Batasan Partikel partikulat Kelebihan pengisian

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II. SEDIAAN INJEKSI RINGER LAKTAT R~en~L. Di susun oleh: : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.

I. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS DALAM JUMLAH YANG DISUN

Sediaan Parenteral Volume Besar Sediaan Parenteral Volume Kecil. 07/10/2013 follow

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%

PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS :

Sub Pokok Bahasan. - Batasan sediaan steril -Macam2 sediaan steril -Persyaratan steril. membuat sediaan steril - Formula sediaan

1. Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEDIAAN OBAT MATA PENDAHULUAN

PENGENALAN PERBEKALAN STERIL

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana praformulasi injeksi Difenhidramin HCl? Bagaimana formulasi injeksi Difenhidramin HCl?

Laporan Praktikum Teknologi Sediaan Steril. Injeksi Atropin Sulfas

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

Perhitungan isotonis. Arif Budiman

KIMIA TERAPAN LARUTAN

SEDIAAN INJEKSI (PARENTERAL)

ZAT TAMBAHAN DALAM OBAT SUNTIK

Jenis kemasan Bahan pengemas Teknologi pengemasan

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

FORMULASI SEDIAAN STERIL INJEKSI ASAM ASKORBAT DALAM PENGEMAS VIAL

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

Pengertian Persiapan:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTITAS : KODE MATA KULIAH : FAF 321 SKS : 2,1. DOSEN PENGAMPU : 1. Prof. Dr. rer. nat. Auzal Halim, Apt 2. Dr. Erizal Zaini, MS.

II. LANDASAN TEORI II.1

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI [ 5(1) ]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (20) (RPKPS) (20)

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

DESAIN SEDIAAN FARMASI

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

STOIKIOMETRI LARUTAN. Andian Ari Anggraeni, M.Sc

AMINOPHILLIN INJEKSI

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

Penetapan Potensi Antibiotik Secara Mikrobiologi. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB

PEMBAHASAN. I. Definisi

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berupa sediaan injeksi dalam bentuk iv-admixture. Pemberian obat tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat,

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

Produk. Pemeriksaan pemeriksaan kalibrasi, g Spektroskopik. Kemurnian kimia kemurnian konsentrasi radionuklida (radioaktif) radioaktif

Analisis Hayati PENETAPAN POTENSI ANTIBIOTIKA SECARA MIKROBIOLOGI. Oleh : Dr. Harmita

PRODUKSI FARMASI di RUMAH SAKIT

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

Lampiran 1. Gambar bahan yang digunakan beserta kandungannya. ph ±8 dan air untuk injeksi. b. Larutan natrium klorida 0,9% (PT.

III BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian, yaitu 20 ekor Domba Priangan

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

Larutan dan Konsentrasi

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

Gambar Rangkaian Alat pengujian larutan

PENENTUAN KUALITAS AIR

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya.

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

UJI EFEKTIVITAS PENGAWET ANTIMIKROBA. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB

1.2.1 Bagaimana cara membuat sediaan injeksi yang baik dan benar?

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Suspensi. ALUMiNII HYDROXYDUM COLLOIDALE. Aluminium Hidroksida Koloidal. Alukol

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STOIKIOMETRI Konsep mol

Sulistyani M.Si

Asam Basa dan Garam. Asam Basa dan Garam

KELARUTAN DAN LARUTAN. Ivan Isroni, S.Si., Apt.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

Makalah Praktikum. Teknologi Formulasi Grup A. Sediaan Steril. Injeksi Aminofillin 2,4%

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian bersifat eksperimental yaitu dilakukan pengujian pengaruh

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3

Bandung, 02 Februari Penulis, M.HAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Batasan Partikel partikulat Kelebihan pengisian

BATASAN Menurut USP, larutan parenteral volume kecil (SVP) adalah injeksi yang menurut label pada kemasan, bervolume 100 ml atau kurang Termasuk ke dalam kategori SVP adalah kemasan injeksi dalam ampul, vial, alat suntik, cartridges, botol, atau kemasan lain dengan kapasitas volume 100 ml atau kurang. Sediaan oftalmik yang dikemas dengan pengemas plastik mudah ditekan termasuk kategori SVP, jika ukuran kemasan 100 ml atau kurang

BATASAN SVP meliputi semua tipe produk parenteral, untuk aplikasi topikal oftalmik, atau injeksi menurut berbagai rute: Rute primer: i.m., i.v., s.c. Rute skunder: hiperdermoklisis, intraperitonial, intraarterial, intraartikular, intrakardiak, intrasisternal, intradermal, intralesional, intraokular, intrapleural, intratekal, intrauterin, intraventrikular Formulasi sediaan SVP relatif sederhana: berbahan aktif, eksipien yang digunakan untuk berbagai tujuan, sistem pelarut (lebih disukai air), kemasan, dan penutup kemasan yang sesuai. Atau diformulasikan dalam bentuk emulsi steril.

