BAB I PENDAHULUAN. Selama beberapa dekade terakhir, jelas terlihat bahwa dunia telah beralih

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kotler (2009 ; 215) : Eceran (retailing)

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. I 2015 menjadi 4,67% pada kuartal II Hal ini disebabkan oleh

I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

I. PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan tidak mengetahui bagaimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis eceran (retailer business) yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. minimarket baru dari berbagai perusahaan ritel yang menyelenggarakan programprogram

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Globalisasi menuntut kebutuhan akan arus informasi dan pengetahuan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

I. PENDAHULUAN. besar dalam perkembangan pasar di Indonesia. Hal ini terlihat dari adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Bisnis ritel modern di Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia banyak tertolong oleh sektor perdagangan ritel. Industri ritel

Bisnis Ritel. Dosen: Pristiana Widyastuti HP/WA:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai. usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Iklim perkembangan bisnis ritel di Indonesia beberapa tahun terakhir dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB I PENDAHULUAN. tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gambar 1.1 Persentase Pertumbuhan Omzet Ritel Modern Nasional

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin meningkat dan beragam seiring dengan perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dari aktifitas keseharian, interst, kebutuhan hidup, dan lain sebagainya, yang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Niat pembelian untuk produk sehari-hari jadi di toko ritel telah mendapat perhatian dalam dekade terakhir sejak

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan kondisi pasar juga menuntut peritel untuk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bertahan dan memenangkan persaingan di dalam bisnis ritel. bisnis yang melakukan penambahan nilai terhadap produk-produk dan

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan. (Perpres hukum.unsrat.ac.id/pres/perpres_112_2007.pdf. Diakses Tanggal 25 November 2015

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran, yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Kebutuhan dan keinginan itu bermacam-macam baik berupa fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. persaingan pasar yang ketat ini sebuah bisnis atau perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan outlet-outlet baru oleh para retailer lokal maupun asing

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. berupa pusat-pusat pertokoan, plaza, minimarket baru bermunculan di berbagai

Bab 1 PENDAHULUAN. Persaingan yang terjadi dalam dunia perekonomian di Indonesia saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. datangi sesuai dengan harapannya masing-masing.

2015 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. alat pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran(marketing mix). Marketing

BAB I PENDAHULUAN. Ritel adalah sebuah set aktivitas bisnis untuk menambahkan nilai pada produk

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, banyak bermunculan produsen atau

BAB I PENDAHULUAN. usaha ritel yang sangat sulit untuk melakukan diferensiasi dan entry barrier

BAB I PENDAHULUAN. tersaingi atau bahkan tergeser oleh adanya bisnis eceran modern atau biasa disebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Asosiasi Perusahaan Retail Indonesia (APRINDO), mengungkapkan bahwa pertumbuhan bisnis retail di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30 ( 8/10/2009).

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin bervariasi. Adanya tuntutan konsumen terhadap pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. melalui peningkatan sarana dan prasarana berfasilitas teknologi tinggi maupun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru bagi perusahaan yang ada di seluruh dunia. Dengan. konsumen memiliki lebih banyak pilihan dan informasi.

PENGARUH SITUASI PEMBELIAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA GIANT SUPERMARKET CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. triliun, naik dibandingkan akhir 2013 yang mencapai Rp 1.661,05 triliun.

BAB I PENDAHULUAN. membuat para pelaku bisnis harus mampu bersaing. Persaingan yang terjadi tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang perdagangan eceran yang berbentuk toko, minimarket, departement

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Industri ritel dibagi menjadi 2 yaitu ritel tradisional dan ritel

BAB I PENDAHULUAN. Dalam laju pertumbuhan perekonomian yang sangat ketat di Indonesia,

