PENGARUH PENAGIHAN PAJAK AKTIF TERHADAP REALISASI PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA TAMAN SARI DUA Novialia Universitas Bina Nusantara Jalan Duri Raya No.73, Duri Kepa Jakarta Barat 11510 081287481418 Novialia66@yahoo.com ABSTRACT Tax collection is one form of law enforcement is done to settlement of tax receivables, improve tax compliance and secure the payment of taxes in state revenues. The purpose of this study to determine the effect of active tax collection to realization of settlement of tax receivables of tax in the Tax Office Primary Taman Sari Two. The method used in this research is descriptive and comparative methods. This method is used to describe the collection and settlement of tax receivables that occurred during the three years 2010, 2011, 2012. While comparative, this method is used to compare the collection and settlement of tax receivables that occurred during the three years of the years 2010.2011 and 2012. To determine the effect of active tax collection is done on the actual settlement of tax receivables is done by calculating the effectiveness and contribution based on a predetermined formula. The results of this study indicate that in terms of effectiveness showed that tax collection is not done effectively and in terms of contributions from tax collection, tax collection good enough for the settlement of tax receivables.(n) Keyword : Active Tax Collection, Settlement of Tax Receivables, Efectivities and contribution of tax collection
ABSTRAK Penagihan pajak merupakan salah satu bentuk penegakan hukum yang dilakukan untuk mencairkan tunggakan pajak, meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam pembayaran pajak dan mengamankan penerimaan negara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penagihan pajak aktif terhadap realisasi pencairan tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Taman Sari Dua. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan komparatif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan penagihan pajak yang dilakukan serta pencairan tunggakan pajak yang terjadi selama tiga tahun yaitu 2010, 2011, 2012. Sedangkan komparatif, metode ini digunakan untuk membandingkan penagihan dan pencairan tunggakan pajak yang terjadi selama tiga tahun yaitu tahun 2010,2011, dan 2012. Untuk mengetahui pengaruh antara penagihan pajak aktif yang dilakukan terhadap realisasi pencairan tunggakan pajak dilakukan dengan penghitungan efektivitas dan kontribusi berdasarkan rumus yang telah ditentukan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dari segi efektivitas menunjukan bahwa penagihan pajak yang dilakukan tidak efektif dan dalam hal kontribusi dari tindak penagihan yang dilakukan, penagihan pajak sedang dalam memberikan kontribusi bagi penerimaan dari pembayaran tunggakan pajak.(n) Kata Kunci : Penagihan Pajak Aktif, Pencairan Tunggakan Pajak, Efektivitas dan konribusi penagihan pajak.
PENDAHULUAN Pajak merupakan satu-satunya pendapatan terbesar bagi Indonesia. Hal ini terlihat dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) tahun 2013 dalam laporan fiskal departemen keuangan, bahwa penerimaan negara dari sektor perpajakan (termasuk dari Bea dan Cukai) adalah 1.192,9 triliyun atau sekitar 77,9% dari total pendapatan negara. Sisanya diperoleh dari pendapatan bukan pajak dan hibah masing-masing 21,71% dan 0,29%. Menyadari pajak masih menjadi sektor yang paling menjanjikan bagi penerimaan negara yang sangat dibutuhkan dalam pengelolaan negara, pemerintah tidak henti-hentinya berusaha untuk memperbaiki tatanan dalam tubuh Direktorat Jenderal Pajak melalui Menteri Keuangan. Perbaikan yang dilakukan mulai dari kebijakan sampai dengan sistem teknologi yang digunakan dalam