Gambar 3.1 Blok Diagram Port Serial RXD (P3.0) D SHIFT REGISTER. Clk. SBUF Receive Buffer Register (read only)

dokumen-dokumen yang mirip
Wireless Infrared Printer dengan DST-51 (Komunikasi Infra Merah dengan DST-51)

Gambar Komunikasi serial dengan komputer

4. Port Input/Output Mikrokontroler MCS-51

PERTEMUAN. KOMUNIKASI MIKROKONTROLER 89C51 DENGAN KOMPUTER (Lanjutan)

PORT SERIAL MIKROKONTROLER ATMEL AT89C51

Mikrokontroler 89C51 Bagian II :

Organisasi Sistem Komputer. Port Serial

PANDUAN DASAR MIKROKONTROLER KELUARGA MCS-51

Perancangan Serial Stepper

Pertemuan 10 Arsitektur Mikrokontroler 8051

Percobaan 6. SERIAL INTERFACE Menggunakan DT-51 MinSys

Percobaan 8 INTERFACE MIKROKONTROLER DAN KOMPUTER SECARA SERIAL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Perangkat Keras (Hardware)

REGISTER-REGISTER Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI. Pada tugas akhir ini akan dibuat sebuah perangkat keras PLC dengan fasilitas

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

PERTEMUAN TIMER & COUNTER MIKROKONTROLER 89C51

Wireless Infrared Printer dengan DST-51 (Pengambilan Data dari Standard Parallel Port)

Data Communication Between MMI (Man Machine Interface) Module and Scrambler/Descrambler Module of Scrambler Telephone

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PSEUDO RANDOM GENERATOR. Intisari

TERJADI INTERRUPT MELAYANI INTERRUPT KEMBALI MENERUSKAN PROGRAM YANG TERHENTI PROGRAM YANG SEDANG BERJALAN. Gambar 4.1 Interrupt

SISTEM INTERUPSI MIKROKONTROLER ATMEL

TnEX ADC GPIO UART PWM I2C SPI GPIO

Konsep dan Cara Kerja Port I/O

Tabel Perbandingan ROM dan RAM pada beberapa seri ATMEL

TIMER DAN COUNTER MIKROKONTROLER ATMEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN P EMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN P ENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR...

BAB II LANDASAN TEORI

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

MIKROKONTROLER AT89S52

ORGANISASI MEMORI MIKROKONTROLER MCS-51. Yoyo Somantri dan Erik Haritman Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK Universitas Pendidikan Indonesia

Tata Cara Komunikasi Data Serial

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

RADIO CONTROL MELALUI SERIAL PC. Reyhan Fahrurrozie

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut.

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu

UNIVERSITAS INDONESIA RANCANG BANGUN APLIKASI MIKROKONTROLER 8051 PADA PENCATATAN KWH-METER JARAK JAUH SKRIPSI SYAIFUL ALAM

Organisasi Sistem Komputer. Connections: Ports Serial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN STAND ALONE RFID READER. Dalam penelitian ini, perancangan sistem meliputi :

BAB II LANDASAN TEORI

AN2014 : Pembuatan Jam Digital dengan Development System DST -R8C

=== PENCACAH dan REGISTER ===

TAKARIR. Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika. Assembler Bahasa pemrograman mikrokontroler MCS-51

BAB II LANDASAN TEORI

Real Time Clock Menggunakan I2C Bus pada Modul DST-52

TSK304 - Teknik Interface dan Peripheral. Eko Didik Widianto

BAB 2 LANDASAN TEORI

Published By Stefanikha

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROKONTROLLER UNIVERSAL SYNCHRONOUS AND ASYNCHRONOUS SERIAL RECEIVER TRANSMITTER (USART)

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi PLC menurut National Electrical Manufacturing Association (NEMA)

Praktek 1. Interfacing Layer. 1. Tujuan : 2. Alat-alat 1 Unit PC atau notebook Koneksi internet

ANTAR MUKA DST-51 DENGAN MODUL AD-0809

TKC210 - Teknik Interface dan Peripheral. Eko Didik Widianto

JENIS-JENIS REGISTER (Tugas Sistem Digital)

= t t... (1) HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. Pengujian terhadap sistem yang telah dibuat dilakukan untuk mengetahui

Gambar 1.1. Diagram blok mikrokontroller 8051

BAB II TEORI DASAR PENUNJANG

Tabel 1. Karakteristik IC TTL dan CMOS

Kata kunci: Amplitude Shift Keying, nir kabel, elektromagnetik

RANCANG BANGUN PEMANTAUAN INFUS PASIEN SECARA TERPUSAT BERBASIS MIKROKONTROLER

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55

DT-51 Application Note

SISTEM TELEKONTROL SCADA DENGAN FUNGSI DASAR MODBUS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51 DAN KOMUNIKASI SERIAL RS485

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

DAFTAR ISI v. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT. ii KATA PENGANTAR. iii. DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL ix

I/O dan Struktur Memori

PENGATURAN REGISTER MIKROKONTROLLER ARM

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

8. Mengirimkan stop sequence

KENDALI ROBOT MELALUI RF DENGAN D-JOY CONTROLLER

BAB 2 LANDASAN TEORI

Mikrokontroler AVR. Hendawan Soebhakti 2009

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

INTERFACING SERIAL, PARALEL, AND USB PORT

KONSEP KOMUNIKASI SERIAL. Oleh : Sunny Arief SUDIRO

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

MODE TRANSMISI DATA LAPISAN FISIK. Budhi Irawan, S.Si, M.T

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

Menampilkan nilai dari 8 kanal ADC ke Port Serial PC oleh Modul ST-51 dan AD-0809 V2.0

2. Rangkaian Konverter Level Tegangan Dan Hubungan antara Rangkaian Konverter, Modul TRW2.4G, dan Mikrokontroler

BAB III DESAIN DAN PENGEMBANGAN SISTEM

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler AVR ATmega32

BAB III LANDASAN TEORI. digunakan seperti MCS51 adalah pada AVR tidak perlu menggunakan oscillator

adalah frekuensi detak masukan mula-mula, sehingga membentuk rangkaian

Timer Counter. D3 Telekomunikasi.

Akuisasi data dengan remote host AT89s51 melalui serial RS232

Percobaan 2 PENGENALAN INTERFACE SERIAL DAN UART

Kuliah#11 TKC-205 Sistem Digital. Eko Didik Widianto. 11 Maret 2017

TUGAS KOMPUTER DAN INTERFACE

Transkripsi:

1. Operasi Serial Port mempunyai On Chip Serial Port yang dapat digunakan untuk komunikasi data serial secara Full Duplex sehingga Port Serial ini masih dapat menerima data pada saat proses pengiriman data terjadi. Untuk menampung data yang diterima atau data yang akan dikirimkan, mempunyai sebuah register yaitu SBUF yang terletak pada alamat 99H di mana register ini berfungsi sebagai buffer sehingga pada saat mikrokontroler ini membaca data yang pertama dan data kedua belum diterima secara penuh, maka data ini tidak akan hilang. Pada kenyataannya register SBUF terdiri dari dua buah register yang memang menempati alamat yang sama yaitu 99H. Register tersebut adalah Transmit Buffer Register yang bersifat write only (hanya dapat ditulis) dan Receive Buffer Register yang bersifat read only (hanya dapat dibaca). Pada proses penerimaan data dari Port Serial, data yang masuk ke dalam Port Serial akan ditampung pada Receive Buffer Register terlebih dahulu dan diteruskan ke jalur bus internal pada saat pembacaan register SBUF sedangkan pada proses pengiriman data ke Port Serial, data yang dituliskan dari bus internal akan ditampung pada Transmit Buffer Register terlebih dahulu sebelum dikirim ke Port Serial. TXD (P3.1) RXD (P3.0) D SHIFT REGISTER Baud rate clock (transmit) SBUF Receive Buffer Register (read only) Baud rate clock (receive) Clk SBUF Transmit Buffer Register (write only) Bus Internal Gambar 3.1 Blok Diagram Port Serial Port Serial dapat digunakan untuk komunikasi data secara sinkron maupun asinkron Komunikasi data serial secara sinkron adalah merupakan bentuk komunikasi data serial yang memerlukan sinyal clock untuk sinkronisasi di mana sinyal clock tersebut akan tersulut pada setiap bit pengiriman data sedangkan komunikasi asinkron tidak memerlukan sinyal clock sebagai sinkronisasi. Pengiriman data pada komunikasi serial dilakukan mulai dari bit yang paling rendah (LSB) hingga bit yang paling tinggi (MSB).

