BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan lingkungan (Nanko, 2004). Dermatitis okupasional adalah kondisi inflamasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Bakteri dari genus Staphylococcus adalah bakteri. gram positif kokus yang secara mikroskopis dapat diamati

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. disebabkan oleh faktor paparan/kontak akibat pekerjaan atau ketika suatu bahan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami kemajuan pesat dan Indonesia merupakan salah satu negara penghasil

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. usia anak. Anak menjadi kelompok yang rentan disebabkan masih. berpengaruh pada tumbuh kembang dari segi kejiwaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melaksanakan pembangunan nasional telah berhasil. meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi pada

BAB I PENDAHULUAN. 72 jam perawatan pada pasien rawat inap. Pada suatu rumah sakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 3% - 21%, dan infeksi daerah operasi (IDO) mencakup 5% - 31% dari total

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

Hubungan Kepatuhan Perawat dalam Cuci Tangan Enam Langkah Lima Momen dengan Kejadian Phlebitis di RSI Kendal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk pada tahun 2000 menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia

PREVALENSI PHLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DENGAN INFUS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. imun. Antibodi yang biasanya berperan dalam reaksi alergi adalah IgE ( IgEmediated

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare-Associated Infections (HAIs) atau biasa disebut infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perhatian terhadap infeksi daerah luka operasi di sejumlah rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan semakin meningkat. Istilah infeksi nosokomial diperluas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang di daerah beriklim tropis, termasuk di Indonesia. Candida dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja merupakan peradangan kulit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

HUBUNGAN PEKERJA BASAH DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJAPADA PETUGAS KESEHATAN DI RUMAH SAKIT X TANJUNG, TABALONG, KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa. maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN. bila upaya pencegahan infeksi tidak dikelola dengan baik. 2. berkembang menjadi sirosis hati maupun kanker hati primer.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Penyakit hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB 1. Pendahuluan. Infeksi nosokomial yaitu setiap infeksi yang. didapat selama perawatan di rumah sakit, infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

KEPATUHAN CUCI TANGAN PETUGAS KESEHATANDI RUANG RAWAT INAP RSUP HAJI ADAM MALIKMEDAN

ALERGI PENGGUNAAN NATURAL RUBBER LATEX (NRL) PADA KEDOKTERAN GIGI ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN KEJADIAN DERMATITIS ATOPIK PADA BAYI DI RSU HERMINA KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hepatitis karena infeksi virus merupakan penyakit. sistemik yang menyerang hepar. Penyebab paling banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

I. PENDAHULUAN. Dermatitis Atopik (DA) merupakan penyakit inflamasi kulit kronik, berulang. serta predileksi yang khas (Patrick, 2008).

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

GAMBARAN CUCI TANGAN PERAWAT DI RUANG RA, RB, ICU,CVCU, RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudian akan mengalami asma dan rhinitis alergi (Djuanda, 2007). inflamasi dan edukasi yang kambuh-kambuhan (Djuanda,2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. anak usia sekolah (Amin et al., 2011) bahkan dikatakan. merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB I PENDAHULUAN. klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, skuama) dan

PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DALAM PELAKSANAAN CUCI TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukanoleh : DIAH RIFQI SUSANTI J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu. ada pengaruhnya terhadap kesehatan tersebut.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. immunoglobulin E sebagai respon terhadap alergen. Manifestasi yang dapat

BAB V PEMBAHASAN. besar dan dapat menjadi sistem pengumpulan data nasional. tidak hanya puhak medis tetapi juga struktural.

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi merupakan suatu keadaan ditemukan adanya agen infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

Transkripsi:

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dermatitis tangan merupakan salah satu bentuk dermatitis okupasional yang paling sering terjadi, karena bagian tubuh yang paling sering terkena dermatitis okupasional adalah tangan (80%) akibat sering terpapar bahan kimia dan lingkungan (Nanko, 2004). Dermatitis okupasional adalah kondisi inflamasi pada kulit yang disebabkan atau dipicu oleh substansi atau proses yang berhubungan lingkungan kerja (Honari dkk, 2011). Dermatitis tangan ini cukup sulit untuk diterapi, kronis dan sering relaps. Dermatitis tangan mempunyai dampak yang besar pada pekerjaan, sosial dan psikologis penderita (Diepgen dkk, 2007). Cvetkovski dkk (2005) melaporkan bahwa menyebabkan ijin sakit meninggalkan pekerjaan yang berkepanjangan (lebih dari 5 minggu pertahun) pada 19,9% penderita dan 23 persennya kehilangan pekerjaan. Hal ini terjadi terutama pada yang parah (Luk dkk, 2011). Dermatitis tangan juga menimbulkan stigma sosial karena tangan adalah organ komunikasi dan ekspresi serta lokasinya mudah terlihat (Diepgen dkk, 2007). pada populasi umum sebesar 2-10% dan dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko endogen maupun eksogen. Riwayat alergi dan dermatitis atopik merupakan faktor risiko endogen, sedangkan lingkungan terutama pekerjaan merupakan faktor eksogen dari (Smith dkk, 2003).