kegiatan perpajakan. Pembaharuan yang dilakukan oleh pemerintah dalam sektor perpajakan dilakukan selain untuk meningkatkan penerimaan dalam sektor perpajakan, juga dibuat agar masyarakat dalam pelaksanaan kewajiban perpajakannya dapat merasa aman dan nyaman. Bahwa, segala jenis pelaksanaan kewajiban yang mereka lakukan telah diatur dengan seadil-adilnya baik dari sisi Wajib Pajak dan Fiskus. Tercermin dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dalam Pasal 12 ayat 1 dan 2. Dengan adanya ketentuan ini maka Wajib Pajak diberikan wewenang untuk menghitung, menyetorkan, dan melaporkan dengan Surat Pemberitahuan yang menjadi sarana dalam sistem self assessment tersebut. Dalam self assessment system fiskus pada dasarnya hanya melayani kebutuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajaknnya. Wajib pajak telah diberikan wewenang untuk menghitung, menyetorkan, dan melaporkan sendiri pajak terutangnya sesuai dengan ketentuan perpajakan yang ada. Namun, di dalam pelaksanaannya masih banyak Wajib Pajak yang curang dalam memenuhi kewajibannya yang berdampak pada sisi kepatuhannya. Akibatnya timbulnya tunggakan pajak. Dari adanya tunggakan pajak tersebut maka perlu dilaksanakannya kegiatan penagihan pajak yang sifatnya memaksa berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yang tergolong sebagai tindakan penagihan aktif. Penagihan pajak aktif dilakukan karena masih banyaknya Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban pembayaran pajaknya dengan baik dan benar. Terbukti dengan masih banyaknya tunggakan pajak yang belum dapat dicairkan oleh Direktorat Jenderal yang dilakukan melalui Kantor Pelayanan Pajak. Rumusan masalah yang diajukan dalam penulisan ini Bagaimana mekanisme tindakan penagihan pajak aktif yang sudah dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Taman Sari Dua, bagaimana tingkat efektivitas dan kontribusi yang diberikan setelah tindakan penagihan pajak aktif sudah dilakukan terhadap pencairan tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Taman Sari Dua, dan apakah hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses penagihan pajak dan pemecahan masalah yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut. METODE PENELITIAN Pengumpulan data ini didalam penelitian ini adalah dengan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan pendekatan deskriptif komparatif. Metode ini akan menggambarkan dan membandingkan penagihan serta pencairan tunggakan yang terjadi dalam tiga tahun pajak yaitu 2010,2011, dan 2012 dari sisi efektivitas dan kontribusi atas penerbitan Surat Teguran, Surat Paksa, dan Pemblokiran rekening Wajib Pajak. Jenis data yang digunakan didalam penelitian ini adalah data kualitatif merupakan data yang bersifat keterangan seperti sejarah singkat intansi, struktur organisasi beserta pembagian tugas di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Taman Sari Dua, Undang-Undang, Keputusan Menteri Keuangan, Peraturan Menteri Keuangan dan data lain yang relevan dengan objek penelitian; Data kuantitatif, data yang berupa angka-angka, seperti jumlah nilai nominal penerbitan Surat yang berkaitan dengan tindakan penagihan pajak dan realisasi pencairan tunggakan, beserta data lain yang berhubungan dengan objek penulisan; HASIL DAN BAHASAN Dalam pelaksanaan penagihan tunggakan pajak dengan Surat Teguran, Seksi Penagihan di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua mengacu pada Standard Operating Procedures Departemen Keuangan
Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Nomor B008 yang disahkan tanggal 19 Februari 2007, uraian ini sekaligus akan menjelaskan flow chart 4.1 yaitu : 1. Berdasarkan data keterlambatan pembayaran tunggakan pajak yang diperoleh dari sistem, Juru Sita Pajak mencetak konsep Surat Teguran Penagihan dan meneruskannya kepada Kepala Seksi Penagihan. Surat Teguran Penagihan dicetak minimal dua rangkap yaitu : a. Lembar ke - 1 untuk Wajib Pajak b. Lembar ke 2 untuk Arsip Kantor Pelayanan Pajak 2. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf konsep Surat Teguran Penagihan dan meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Dalam hal Kepala Seksi Penagihan tidak menyetujui, Juru Sita Pajak harus memperbaiki dahulu dokumen tersebut. 3. Kepala Kantor menandatangani Surat Teguran Penagihan kemudian mengembalikannya kepada Kepala Seksi Penagihan untuk ditatausahakan dan dikirimkan ke Wajib Pajak / Penanggung Pajak. 4. Kepala Seksi Penagihan menugaskan Juru Sita Pajak untuk mencatat Surat Teguran pada Kartu Pengawasan Tunggakan Pajak, mengarsipkan Surat Teguran, dan menyampaikan Surat Teguran Penagihan kepada Subbagian Umum untuk dikirim kepada Wajib Pajak 5. Proses selesai. Jangka waktu penyelesaian paling lama dua hari kerja. Dalam pelaksanaan penagihan tunggakan pajak dengan Surat Paksa, Seksi Penagihan di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua mengacu pada Standard Operating Procedures Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Nomor B009 yang disahkan tanggal 19 Februari 2007, uraian ini sealigus akan menjelaskan flowchart 4.2 yaitu : 1. Berdasarkan data Surat Teguran yang telah lewat dari sistem, Juru Sita Pajak meneliti dan mencetak konsep Surat Paksa dan Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa serta meneruskannya kepada Kepala Seksi Penagihan. 2. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf konsep Surat Paksa dan Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa serta meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Surat Paksa kemudian menyampaikannya kepada Juru Sita Pajak. 4. Juru Sita Pajak menerima, kemudian memberitahukan Surat Paksa dan Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Sebelum memberitahukan Surat Paksa, Juru Sita Pajak akan mengirimkan Surat Pemberitahuan Melaksanakan Surat Paksa terlebih dahulu kepada Wajib Pajak atau Penanggunga Pajak. 5. Juru Sita Pajak membuat sekaligus menandatangani LPSP (Laporan Pelaksanaan Surat Paksa) dan menyampaikan kepada Kepala Seksi Penagihan. 6. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan menandatangani LPSP kemudian menyerahkan kembali kepada Juru Sita Pajak untuk ditatausahakan. 7. Juru Sita Pajak menatausahakan LPSP dengan cara mencatat pada Kartu Pengawasan serta mengarsipkan LPSP. 8. Proses selesai. Jangka waktu penyelesaian paling lama tujuh hari kerja. Dalam pelaksanaan penagihan tunggakan pajak dengan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Seksi Penagihan di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua mengacu pada Standard Operating Procedures Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Nomor B010 yang disahkan tanggal 19 Februari 2007, uraian ini sekaligus akan menjelaskan flow chart 4.3 yaitu : 1. Juru Sita Pajak meneliti data tunggakan pajak beserta pelunasannya (SSP/STTS/SSB/bukti Pbk) atau pengurangan (keputusan pembetulan/keputusan keberatan/putusan banding/keputusan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak/keputusan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi), membuat konsep SPMP dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Penagihan. 2. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan menyetujui konsep SPMP dan menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani SPMP dan mengembalikannya kepada Kepala Seksi Penagihan. 4. Kepala Seksi Penagihan meneruskan SPMP kepada Juru Sita Pajak. 