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP STORE IMAGE RAMAYANA DEPARTEMEN STORE SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel dari tahun ke tahun cukup pesat. Hal ini dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin signifikan dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan faktor-faktor utama pendorong terjadinya globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dekade terakhir, jelas terlihat bahwa dunia telah beralih dari ekonomi yang digerakkan oleh industri di mana mesin merupakan pahlawan, menjadi suatu ekonomi yang digerakkan oleh manusia yang menempatkan konsumen pada kursi kekuasaan. Perubahan yang ada jelas harus dapat dipahami oleh satu perusahaan baik perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi barang maupun jasa. Kecepatan perubahan yang ada telah menggantikan stabilitas, asset tak berwujud menjadi lebih bernilai dibandingkan asset yang berwujud. Perjalanan dan tantangan di masa depan bagi para retailer di Indonesia akan semakin berat dan penuh dengan persaingan dan tuntutan yang semakin tinggi dari pelanggan dan karyawan. Berikut adalah beberapa kecenderungan yang mungkin terjadi di sektor retail (http://www.smfranchise.com). 1. Pertumbuhan Di atas 10%, 2. Peningkatan Biaya Tenaga Kerja. Memasuki awal tahun 2002, peritel modern sudah dihadapkan dengan kenaikan UMP (Upah Minimum Propinsi), 3. Effisiensi Pembelian dan Logistik, 4. Pertumbuhan Retail Berformat Waralaba,

2 5. Akan terjadi 7 (tujuh) Area Perang Retail Persaingan yang semakin kuat di tengah pasar yang tidak kondusif, akan menimbulkan tujuh area perang berikut: a. Perang Hadiah, e. Perang SDM, b. Perang Harga, f. Perang Lokasi, c. Perang Servis, g. Perang Dukun, d. Perang Antar Format, Trend yang berkembang di dunia ritel saat ini menunjukkan pertumbuhan pasar modern. Ada empat pelaku bisnis ritel di Indonesia, yaitu: a. Kelompok grosir dan Hypermarket b. Kelompok Supermarket c. Kelompok minimarket modern d. Kelompok pengecer kecil tradisional. Berdasarkan hasil survei AC Nielsen jumlah pasar tradisional di Indonesia sebanyak 1,7 triliun gerai atau sebesar 73% dan sisanya 27% berupa pasar modern, seperti Supermarket, Hypermarket dan Minimarket. TABEL 1.1 STRUKTUR PASAR RITEL INDONESIA (dalam unit gerai) Sektor Jumlah gerai Pasar kebutuhan sehari-hari 2004 2005 Toko Tradisional 1.745.589 1.787.897 Convenience Store 154 115 Total supermarkets: Supermarket Minimarket 6.560 956 5.604 7.606 1.141 6.465 Toko Besar Hypermarket Warehouse Club 90 68 22 107 83 24 Total 1.752.393 1.795.725 Sumber: Bisnis Indonesia tahun XXI no.7168, 28 November 2006

3 Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa pasar tradisional memiliki jumlah gerai yang banyak dan menguasai pangsa pasar untuk struktur ritel di Indonesia, namun laju pertumbuhan gerai modern jauh lebih tinggi dibandingkan pasar tradisional. TABEL 1.2 LAJU PERTUMBUHAN RITEL (dalam persentase) Ritel Laju Pertumbuhan Pasar tradisional 5 Supermarket 5 Convenience Store 10 Minimarket 15 Specialty Store 15 Hypermarket 17 Sumber: SWA 18/XXII/7-20 September 2006 Berdasarkan tabel 1.2, terlihat bahwa laju pertumbuhan ritel dengan format supermarket hanya sebesar 5%, lebih kecil dibandingkan ritel dengan format minimarket (15%), Specialty Store (15%), Convenience Store (10%), dan Hypermarket (17%). Dengan demikian, apabila supermarket tidak melakukan reposisi maka akan mengalami stagnasi bahkan mungkin bernasib seperti department store yang kian hari kian tenggelam (Syamsul munir: SWA, 7-20 September 2006). Tabel 1.3 di bawah ini menunjukkan perolehan laba bersih beberapa perusahaan ritel yang ada. TABEL 1.3 LABA BERSIH PERUSAHAAN RITEL JENIS SUPERMARKET/DEPARTMENT STORE Nama Perusahaan Nama Gerai 2005/I 2006/I Persentase PT Rimo Catur Lestari Tbk Rimo 344,6 juta 122,2 juta 182% PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk Ramayana 104,05 M 66,7 M 56% PT Hero Supermarket Tbk Hero 18,9 M 13,9 M 36,2% PT Mitra Adi Perkasa Tbk Sogo 43,4 M 35,4 M 22,5% Sumber: Majalah SWA edisi Agustus 2006