Karakteristik Dasar SVP Sterilitas Bebas partikel partikulat Stabilitas fisika dan kimia Isotonisitas SVP harus isotonis dengan darah, air mata, dan cairan biologi dalam otot, jaringan, dan cairan spinal, di mana produk disuntikkan bermacam bahan digunakan untuk mengatur tonisitas SVP. Bahan yang biasa digunakan adalah elektrolit, seperti NaCl dan garam Natrium lain

PENGGUNAAN UTAMA SVP: injeksi terapeutik Yang termasuk dalam injeksi terapeutik adalah injeksi antiinfeksi, steroid, hormon, vitamin, agen kardiovaskular, barbiturat, agen CNS, protein, dan bermacam-macam obat lainnya. Injeksi biasanya berupa larutan yang mengandung bahan aktif dan bahan tambahan. Bentuk lain injeksi: larutan hanya mengandung obat, atau obat disuspensikan dalam medium yang sesuai, atau diformulasikan dalam bentuk emulsi steril, injeksi yang siap guna (misal: Na-amobarbital untuk injeksi) atau memerlukan rekonstitusi dari padat menjadi larutan atau suspensi sebelum digunakan (contoh: amoksisilin untuk injeksi berbentuk suspensi)

PENGGUNAAN UTAMA SVP: injeksi terapeutik Injeksi dapat juga tersedia dalam bentuk cairan pekat yang harus diencerkan sebelum digunakan (misal KCl untuk injeksi konsentrat) Injeksi dosis ganda harus mengandung pengawet antimikroba; umumnya volume injeksi tidak melebihi 30 ml

PRODUK OFTALMIK Produk oftalmik berbentuk obat dalam larutan, suspensi, gel, atau salep, yang diberikan secara topikal pada permukaan kornea mata. Termasuk produk oftalmik adalah larutan pencuci dalam ukuran SVP. Sediaan oftalmik harus steril. Sediaan larutan dan suspensi oftalmik dikemas dalam kemasan polietilen berbobot jenis rendah yang mudah dipencet untuk memudahkan penggunaan. Salep mata harus steril, bebas dari partikel logam, dan dikemas dalam tube. Sediaan oftalmik yang berdosis ganda harus ditambahkan pengawet antimikroba.

AGEN DIAGNOSTIK termasuk diagnostik radio farmasetika Ada bermacam agen diagnostik SVP, seperti larutan yang mengandung iodium radioaktif, kromium, tekhnesium, besi, dan elemen radioaktif lainnya. Produk ini terutama digunakan untuk evaluasi fungsi organ. Kebanyakan produk digunakan dalam waktu singkat (beberapa jam) sesudah dibuat karena waktu paruhnya sangat singkat.

Ekstrak ALERGEN Ekstrak elergenik adalah konsentrat steril (larutan atau suspensi) dari zat (alergen) yang bertanggung jawab terhadap sensitivitas pada manusia, dapat digunakan untuk tujuan terapeutik atau diagnostik. Ekstrak berbentuk cair (cairan garam fisiologis sebagai pengencer) atau gliserin (50% gliserin sebagai pengencer).

Padatan SVP juga tersedia dalam bentuk serbuk steril, yang penggunaannya harus direkonstitusi dengan aqua pro injenctio (USP) Serbuk steril SVP dibuat menurut 2 cara: kering-beku (freeze-drying) dan pengisian zat padat (serbuk) pro injectio ke dalam vial/ampul Kebanyakan serbuk kering steril SVP dibuat dengan cara kering-beku, sering dinyatakan sebagai liofilisasi.

AIR UNTUK SEDIAAN INJEKSI (aqua pro injectio) Persyaratan air untuk sediaan injeksi lebih tinggi bila dibandingkan dengan syarat untuk air murni. Persyaratan pelarut air untuk sediaan injeksi yang tercantum dalam USP adalah: 1. Harus dibuat segar dan bebas pirogen 2. Jumlah zat padat terlarut total tidak boleh lebih dari 10 ppm 3. ph 5,0 7,0 4. Tidak boleh mengandung ion-ion klorida, sulfat, kalsium, amonium, dan CO2 5. Batas logam berat 6. Batas bahan-bahan organik seperti tanin dan lignin 7. Batas jumlah partikel

FORMULA SVP Untuk mendapatkan formula sediaan parenteral yang baik harus mempunyai data preformulasi yang meliputi sifat kimia, sifat fisika, dan sifat biologis, sehingga didapatkan: 1. Pembawa yang tepat, yaitu pembawa larut air, pembawa yang tak larut air atau pelarut campur 2. Zat penambah yang diperlukan, meliputi zat antimikroba (pengawet), komplekson, zat pengisotoni, antioksidan, dapar, dsb 3. Wadah dan jenis wadah yang sesuai

Pengaruh TONISITAS Sediaan yang isotonis tidak selalu dapat dicapai mengingat kadang-kadang diperlukan zat khasiat dengan dosis tinggi untuk mendapatkan efek farmakologis yang diinginkan, sehingga isotonis terlampaui (larutan sedikit hipertonis) Untuk sediaan parenteral subkutan, intradermal, intramuskular harus dibuat seisotonis mungkin, sedangkan larutan hipotonis tidak boleh dipakai

Metode Menghitung TONISITAS Metode Liso Dengan menggunakan rumus: Beratx1000 ATf Lisox BMxV yaitu: ATf = penurunan titik beku Liso = harga tetapan; nonelektrolit = 1,86; elektrolit lemah = 2; uniunivalen = 3,4 BM = berat molekul V = volume larutan dalam ml Berat = dalam gram zat terlarut

Metode Menghitung TONISITAS Metode penurunan titik beku Dengan dasar 1% larutan NaCl dapat menurunkan titik beku sebesar 0,58⁰, maka: X = 0,76% jadi 0,76% NaCl akan menurunkan 0,44⁰ dan larutan menjadi isotoni, yaitu: R/ Apomorfin HCl 1 g NaCl 1% x 0,58 0,44 Aqua bidestilata qs ad 100 ml 0,76 g

Metode Menghitung TONISITAS Metode ekivalensi NaCl Ekivalensi NaCl = E = jumlah NaCl yang mempunyai tekanan osmosis = 1 gram zat khasiat, dengan rumus: E 17 x Liso BM

KELEBIHAN PENGISIAN Setiap larutan sediaan parenteral harus diisikan dalam jumlah berlebih untuk menjamin jumlah pemberian cairan secara lengkap. Kehilangan disebabkan oleh pengeluaran gelembung udara pada saat pemberian dan antisipasi tertinggalnya cairan dalam wadah yang digunakan selama proses pembuatan Kelebihan volume dalam kemasan sediaan parenteral memungkinkan pengguna (dokter, perawat) menggunakan volume sesuai kebutuhan (jadi tidak kurang)

KELEBIHAN PENGISIAN Kelebihan volume yang direkomendasikan untuk SVP: Ukuran isi (ml) Cairan encer (ml) Cairan kental (ml) 0,5 1,0 2,0 5,0 10,0 20,0 30,0 50,0 atau lebih 0,10 0,10 0,15 0,30 0,50 0,60 0,80 2% 0,12 0,15 0,25 0,50 0,70 0,90 1,20 3%

EVALUASI SEDIAAN PARENTERAL Parameter yang dievaluasi untuk sediaan parenteral, meliputi: potensi/kadar, ph, warna, kekeruhan, bau, benda asing, toksisitas, wadah, pengawet

EVALUASI SEDIAAN PARENTERAL: potensi/kadar Evaluasi dilakukan dengan bantuan alat, seperti HPLC, spektrometri massa, spektrofotometer sinar X, sinar UV, sinar tampak, inframerah, dll. Dosis yang ada tidak boleh kurang dari 90% dari yang tertera dalam label

EVALUASI SEDIAAN PARENTERAL: ph Perubahan ph dalam sediaan parenteral dapat menjadi indikasi bahwa telah terjadi penguraian obat atau telah terjadi interaksi antara obat dengan wadah (gelas, plastik, atau tutup karet)

EVALUASI SEDIAAN PARENTERAL: warna Perubahan warna umumnya terjadi pada sediaan parenteral yang disimpan pada suhu tinggi (lebih dari 40⁰C), karena suhu tinggi dapat mempercepat terjadinya penguraian Pencegahan umumnya dengan menghilangkan oksigen di atas permukaan larutan atau penambahan komplekson

EVALUASI SEDIAAN PARENTERAL: kekeruhan Alat yang dipakai adalah Tyndall, karena larutan dapat menyerap atau memantulkan sinar Idealnya larutan parenteral dapat melewatkan 92 97% pada waktu dibuat dan tidak turun menjadi 70% setelah 3 5 tahun. Ada penyebab terjadinya kekeruhan sediaan parenteral, yaitu: benda asing, terjadinya endapan, dan pertumbuhan mikroorganisme

EVALUASI SEDIAAN PARENTERAL Bau Pemeriksaan kemungkinan terjadinya bau harus dilakukan secara periodik, terutama larutan yang mengandung sulfur atau antioksidan Benda asing Sediaan parenteral tidak boleh mengandung benda asing dengan diameter lebih dari 10µm

EVALUASI SEDIAAN PARENTERAL Toksisitas Lakukan uji LD50 atau LD0 pada sediaan parenteral selama penyimpanan Wadah Evaluasi wadah (gelas, plastik, atau tutup karet) dilakukan secara periodik untuk mengetahui pengaruhnya terhadap zat aktif Pengawet Pada sediaan yang disimpan pada 5C dan 25C dievaluasi efektivitas pengawet apakah masih efektif atau sudah berkurang