ANALISA BREAK EVENT POINT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bahan Kuliah. Manajemen Keuangan Bisnis I Pertemuan VII. Analisis Break Even. Dosen : Suryanto, SE., M.Si

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta

TITIK PULANG POKOK SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

M. Yusuf Universitas Pamulang Abstract

Department of Business Adminstration Brawijaya University

ANALISIS BREAK EVEN POINT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan

ANALISIS BREAK EVEN POINT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VIII Analisis BEP (Break Even Point)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BREAK EVENT POINT (TITIK IMPAS) DAN BAURAN PEMASARAN

ANALISA BREAK EVEN POINT

ABSTRAK. Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat

Andri Helmi M, SE., MM.

ANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI ALAT PERENCAAN LABA DAN PENJUALAN PADA TOKO BAKPIA SUAN. : Stephanie Lauwrentina : 2A214454

perencanaan laba: COST-VOLUME- PROFIT ANALYSIS

Manajemen Keuangan. Break-Even Point

ABSTRAK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membantu PT X dalam. perencanaan dan pencapaian laba melalui pendekatan analisis Break Even pada

BAB II LANDASAN TEORI. datang. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL 6 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN LABA (COST VOLUME PROFIT ANALYSIS)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

Analisis Cost-Volume- Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek Pada Pabrik Roti Lestari. Ryzmelinda EB10

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

PERTEMUAN KE-13 ANALISIS BIAYA DAN VOLUME LABA

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM JANGKA PENDEK. Oleh : Ani Hidayati

DAFTAR ISI 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN IDENTIFIKASI MASALAH MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN KEGUNAAN PENELITIAN 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BREAK EVEN PADA PERUSAHAAN PABRIK MINUMAN UD. USAHA BARU MAKASSAR ZAINAL ABIDIN STIE YPUP MAKASSAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pada saat ini perkembangan usaha di Indonesia semakin tumbuh pesat. Hal

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA UNIT USAHA KONVEKSI KERUDUNG (NADIA COLLECTION)

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI PENENTU LABA PADA RUMAH TAKOYAKI. Disusun Oleh: Gilang Hardi Maulana EB34

ANALISIS BREAK EVEN POINT PADA WARUNG BAKSO MANTAP DALAM PERENCANAAN LABA. Andika Hari Saputro

ANALISIS BREAK EVENT POINT (TITIK IMPAS) SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PABRIK TAHU SUMEDANG

04FEB. Akuntansi Manajemen. Analisa Break Event Point (BEP) Diah Iskandar SE., M.Si & Lawe Anasta.,S.E.,M.S.,Ak. Modul ke: Fakultas

ANALISA BIAYA PRODUKSI

BAB III METODE PENELITIAN

How to Build a Good Financial Plan

Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani

BREAK EVENT POINT (BEP)

PERENCANAAN PENETAPAN LABA MELALUI PENDEKATAN ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) PERUSAHAAN WINGKO UD. TUJUH TUJUH ELOK BABAT LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka akan semakin kompleks

MODUL 13 PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT

BREAK EVEN POINT. introduction

BREAK EVEN POINT. Prof. Dr. Deden Mulyana, SE., M.Si.

ANALISIS BREAK EVENT POINT DALAM KEBIJAKAN PERENCANAAN PENJUALAN DAN LABA (Studi Pada PT Wonojati Wijoyo Kediri)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian. Menurut Hasibuan ( 2007 ), dfinisi manajemen yaitu :

METODE PENELITIAN Kerangka Penelitian

Break Even Point. Suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) MULTI PRODUK DALAM PERENCANAAN LABA PADA INDUSTRI ROTI CHEZINI BAKERY

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

= 16,45 = ,16. a = = , ,45 x. Lampiran 1. Biaya gaji dan tunjangan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengalami krisis moneter sejak tahun 1997 yang menyebabkan

ANALISIS DANA DAN ARUS KAS

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN LABA CV. SERANGKAI SETIA KAWAN