Gambar 3.2 Komunikasi Sinkron dan Komunikasi Asinkron 1.1.1. Komunikasi Sinkron Sinyal clock pada komunikasi sinkron diperlukan oleh peralatan penerima data untuk mengetahui adanya pengiriman setiap bit data. Tampak pada gambar 3.2 bahwa sinyal clock tersulut (positive edge) pada saat pengiriman bit yang pertama dan setiap perubahan bit data. Peralatan atau komponen penerima akan mengetahui adanya pengiriman bit yang pertama ataupun perubahan bit data dengan mendeteksi sinyal clock. Pada aplikasinya, komunikasi sinkron dari serial port AT selalu digunakan untuk mengakses shift register, PISO (Parallel In Serial Out) untuk proses penerimaan data dari PISO ke Port Serial AT atau SIPO (Serial In Parallel Out) untuk proses pengiriman data dari AT ke SIPO. Shift Register tersebut dapat berupa IC Shift Register seperti 74164, 74165 atau berupa internal shift register dari mikrokontroler lain seperti Port Serial AT pula. Gambar 3.2 menunjukkan kondisi yang terjadi pada saat pengiriman data dari Register SBUF AT ke SIPO dan penerimaan data oleh Register SBUF dari PISO. Hal yang perlu diperhatikan apabila Shift Register menggunakan IC 74164 atau 74165 adalah, bentuk komunikasi serial Shift Register ini dimulai dari bit tertinggi (MSB) hingga bit terendah (LSB) sehingga data yang terkirim ataupun diterima selalu mempunyai posisi yang terbalik bobot bitnya. 1 8 0 X X X X X X X 5AH Q7 Serial in SIPO Q0 Q7 Serial in SIPO Q0 TTL IC : 74164 0 Gambar 3.3a Pengiriman 5AH dari Port Serial ke SIPO

1 8 D7 Serial Out PISO D0 AT 5AH D7 Serial Out PISO D0 TTL IC : 74165 0 Gambar 3.3b Penerimaan 5AH dari PISO ke Port Serial 3.1.2. Komunikasi Asinkron Seperti telah disebutkan sebelumnya, komunikasi asinkron tidak memerlukan sinyal clock sebagai sinkronisasi, namun pengiriman data ini harus diawali dengan start bit dan diakhiri dengan stop bit seperti yang tampak pada gambar 3.2. Sinyal clock yang merupakan baud rate dari komunikasi data ini dibangkitkan oleh masingmasing baik penerima maupun pengirim data dengan frekwensi yang sama. Penerima hanya perlu mendeteksi adanya start bit sebagai awal pengiriman data, selanjutnya komunikasi data terjadi antar dua buah shift register yang ada pada pengirim maupun penerima. Setelah 8 bit data diterima, maka penerima akan menunggu adanya stop bit sebagai tanda bahwa 1 byte data telah terkirim dan penerima dapat siap untuk menunggu pengiriman data berikutnya. Komponen UART Baud rate SBUF P3.1/TXD RXD Buffer Baud rate Gambar 3.4 Komunikasi UART Pada aplikasinya proses komunikasi asinkron ini selalu digunakan untuk mengakses komponen-komponen yang mempunyai fasilitas UART (Universal Asynchronous Receiver/Transmitter) seperti Port Serial PC atau Port Serial mikrokontroler yang lain. 1.2. Mode Operasi Port Serial Port Serial mempunyai 4 buah mode operasi yang diatur oleh bit ke 7 dan bit ke 5 dari Register (Serial Control). 98H SM0 SM1 SM2 REN TB8 RB8 TI RI