5. Proses Selesai. Jangka waktu penyelesaian paling lama satu hari. Setelah mendapatkan kepastian akan tunggakan Wajib Pajak dan persetujuan dari Pejabat yang berwenang maka prosedur pemblokiran yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Kepala Seksi Penagihan mengajukan permintaan pemblokiran kepada bank disertai dengan penyampaian salinan Surat Paksa dan Surat Perintah melaksanakan Penyitaan; 2. Bank wajib memblokir seketika setelah menerima permintaan pemblokiran dari Kepala Seksi Penagihan dan membuat berita acara pemblokiran serta menyampaikan salinannya kepada Kepala Kantor Seksi Penagihan dan Penanggung Pajak; 3. Juru Sita Pajak setelah menerima berita acara pemblokiran dari bank memerintahkan penanggung pajak untuk memberikan kuasa kepada bank agar memberitahukan saldo kekayaannya yang tersimpan di bank kepada Juru Sita Pajak. 4. Penanggung Pajak yang memberikan kuasa akan membuat Surat Kuasa untuk memberitahukan saldo kekayaannya di Bank. Apabila penanggung pajak tidak memberikan kuasa kepada bank sebagaimana dimaksud, maka Kepala Seksi Penagihan meminta Bank Indonesia melalui Menteri Keuangan untuk memerintahkan bank untuk memberitahukan saldo kekayaan penanggung pajak yang tersimpan di bank yang dimaksud; 5. Setelah diketahui saldo kekayaan yang tersimpan di Bank, juru Sita akan melaksanakan penyitaan dan membuat berita acara pelaksanaan sita dan menyampaikannya kepada penanggung pajak dan bank yang bersangkutan; 6. Kepala Seksi Penagihan mengajukan pencabutan pemblokiran apabila penanggung pajak telah melunasi tunggakan pajak beserta bunganya. Efektivitas penagihan tunggakan pajak dengan Surat Teguran dihitung dengan rumus berikut : Efektivitas = (Jumlah Nominal dari Surat Teguran yang Dibayar)/(Jumlah Nominal dari Surat Teguran yang Diterbitkan) x 100% Tabel berikut akan menunjukan penerbitan Surat Teguran, pembayaran Surat Teguran, dan tingkat efektivitas penagihan pajak dengan Surat Teguran tersebut berdasarkan data di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua untuk tahun 2010-2012. Tabel 5.7 Pembayaran Surat Teguran di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun 2010-2012 Tahun Surat Teguran terbit Surat Teguran bayar Tingkat Efektivitas 2010 23.766.127.257 1.474.933.918 6,21% 2011 16.838.884.695 9.265.903.257 55,03% 2012 15.343.861.834 2.949.815.105 19,22% Berdasarkan data dari tabel diatas pada tahun 2010 KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua menerbitkan Surat teguran dengan jumlah nominal Rp23.766.127.257 dan pembayaran yang terjadi atas penerbitan Surat Teguran tersebut tersebut Rp1.474.933.918 atau sekitar 6,21% dari total seluruh tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penagihan yang terjadi di tahun 2010 tidak efektif. Pada tahun 2011, jumlah nominal dari penerbitan Surat Teguran yang dilakukan sebesar Rp16.838.884.695 dengan pembayaran yang dilakukan atas penerbitan Surat Teguran sebesar Rp9.265.903.257 atau sekitar 55,03% dari jumlah seluruh tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penagihan yang terjadi pada tahun 2011 tidak efektif. Sedangkan, pada tahun 2012 penerbitan Surat Teguran dengan jumlah nominal Rp15.343.861.834 dan nilai pembayaran sebesar Rp2.949.815.105 atau sekitar 19,22% dari total tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator efektivitas penagihan pada tahun 2012 tidak efektif.