BAB III METODE PENELITIAN

BREAK EVEN POINT & ANALISIS SENSIVITAS EKOTEK - 08

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

Analysis Cost Volume Profit: Alat Perencanaan Manajerial Source: Hansen & Mowen (2007) Chapter 11. Present By: Ayub W.S. Pradana 30 Maret 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. informasi akuntansi oleh para manajemen dan pihak-pihak internal lainnya untuk

2.2.2 Penggolongan Biaya Menurut sifatnya, biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORI

ANALISIS HUBUNGAN BREAK EVEN POINT DENGAN PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK PADA CV ADI PUTRA UTAMA PALEMBANG

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PABRIK TEMPE YANTO

MANAJEMEN SAINS 1.1. Pendekatan Manajemen Sains untuk Memecahkan Masalah

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pengertian analisa menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebagai

Perencanaan Penetapan Laba melalui Pendekatan Analisis Break Even Point (BEP) Perusahaan Wingko UD. TUJUH TUJUH ELOK Babat - Lamongan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan tujuan Akuntansi Biaya. penggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara-cara tertentu dari transaksi

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT UNTUK MERENCANAKAN LABA PERUSAHAAN (STUDI KASUS: PT. KIMIA FARMA)

1.Fungsi permintaan, fungsi penawaran dan keseimbangan pasar. 2.Pengaruh pajak-spesifik terhadap keseimbangan pasar

membuat keputusan investasi Oman Suharto, 1995). Karena pada umumnya

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Akibat dari krisis sektor ekonomi yang berkelanjutan dan keadaan politik

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG AN-NUR

Fungsi biaya. Biaya tetap (fixed cost) Biaya variabel (variable cost) FC = k VC = f (Q) = vq C = g(q) = FC + VC = k + vq

BAB II LANDASAN TEORI

Defined: Break-Even Point (BEP)

Transkripsi:

MANAJEMEN KEUANGAN II ANALISA BREAK EVENT POINT Rowland Bismark Fernando Pasaribu UNIVERSITAS GUNADARMA PERTEMUAN 10 EMAIL: rowland dot pasaribu at gmail dot com

ANALISA BREAK EVENT POINT Pengertian Analisis Titik Impas (Break Even Point / BEP) Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik brang maupun jasa, perusahaan terkadang perlu terlebih dulu merencanakan berapa besar laba yang ingin diperoleh. Artinya dalam hal ini besar laba merupakan prioritas yang harus dicapai perusahaan, disamping hal-hal lainnya. Agar perolehan labih mudah ditentukan, salah satu caranya adalah perusahaan harus mengetahui terlebih dulu berapa titik impasnya. Artinya perusahaan beroperaso pada jumlah produksi atau penjualan tertentu sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun keuntungan. Analisis titik impas atau analisis pulang pokok atau dikenal dengan nama analisis Break Even Point (BEP) merupakan salah satu analisis keuangan yang sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan. Analisis titik impas sering disebut analisis perencanaan laba (profit planning). Analisis ini biasanya lebih sering digunakan apabila perusahaan ingin mengeluarkan suatu produk baru. Artinya dalam memproduksi produk baru tentu berkaitan dengan maslah biaya yang harus dikeluarkan, kemudian penentuan harga jual serta jumlah barang atau jasa yang akan diproduksi atau dijual kekonsumen. Analisis BEP digunakan untuk mengetahui pada titik berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya. Atau perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak laba dan tidak rugi, atau laba sama dengan nol. Melalui titik BEP, kita akan dapat mengetahui bagaimana hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan (penjualan atau produksi). Oleh karena itu, analisis ini juga sering disebut dengan nama cost profit volume analysis. Analisis BEP juga memberikan pedoman tentang berapa jumlah produk minimal, yang harus diproduksi atau dijual. Tujuannya adalah agar perusahaan mampu memperoleh keuntungan yang maksimal. Artinya dengan memproduksi sejumlah barang dengan kapasitas produksi yang dimilikinya, perusahaan akan tahu batas minimal yang harus dijual dan keuntungan maksimal yang diperoleh apabila diproduksi secara penuh. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arti analisis BEP adalah suatu keadaan di mana perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak memperoleh pendapatan (laba) dan tidak pula menderita kerugian. Artinya dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Lebih lanjut harus dijual Rowland Bismark F. Pasaribu PERTEMUAN 10 1

