Oleh: Wahyu Susilo dalam Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil untuk SDGs Jakarta, 6-7 Oktober 2015

dokumen-dokumen yang mirip
Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs

Proses dan Negosiasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs)

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Deklarasi Dhaka tentang

URGENSI MONITORING DAN EVALUASI dalam PELAKSANAAN DAN PENCAPAIAN SDGs. Djonet Santoso Universitas Bengkulu November 2017

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

PROSES & HASIL UNGA BAGI PEREMPUAN

PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA

KOMENTAR UMUM NO. 2 TINDAKAN-TINDAKAN BANTUAN TEKNIS INTERNASIONAL Komite Hak Ekonomi, Sosial, Dan Budaya PBB HRI/GEN/1/Rev.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

Statement INFID Menyambut UN High Level Event on MDGs, 25 September 2008

DIALOG NASIONAL: UPAYA PENCAPAIAN MDG DI INDONESIA Jakarta, 5 Agustus 2004

Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman kebutuhan kelompok dan individu masyarakat, tak terkecuali

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan

Sejarah AusAID di Indonesia

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan

Bismillahirrohmannirrohiim Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

Asesmen Gender Indonesia

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women

MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENUJU KERANGKA KERJA STRATEGIS MENGENAI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN UNTUK KELOMPOK BANK DUNIA RANGKUMAN

Proses Pembahasan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di Tingkat Global. Kementerian Luar Negeri

INDONESIA NEW URBAN ACTION

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Periode Dasa Warsa Pembangunan Manusia Indonesia Dinamika arah, kebijakan dan sasaran pembangunan manusia dapat ditelusuri secara rinci sejak 1950-an

Dari MDGs Menuju SDGs: Pembelajaran dan Tantangan Implementasi

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

MEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik


Mengawal Komitmen Pemerintah dalam Implementasi SDGs

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

Kajian Tengah Waktu Strategi Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

UNDANGAN PENGAJUAN MAKALAH

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

INDEKS KINERJA PENEGAKAN HAM 2011

100 Hari Pemerintahan SBY- Boediono: Timpangnya Kebijakan Makroekonomi dengan Kesejahteraan Rakyat. Jakarta, 31 Januari 2010

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

Press Release Kegiatan Ilmiah dalam Rangka Dies Natalis ke-53 Universitas Brawijaya Malang, Februari 2016

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

Implementasi SDGs di Tingkat Global dan Keterkaitannya dengan Isu Kekayaan Intelektual

Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia

Tujuan 4: Memastikan kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kemiskinan. Berdasarkan tujuan pembangunan Millennium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Millenium Development Goals disingkat MDGs merupakan sebuah cita-cita

1. Mengelola penyampaian bantuan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018

Indonesia Komitmen Implementasikan Agenda 2030 Senin, 05 September 2016

Background Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

Pengaruh Ekonomi-Politik Internasional dan Respons Masyarakat Sipil Indonesia. Oleh: Wahyu Susilo

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya seperti Indonesia. Kemiskinan seharusnya menjadi masalah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

POSISI MASYARAKAT SIPIL

Perlindungan sosial untuk pekerja migran di ASEAN. Celine Peyron Bista Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik Jakarta, 29 September 2016

Komisi Nasional HAM kerangka hukum dan mekanisme penegakan hukum HAM. Dr. Herlambang P Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga 26 Mei 2015

Sambutan Presiden RI pada Asia Pasific Ministerial and Governors Conference, Jakarta,28 Agustus 2012 Selasa, 28 Agustus 2012

KESIAPAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

Peran DPR RI dalam Agenda. Hj. Siti Masrifah Anggota Komisi IX DPR RI Panitia Kerja SDGs BKSAP DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk

BAB I PENDAHULUAN. strategi pembangunan daerah mulai dari RPJPD , RPJMD ,

BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia menunjukkan nilai rata-rata 33,37 1 pada skala 1 sampai dengan 100.

