KEMAMPUAN MAHASISWA JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG ANGKATAN 2009/2010 OFFERING AA DALAM ANALISIS KALIMAT BAHASA JERMAN BERDASARKAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa, pembelajar sebaiknya mengenal kaidah dan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN SILABUS

Kesalahan Penggunaan Konjungsi als dan wenn Pada Karangan Mahasiswa Semester Empat Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

Resfinta Yudhi Rosanti Pembimbing I Edy Hidayat, S.Pd, M.Hum. Pembimbing II Deddy Kurniawan, S.Pd, M.A.

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang memiliki pola yang beraturan. Aturan tersebut dapat disusun

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

ANALISIS KATA KETERANGAN MODALITAS DALAM KOLOM OPINI HARIAN SERAMBI INDONESIA M.

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang

Kesalahan Ortografi pada Keterampilan Menulis Bahasa Jerman Siswa Kelas X-9 SMAN 1 Kepanjen

Wuri Kumalawati Pembimbing I: Dra. Rosyidah M. Pd. Pembimbing II: M. Kharis, S.Pd., M. Hum.

RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

ANALISIS KESALAHAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMAN 2 MAKASSAR ABSTRAK ABSTRACT

Kata kunci: kesalahan, terjemahan abstrak. Keywords: errors, translating abstract

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Analisis Kontaminasi Bahasa Asing terhadap Bahasa Indonesia dalam Iklan Surat Kabar Tribun BATAM Tanggal 17 Januari serta 5 Februari 2015

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG

ANALISIS KESALAHAN GRAMATIKA DALAM BERBICARA MAHASISWA JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG BERDASARKAN TAKSONOMI SIASAT PERMUKAAN

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut.

HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI TEKS BAHASA JERMAN. Widya Astuti, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana ABSTRAK

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN SKRIPSI

ARTIKEL ILMIAH OLEH AGUS FAIZI NIM

STRUKTUR UND WORTSCHATZ II JR 216

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana,

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. dalam bidang fonologi (vokal dan konsonan) dan leksikal.

DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL. Oleh : Adriani Rasinta Mananohas

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bahasa, termasuk bahasa Jawa seringkali ditemui adanya hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Grammatikvisualisierung dalam pengajaran gramatika bahasa Jerman lebih efektif

Artikel oleh Dzikrullah Hakam Allif Mubarak ini telah diperiksa dan disetujui. Malang, 9 Agustus 2012 Pembimbing I

ANALISIS BENTUK MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK TANJUNG AMBAT KECAMATAN SENAYANG

RISKI EKA AFRIANTI NIM

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

SILABUS. 1. Identitas Mata kuliah

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang yang mempelajari suatu bahasa secara tidak langsung dia juga

SILABUS. JR 421, Schriftlicher Ausdruck III: S1, 2 Sks, Semester VI. DESKRIPSI MATA KULIAH Schriftlicher Ausdruck III

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

ANALISIS BENTUK-BENTUK KLAUSA DALAM TAJUK RENCANA SURAT KABAR BATAM POS APRIL 2017 SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

Surya Masniari Hutagalung Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam bahasa Inggris terdapat kelas kata yang disebut part of speech.

PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA. Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik.

ANALISIS KONTRASTIF PROSES MORFOLOGIS BAHASA KANGEAN DAN BAHASA INDONESIA SKRIPSI. Oleh: Ummu Atika

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan suatu informasi yang bermutu atau berinteraksi dengan

BAB l PENDAHULUAN. mempelajari struktur dan tatabahasa. Kumpulan kata tanpa struktur dan

JURNAL. Javanese Language Interferance in Language Essay of Fifth Grader in MI Yaa Bunayya Dandong Srengat Blitar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

PEMBELAJARAN SILANG BUDAYA (INTERKULTURELL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERPRETASI SASTRA JERMAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajar yang mempelajari bahasa Jerman diduga tidak asing lagi

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PQ4R PADA PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XII SMAN 1 SEDAYU BANTUL

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN MODEL WORD SQUARE DALAM MENULIS KALIMAT SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS X SMA ISTIQLAL SUMBER CENTENG KOTAANYAR