Tabel berikut akan menunjukan penerbitan Surat Paksa, pembayaran Surat Paksa, dan tingkat efektivitas penagihan pajak dengan Surat Paksa tersebut berdasarkan data di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua untuk tahun 2010-2012. Tabel 5.8 Pembayaran Surat Paksa di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun 2010-2012 Tahun Surat Paksa terbit Surat Paksa bayar Tingkat Efektivitas 2010 22.268.085.108 2.438.375.577 10,95% 2011 6.789.368.578 1.579.956.872 23,27% 2012 12.210.685.769 1.172.298.716 9,60% Berdasarkan data dari tabel diatas, pada tahun 2010 KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua menerbitkan Surat Paksa dengan jumlah nominal Rp22.268.085.108 dan pembayaran yang terjadi atas penerbitan Surat Paksa tersebut tersebut Rp2.438.375.577 atau sekitar 10,95% dari total seluruh tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penagihan yang terjadi di tahun 2010 tidak efektif. Pada tahun 2011, jumlah nominal dari penerbitan Surat Paksa yang dilakukan sebesar Rp6.789.368.578 dengan pembayaran yang dilakukan atas penerbitan Surat Paksa sebesar Rp1.579.956.872 atau sekitar 23,27% dari jumlah seluruh tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penagihan yang terjadi pada tahun 2011 tidak efektif. Sedangkan, pada tahun 2012 penerbitan Surat Paksa dengan jumlah nominal Rp12.210.685.769 dan nilai pembayaran sebesar Rp1.172.298.716 atau sekitar 9,60% dari total tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator efektivitas penagihan pada tahun 2012 tidak efektif. Tabel berikut akan menunjukan jumlah pemblokiran rekening, pembayaran akibat pemblokiran rekening, dan tingkat efektivitas penagihan pajak dengan Pemblokiran Rekening tersebut berdasarkan data di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua untuk tahun 2010-2012. Tabel 5.9 Pembayaran atas Pemblokiran Rekening di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun 2010-2012 Tahun Pemblokiran Rekening Pembayaran Tingkat Efektivitas 2010 18.982.246.000 1.924.271.000 10,14% 2011 3.116.027.078 1.000.390.752 32,10% 2012 627.473.113 28.789.293 4,59% Berdasarkan data dari tabel diatas, pada tahun 2010 KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua pemblokiran rekening dengan jumlah nominal Rp18.982.246.000 dan pembayaran yang terjadi atas pemblokiran rekening tersebut tersebut Rp1.924.271.000 atau sekitar 10,14% dari total seluruh tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penagihan yang terjadi di tahun 2010 tidak efektif. Pada tahun 2011, jumlah nominal dari pemblokiran rekening yang dilakukan sebesar Rp3.116.027.078 dengan pembayaran yang dilakukan atas penerbitan Surat Paksa sebesar Rp1.000.390.752 atau sekitar 32,10% dari jumlah seluruh tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penagihan yang terjadi pada tahun 2011 tidak efektif.
Sedangkan, pada tahun 2012 pemblokiran rekening dengan jumlah nominal Rp627.473.113 dan nilai pembayaran sebesar Rp28.789.293 atau sekitar 4,59% dari total tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator efektivitas penagihan pada tahun 2012 tidak efektif. Kontribusi ini diukur dengan perincian rumus sebagai berikut: Kontribusi Surat Teguran = (Jumlah Nominal dari Surat Teguran yang Dibayar)/(Jumlah seluruh pencairan tunggakan pajak pada masing-masing tahun)x 100% Tabel 5.10 Pencairan Tunggakan dengan Surat Teguran KPP Pratama Jakarta Taman Sari DuaTahun 2010-2012 Tahun Jumlah Pencairan Tunggakan Pencairan Tunggakan Rasio Kontribusi Presentase 2010 11.321.035.008 1.474.933.918 13,03% 2011 16.366.721.716 9.265.903.257 56,61% 2012 6.811.792.080 2.949.815.105 43,30% Besarnya pengaruh pencairan tunggakan pajak dengan penerbitan Surat Teguran di tahun 2010 sebesar 13,03%. Berdasarkan kriteria kinerja keuangan, maka pengaruh Surat Teguran terhadap pencairan tunggakan pajak tergolong kurang dalam memberikan kontribusi terhadap pencairan tunggakan pajak. Pada tahun 2011, penerbitan Surat Teguran memberikan kontribusi sebanyak 56,61% dalam pencairan tunggakan pajak. Dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami peningkatan pencairan tunggakan pajak yang merupakan peran aktif Juru Sita Pajak untuk meningkatkan penerimaan