agar kita memperoleh keuntungan, baik dalam volume penjualan dalam unit maupun rupiah. Tujuan Analisis Titik Impas / BEP Penggunaan analisis BEP memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu : 1. mendesain spesifikasi produk 2. menentukan harga jual persatuan 3. menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian 4. memaksimalkan jumlah produksi 5. merencanakan laba yang diinginkan Disamping memiliki tujuan dan mampu memberikan manfaat yang cukup banyak bagi pemimpin perusahaan, analisis BEP juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu : 1. perlu asumsi, terutama mengenai hubungan antara biaya dengan pendapatan 2. bersifat statis, artinya analisis ini hanya digunakan pada titik tertentu, bukan pada suatu periode tertentu. 3. tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir, analisis BEP hanya baik digunakan jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan. 4. tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik, artinya jika aliran kas telah ditentukan melebihi aliran kas yang harus dikeluarkan, proyek dapat diterima dan hal-hal lainnya dianggap sama. 5. kurang memperhatikan resiko-resiko yang terjadi selama masa penjualan, misalnya kenaikan harga bahan baku. Asumsi dan Keterbatasan Analisis BEP Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa satu kelemahan analisis BEP adalah karena banyaknya asumsi yang mendasari analisis ini. Akan tetapi, asumsi-asumsi ini memang harus dilakukan jika kita mau analisis ini dapat dilakukan secara tepat. Kemudian dengan asumsi-asumsi ini, analisis BEP dapat dilakukan secara cepat dan akurat. Hanya saja asumsi-asumsi yang dilakukan terkadang terlalu memaksa dan pertanggungjawabannya sering diambangkan. Oleh karena itu para manager menganggap bahwa asumsi ini harus tetap dilakukan dan ini merupakan salah satu keterbatasan analisis BEP bila kita mau menggunakannya. Adapun asumsi-asumsi dan keterbatasan analisis BEP adalah sebagai berikut : 1. Biaya dalam analisis BEP, hanya digunakan dua macam biaya, yaitu fixed cost dan variable cost. Oleh karena itu, kita harus memisahkan dulu komponen antara Rowland Bismark F. Pasaribu PERTEMUAN 10 2

biaya tetap dan biaya variabel. Artinya mengelempokkan biaya tetap disatu sisi dan biaya variabel disisi lain. Dalam hal ini secara umum untuk memisahkan kedua biaya ini relatif sulit karena ada biaya yang tergolong semi variabel dan tetap. Untuk memisahkan biaya ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan sebagai berikut : a. pendekatan analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis dan unsur biaya yang terkandung satu per satu dari biaya yang ada beserta sifat-sifat biaya tersebut. b. Pendekatan historis, dalam hal ini yang harus dilakukan adalah memisahkan biaya tetap dan variabel berdasarkan angka-angka dan data biaya masa lampau. 2. Biaya tetap (Fixed Cost) Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu). Artinya kita menganggap biaya tetap konstan sampai kapasitas tertentu saja, biasanya kapasitas produksi yang dimiliki. Namun, untuk kapasitas produksi bertambah, biaya tetap juga menjadi lain. Contoh biaya tetap adalah seperti gaji, penyusutan aktiva tetap, bunga, sewa atau biaya kantor dan biaya tetap lainnya. 3. Biaya variabel (Variable Cost) Biaya variable merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya asumsi kita biaya variabel berubah-ubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Dalam hal ini sulit terjadi dalam praktiknya karena dalam penjualan jumlah besar akan ada potongan-potongan tertentu, baik yang diterima maupun diberikan perusahaan. contoh biaya variabel biaya variabel adalah biaya bahan baku, upah buruh langsung, dan komisi penjualan biaya variabel lainnya. 4. Harga Jual Harga jual maksudnya dalam analisis ini hanya digunakan untuk satu macam harga jual atau harga barang yang dijual atau diproduksi. 5. Tidak Ada Perubahan Harga Jual Artinya diasumsikan harga jual per satuan tidak dapat berubah selama periode analisis. Hal ini bertentangan dengan kondisi yang sesungguhnya, dimana harga jual dalam suatu periode dapat berubah-ubah seiring dengan perubahan biayabiaya lainnya yang berhubungan langsung dengan produk maupun tidak. Rowland Bismark F. Pasaribu PERTEMUAN 10 3