4 Tabel 1.3 menunjukkan bahwa perusahaan ritel jenis Supermarket atau Dept. Store mengalami penurunan laba bersih yang cukup signifikan. Penurunan tertinggi dialami oleh Rimo yang laba bersihnya turun hingga 182% dari 344,6 juta menjadi 122,2 juta. Begitu juga dialami oleh Ramayana sebesar 56%, Hero sebesar 36,2% dan Sogo sebesar 22,5%. Laba bersih SOGO department store mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1.4 berikut ini : TABEL 1.4 LABA BERSIH SOGO DEPARTMENT STORE (dalam Miliar rupiah) Waktu Laba Bersih 2003/I 187,6 2004/I 89,7 2005/I 43,4 2006/I 35,4 Sumber : http://202.59.162.82/swamajalah/sajian/details. Swa Agustus 2006 Berdasarkan data penjualan di atas, telah terjadi penurunan laba bersih dari 187,6 miliar pada tahun 2003/I menjadi 89,7 miliar pada tahun 2004 di semester yang sama. Pada semester I tahun 2005, laba bersih yang diperoleh adalah sebesar 43,4 miliar dan pada tahun 2006 memperoleh 35,4 miliar pada semester yang sama. Hal ini menunjukan bahwa terjadi penurunan laba bersih sebesar 22,5%. Dengan beroperasinya berbagai peritel di Indonesia, menyebabkan persaingan bisnis semakin ketat. Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa perusahaan ritel dengan beberapa tantangan dan strategi yang akan di laksanakannya :

5 TABEL 1.5 BEBERAPA TANTANGAN DAN STRATEGI PARA RETAILER Retailer Tantangan Strategi D'Crepes Fast Food Kompetitor makin banyak; Ingin Strategi yang dipilih adalah menjadikan brand lebih competitif; mempertahankan pelanggan Memperhatikan kualitas, pelayanan yang sudah ada dan memelihara merek; Masalah peningkatan UMR; Orang lebih hatihati membelanjakan uangnya untuk kebutuhan sekunder, Isu keamanan berupa kerusuhan dan demo. PT Mitra Adiperkasa (SOGO Department Store) PT Matahari Putra Prima PT Sari Ayu Indonesia (Kosmetik dan Toilettries) Banyak pesaing dari produk dalam negeri dan luar negeri yang masuk ke Indonesia. Penurunan daya beli konsumen; Peningkatan biaya operasional Daya beli pelanggan yang menurun menyebabkan kompetitor membuat produk dengan harga murah dn kualitas rendah; Operating cost meningkat terus akibat kenaikan BBM, listrik dan tenaga kerja. Sumber : http://www.smfranchise.com Mempertahankan pelanggan dan pembukaan outlet baru yang memberikan suasana belanja berupa perasaan tenang dan aman Di tengah trend pasar yang cenderung tidak kondusif saat ini, effisiensi perusahaan merupakan prioritas utama bagi kelangsungan bisnis. Penataan organisasi yang flat; Meningkatkan effisiensi melalui IT; Melakukan reposisi segmen produk tingkat umur dan daya beli; Memfokuskan distribusi produk dan team sales forcenya. Tabel di atas menunjukan bahwa tantangan yang ada menyebabkan timbulnya suatu persaingan antar peritel. Hal ini menyebabkan masyarakat harus dapat mengelola keuangannya dalam berbelanja di gerai-gerai ritel yang ada. Kondisi perekonomian yang belum stabil dan politik yang ada sedikit menyebabkan terjadinya penurunan daya beli masyarakat. Hal ini tentu mempengaruhi pendapatan laba bersih perusahaan ritel yang ada. Sogo ternyata mampu menjadi anchor tenant yang dapat menarik perhatian dan kehadiran pengunjung di sejumlah mal dan pusat perbelanjaan yang ditempati. Sogo dikenal

6 sebagai department store yang fokus memasarkan merek-merek premium dengan menjual berbagai produk impor sebanyak 50%. Loyalitas pelanggan sampai saat ini masih menjadi wacana yang penting dibahas dalam dunia pemasaran. Sesuai dengan penelitian AC Nielsen:2005 untuk ritel di Indonesia, menemukan bahwa: 1. Loyalitas konsumen mudah berubah. 2. Konsumen rata-rata memiliki 4 channel retail per orang 3. Konsumen mempunyai kecenderungan mencoba peritel baru. 4. Equity index perusahaan menurun. Sebagaimana diungkapkan di atas, nyata bahwa dewasa ini perilaku konsumen Indonesia cenderung memilih berbelanja di tempat yang bersih, nyaman, barang yang disediakan lengkap dan pelayanan yang ramah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh D.J Power Associates pada tahun 2002 di California Amerika Serikat pada 400 department store dan supermarket terkenal, bahwa unsur-unsur bauran pemasaran ritel ternyata responden memilih aspek value (18%) dan sales and service (17%) sebagai faktor dominan yang mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen seperti tampak pada Gambar 1.1.