negara. Berdasarkan kinerja keuangan negara, maka pencairan tunggakan tersebut tergolong baik dalam memberikan kontribusi terhadap pencairan tunggakan pajak dengan Surat Teguran. Sedangkan di tahun 2012, pencairan tunggakan kembali mengalami penurunan menjadi 43,30%. Berdasarkan kriteria kinerja keuangan, maka pencairan tunggakan pajak dengan peneritan Surat Teguran di tahun tersebut tergolong baik. Tabel 5.11 Pencairan Tunggakan dengan Surat Paksa KPP Pratama Jakarta Taman Sari DuaTahun 2010-2012 Tahun Jumlah Pencairan Tunggakan Pencairan Tunggakan Rasio Kontribusi 2010 11.321.035.008 2.438.375.577 21,54% 2011 16.366.721.716 1.579.956.872 9,65% 2012 6.811.792.080 1.172.298.716 17,21% Besarnya pengaruh pencairan tunggakan pajak dengan penerbitan Surat Paksa di tahun 2010 sebesar 21,54%. Berdasarkan kriteria kinerja keuangan, maka pengaruh Surat Paksa terhadap pencairan tunggakan pajak tergolong sedang dalam memberikan kontribusi terhadap pencairan tunggakan pajak. Pada tahun 2011, penerbitan Surat Paksa memberikan kontribusi sebanyak 9,65% dalam pencairan tunggakan pajak. Dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami penurunan pencairan yang hampir setengahnya dari tahun sebelumnya yang dilakukan dengan penerbitan Surat Paksa. Berdasarkan kinerja keuangan negara, maka pencairan tunggakan tersebut
tergolong sangat kurang dalam memberikan kontribusi terhadap pencairan tunggakan pajak dengan Surat Paksa. Sedangkan di tahun 2012, pencairan tunggakan kembali mengalami peningkatan menjadi 17,21%. Meskipun mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, berdasarkan kriteria kinerja keuangan, pencairan tunggakan pajak dengan penerbitan Surat Paksa di tahun tersebut tergolong kurang. Tabel 5.12 Pencairan Tunggakan dengan Pemblokiran KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun 2010-2012 Tahun Jumlah Pencairan Tunggakan Pencairan Tunggakan Rasio Kontribusi 2010 11.321.035.008 1.924.271.000 17% 2011 16.366.721.716 1.000.390.752 6,11% 2012 6.811.792.080 28.789.293 0,42% Besarnya pengaruh pencairan tunggakan pajak dengan Pemblokiran Rekening di tahun 2010 sebesar 17%. Berdasarkan kriteria kinerja keuangan, maka pengaruh Pemblokiran Rekening terhadap pencairan tunggakan pajak tergolong kurang dalam memberikan kontribusi terhadap pencairan tunggakan pajak. Pada tahun 2011, Pemblokiran Rekening milik WP memberikan kontribusi sebanyak 6,11% dalam pencairan tunggakan pajak. Dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami penurunan pencairan dari tahun sebelumnya. Berdasarkan kinerja keuangan negara, maka pencairan tunggakan tersebut tergolong sangat kurang dalam memberikan kontribusi terhadap pencairan tunggakan pajak. Dan, di tahun 2012 pencairan tunggakan kembali mengalami penurunan yang cukup megecewakan menjadi 0,42%. Berdasarkan kriteria kinerja keuangan, pencairan tunggakan pajak dengan penerbitan Pemblokiran Rekening di tahun tersebut tergolong sangat kurang. Hambatan hambatan yang dihadapi sekaligus dengan alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah : Jumlah Juru Sita Pajak yang masih kurang (Perekrutan Petugas Penagihan Pajak yang Baru), Kesadaran Wajib Pajak dalam pembayaran pajak masih rendah (Sosialisasi perpajakan), Data yang ditampilkan SIDJP belum menunjukan keadaan yang sebenarnya (Pendidikan dan pelatihan kepada pegawai tentang SIDJP), Wajib Pajak atau Penanggung pajak tidak dapat ditemukan oleh Juru Sita Pajak sehubungan dengan alamat Wajib Pajak yang tidak dapat ditemukan (Pemutakhiran data Wajib Pajak secara berkala), Juru Sita Pajak sulit mengidentifikasi objek sita (Peningkatan kerja sama dengan pihak pihak terkait). SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan yang telah