Rumus yang Digunakan Untuk mencari titik BEP dapat kita gunakan beberapa model rumus. Pemakaian rumus dapat dilakukan sesuai dengan keinginan dan tujuan pemakai. Hanya saja masing-masing rumus memiliki keuntungan atau kelebihan masing-masing. Misalnya rumus matematika dengan grafik tentu memberikan informasi yang berbeda dalam arti luas, seperti lengkap tidaknya informasi yang diberikan dan kemudahan dalam menggunkan. Sebagai contoh, dengan menggunakan model matematik, kita dapat dengan mudah mencari dan mengetahui titik impas suatu produk. Sebaliknya, penggunaan model grafik memberikan informasi yang diberikan cukup luas dan dapat dibuatkan grafik dengan mudah pula. Berikut beberapa model rumus yang dapat digunakan dalam analisis BEP : 1. dengan rumus Matematik a. analisis titik BEP dalam unit FC BEP = P - VC keterangan : BEP = Break Even Point FC = Fixed Cost VC = Variabel Cost P = Price per unit S = sales volume b. analisis titik BEP dalam rupiah FC BEP = VC S Contoh Kasus : Diketahui : PT. Sungailiat memiliki usaha di bidang alat perkakas gergaji dengan data sebagai berikut : 1. kapasitas produksi yang mampu dipakai adalah 100.000 unit mesin gergaji. 2. harga jual persatuan diperkirakan Rp. 5000,- unit 3. total biaya tetap sebesar Rp.,- dan total biaya variabel sebesar Rp.250.000.000,- Rowland Bismark F. Pasaribu PERTEMUAN 10 4

Perincian masing-masing biaya adalah sebagai berikut : 1. Fixed Cost Overhead Pabrik Rp. 60.000.000,- Biaya disribusi Rp. 65.000.000,- Biaya administrasi dan umum Rp. 25.000.000,- Total biaya tetap Rp.,- 2. Variable Cost Biaya bahan langsung Rp. 70.000.000,- Biaya tenaga kerja langsung Rp. 85.000.000,- Overhead pabrik Rp. 20.000.000,- Biaya distribusi Rp. 45.000.000,- Biaya administrasi dan umum Rp. 30.000.000,- Total biaya variabel Rp.250.000.000,- Pertanyaan : Cari BEP dalam unit maupun rupiah Jawab : Kapasitas produksi 100.000 unit Harga jual per unit Rp. 5000,- Total Penjualan 100.000 unit x Rp 5000,- = Rp. 500.000.000,- Biaya tetap unit = = Rp.1.500, /unit 100.000 250.000.000 Biaya variabel unit = = Rp.2.500, /unit 100.000 Ringkasan Buget laba rugi adalah sebagai berikut : Total penjualan 100.000 unit x Rp.5000,- Rp.500.000.000,- (100 %) Total biaya variabel.. Rp.250.000.000,- ( 50 %) Marginal Income.. Rp.250.000.000,- ( 50 %) Total biaya tetap... Rp.,- ( 30 %) Laba... Rp.100.000.000,- ( 20 %) Rowland Bismark F. Pasaribu PERTEMUAN 10 5