7 20% 18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% 13% 14% 11% 10% 14% 3% 18% 17% retailing mix Merchandise Store environment Reputation Sales and Promotion Services Store Location Value Sales and service Sumber : AC Nielsen Research, 2004 GAMBAR 1.1 UNSUR BAURAN PEMASARAN RITEL Bila melihat pada gambar di atas, sales and service dan service merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi timbulnya kepuasan bagi konsumen yang pada akhirnya akan dapat menimbulkan loyalitas terhadap perusahaan karena perusahaan dianggap telah dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka sesuai dengan harapan mereka. Dibawah ini merupakan tabel Indonesia Service Satisfaction Index untuk departement store service tahun 2007.

8 No TABEL 1.6 INDONESIAN SERVICE SATISFACTION INDEX 2007 (ISSI) (Departement Store Service) Brands Outlet Accessibility Service Process Satisfaction Toward People Service Complain Handling 1 Matahari 3.9725 4.0080 3.9880 3.9065 3.9718 3.9604 3.9672 2 Metro 3.8902 4.0852 3.9426 3.8235 3.9318 3.9706 3.8972 3 Sogo 3.8556 4.0111 3.9085 3.8947 3.9165 3.8684 3.8972 4 Pasaraya 3.8664 3.9267 3.8842 3.8545 3.8822 3.8909 3.8857 5 Ramayana 3.7739 3.7379 3.8159 3.7081 3.7816 3.8075 3.7920 6 Lainnya 3.7756 3.9012 3.9823 3.0476 3.9831 3.9524 3.9707 Total rata-rata industri PSQ PSV ISSI 3.8887 3.9272 3.9231 3.8467 3.9057 3.9063 3.9060 Sumber : Marketing 02/VII/Februari 2007 Berdasarkan tabel di atas, dalam hal pemberian layanan (service) Sogo menduduki posisi ketiga setelah Matahari dan Metro dengan 3.8972. Penilaian persepsi kesetaraan kualitas pelayanan yang diberikan dengan harga yang dibayarkan pelanggan kepada Sogo sebesar 3.9165, berbeda dengan nilai yang diperoleh Matahari dengan 3.9718 dan Metro dengan 3.9318. Sedangkan persepsi kesetaran antara harga yang dibayarkan dengan pelayanan yang diperoleh untuk Sogo sebesar 3.8684. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan loyalitas pelanggan Sogo dikarenakan pelayanan yang diberikan oleh Matahari dan Metro dapat lebih mengikat pelanggan. Setiap perusahaan ritel akan senantiasa berusaha untuk menciptakan suatu merek atau produk yang dapat menumbuhkan suatu perasaan menyenangkan dalam diri konsumen ketika berbelanja. Komitmen pelanggan terhadap sebuah produk atau merek akan menimbulkan suatu inspirasi bagi perusahaan yang

9 menghasilkan produk tersebut. Inspirasi yang muncul akan menyebabkan suatu merek dapat menggugah perasaan dan emosi konsumen yang pada akhirnya akan membentuk suatu hubungan yang mendalam dan tahan lama. Gagasan inti untuk berhubungan dengan konsumen dan melayani konsumen sebagai makhluk yang hidup, bernafas, dan kompleks akan selalu menjadi kunci dalam menciptakan suatu merek yang mempunyai keberadaan emosional jangka panjang dalam kehidupan masyarakat. Sehingga perusahaan tersebut akan dapat memenangkan persaingan, walaupun telah terjadi suatu perubahan dalam perilaku konsumen dalam memutuskan suatu pembelian. Suatu merek memiliki fungsi untuk mengidentifikasi serta membedakan suatu produk dari produk pesaing. Desain merek dalam pengemasan suatu produk adalah bagian yang penting dalam pemasaran. Desain merek harus dapat menterjemahkan makna dari suatu merek kepada pelanggan, sehingga merek tersebut dapat menimbulkan suatu makna yang dalam di mata palanggan. Dalam perkembangannya, telah terjadi perubahan pada merek dari pendekatan rasional menjadi emosional. Melalui emosi dimaksudkan bagaimana merek menarik perhatian konsumen melalui sensori dan faktor emosi sehingga merek tersebut selalu diingat oleh konsumen dan ketika konsumen itu memerlukan suatu produk, maka dia akan langsung teringat akan suatu merek yang mewakili produk tersebut. Pendekatan emotional branding merupakan elemen penentu yang sangat penting yang dapat membedakan merek yang sukses dengan merek biasa di pasar. Namun hanya sedikit perusahaan yang memahami seni menilai dengan

10 kecerdasan dan kepekaan- kekuatan sejati di balik emosi manusia. Emotional branding memberikan lapisan kredibilitas dan kepribadiaan yang baru pada sebuah merek, dengan menghubungkan merek dengan orang-orang pada tataran pribadi dan holistic. Emotional branding didasarkan pada rasa percaya yang unik yang terjalin dengan sebuah audience, dimana pembelian yang dilakukan oleh audience tidak hanya didasarkan pada kebutuhan melainkan sesuatu yang muncul dari alam hasrat. Tingkat persaingan yang semakin tinggi akan senantiasa membuat suatu perusahaan menciptakan suatu inovasi-inovasi yang dapat menarik konsumen. Pada akhirnya konsumen dihadapkan pada suatu pilihan dalam melakukan tindakan pembelian. Apabila seorang konsumen sudah merasa puas dengan suatu produk, maka dengan mudah konsumen tersebut akan melakukan pembelian ulang. 1.2. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah Pada saat ini laba bersih SOGO dept.store mengalami penurunan yang cukup signifikan. Berdasarkan data penjualan yang diperoleh, perolehan laba bersih yang diperoleh oleh Sogo pada semester I tahun 2003 sebesar 187,6 miliar menjadi 89,7 miliar pada tahun 2004 pada semester yang sama. Pada semester I tahun 2005, laba bersih yang diperoleh adalah sebesar 43,4 miliar dan pada tahun 2006 memperoleh 35,4 miliar pada semester yang sama. Hal ini menunjukan bahwa terjadi penurunan laba bersih sebesar 22,5%.

11 Salah satu cara yang diambil oleh Sogo dalam meningkatkan loyalitas konsumen yang ada adalah dengan menerapkan konsep emotional branding, dimana perusahaan berusaha untuk dapat menciptakan suatu merek yang berbeda dengan merek yang lain. Secara tidak langsung emotional branding menciptakan suatu saluran yang tanpa disadari oleh konsumen untuk berhubungan dengan perusahaan atau produk yang ada. Tantangan yang ada disikapi dengan suatu penerapan konsep yang akan lebih menitikberatkan pada pengarahan penumbuhan loyalitas secara emosi sehingga secara tidak sadar konsumen terikat oleh perusahaan. Hal ini akan dapat menimbulkan suatu keunggulan bersaing antar perusahaan ritel yang pada akhirnya konsumen akan lebih dapat memilih merek yang ada, pada akhirnya akan timbul suatu loyalitas konsumen pada Sogo dept.store. Emotional branding memberikan lapisan kredibilitas dan kepribadian yang baru pada sebuah merek, dengan menghubungkan merek dengan orang-orang pada tataran pribadi dan holistik yang didasarkan pada rasa percaya yang unik yang terjalin erat dengan sebuah audiens. Pendekatan ini meningkatkan pembelian yang hanya sekedar dipicu oleh kebutuhan menjadi pembelian yang muncul dari alam hasrat. 1.2.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut : 1.Bagaimana gambaran pelaksanaan Emotional Branding pada Sogo department store

12 2.Bagaimana gambaran tingkat loyalitas konsumen Sogo department store di Paris van Java Bandung 3.Seberapa besar pengaruh Emotional Branding terhadap Loyalitas Pelanggan Sogo department store Paris van Java Bandung 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Tujuan penelitian Tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan emotional branding pada Sogo departement store 2. Untuk mengetahui gambaran tingkat loyalitas pelanggan Sogo dept. store 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh emotional branding terhadap loyalitas pelanggan Sogo departement store Paris van Java Mall Bandung 1.3.2. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada pengembangan ilmu Manajemen Pemasaran, khususnya mengenai emotional branding serta loyalitas pelanggan 2. Secara Praktis Bagi Sogo department store hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam merancang emotional branding untuk meningkatkan loyalitas pelanggan Sogo department store Paris van Java Bandung