KALIMAT MAJEMUK KOORDINATIF BAHASA JERMAN: KAJIAN TATA BAHASA TRANSFORMASI. Abd. Kasim Achmad Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

SILABUS SCHREIBEN I JR 214. Pepen Permana, S.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

E JURNAL UNESA ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) BAHASA JERMAN KELAS X MIA 6 SMA NEGERI 1 MAOSPATI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk register medis anak dalam rubrik Konsultasi Ahli di Tabloid

SILABUS. 1. Identitas Mata Kuliah. Nomor Kode : : IN 413

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB V KESIMPULAN. polisemi, dan tipe-tipe hubungan makna polisemi. Hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Thema- Rhema dalam Bahasa Indonesia: Satu Tinjauan Tata Bahasa Fungsional. Oleh: Tatang Suparman NIP

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

KAJIAN CAMPUR KODE DAN ALIH KODE PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan

ANALISIS KESALAHAN MENENTUKAN GRAMMATIKAL KASUS DI DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN JIGSAW PUZZLE

Transkripsi:

KEMAMPUAN MAHASISWA JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG ANGKATAN 2009/2010 OFFERING AA DALAM ANALISIS KALIMAT BAHASA JERMAN BERDASARKAN IC GRAMMATIK Hanum Surya Dewi Pembimibng (I): Edy Hidayat, S.Pd.,M.Hum. Pembimbing (II): Deddy Kurniawan, S.Pd., M.A. ABSTRAK:Tujuan penelitian ini untuk (1) mengindentifikasi kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menganalisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan ICGrammatik, (2) mendeskripsikan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik. Data dikumpulkan melalui hasil tes tertulis berupa analisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik dari 18 mahasiswa, dan dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif yang difokuskan pada penelitian pendidikan. Hasil penelitian adalah mahasiswa masih melakukan banyak kesalahan menganalisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik. Kesalahan-kesalahan tersebut disebabkan oleh kurangnya pemahaman mahasiswa terhadap struktur kalimat, kategori leksikal dan jenis frase dalam bahasa Jerman. Kata kunci: analisis kalimat, IC Grammatik, jenis frase ABSTRACT:Das Ziel dieser Untersuchung ist es, die Beherrschung der Deutschstudenten des Jahrgangs 2009/2010 Klasse AA bei der Satzanalyse durch IC Grammatik zu beschreiben. Die verwendete Methode in dieser Untersuchung ist die deskriptive qualitative Metodhe. Die Daten sind die Ergebnisse der Satzanalyse durch IC Grammatik, die durch einen schriftlichen Test gesammelt wurden. Die Datenquelle dieser Untersuchung sind DeutschstudentInnen des Jahrgangs 2009/2010 Klasse AA, nämlich 18 Studenten. Das verwendete Instrument dieser Untersuchung ist schriftlicher Test der Satzanalyse durch IC Grammatik. Das Ergebniss der Untersuchung lässt sich feststellen, dass die Studenten noch Fehler bei der Satzanalyse durch IC Grammatik machen. Die Fehler, die die Studenten gemacht haben, sind Nominalphrase, Verbalphrase, Präpositionalphrase, Determinator, Präposition, Adjektiv und Adverb, trennbare Verben, und Fragesatz. Diese Fehler werden durch mangelndes Verständnis an die deutsche Satzstruktur, lexikalische Kategorien und Phrasenteile verursacht. Schlüβelwörter: Satzanalyse, IC Grammatik, Phrasenteile Pada matakuliah Deutsche Syntax disajikan beberapa materi, antara lain Wortarten atau kelas kata, traditionelle Grammatik atau tata bahasa tradisional, IC Grammatik atau unsure bawahan langsung, Transformationen atau transformasi, Dependenzgrammatik/Valenzgrammatik atau valensi. Materi-materi tersebut di atas berisi tentang analisis kalimat dalam bahasa Jerman yang diberikan pada semester 5 secara mendetail.

Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengikuti matakuliah Deutsche Syntax, banyak mahasiswa mengalami kesulitan pada analisis kalimat berdasarkan IC Grammatik. Kesulitan tersebut terjadi karena kurangnya ketelitian dan pemahaman terhadap struktur kalimat, jenis frase dan kata bahasa Jerman. Susunan atau posisi antarkata dalam konstruksi sintaksis bahasa Jerman berbeda dengan bahasa Indonesia. IC Grammatik (Immediate Constituents) dipadankan dengan unsur bawahan langsung yang disingkat surlang. Surlang merupakan teknik analisis bahasa secara struktural untuk menemukan satuan-satuan bahasa yang secara beruntun/bertahap membentuk konstruksi bahasa yang lebih tinggi. Di samping itu IC Grammatik juga didefinisikan sebagai analisis konstituen, yakni analisis kalimat atas unsur-unsur yang lebih kecil; setiap konstituen yang kompleks dapat dianalisis lagi atas konstituen, sehingga kalimat dapat dipandang sebagai lapisanlapisan konstituen. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui kemampuan mahasiswa untuk menganalisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik pada matakuliah Deutsche Syntax Jurusan Sastra Jerman Angkatan 2009/2010 Offering AA. Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain: (1) kesalahan apa saja yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menganalisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik, (2) kemampuan mahasiswa dalam menganalisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik. METODE Berdasarkan judul penelitian ini, yaitu Kemampuan Mahasiswa Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang Angkatan 2009/ 2010 Offering AA dalam Analisis Kalimat Bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik, maka penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif yang difokuskan pada penelitin pendidikan, yakni mendeskripsikan kemampuan mahasiswa menganalisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik. Penentuan subjek penelitian dilakukan pada mahasiswa yang telah mempelajari materi IC Grammatik. Pemilihan didasarkan atas pertimbangan keterbatasan waktu dan subjek penelitian, yakni mahasiswa yang telah mempelajari materi IC Grammatik duduk pada semester enam, sementara materi IC Grammatik diajarkan pada semester lima sehingga untuk mempermudah mengumpulkan subjek penelitian, diambillah subjek penelitian tersebut melalui mahasiswa yang menempuh matakuliah linguistic lanjutan, yaitu Deutsche Semantik. HASIL DAN PEMBAHASAN KesalahanAnalisisKalimatBerdasarkanIC Grammatik Analisis Kalimat berdasarkan IC Grammatik terdiri atas lima bentuk analisis. Dari kelima bentuk analisis tersebut, ditemukan beberapa jenis kesalahan