disajikan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, Mekanisme penagihan pajak aktif yang dilakukan di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua diawali dengan adanya penerbitan Surat Teguran sampai dengan dilakukannya penyitaan kekayaan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dalam bentuk tindakan pemblokiran rekening. Penagihan pajak yang dilakukan di KPP Taman Sari Dua telah dilakukan sesuai dengan SOP Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak. Efektivitas penagihan pajak tahun 2010-2012 yang dilakukan dengan Surat Teguran di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua tergolong tidak efektif. Persentase efektivitas yang diperoleh selama tiga tahun tersebut menunjukan angka kurang dari 60%. Efektivitas penagihan dengan Surat Paksa selama tahun 2010 2012 tergolong tidak efektif. Terlihat dalam persentase efektivitas selama tiga tahun yang angkanya tidak mencapai 25%. Sedangkan, penagihan dengan pemblokiran rekening Wajib Pajak juga tergolong tidak efektif karena angka
persentase yang dihasilkan pun kurang dari 35%. Penyebab pencairan tunggakan pajak tidak mencapai 100% adalah penanggung pajak sedang mengalami kondisi keuangan yang tidak baik sehingga pelunasan tunggakan pajak pun sulit dilakukan. Untuk itu biasanya Wajib Pajak akan mengangsur pembayaran tunggakan pajak atau menunda pembayaran pajaknya sampai waktu yang disetujui oleh Fiskus. Kontribusi penagihan dari tahun 2010 sampai dengan 2012 dengan penerbitan Surat Teguran pada tahun 2010 tergolong kurang ( 13,03% ), tahun 2011 tergolong baik ( 56,61% ), tahun 2012 tergolong baik ( 43,30%). Penagihan dengan penerbitan Surat Paksa pada tahun 2010 tergolong sedang ( 21,54% ), tahun 2011 tergolong sangat kurang ( 9,65% ), dan tahun 2012 tergolong kurang (17,21% ). Sedangkan, penagihan dengan pemblokiran rekening Wajib Pajak pada tahun 2010 tergolong kurang ( 17% ), tahun 2011 tergolong sangat kurang ( 6,11% ) dan untuk tahun 2012 tergolong sangat kurang ( 0.42% ). Dari persentase kontribusi yang ada dari tahun 2010 2012 dapat disimpulkan bahwa penagihan pajak memberikan kontribusi yang tergolong sangat kurang. Ketidak efektifan dan kurangnya kontribusi penagihan salah satu penghambatnya adalah kurangnya Juru Sita Pajak di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua. Untuk mengatasi masalah tersebut maka KPP akan mengusulkan penambahan Juru Sita ke Kanwil untuk diproses. Dalam melakukan kewajiban pembayaran pajak masih banyak Wajib Pajak yang tidak patuh akibat kurangnya pengetahuan dan kesadaran. Oleh karena itu, untuk mengurangi jumlah tunggakan pajak yang besar dilakukan penagihan pajak sampai dengan tindakan pemblokiran rekening dan penyitaan agar Wajib Pajak merasa ada konsekuensi hukum jika tidak melunasi tunggakan pajaknya. Hambatan lain yang terjadi dalam proses penagihan yang paling sering terjadi adalah tidak dapat ditemukan karena adanya kesalahan alamat yang berasal dari Wajib Pajak. Dalam menindaklanjuti hal ini maka seksi penagihan akan melaoprkan kepada seksi pelayanan untuk dimasukan kedalam DPO (Daftar Pencarian Orang). Sehingga pada saat pelaporan SPT masa Wajib Pajak tersebut harus menghadap ke seksi penagihan terlebih dahulu. Berdasarkan kesimpulan diatas, memberikan beberapa saran terkait sebagai berikut: KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua segera melakukan mengusulkan perekrutan Juru Sita Pajak dan pemberian insentif bagi para Juru Sita Pajak., KPP Pratama Jakarta Taman Sari lebih memfokuskan penagihan pajak kepada Wajib Pajak yang tunggakan pajaknya terbesar agar lebih efektif dan memberikan kontribusi yang baik bagi penerimaan KPP, Selain adanya konsekuensi hukum dari KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua sendiri, untuk meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dapat dilakukan penggencaran sosialisasi akan pengetahuan perpajakan terutama dalam hal pembayarannya. Hal ini diharapkan dapat memberikan kesadaran kepada Wajib Pajak agar pembayaran pajak dilakukan secara sukarela namun sesuai dengan perundangan-undangan perpajakan, KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua mengusulkan anggaran pemeliharaan dan peningkatan SIDJP secara berkala harus dilakukan, disertai pemberian pendidikan dan pelatihan secara berkala kepada pegawai, Meningkatkan kerja sama antarpegawai KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua dan dengan pihak pihak yang terkait untuk kelancaran dan kemudahan untuk Juru Sita Pajak menjalankan tugasnya, Usulan kepada penelitian selanjutnya agar lebih meluaskan permasalahan penelitian berkaitan dengan penagihan pajak aktif sampai dengan dilakukannya tindakan penjualan barang-barang yang disita agar pembaca dapat lebih memahami dalam proses yang lebih lengkap lagi. REFERENSI Dian, Tresno dan Corry. (2011). The Influence of Tax Addiction In Admission Letter and Enforcement Letter on Tax Delay Of Payment Flow: Case Study In Tax Office Directorate General Of Taxation West Java Teritory. Organization and Social Context. Diakses 2 April 2011 dari http://www.libarts-conference.psu.ac.th Evans Emanuel Sinulingga. (2013). Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Berdasarkan Undang-Undang No.19 Tahun 2000. Lex Administratum, No.1, Vol.1, diakses Januari 2013 dari http://www.ejournal.unsrat.ac.id I Dewa Gde Bisma dan Hery Susanto. (2010). Evaluasi Kinerja Keuangan Daerah Pemerintah. Vol.4 No.3, diakses Desember 2010 dari http://unmasmataram.ac.id Ilyas,Wirawan B & Richard, Burton. (2008). Hukum Pajak. Jakarta : Salemba
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-645/PJ/2001 tentang BENTUK, JENIS, DAN KODE KARTU, FORMULIR, SURAT DAN BUKU YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA. Keputusan Menteri dalam Negeri Nomor 690.900.327 Tahun 1996 tentang PEDOMAN PENILAIAN DAN KINERJA KEUANGAN Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 563/KMK.04/2000 tentang PENYITAAN DAN PEMLOKIRAN DAN PENYITAAN HARTA KEKAYAAN PENANGGUNG PAJAK YANG TERSIMPAN PADA BANK DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 562/KMK.04/2000 tentang SYARAT- SYARAT, TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN JURUSITA PAJAK. Kitab Undang undang Hukum Pidana (KUHP), Buku Kedua, tentang KEJAHATAN Bab VIII Pasal 216 ayat (1). Kurniawan, Panca dan Bagus Pamungkas. (2006). Penagihan Pajak di Indonesia. Malang : Bayumedia Publishing. Mardiasmo. (2013). Perpajakan. Yogyakarta: Andi Offset. Pandapotan Ritonga. (2012). Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Medan Timur. Jurnal Saintkom, No.3, Vol.11, diakses September 2012 dari http://lppm.trigunadharma.ac.id Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-109/PJ./2007 tentang TATA CARA PELAKSANAAN PEMBLOKIRAN DAN PENYITAAN HARTA KEKAYAAN PENANGGUNG PAJAK YANG TERSIMPAN PADA BANK DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA. Publishing, Redaksi Bhafana. (2013). KUHP dan KUHAP. Jakarta : Bhafana Publishing Resmi, Siti. (2007). Perpajakan Teori dan Kasus edisi 3. Jakarta : Salemba Empat. Rusdji, Muhammad. (2007). Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Jakarta: PT.Indeks. Seri KUP. Utang Pajak dan Penagihannya, diakses Rabu 7 Maret 2012 22.30 dari http://www.pajak.go.id Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA. Waluyo. Perpajakan Indonesia. (2011). Jakarta: Salemba Empat. RIWAYAT PENULIS Novialia, lahir di Jakarta, 30 November 1990. Penulis menamatkan Pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi.