PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA. Oleh: Iwan Setiawan*)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

PEMBERIAN EKSTRAKURIKULER PERTANIAN PADA SISWA SD DI DESA GUNAKSA KABUPATEN KLUNGKUNG, BALI ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

ANALISIS HASIL PENELITIAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014


KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)


Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

BERITA RESMI STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia,

Laporan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang ketenagakerjaan pertanian, rumah tangga pertanian dan kondisi pengelolaan lahan pertanian.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hal ini dapat tercapai bila jumlah supply tenaga kerja yang besar

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAMBI AGUSTUS 2015

HUBUNGAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN TERBUKA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Perluasan Lapangan Kerja

Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2017

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

BERITA RESMI STATISTIK

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2013

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis

V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera Selatan

Transkripsi:

PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA Oleh: Iwan Setiawan*) ABSTRAKS Indonesia sedang dihadapkan pada masalah ketenagakerjaan yang cukup kompleks. Permasalahan tersebut, sebagian merupakan imbas dari krisis ekonomi yang terjadi beberapa waktu lalu yang berakibat pada tingginya angka pengangguran. Masalah lainnya yang dihadapi adalah masalah kualitas tenaga kerja yang rendah, upah, jaminan sosial dan lain-lain. Di tengah rumitnya permasalahan tersebut, sektor pertanian masih memiliki peran yang penting dalam menyerap tenaga kerja yang ada. Kontribusi sektor ini dalam ketenagakerjaan masih sangat tinggi walaupun ada kecenderungan semakin meningkatnya pertambahan tenaga kerja pada sektor industri, jasa dan perdagangan. Kontribusi dari sektor pertanian ternyata tidak diimbangi dengan kebijakan yang sepenuhnya pro terhadap pertanian. Rencana strategis pembangunan pertanian 2004-2009, yang di dalamnya cukup mendukung terhadap upaya pembangunan pertanian, pada kenyataannya setelah beberapa waktu berlangsung, belum banyak menunjukkan keberpihakan pemerintah terhadap petani dan sektor pertanian. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah masih sering bertentangan dengan keinginan petani atau dapat dikatakan merugikan petani. Kenaikan harga pupuk, impor produk pertanian, dan lain-lain merupakan contoh riil dari pertentangan antara petani dan pemerintah. Semua itu, menempatkan sektor pertanian dan petani pada posisi yang marginal. Sektor pertanian menjadi tidak menarik bagi penduduk usia muda, sehingga muncul gejala kekurangan buruh tani di pedesaan. Mereka cenderung lebih tertarik untuk melakukan urbanisasi, sehingga tenaga kerja yang tersisa di pedesaan adalah penduduk usia tua (ageing population). Kata kunci: Sektor pertanian, penyerapan tenaga kerja. *) Iwan Setiawan, S.Pd. M.Si., adalah Dosen Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI.