SM0: Serial Port Mode bit 0, bit Pengatur Mode Serial SM1: Serial Port Mode bit 1, bit Pengatur Mode Serial SM2: Serial Port Mode bit 2, bit untuk mengaktifkan komunikasi multiprosesor pada kondisi set. REN: Receive Enable, bit untuk mengaktifkan penerimaan data dari Port Serial pada kondisi set. Bit ini di set dan clear oleh perangkat lunak. TB8: Transmit bit 8, bit ke 9 yang akan dikirimkan pada mode 2 atau 3. Bit ini di set dan clear oleh perangkat lunak RB8: Receive bit 8, bit ke 9 yang diterima pada mode 2 atau 3. Pada Mode 1 bit ini berfungsi sebagai stop bit. TI: Transmit Interrupt Flag, bit yang akan set pada akhir pengiriman karakter. Bit ini diset oleh perangkat keras dan di clear oleh perangkat lunak RI: Receive Interrupt Flag, bit yang akan set pada akhir penerimaan karakter. Bit ini diset oleh perangkat keras dan di clear oleh perangkat lunak Tabel 3.1 Mode Operasi Port Serial SM0 SM1 Mode Deskripsi 0 0 0 Shift Register 8 bit 0 1 1 UART 8 bit dengan baud rate yang dapat diatur 1 0 2 UART 9 bit dengan baud rate permanen 1 1 3 UART 9 bit dengan baud rate yang dapat diatur 1.2.1. Mode 0 Shift Register 8 bit 98H 0 0 X X X X X X Pada Mode ini Port Serial berfungsi sebagai komunikasi data sinkron yang memerlukan sinyal clock sebagai sinkronisasi. P3.1/TXD pada berfungsi sebagai dan sebagai jalur pengiriman maupun penerimaan data. Pengiriman data dilakukan dengan menuliskan data yang akan dikirimkan ke dalam Register SBUF (gambar 3.3). akan dikirimkan secara serial sinkron melalui beserta sinyal clock melalui P3.1/TXD dengan frekwensi 1/12 dari frekwensi kristal yang digunakan oleh osilator. Penerimaan data dilakukan dengan mengaktifkan bit REN (biasa dilakukan pada awal program) dan clear bit RI pada saat proses pengambilan data akan dilakukan. Pada saat kondisi RI di-clear maka pada siklus mesin berikutnya sinyal clock akan dikirim keluar melalui pin P3.1/TXD dan data yang ada pada akan digeser ke dalam SBUF. 1.2.2. Mode 1 UART 8 bit dengan Baud Rate yang dapat diatur 98H 0 1 X X X X X X Pada mode ini komunikasi data dilakukan secara 8 bit data asinkron yang terdiri 10 bit yaitu 1 bit start, 8 bit data dan 1 bit stop. Baud Rate pada mode ini dapat diatur dengan menggunakan Timer 1. Tidak seperti pada mode 0, pada mode ini yang merupakan mode UART, fungsi-fungsi alternatif dari dan P3.1/TXD digunakan. P3.0 berfungsi

