara terintegrasi, menyulitkan dalam memperoleh pasokan sayuran dalam jumlah tertentu dengan kualitas baik; dan (c) pemantauan harga bahan pangan pokok yang dilakukan pemerintah belum bisa ditransfer dengan baik ke petani. Petani sayuran umumnya mendapatkan informasi harga dari pedagang pengumpul maupun antar petani lainnya. IMPLIKASI KEBIJAKAN Tujuan kebijakan 25. Dalam pengembangan hortikultura perlu mempertimbangkan banyak faktor, antara lain permintaan, distribusi, rantai pasar, mutu produk dan faktor-faktor lainnya yang terkait mulai dari produk tersebut dihasilkan sampai ke tangan konsumen. Sehingga perlu ada kebijakan untuk perbaikan sistem tersebut secara terintegrasi yaitu melalui pendekatan struktur, perilaku dan kinerja pasar. Dasar pertimbangan 26. Dalam pengembangan komoditas sayuran belum terdapat integrasi antara ragam, kualitas, kesinambungan pasokan dan kuantitas yang sesuai dengan dinamika permintaan pasar dan preferensi konsumen. Untuk itu, pembangunan agribisnis sayuran perlu dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dengan memperhatikan keseluruhan aspek dari hulu sampai ke hilir. Upaya dalam peningkatan produksi, perbaikan distribusi dan peningkatan ~ xix ~

konsumsi perlu dilakukan secara terintegrasi sehingga dapat menguntungkan semua pihak. Isi kebijakan 27. Alternative kebijkan dalam pengembangan sayuran bernilai tinggi adalah : (a) memperbaiki arus informasi melalui perbaikan sarana transportasi dan sarana komunikasi; (b) memberikan pendidikan non-formal (pelatihan) untuk kelompok tani dan pedagang pengumpul tentang sistem pemasaran sayuran dan penanganan pascapanen; (c) membangun kemitraan yang saling menguntungkan antara kelompok tani dengan supplier sayuran, antara kelompok tani dengan pedagang pengumpul, dan jika memungkinkan antara kelompok tani dengan pedagang besar, utamanya di pasar induk dan supermarket; (d) menyediakan kredit lunak dengan bunga subsidi dan prosedur administrasi yang sederhana; dan (e) integrasi kawasan produksi untuk menjamin ketersediaan pasokan. ~ xx ~