1. Pendahuluan Sektor pertanian di Indonesia sampai saat ini masih memegang peranan penting berdampingan dengan sektor lainnya, khususnya industri. Walaupun sektor tersebut semakin berkurang kontribusinya terhadap pendapatan negara, tetapi sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Perkembangan kota dan permukiman yang terus terjadi mengakibatkan alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian. Kondisi ini berdampak pada semakin sempitnya luas lahan pertanian. Setidaknya terdapat dua alternatif yang ditempuh, yaitu membuka lahan pertanian baru dan beralih pekerjaan dalam bidang non pertanian. Kondisi tersebut mengakibatkan pendapatan dari pertanian sudah tidak lagi mampu mengimbangi peningkatan harga berbagai kebutuhan hidup petani. Pendapatan yang semakin rendah berakibat pada semakin tidak menariknya pekerjaan sebagai petani. Kondisi ini pula yang mengakibatkan tenaga kerja produktif, terutama yang berusia muda, lebih memilih bidang pekerjaan di luar sektor pertanian. Mereka lebih baik mencari pekerjaan di kota yang upahnya lebih baik, sehingga desa kekurangan tenaga kerja potensial yang masih muda untuk mengembangkan sektor pertanian. 2. Permasalahan Ketenagakerjaan di Indonesia Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia meliputi berbagai aspek, baik menyangkut masalah pengangguran, kualitas, upah, jaminan sosial, permasalahan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri dan lain-lain. Pada tahun 2005, dari 155,549,724 juta jiwa penduduk usia kerja terdapat 105.802.372 juta atau 68 persen angkatan kerja. Dari angka tersebut, jumlah pengangguran terbuka mencapai 10.854.254 jiwa. Antara desa dengan kota, terdapat perbedaan angka pengangguran terbuka yang tidak begitu besar yaitu 4.965.960 jiwa di desa dan 5.888.294 jiwa di kota. PENGANGGUR TERBUKA MENURUT KATEGORI PENGANGGUR dan KOTA DESA, TAHUN 2005 Kategori Penganggur Kota Desa Jumlah Mencari Pekerjaan 4,126,332 2,608,729 6,735,061 Mempersiapkan Usaha 65,490 35,482 100,972 Merasa putus asa 1,540,623 2,066,546 3,607,169 Sudah punya tapi belum bekerja 155,849 255,203 411,052 Jumlah 5,888,294 4,965,960 10,854,254 Sumber: Depnaker, 2005

Masalah lainnya yang dihadapi oleh Indonesia adalah kualitas tenaga kerja yang masih rendah. Walaupun angka pengangguran pada lulusan perguruan tinggi terus meningkat, tetapi sebagian besar tenaga kerja Indonesia merupakan lulusan pendidikan dasar (SD-SMP) yang tentunya memiliki daya saing yang relatif rendah. Data tahun 2006 menunjukkan sebesar 52.945.034 jiwa (55,6 %) penduduk yang bekerja berpendidikan SD. Penduduk yang bekerja dan berpendidikan perguruan tinggi masih sangat kecil. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan dan menunjukkan daya saing yang rendah dari penduduk Indonesia yang bekerja. PENDUDUK YANG BEKERJA MENURUT PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN, TAHUN 2006 Pendidikan JENIS KELAMIN Jumlah Laki-laki Perempuan > SD 32.080.806 20.864.228 52.945.034 SMPN 13.626.819 5.416.730 19.043.549 SMAN 12.960.737 4.924.990 17.885.727 Akademi/Diploma 1.133.959 1.013.419 2.147.378 Universitas 2.062.006 1.093.408 3.155.414 Jumlah 61.864.327 33.312.775 95.177.102 Sumber : BPS/Sakernas 2006 Indonesia juga masih dihadapkan pada masalah upah dan kesejahteraan pekerja yang relatif rendah. Pada satu sisi, upah merupakan daya saing yang menguntungkan karena akan menarik investor luar negeri untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Namun, bagaimanapun upah yang rendah juga merupakan kenyataan yang harus diubah karena menyangkut kesejahteraan tenaga kerja. Dilihat dari sisi upah, sektor pertanian merupakan sektor yang tingkat upahnya paling rendah dibanding sektor lainnya. Rata-rata upah pada sektor pertanian hanya mencapai Rp. 343.893,-/bulan. Kondisi ini makin diperparah oleh semakin tingginya kenaikan harga kebutuhan pokok yang berakibat berkembangnya kemiskinan di kalangan petani. Masalah lainnya yang dihadapi ketenagakerjaan di Indonesia adalah jaminan sosial yang rendah. Belum semua buruh mendapatkan jaminan sosial berupa kesehatan dan tunjangan lainnya. Semua ini membuat tenaga kerja Indonesia tidak memiliki jaminan kesejahteraan dan masa depan yang jelas. Banyak perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja secara sepihak, sehingga menimbulkan aksi perlawanan dan merugikan perusahaan itu sendiri. Permasalahan pelik lainnya adalah masalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. TKI seringkali mengalami kesulitan untuk mendapatkan perlindungan hukum dari perlakuan majikannya yang