sebagai RXD yaitu kaki untuk penerimaan data serial dan P3.1 berfungsi sebagai TXD yaitu kaki untuk pengiriman data serial. Hal ini juga berlaku pada mode-mode UART yang lain seperti mode 2 dan mode 3. Pengiriman data dilakukan dengan menuliskan data yang akan dikirim ke Register SBUF. serial akan digeser keluar diawali dengan bit start dan diakhiri dengan bit stop dimulai dari bit yang berbobot terendah (LSB) hingga bit berbobot tertinggi (MSB). Bit TI akan set setelah bit stop keluar melalui kaki TXD yang menandakan bahwa proses pengiriman data telah selesai. Bit ini harus di-clear oleh perangkat lunak setelah pengiriman data selesai. Penerimaan data dilakukan oleh mikrokontroler dengan mendeteksi adanya perubahan kondisi dari logika high ke logika low pada kaki RXD di mana perubahan kondisi tersebut adalah merupakan bit start. Selanjutnya data serial akan digeser masuk ke dalam SBUF dan bit stop ke dalam bit RB8. Bit RI akan set setelah 1 byte data diterima ke dalam SBUF kecuali bila bit stop = 0 pada komunikasi multiprosesor (SM2 = 1). 1.2.3. Mode 2 UART 9 bit dengan Baud Rate permanen 98H 1 0 X X X X X X Pada mode ini komunikasi data dilakukan secara asinkron dengan 11 bit, 1 bit start, 8 bit data, 1 bit ke 9 yang dapat diatur dan 1 bit stop. Pada proses pengiriman data, bit ke 9 diambil dari Bit TB8 dan pada proses penerimaan data bit ke 9 diletakkan pada RB8. 1.2.4. Mode 3 UART 9 bit dengan Baud Rate yang dapat diatur 98H 1 1 X X X X X X Mode ini sama dengan Mode 2, namun baud rate pada ode ini dapat diatur melalui Timer 1. 1.3. Inisialisasi dan akses Register Port Serial Untuk mengakses port serial, ada beberapa hal yang harus diatur terlebih dahulu dengan mengisi beberapa register tertentu yaitu: - Tentukan Mode Serial - Tentukan Baud Rate Serial Proses penentuan mode serial dilakukan dengan mengisi seperti yang telah dijelaskan pada 3.2. Mode Operasi Serial. 3.3.1. Baud Rate Serial Baud rate dari Port Serial dapat diatur pada Mode 1 dan Mode 3, namun pada Mode 0 dan Mode 2, baud rate tersebut mempunyai kecepatan yang permanen yaitu untuk Mode 0 adalah 1/12 frekwensi osilator dan Mode 2 adalah 1/64 frekwensi osilator. Dengan mengubah bit SMOD yang terletak pada Register PCON menjadi set (kondisi awal pada saat sistem reset adalah clear) maka baud rate pada Mode 1, 2 dan 3 akan berubah menjadi dua kali lipat.

Pada Mode 1 dan 3 baud rate dapat diatur dengan menggunakan Timer1. Cara yang biasa digunakan adalah Timer Mode 2 (8 bit auto reload) yang hanya menggunakan register TH1 saja. Pengiriman setiap bit data terjadi setiap Timer 1 overflow sebanyak 32 kali sehingga dapat disimpulkan bahwa: Lama pengiriman setiap bit data = Timer 1 Overflow X 32... (3.1) Baud rate (jumlah bit data yang terkirim tiap detik) = Apabila diinginkan baud rate 9600 bps maka timer 1 harus diatur agar overflow setiap Timer 1 overflow setiap kali TH1 mencapai nilai limpahan (overflow) dengan frekwensi sebesar f osc /12 atau periode 12/f osc. Dari sini akan ditemukan formula sebagai berikut: Dengan frekwensi osilator sebesar 11,0592 MHz maka TH1 adalah 253 atau 0FDH. Selain variabel-variabel di atas, masih terdapat sebuah variabel lagi yang menjadi pengatur baud rate serial yaitu Bit SMOD pada Register PCON. Apabila bit ini set maka faktor pengali 32 pada formula 3.1 akan berubah menjadi 16. Oleh karena itu dapat disimpulkan formula untuk baud rate serial untuk Mode 1 dan Mode 3 adalah: (3.2)... Tabel 3.2 Tabel Mode Serial vs baud rate Mode Baud rate 0 1/12 f osc SMOD = 0 SMOD = 1 1 2 1/32 f osc 1/32 f osc 3