Untuk mencari BEP dalam unit adalah sebagai berikut : Rp.,- BEP unit = = 60.000 unit Rp.5000,00 - Rp.2500,- kemudian, mencari BEP dalam rupiah adalah sebagai berikut : Rp.,- = Rp.300.000.000,- Rp.250.000.000,- Rp.500.000.000,- Cara lain dapat dilakukan untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan : BEP = Unit BEP x harga jual unit BEP = 60.000 unit x Rp.5000 = Rp.300.000.000,- 2. dengan coba-coba artinya kita mencoba memasukkan angka-angka yang kita inginkan sehingga akan terlihat batas laba atau rugi untuk setiap penjualan seperti berikut ini. Q (unit) TR FC VC TC Laba/Rugi 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000 100.000 50.000.000 100.000.000 200.000.000 250.000.000 300.000.000 350.000.000 400.000.000 450.000.000 500.000.000 25.000.000 50.000.000 75.000.000 100.000.000 125.000.000 175.000.000 200.000.000 225.000.000 250.000.000 175.000.000 200.000.000 225.000.000 250.000.000 275.000.000 300.000.000 325.000.000 350.000.000 375.000.000 400.000.000 (125.000.000) (100.000.000) ( 75.000.000) ( 50.000.000) ( 25.000.000) 0 25.000.000 50.000.000 75.000.000 100.000.000 Rowland Bismark F. Pasaribu PERTEMUAN 10 6

3. dengan grafik Dari grafik di bawah terlihat bawa untuk tiap-tiap masing unit penjualan terdapat informasi yang lengkap setiap rupiah penjualan, biaya tetap, biaya variabel, total biaya maupun laba atau rugi. Jadi manajemen dapat melihat jika akan memproduksi sekian unit, akan terlihat seluruh komponen di atas. BEP melalui grafik tampak jelas ditunjukkan baik dari segi unit maupun rupiah yang diperoleh. P (000) Q TC 300 BEP 150 P 60 Q (000) Tingkat Keamanan (Margin of Safety) Tingkat kemanan atau margin of safety (MoS) merupakan hubungan atau selisih antara penjualan tertentu (sesuai anggaran) dengan penjualan pada titik impas. Batas aman digunakan untuk mengetahui berapa besar penjualan yang dianggarkan untuk mengantisipasi penurunan penjualan agar tidak mengalami kerugian. Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat keamanan atau MoS adalah sebagai berikut. 1. penjualan MoS yang direncanakan Penjualan per buget MoS = x 100 Penjualan per titik impas Rowland Bismark F. Pasaribu PERTEMUAN 10 7

2. Penjualan MoS Penjualan per buget - Penjualan per titik impas MoS = Penjualan per budget x 100 Dari data sebelumnya MoS dapat dicari sebagai berikut : Rp. 500.000.000,- MoS = x 100 = 166.66 % 167 % Rp. 300.000.000,- Rp. 500.000.000 - Rp.300.000.000 MoS = x 100 = 40 % Rp. 500.000.000,- ini berarti bahwa tingkat penjualan tidak boleh kurang atau turun 40 % dari tingkat penjualan yang direncanakan atau 167 % dari tingkat penjualan titik impas yang telah ditetapkan perusahaan. Jika MoS ditentukan berdasarkan hasil penjualan dapat dicari sebagai berikut. Pertama : 67 % x Rp.300.000.000,- = Rp. 201.000.000,- Kedua : 40 % x Rp.500.000.000,- = Rp. 200.000.000,- BEP dengan Perubahan Dalam praktiknya perolehan titik impas akan berubah-ubah seiring dengan terjadinya berbagai perubahan kondisi lingkungan atau kebijakan. Artinya pihak manajemen harus selalu mengantisipasi apabila terjadi perubahan-perubahan yang akan menyebabkan perubahan perolehan titik impas. Berikut ini adalah berbagai sebab yang mengakibatkan perubahan titik impas. 1. Pengaruh Perubahan Harga Jual per Unit Sebagai contoh dari kasus sebelumnya, apabila terjadi kenaikan harga jual per unit dari Rp. 5000 menjadi Rp.6000 (kenaikan 20 %). Pengaruh kenaikan harga jual ini akan berdampak terhadap BEP yang akan berubah menjadi lebih kecil baik dalam rupiah maupun unit. BEP yang baru sesudah kenaikan harga tersebut adalah sebagai berikut : Rowland Bismark F. Pasaribu PERTEMUAN 10 8

= Rp.257.142.857,- 1 = Rp.257.142.857,- Rp.,- Rp. 600.000.000,- Nilai Rp.600.000.000,- dapat pula dicari dari jumlah kapasitas produksi 100.000 unit kali harga jual baru Rp.6000,- Dari BEP rupiah tampak terjadi pennurunan sebesar Rp 42.855.673,- yaitu dari Rp.300.000.000,- menjadi Rp.257.142.827,- BEP (unit) = atau BEP dalam unit = Rp. Rp. 6.000 - Rp.2.500 Rp. 500.000.000,- x 120 % Rp.,- Rp. 257.142.857,- Rp. 6.000,- = 42.858 unit = 42.858 unit dari BEP dalam unit tampak terjadi penurunan sebesar 17.142 unit, yaitu dari 60.000 unit menjadi 42.858 unit. Demikian juga apabila terjadi penurunan harga jual perunit sebesar Rp.1000,- misalnya dari Rp.5.000,- menjadi Rp.4000,- BEP yang baru adalah sebagai berikut : Rp. 500.000.000,- x 80 % Rp.,- = Rp.400.000.000,- 1 = Rp.400.000.000,- Rp.,- Rp. 400.000.000,- dari BEP rupiah tampak terjadi kenaikan sebesar Rp.100.000.000,- yaitu dari Rp.300.000.000,- menjadi Rp.400.000.000,- Rowland Bismark F. Pasaribu PERTEMUAN 10 9

dari BEP dalam unit tampak terjadi kenaikan sebesar 6.667 unit yaitu dari 60.000 unit menjadi 66.667 unit. 2. Pengaruh Perubahan Jumlah Biaya Tetap Seperti diketahui bahwa dalam analisis BEP, biaya tetap secara total diasumsikan tetap (konstan). Jadi apabila perubahan biaya tetap, otomatis BEP nya juga berubah. Dalam praktiknya, apabila biaya tetap turun, BEP akan turun. Perubahan biaya tetap biasanya diakibatkan karena adanya tambahan kapasitas produksi atau kenaikan atau penurunan (efisensi). Sebagai contoh kita ambil dari kasus di atas apabila biaya tetap berubah dari Rp. menjadi Rp.180.000.000 berarti adanya tambahan biaya tetap sebesar Rp.30.000.000 (20 %) hal ini disebabkan karena adanya kenaikan biaya tetap. Rp. 400.000.000 BEP dalam unit = = 66.667 unit Rp. 6000,- Rp. + Rp. 30.000.000 = Rp.360.000.000,- Rp. 500.000.000,- Dari BEP rupiah tampak terjadi kenaikan sebesar Rp.60.000.000 yaitu dari Rp.300.000.000,- menjadi Rp.360.000.000,- dari BEP dalam unit tampak terjadi kenaikan sebesar 12.000 unit yaitu dari 60.000 unit menjadi 72.000 unit Demikian pula jika terjadi penurunan biaya tetap, misalnya terjadi penurunan biaya tetap sebesar 10 % dari semula Rp.,- menjadi Rp.135.000.000,- Rp.,- x 90 % = Rp.270.000.000,- Rp. 500.000.000,- Rp. 360.000.000 BEP dalam unit = = Rp.72.000,- Rp.5.000,- Rp. 270.000.000,- BEP dalam unit = = Rp.54.000,- Rp.5000,- Rowland Bismark F. Pasaribu PERTEMUAN 10 10

3. Pengaruh Perubahan Jumlah Biaya Variabel BEP akan juga ikut berubah apabila terjadi perubahan, baik terhadap peningkatan maupun penurunan biaya variabel. Sebagai contoh apabila terjadi kenaikan terhadap biaya variabel sebesar 20 % dari sebelumnya, BEP akan berubah sebagai berikut Rp. 375.000.000,- BEP dalam unit = = 75.000 unit Rp.5000,- = Rp.375.000.000,- kemudian, sebaliknya jika terjadi penurunan terhadap biaya variabel sebesar 20 %, BEP akan berubah sebagai berikut. Rp.,- x 80 % Rp. 500.000.000,- = Rp.250.000.000,- Rp.,- x 120 % Rp. 500.000.000,- BEP dalam unit = = 50.000 unit Rp.5000,- 4. Pengaruh Perubahan Penjualan Campuran Penjualan campuran (sales mix) merupakan gambaran perimbangan penjualan antara beberapa macam produk yang dihasilkan suatu perusahaan. Oleh karena itu, pengaruh ini berlaku apabila perusahaan memiliki dua macam produk atau lebih. Dalam asumsi dikatakan bahwa tidak ada perubahan dalam penjualan campuran sales mix-nya. Sebagai contoh PT. Yumiko memiliki dua macam produk yaitu sebagai berikut : Komponen Produk A Produk B Total Sales 60.000 unit = Rp.300 juta 40.000 unit = Rp.300 juta Rp.600 juta VC FC TC Net Profit 60 % = Rp.180 juta = Rp. 60 juta = Rp.240 juta = Rp. 60 juta 40 % = Rp.120 juta = Rp.120 juta = Rp.240 juta = Rp. 60 juta Rp.300 juta Rp.180 juta Rp.480 juta Rp.120 juta Rowland Bismark F. Pasaribu PERTEMUAN 10 11

5. Penentuan Harga Jual Minimal Suatu perusahaan pasti selalu menetapkan keuntungan yang diinginkan atau profit margin lebih dulu sebelum kegiatan dijalankan. Oleh karena itu, sebelumnya perlu ditetapkan penjualan minimal yang harus dicapai sehingga keuntungan yang telah ditargetkan dapat dicapai sehingga. Bila tidak, kita sulit untuk melihat berapa penjualan yang dicapai. Contoh : Kegiatan PT Yumiko pada tahun 2007 mengalami titik impas pada penjualan (S) sebesar Rp.300.000.000,- biaya teteap (FC) yang dikeluarkan Rp.120.000.000 diperkirakan penjualan harus ditetapkan untuk memperoleh keuntungan per tahun. Untuk tahun 2008 perusahaan menetapkan keuntungan sebesar Rp.50.000.000,- Pertanyaan : Berapa penjualan minimal yang harus ditetapkan? Jawab : Seperti diketahui bahwa dalam keadaan BEP, besarnya biaya total sama dengan penjualan atau : Sales = VC + FC VC = Sales FC Jadi dari soal di atas : VC = 300.000.000 120.000.000 = 180.000.000 Selanjutnya, terlebih dulu cari Rasio Variabel Cost (RVC) : Rp.180.000.000,- RVC = x 100 = 60 % Rp. 300.000.000,- Sales minimal adalah sebagai berikut : FC + Keuntungan Sales Minimal = VC 1 S Sales Minimal = Rp.120.000.000 + Rp.50.000. 180.000.00 0 1 300.000.00 0 000 Sales Minimal = Rp.120.000.000 + Rp.50.000. 6 1 10 000 = Rp. 425.000.00 0 jadi untuk memperoleh keuntungan sebesar Rp. 50.000.000,- diperlukan penjualan Rp. 425.000.0000,-. Rowland Bismark F. Pasaribu PERTEMUAN 10 12