semena-mena. TKI juga seringkali mendapatkan masalah ketika kebijakan negara tempat mereka bekerja memberlakukan peraturan secara sepihak yang merugikan mereka. Jasa-jasa penyalur TKI juga seringkali merugikan TKI, bahkan ada diantaranya yang menjadikan TKI untuk dijadikan sebagai pekerja seks di luar negeri. 3. Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian Di tengah berbagai permasalahan tersebut, sektor pertanian masih memegang peran yang sangat strategis bagi ketenagakerjaan di Indonesia. Selama periode 1996-2002, rata-rata untuk setiap 10 orang pekerja Indonesia, 4-5 diantaranya bekerja atau berusaha di lapangan usaha itu. Sementara itu, berdasarkan data sakernas tahun 2006, penduduk Indonesia yang bekerja dalam bidang pertanian mencapai 42.039.250 orang dari 95.177.102 orang (44,2 %) penduduk Indonesia yang bekerja. Memperhatikan hal tersebut, maka kebijakan ketenagakerjaan di Indonesia sangat tidak realistis jika mengabaikan sektor pertanian. Sektor inilah yang justru tidak mengalami pukulan yang hebat di saat sektor lain mengalami keterpurukan oleh krisis ekonomi. Bahkan, beberapa komoditi pertanian, terutama perikanan justru mengalami keuntungan luar biasa pada saat krisis ekonomi terjadi. Data di atas menunjukkan bahwa pekerja Indonesia masih sangat terkonsentrasi pada profesi petani. Profesi-profesi lain yang tergolong memiliki produktivitas tinggi termasuk profesional/teknisi dan mangerial/administrasi masih sangat rendah proporsinya. Walaupun demikian, terdapat adanya kecenderungan semakin meningkatnya persentase penduduk yang bekerja pada sektor non pertanian dari waktu ke waktu. Selama kurun waktu 1990-1997, tenaga kerja sektor bukan pertanian meningkat lebih dari 16,5 juta orang, sebaliknya tenaga kerja di sektor pertanian turun lebih dari 6,7 juta orang. Sektor perdagangan, jasa, industri dan konstruksi mengalami pertambahan tenaga kerja mencolok. Selama kurun waktu itu, tenaga kerja bukan pertanian secara keseluruhan tumbuh sekitar 6,0 persen per tahun. Masih tingginya daya serap sektor pertanian tidak disertai dengan upaya yang memadai dari pemerintah dalam bentuk kebijakan yang kondusif untuk berkembangnya sektor tersebut. Petani dan sektor pertanian masih ditempatkan pada posisi marginal. Kebijakan pemerintah cenderung bertentangan dengan keinginan para petani. Kebijakan impor beras, gula, dan komoditi lainnya mencerminkan pertentangan antara keinginan petani dan pemerintah. Kondisi ini membuat nasib petani tidak beranjak menjadi lebih baik. Pernyataan Bank Dunia beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa kenaikan harga beras menyebabkan peningkatan angka kemiskinan di Indonesia sebesar 3,1 juta orang.

Sektor pertanian juga semakin tergeser oleh sektor lainnya dengan semakin tingginya alih fungsi lahan pertanian dan semakin luasnya lahan kritis. Pembangunan permukiman yang meluas sampai ke daerah pedesaan membuat lahan pertanian yang subur tidak lagi menghasilkan pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Desakan kebutuhan akan lahan kemudian muncul ketika petani sudah tidak memiliki lahan yang memadai untuk diolah. Pada akhirnya mereka membuka lahan baru yang seharusnya menjadi lahan konservasi, sehingga lahan kritis juga semakin luas. 4. Sumberdaya Manusia dalam Pertanian Sumberdaya manusia (SDM) adalah tenaga kerja yang mampu bekerja dan melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang mempunyai nilai ekonomis dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (UU Ketenaga kerjaan). Kondisi SDM dalam bidang pertanian atau petani di Indonesia masih sangat rendah. Dilihat dari pendidikannya 59, 2 % petani tidak menamatkan SD, sebanyak 32,1 %, tamatan SLTP dan SLTA masing-masing 5,7 dan 2,9 %. Rendahnya tingkat pendidikan petani juga diikuti oleh rendahnya produktivitas kerja. Pada tahun 2002 produktivitas sektor pertanian bernilai Rp 1,69 juta rupiah per orang. Pada tahun 2003 nilainya turun menjadi Rp 1,68 juta per orang. Sementara itu, pada sektor lainnya (pertambangan, listrik, gas, dan air) angka produktivitas mencapai Rp 54,94 juta per orang. Di sektor perdagangan besar, perdagangan eceran, rumah makan dan hotel mencapai nilai Rp 4,21 juta per orang, dan merupakan urutan kedua terendah setelah pertanian. Angka produktivitas tersebut mengandung arti bahwa sektor pertanian saat ini dalam kondisi yang sudah jenuh terhadap kesempatan kerja. Rendahnya produktivitas tenaga kerja pertanian tersebut terkait dengan kondisi umur, tingkat pendidikan, curahan jam kerja, dan luas garapan petani. Sebaran tenaga kerja pertanian (di luar perikanan dan kehutanan) berdasarkan kelompok umur memperlihatkan bahwa, sebagian besar berada pada umur 25-44 tahun (46%), kemudian kelompok umur diatas 45 tahun (38%), dan kelompok umur kurang dari 25 tahun (16%). Pada masa yang akan datang dikhawatirkan akan kekurangan tenaga kerja pertanian. Tren aging agriculture sudah mulai terlihat pada sektor pertanian yaitu tenaga kerjanya mulai menunjukkan komposisi penduduk usia lanjut yang semakin besar. Kondisi ini sudah banyak terjadi seperti yang dikemukakan oleh Collier (1996) berdasarkan hasil penelitiannya di daerah pedesaan di Jawa yaitu:

Suatu perubahan utama dalam pertanian di Jawa berupa kekurangan buruh tani yang lebih besar, bahkan di daerah berpenduduk sangat padat. Kekurangan ini terjadi karena tarikan orang ke pekerjaan lebih menarik di daerah urban dan perasaan orang-orang muda yang berpendidikan menengah yang tidak tertarik bekerja sebagai petani. Tenaga kerja pertanian sampai saat ini masih didominasi oleh tenaga kerja dengan tingkat pendidikan SD ke bawah, yang jumlahnya mencapai 81% dari tenaga kerja pertanian. Meskipun industri kecil di wilayah pedesaan mendapat perhatian untuk dikembangkan, namun keterbatasan keterampilan dan pengetahuan mereka menjadi kendala untuk ikut terlibat secara positif dalam industri kecil pedesaan. 5. Penutup Masih tingginya peran sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja yang ada saat ini, menunjukkan bahwa pemerintah perlu menempatkan sektor ini sebagai sektor yang penting untuk dikembangkan bersama-sama dengan sektor lainnya. Kebijakankebijakan yang dibuat hendaknya memberikan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya sektor pertanian. Sektor pertanian sampai saat ini masih ditempatkan pada posisi marginal, sehingga produktivitasnya paling rendah diantara sektor lainnya. Karena itu, sudah saatnya perhatian penuh ditujukan untuk menjadikan sektor ini memiliki daya saing dan berkontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Daftar Pustaka Collier, William L, 1996. Pendekatan Baru dalam Pembangunan Pedesaan di Jawa (Kajian Pedesaan Selama 25 Tahun). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Depnakertrans, 2005. Rencana Ketenagakerjaan 2004-2009. Jakarta: Denakertrans Dillon, H.S., 1999. Pertanian Membangun Bangsa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Soegiharto, Saraswati, 2004. Potret Tenaga Kerja di Sektor Pertanian. Jakarta: Warta Ketenagakerjaan Soepriatna, Tjahya, 1997. Birokrasi Pemberdayaan dan Pemberantasan Kemiskinan. Bandung: Humaniora Utama Press