16 Beberapa jenis pekerjaan seperti pekerja di dapur, penata rambut, petugas kebersihan, perawat dan petugas kesehatan lainnya merupakan pekerjaan wet work (Meding dan Swanbeck, 1990). Wet work adalah pekerjaan yang menyebabkan kondisi tangan terpapar cairan selama lebih dari 2 jam per hari atau penggunaan sarung tangan oklusif lebih dari 2 jam perhari atau mencuci tangan lebih dari 20 kali per hari (Lerbaek dkk, 2007). Wet work merupakan salah satu faktor risiko eksogen yang penting untuk sehingga pekerjaan wet work berisiko tinggi untuk terkena (Diepgen dkk, 2007). Penelitian epidemiologis di berbagai negara menunjukkan prevalensi pada perawat yang bervariatif antara 17,7-70%. pada perawat juga bervariasi antar departemen di rumah sakit. Perbedaan prevalensi ini menurut Jungbauer dkk (2004) disebabkan karena jenis paparan wet work yang berbeda seperti kontak air dan deterjen, antiseptik alkohol dan penggunaan sarung tangan oklusif antara masing-masing departemen. Tangan perawat atau petugas kesehatan merupakan vektor transmisi mikroorganisme dan merupakan salah satu mekanisme transmisi infeksi nosokomial. Kebersihan/ higiene tangan sangat penting untuk pencegahan infeksi nosokomial dan merupakan inti program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian di atas, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

17 1. Berapakah prevalensi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta? 2. Apa saja faktor risiko yang mempengaruhi pada perawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta? 3. Apakah terdapat hubungan antara faktor risiko dan tingkat keparahan pada perawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui prevalensi pada perawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 2. Mengetahui faktor risiko yang berpengaruh terhadap pada perawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 3. Mengetahui hubungan faktor risiko tingkat keparahan dermatitis tangan pada perawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, dapat mengetahui prevalensi dan tingkat keparahannya pada perawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dan meningkatkan pemahaman mengenai faktor risiko terhadap terjadinya pada perawat. 2. Bagi insitusi, dapat digunakan sebagai masukan untuk mengetahui prevalensi pada perawat di RSUP Dr. Sardjito dan faktor risiko yang berperan pada pada perawat di RS. dermatitis tangan merupakan indikator yang berguna untuk mengetahui beban dari

18 penyakit ini dan dapat memberikan informasi untuk merencanakan tindakan preventifnya. 3. Bagi subyek penelitian dapat memberikan informasi mengenai faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya, sehingga dapat melindungi tangan dari paparan dan mengurangi paparan faktor risiko yang tidak diperlukan. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran melalui internet yang dilakukan penulis melalui http://search.ebscohost.com/ dan http://www.sciencedirect.com/ menggunakan kata kunci hand dermatitis, risk dan nurse terdapat 15 dan 11 artikel. Sepengetahuan penulis sampai sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai prevalensi dan faktor risikonya pada perawat di RSUP Dr. Sardjito. Tabel 1. Penelitian berkaitan prevalensi, faktor risiko dan perawat. Peneliti, Tahun Smith dkk, 2004, Environ Health Prev Med; 9: 181-4 Smith dkk, 2003, J Epid; 13: 157-60 Judul Penelitian Work Environment and among Nurses in a Chinesse Teaching Hospital Prevalence and Correlates of among Nurses in a Japanese Teaching Subyek penelitian N=206--> N=305--> Hasil 18,3%, faktor risiko wet work dan alergi sistemik, sedangkan frekuensi cuci tangan dan departemen tempat kerja tidak 35%, faktor risiko riwayat alergi dan frekuensi cuci tangan, sedangkan Perbedaan Tanpa Tanpa

19 Ibler dkk, 2012, Contact Dermatitis; 67: 200-207 Lampel dkk, 2007, J Dermat; 18(3): 140-2 Smith dkk, 2005, Australian J of Advance Nursing; 22(3)28-32 Hospital Hand eczema: prevalence and risk factors of hand eczema in a population of 2274 healthcare workers Prevalence of in Inpatient Nurses at a United States Hospital Prevalence of Among Hospital Nurses Working In a Tropical Environment N=2274--> N=167--> N=148--> penggunaan sarung tangan tidak berhubungan signifikan. 21%, faktor risiko,dermatitis atopik,usia yang lebih muda, dan jumlah jam kerja perminggu. Tingkat keparahan berdasar VAS ringan/sedang sebesar 86%. Tingkat keparahan berhubungan signifikan dermatitis atopik 55%, riwayat atopi, frekuensi cuci tangan, frekuensi dan durasi pemakaian sarung tangan, jumlah jam kerja per minggu, jenis bahan untuk membersihkan tangan tidak berkorelasi prevalensi. 50%, yang merupakan faktor risiko adalah riwayat alergi, frekuensi cuci tangan. Penggunaan sarung tangan, bangsal tempat bekerja tidak berpengaruh Dengan tanpa fisik.dilakukan pada semua pekerja kesehatan di 3 rumah sakit. Pada perawat rawat inap saja.tanpa Hanya perawat bangsal saja.tanpa pertanyaan mengenai durasi tangan basah, pekerjaan rumah tangga.

20 Ozyazicioglu dkk, 2010, J of Clin Nursing; 19: 1597-1603 Hand dermatitis among paediatric nurses N= 158--> sebesar 47,5%, faktor risiko signifikan yaitu unit kerja, frekuensi cuci tangan, riwayat alergi. Penggunaan sarung tangan tidak berpengaruh secara signifikan. Tanpa