antara lain: (1) kesalahan menganalisis Nominalphrase sebanyak 40 (empat puluh) kesalahan, (2) kesalahan menganalisis Verbalphrase sebanyak 79 (tujuh puluh sembilan) kesalahan, (3) kesalahan menganalisis Präpositionalphrase sebanyak 33 (tigapuluhtiga) kesalahan, (4) kesalahan menganalisis Determinator sebanyak 7 (tujuh) kesalahan, (5) kesalahan menganalisis Präposition 15 (lima belas) kesalahan, (6) kesalahan menganalisis Adjektiva dan Adverbia sebanyak 7 (tujuh), (7) kesalahan menganalisis trennbare Verben 17 (tujuh belas) kesalahan, dan (8) kesalahan menganalisis kalimat tanya (Fragesatz) sebanyak 36 (tiga puluh enam). Kesalahan mendasar yang paling banyak dilakukan oleh mahasiswa dalam analisis kalimat berdasarkan IC Grammatik adalah pengelompokkan konstituen dalam kalimat secara struktural, misalnya kesalahan menganalisis Nominalphrase. Penguraian kalimat ke dalam Nominalphrase, terutama yang berada pada posisi subjek kalimat akan mempengaruhi konstituen Verbalphrase. Banyak di antara mahasiswa yang mengelompokkan konstituen Nominalphrase ke dalam Verbalphrase atau sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bechert, dkk. yang menyatakan (1973) bahwa sebuah kalimat yang dianalisis berdasarkan unmittelbare Konstituenten unsur bawahan langsung dibagi dalam dua konstituen langsung, yaitu Nominalphrase dan Verbalphrase. Kelompokkelompok kata dalam tiap konstituen dapat diuraikan lagi sampai pada konstituen terkecil untuk menerangkan kategori leksikal unsur pembentuk kata dalam kalimat, sehingga posisi Nominalphrase dan Verbalphrase dalam kalimat harus sesuai agar dapat dilihat struktur pembentuk subjek dan predikat dalam kalimat. Selain menemukan kesalahan menganalisis Nominalphrase, banyak juga ditemukan kesalahan menganalisis Verbalphrase. Bahkan kesalahan Verbalphrase ini merupakan kesalahan terbanyak yang dilakukan oleh mahasiswa. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Gross (1988) bahwa pakar linguistik Amerika seperti Fries, Harris dan Gleason meneliti tentang struktur kalimat yang menyerupai struktur morfologi dari kata-kata kompleks yang disebut dengan unsur atau komponen kalimat yang membentuk susunan konstituen dengan tingkatan yang bermacam-macam. Dalam hal ini Verbalphrase dianalisis ke dalam konstituenkonstituen yang lebih kecil, yaitu Verb, Nominalphrase, dan Verbalphrase. Jenis kesalahan selanjutnya berupa kesalahan menganalisis Präpositionalphrase. Dari dua jenis data yang di dalamnya terdapat Präpositionalphrase ditemukan 33 (tiga puluh tiga) kesalahan analisis. Chaer (1987) menyatakan bahwa frase preposisi adalah kelompok kata yang membentuk satuan sintaksis yang lebih besar di dalamnya terdapat preposisi, maka untuk menguraikan frase preposisi tidak diuraikan secara langsung sesuai kategori leksikalnya tetapi diuraikan dalam preposisi dan frase nominal yang membentuknya. Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan Trawinski (Internet:2012) yang menyatakan bahwa sebuah kalimat yang dianalisis ke dalam surlang (unsur bawahan langsung) harus diuraikan sampai pada konstituen terkecil, yaitu menguraikan kata tersebut samapai kepada kategori leksikal. Jenis kesalahan selanjutnya adalah kesalahan menganalisis Determinator. Dari data hasil analisis kalimat, masih ditemukan beberapa mahasiswa yang kurang tepat menandai Determinator. Determinator adalah penanda kategori leksikal untuk artikel. Pada kenyataannya, masih ada beberapa mahasiswa yang mengelompokkan artikel ke dalam Nomen. Hal ini sesuai dengan pendapat Valin (2001) yang mengelompokkan Determinator ke dalam kategori leksikal minor