KEYNOTE ADRESS RAFENDI DJAMIN WAKIL INDONESIA UNTUK AICHR

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan

1. Pelaksanaan Kegiatan Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Se Kalimantan Utara Tahun 2017 tanggal 08 Mei 2017 di Kota Tarakan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (PB) Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2008

Transkripsi:

Oleh: Wahyu Susilo dalam Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil untuk SDGs Jakarta, 6-7 Oktober 2015

MDGs (dan dokumen luasnya Millennium Development Goals) diadopsi oleh UN GA September 2000 oleh 189 negara (termasuk oleh Republik Indonesia di masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid) Pada era tersebut, dinamika politik dalam negeri memanas dengan adanya upaya pelengseran Presiden Abdurrahman Wahid melalui trigger Buloggate/Bruneigate yang berakhir dengan kejatuhan Presiden Abdurrahman Wahid pada bulan Juli 2001 Meskipun sebenarnya pada waktu itu, Presiden Abdurrahman Wahid sudah meletakkan dasar kelembagaan seturut dengan skema MDGs yaitu Komisi Penanggulangan Kemiskinan, yang dilanjutkan Presiden Megawati Soekarnoputri dengan penerbitan Keppres 124/2001 tentang Komisi Penanggulangan Kemiskinan Namun disisi yang lain, Indonesia masih terikat dengan skema Letter of Intent dengan IMF dimana paket-paket reformasi ekonomi yang disodorkan oleh IMF (World Bank, ADB dan negara-negara donor bilateral melalui konsorsium pendanaan pembangunan CGI) sangat kontraproduktif dalam upaya penanggulangan kemiskinan dan kemandirian ekonomi

Hingga pembentukan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK),terjadi pertempuran acuan kebijakan penanggulangan kemiskinan berpijak dari dokumen PRSP (Poverty Reduction Strategic Program) yang dikeluarkan oleh Bank Dunia dan Millennium Development Goals) Dalam rentang waktu tersebut, sebenarnya ada inisiatif progresif yang bisa mendukung upaya pencapaian MDGs di Indonesia dengan adanya ratifikasi Kovenan Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yang memberi pendekatan berbasis hak asasi dari upaya penanggulangan kemiskinan. Namun keberadaan payung legal ini tidak pernah dimanfaatkan secara maksimal. Hingga 5 tahun pertama perjalanan MDGs, hampir sama sekali tidak ada inisiatif signifikan dari Pemerintah Indonesia untuk upaya pencapaian MDGs, baik dari sisi kebijakan, pelembagaan dan pendanaan

Pada tahun 2003, Sekjen PBB menunjuk Ir. Erna Witoelar (mantan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah) menjadi UN Special Ambassador for MDGs in Asia Pacific dengan pertimbangan bahwa di kawasan ini masih ada tiga perempat jumlah orang miskin yang ada dimuka bumi ini. Penunjukan ini diakui (secara tidak langsung) menguntungkan upaya pendaratan MDGs di Indonesia diantara vakumnya inisiatif pemerintah Indonesia dalam mengharmonisasikan MDGs di kebijakan pembangunan Indonesia, namun secara jangka panjang membuat pemerintah Indonesia tidak merasa punya kewajiban untuk mendaratkan MDGs sebagai tanggungjawab negara mengadopsi skenario global penanggulangan kemiskinan ini. UN Special Ambassador for MDGs in Asia Pacific ini pula yang menjadi melting pot dari masyarakat sipil yang mempunyai kepedulian terhadap MDGs dan menjadi penghubung antara masyarakat sipil, pemerintah, lembaga donor dan institusi internasional mengenai perkembangan MDGs di Indonesia.

Besarnya peran UN Special Ambassador MDGs in Asia Pasicif inilah yang menimbulkan persepsi yang salah kaprah mengenai MDGs ownership Muncul kesan bahwa MDGs adalah bagian dari program pembangunan yang diintrodusir oleh UN Agency Besarnya peran UN Agency dalam mendaratkan MDGs di Indonesia memang tidak bisa dihindarkan jika kita membaca Laporan Perdana MDGs Progress Report 2004 yang diluncurkan 17 Mei 2004. Laporan ini disusun oleh Bappenas dan BPS atas dukungan UNDP Indonesia. Hal sama juga terjadi dalam penyusunan Laporan Human Development Report Indonesia. Dalam penulisan laporan ini, peran masyarakat sipil hampir sama sekali tidak terlibat Hingga akhir masa jabatannya pada tahun 2007, UN Special Ambassador for MDGs in Asia Pasific memegang peran yang penting dalam mensubtitusi absennya negara dalam inisiatif-inisiatif terkait upaya pencapaian MDGs di Indonesia. Upaya ini dilanjutkan dengan peralihan fungsi kantor, UN Special Ambassador for MDGs in Asia Pasific menjadi UN Millennium Campaign, inisiatif kampanye global dibawah UN Agency.

Peran signifikan dari inisiatif negara dalam pencapaian MDGs baru terlihat setelah Indonesia mendapat rapor merah di beberapa goal dalam Laporan Pencapaian MDGs Asia Pasifik tahun 2008. laporan ini juga diperkuat dengan stagnannya Indeks Pembangunan Manusia Indonesia yang tak pernah menunjukkan perkembangan yang signifikan. Di Bappenas (meski masih dengan support UNDP) mulai membuka inisiatif untuk pembentukan kelembagaan pencapaian MDGs (melalui Target MDGs) bahkan menggunakan MDGs sebagai mainstreaming pembangunan kawasan di beberapa propinsi di Indonesia. Inisiatif lanjutan terkait upaya pencapaian MDGs di Indonesia adalah dengan penunjukkan Utusan Khusus Presiden RI untuk Pencapaian MDGs di Indonesia Prof DR. Nila Moeloek serta pembentukan Rencana Aksi Nasional untuk Percepatan Pencapaian MDGs pada tahun 2010. semua inisiatif ini untuk menyambut UN Millennium +10 Summit September 2010. Harus diakui inisiatif-inisiatif tersebut merupakan bentuk pengakuan keterlambatan Indonesia dalam upaya pencapaian MDGs.

Fase akhir (lima tahun) menjelang 2015, kritik tajam makin deras menghunjam MDGs sebagai skenario global penanggulangan kemiskinan yang jauh dari cita rasa penghormatan hak asasi manusia, lebih mengacu pada indikator-indikator kuantitatif tanpa mempertimbangan dimensi ketimpangan dan mereduksi realitas feminisasi kemiskinan MDGs juga disadari tidak cukup memadai untuk menjawab persoalan-persoalan dunia yang semakin kompleks, tidak hanya soal kemiskinan, tetapi juga soal perubahan iklim, ancaman terhadap perdamaian dunia karena perang dan terorisme, migrasi global dan kerentanan-kerentanan yang dihadapi oleh kelompokkelompok minoritas Kritik dan skeptisme terhadap MDGs lebih banyak datang dari kalangan non-pemerintah hingga akhirnya dalam penyusunan skenario pasca-2015 pelibatan aktif kalangan non-pemerintah adalah hal yang mutlak

Agenda Pasca-2015 juga merupakan muara ketidakpuasan atas kegagalan skenario MDGs, kelambanan negosiasi perubahan iklim (UNFCCC), mandegnya agenda reformasi lembaga keuangan internasional dan pengabaian atas prinsip-prinsip penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia dan hak asasi perempuan Karena itulah Agenda Pasca-2015 bukan hanya agenda-nya masyarakat sipil yang bekerja di isu-isu pembangunan tetapi juga bagi mereka yang bekerja di isu hak asasi manusia, hak asasi perempuan dan anak, lingkungan hidup dan juga mereka yang bekerja untuk isu tata kelola pemerintah dan hak atas informasi. Dalam posisi seperti inilah, masyarakat sipil (baik di tingkat nasional, regional dan internasional) mulai dan bahkan aktif terlibat dalam perumusan usulan agenda pasca-2015 dan bisa menjadi pressure group dalam putaran pembahasan agenda pasca-2015 di konsultasi nasional, regional dan UN. Kondisi ini terjadi dalam pembahasan MDGs di masa lalu.

Dengan segala catatan dan keterbatasan, kepemimpinan Indonesia sejak tahun 2012 di dalam High Level Panel on Post-2015 Development Agenda sedikit banyak telah membuka ruang bagi masyarakat sipil Indonesia untuk terlibat aktif, tidak terbatas di tingkat nasional tetapi juga di tingkat regional dan internasional dalam pembahasan agenda pembangunan pasca-2015. Keterlibatan tersebut merupakan ruang pembelajaran yang menarik untuk melihat relasi state dan non-state actor dalam berkolaborasi (dan berkontestasi pada titik-titik tertentu) mengenai rancangan skema global. Maklumat No One Left Behind yang tercantum dalam Mukadimah SDGs tentu tidak akan dituliskan jika proses perumusan agenda pasca-2015 berlangsung dalam proses yang monolog dan tidak melibatkan sebanyak mungkin unsurunsur yang selama ini diabaikan dalam MDGs.

UN GA Sessi ke 70, 25 September 2015 secara resmi telah mengadopsi Sustainable Development Goals (sebagai Agenda 2030) untuk melanjutkan Millennium Development Goals dan agenda global yang penting lainnya. Tantangan bagi masyarakat sipil: 1. Bagaimana memastikan perumusan indikator yang benarbenar mengacu pada maklumat No One Left Behind 2. Bagaimana memastikan implementasi SDGs dalam kebijakan pembangunan Indonesia yang inklusif dan partisipatif 3. Bagaimana memastikan adanya national ownership SDGs sebagai proses dimana Indonesia memiliki legacy kepeloporan dalam perumusannya.