yang terdiri dari artikel atau kata sandang dan demonstrativa atau kata penunjuk. Determinator dalam sebuah kalimat berfungsi sebagai referensi atau acuan yang menjelaskan suatu benda. Jika kalimat diuraikan secara struktural sampai pada rantai akhir dengan benar, maka akan mengurangi terjadinya kesalahan menandai Determinator dalam kalimat. Jenis kesalahan lain yang dilakukan oleh mahasiswa adalah kesalahan menganalisis Präposition. Dalam analisis konstituen, präposition atau kata depan berhubungan secara langsung dengan Präpositionalphrase. Kecenderungan mahasiswa ketika kurang tepat menganalisis Präpositionalphrase, maka ada kemungkinan salah menganalisis Präposition. Hal ini diperkuat oleh pendapat Valin (2001) yang menyatakan bahwa dalam pembahasan konstituen-konstituen dalam kalimat harus memperhatikan kategori leksikal. Dalam pembahasannya disebutkan bahwa nomina, verba, ajektiva, adverbial, dan adposisi; terbagi ke dalam preposisi dan posposisi merupakan kategori leksikal mayor. Jenis kesalahan berikutnya adalah kesalahan menganalisis Adjektiva dan Adverbia. Kesulitan mahasiswa menganalisis Adjektiva dan Adverbia terjadi karena mahasiswa kebingungan menganalisis frase nominal yang di dalamnya terdapat kata sifat. Pendapat ini diperkuat oleh Eppert (1988) yang mendefinisikan ajektiva sebagai kata yang memiliki ciri, antara lain: (1) makna adjektiva biasanya merupakan sifat kualitatif atau kantitatif dari orang/benda, peristiwa/kejadian, keadaan, (2) melalui penggabungan kata benda/sifat dapat membentuk ajektiva baru, (3) Ajektiva dapat berubah bentuk bila berdiri sebelum kata benda. Maka harus dipahami bahwa dalam kata benda yang diterangkan oleh kata sifat terjadi proses derivasi pada kata benda, sehingga kedua kata tersebut di dalam frase berkedudukan sebagai kata sifat. Selain ditemukan kesalahan analisis frase, ditemukan pula kesalahan menganalisis trennbare Verben. Ketidaktepatan mahasiswa meletakkan prefiks dalam kalimat bisa menimbulkan ambiguitas apakah prefiks tersebut termasuk ke dalam kategori prefiks bahasa Jerman ataukah Determinator dan Präposition. Hal ini sesuai dengan pendapat Reimann (2001) bahwa trennbare Verben adalah kata kerja yang di dalamnya terdapat prefiks. Trennbare di sini berasal dari kata trennen yaitu memisahkan. Trennbare dalam konteks ini adalah dapat dipisahkan, sehingga penggunaan trennbare Verben dalam kalimat harus dipisahkan sesuai kaidah yang telah ditentukan, sedangkan dalam analisis konstituen harus dikembalikan untuk menghindari ambiguitas prefiks tersebut masuk dalam kategori Determinator atau Präposition. Jenis kesalahan berikutnya yang ditemukan oleh peneliti berupa kesalahan menganalisis kalimat tanya. Kesalahan mahasiswa menganalisis kalimat tanya disebabkan oleh kesulitan menguraikan kalimat tanya secara struktural. Dalam bahasa Jerman sendiri, kalimat tanya dibagi dalam dua jenis, yaitu kalimat tanya yang mengandung Fragewörter dan Ja/Nein Frage. Struktur kalimat tanya bahasa Jerman sendiri berbeda dengan bahasa Inggris, sehingga untuk analisis kalimat berdasarkan IC Grammatik sulit untuk diterapkan dalam bahasa Jerman. KemampuanMahasiswaMenganalisisKalimatBerdasarkanIC Grammatik Berdasarkan hasil analisis dan kesalahan yang dilakukan mahasiswa dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa masih banyak mahasiswa yang mengalami

kesulitan menganalisis kalimat dalam bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik. Hal ini dapat dilihat dari kesalahan menganalisis yang banyak ditemui pada analisis kalimat Perfekt, trennbares Verb, dan bentuk kalimat tanya. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar mahasiswa berusaha menganalisis kalimat secara struktural, namun ketidakpahaman mengelompokkan frasa, menempatakan kata kerja Partizip II, trennbares Verb, dan kata tanya wann serta terjadinya kesalahan yang berulang-ulang karena ketidakpahaman terhadap kategori leksikal dalam bahasa Jerman menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa menganalisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik cukup rendah. Dari hasil analisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik dapat dilihat bahwa dari lima soal yang diberikan pada hasil analisis kalimat kode data T1 ditemukan kesalahan menguraikan Präpositionalphrase. Kesalahan ini terjadi hampir pada sebagian besar hasil analisis kalimat mahasiswa yang kurang memahami struktur kalimat bahasa Jerman. Pada analisis kalimat kode data T2, yaitu menganalisis kalimat Perfekt mahasiswa mengalami kesulitan menganalisis kata kerja Partizip II serta kesulitan menganalisis Präpositionalphrase yang diuraikan sejajar dengan konstituen Nominalphrase dan Verbalphrase secara langsung di bawah kalimat. Pada hasil analisis kalimat kode data T3 mahasiswa mengalami kesulitan menganalisis trennbares Verb. Banyak diantara mahasiswa yang kurang tepat menguraikan trennbares Verb ke dalam Determinator atau kurang tepat meletakkan trennbares Verb ketika diuraikan dalam kalimat. Pada hasil analisis kalimat kode data T4banyak kesalahan muncul karena bentuk kalimat tanya memiliki struktur yang berbeda dengan kalimat pernyataan. Kesalahan lain yang banyak terjadi adalah kurang tepat menamai kategori leksikal untuk Fragesatz. Pada hasil analisis kalimat kode data T5 mahasiswa menguraikan kalimat tanya Ja/Nein Frage. Sama halnya dengan analisis pada kode data T4 ditemukan banyak kesalahan pada analisis kalimat kode data T5 ini. Mahasiswa kesulitan memunculkan kalimat tanya dan memahami struktur kalimat tanya dalam bahasa Jerman ketika diuraikan dalam konstituen-konstituen yang lebih kecil. PENUTUP Simpulan Bertolak dari temuan penelitian dan pembahasan, hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa menganalisis kalimat bahasa Jerman kurang memuaskan karena masih banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan menganalisis kalimat dalam bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik. Kesulitan tersebut disebabkan karena mahasiswa kurang memahami struktur kata, frase yang terdapat dalam kalimat bahasa Jerman, kategori leksikal yang menyusun kalimat tersebut, serta bentuk kalimat lain di samping jenis kalimat yang pada umumnya diajarkan. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang diajukan sebagai berikut. (1) mahasiswa hendaknya lebih mendalami dan memahami kategori leksikal,

frase, dan struktur kalimat dalam bahasa Jerman karena menganalisis kalimat bahasa Jerman berdasarkan IC Grammatik. Selain itu, mahasiswa hendaknya memiliki buku yang relevan dengan materi IC Grammatik, (2) dosen diharapkan dapat mengajarkan materi analisis kalimat berdasarkan IC Grammatik dengan lebih detail serta sering memberikan tugas-tugas yang berkenaan dengan analisis kalimat berdasarkan IC Grammatik, (3) peneliti yang akan datang, semoga hasil penelitian ini dapatdigunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian selanjutnya. Peneliti yang akan dating dapat melakukan penelitian pengembangan mengingat analisis kalimat IC Grammatik ini sudah dikembangkan dalam analisis konstituen yang lebih modern dan relevan, (4) Jurusan Sastra Jerman hendaknya menambah buku tentang analisis kalimat berdasarkan IC Grammatik atau pengembangannya untuk meningkatkan kualitas pengajaran materi tersebut. DAFTAR RUJUKAN Alwasilah, A. Chaedar. 1987. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa Arikunto, Suharsimi. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Bechert, Johannes, dkk. 1973. Linguistische Reihe: Einführung in die generative Transformationsgrammatik. München: Max Hueber Verlag Busch, Albert dan Oliver Stenschke. 2007. Germainstische Linguistik : Eine Einführung. Tübingen : Gunter Naar Verlag Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta Eppert, Franz. 1993. Grammatik Lernen und Verstehen. Stuttgart: erns Klett. Gross Harro. 1988. Einführung in die Germanistische Linguistik. München: Iudicium Gscossmann Elke F. dan Henderschot. 1987. Deutsche Grammatik (Tata Bahasa Jerman). Jakarta : Erlangga Ibrahim, dkk. (tanpa tahun). Bahan Ajar Sintaksis Bahasa Indonesia. Malang: Universitas Negeri Malang Kridalaksana, Harimurti.1988. Kamus Linguistik.Jakarta: PT. Gramedia Moleong, J. Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Oka, I. G. N. dan Suparno. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Parera, Jos D. 2009. Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum Pittner, Karin/ Berman. 2007. Deutsche Syntax: Ein Arbeitsbuch. Tübingen: Gunter Narr Verlag

Rusmadji, Oscar.1993. Aspek-Aspek Sintaksis Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2009. KBBI. Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas. Valin, Robert D. 2001. An Introduction to Syntax. Cambridge: Cambridge University Press

Lembar Persetujuan Pembimbing Skripsi Artikel Ilmiah oleh Hanum Surya Dewi ini telah disetujui oleh: Pembimbing I Edy Hidayat, S.Pd., M.Hum. NIP. 19710530 200312 1 001 Pembimbing II Deddy Kurniawan, S.Pd., M.A. NIP. 19830801 200604 1 002 Penulis, Hanum Surya Dewi NIM.208241412599