FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PEMAKAI DALAM PENGADAAN BARANG DAN JASA SECARA ELEKTRONIK DI PEMERINTAH KOTA PALEMBANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. minat perilaku nasabah dalam penggunaan layanan menggunakan model integrasi

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil obyek penelitian di

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. komprehensif mengenai hubungan hubungan antar variabel variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN. kepuasan pelanggan berbelanja di Tokopedia. Proses penelitian akan

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Penerimaan Layanan E-Filing Dalam Pelaporan SPT Tahunan Menggunakan Pendekatan Technology Acceptance Model (Tam) 2 Di KPP Pratama Surakarta

TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL: MENGUJI KEEFEKTIVAN PENERIMAAN SISTEM INFORMASI TERPADU (SISTER) DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS JEMBER

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. Bab ini merupakan hasil analisis data dan pembahasan penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu sifat-sifat, ciri-ciri, atau hal-hal yang dimiliki oleh suatu elemen. Sedangkan

BAB III METODE PENELITAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penyusunan Kuesioner dan Penentuan Variabel

DAFTAR ISI. ABSTRAKSI... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL...viii BAB I PENDAHULUAN...

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara

Analisis Penerimaan Pengguna Terhadap Aplikasi Salatiga Mobile Library Menggunakan Technology Acceptance Model

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Diterima: 9 Mei Disetujui: 26 Juni Dipublikasikan: September 2010

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Kantor Keluarga Berencana Kota Administrasi Jakarta

BAB 3 LANDASAN TEORI

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Kasihan, Tamantirto, Bantul, Yogyakarta. Akuntansi, Prodi Ilmu Ekonomi sejumlah 76 dosen.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dan pernah melakukan pembelian produk secara online di Bukalapak.com. pusat perkantoran yang berada di Jakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. perumusan masalah yang teridentifikasi, pengumpulan dasar teori yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi (population) yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas sekelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori (explanatory research).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahap Awal. Tahap Analisis Variabel - variabel Penerimaan SAP. (Model UTAUT)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode

III. METODE PENELITIAN

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN. menjelaskan keadaan pada objek penelitian yaitu dengan penelitian asosiatif. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa program S1 Akuntansi di Kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. semua pengguna akhir sistem (end-user) pada Dinas Pendapatan, Pengelola

Analisis Kemanfaatan dan Kemudahan Penggunaan Aplikasi Manajemen Surat dengan Pendekatan Technology Acceptance Model pada PT.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah metode purposive sampling dimana sampel dipilih sesuai

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada PT. First Media Production yang beralamat di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN TEKNOLOGI PADA LAYANAN INFORMASI PEMERINTAH BERBASIS WEB MENGGUNAKAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian mengenai aplikasi hybrid learning Brilian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menguji pengaruh penerapan empat karakteristik SIAM yang

III. METODE PENELITIAN. meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik penentuan sampel pada

Vol. 4 No. 2 Oktober 2016 Jurnal TEKNOIF ISSN: ANALISIS E-LEARNING STMIK STIKOM BALI MENGGUNAKAN TECHONOLOGY ACCEPTANCE MODEL

PENGARUH PERSEPSI KEMUDAHAN DAN PERSEPSI KEMANFAATAN TERHADAP PENGGUNAAN YOUTUBE DENGAN PENDEKATAN TAM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Riduwan dan Achmad,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2 METODE. Kerangka Pemikiran

STRUCTURAL EQUATION MODELING - PLS. SPSS for Windows

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah semua pimpinan di lingkungan Satuan Kerja

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Pengaruh Penggunaan Sistem Informasi Pelayanan Cabang Terhadap Kinerja Operasional Karyawan pada PT. Taspen (Persero) Cabang Palembang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang ada di Bandar Lampung untuk mengetahui faktor-faktor yang

BAB III METODE PENELITIAN. perumusan masalah yang teridentifikasi, pengumpulan dasar teori yang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti (Cooper dan Emory,

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bintaro Jaya Sektor IV Tangerang Selatan pondok betung no. 88 bintaro jaya sektor IV Tangerang Selatan

PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN TEKNOLOGI PADA LAYANAN INFORMASI PEMERINTAH BERBASIS WEB MENGGUNAKAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sakit yang terdiri dari tenaga medis (para dokter), tenaga paramedis (para

BAB III METODE PENELITIAN. 1 kota di Provinsi D.I. Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan data realisasi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Universitas Lampung yang

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2010:13), definisi dari objek penelitian yaitu Sasaran

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010), penelitian eksplanatori adalah

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/lnstitusi Lainnya (K/L/D/I)

BAB 3 METODE PENELITIAN

24 melalui aplikasi OLX.co.id. Sugiyono (2013) menyarankan bahwa ukuran sampel minimum adalah sebanyak 5-10 kali jumlah indikator yang diestimasi. Jum

Presentasi Sidang Akhir Tugas Akhir

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGUKURAN TINGKAT PENERIMAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TIK BAGI GURU DENGAN MENGGUNAKAN METODE TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM)

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2010:13), definisi dari objek penelitian yaitu sasaran

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGGUNAAN SISTEM PENILAIAN SISWA PADA MADRASAH TSANAWIYAH DENGAN PENDEKATAN POST-ACCEPTANCE MODEL YANG DIPERLUAS

BAB III METODE PENELITIAN. berada di Jl. M.I Ridwan Rais No. 1 Gambir Jakarta Pusat.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan jumlah keseluruhan sampel kurang dari 100. Dikarenakan penelitian

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. A. Deskripsi Objek Penelitian. melibatkan beberapa variabel dependen yaitu Value Added Capital Employed

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Umum Perumahan Rakyat merupakan instansi milik negara di bawah naungan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penerapan Self Assessment System dan Kualitas Pelayanan Pajak terhadap

ANALISA PENERIMAAN DAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI E-VOTE MENGGUNAKAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. langsung ke pengurus koperasi yang ada di Bandar lampung.kuesioner yang

SIDANG TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah metode studi

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji Hipotesis (hypothesis testing). Uji

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PEMAKAI DALAM PENGADAAN BARANG DAN JASA SECARA ELEKTRONIK DI PEMERINTAH KOTA PALEMBANG Mulyati, Usniawati Keristin Manajemen, STIE MDP, 0711-376400 ABSTRAK Teknologi informasi dan komunikasi mempunyai peranan yang penting dalam proses penyampaian informasi secara cepat. Dengan bantuan teknologi pemerintah mengambil langkah awal untuk menciptakan layanan kepada masyarakat, hal ini terwujud dengan dibentuknya suatu sistem untuk menciptakan nilai-nilai good governance dalam suatu layanan pengadaan barang dan jasa. Beberapa instansi mulai mengembangkan sistem LPSE, salah satu instansi yang sudah mulai menggunakan LPSE yaitu Pemerintah Kota Palembang. Manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan perbaikan dalam penyelenggaraan e- Procurement pada Pemerintah Kota Palembang didalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Lokasi penelitian dilakukan di LPSE Pemerintah Kota Palembang. Populasi penelitian sebanyak 163 penyedia barang/jasa yang menjadi mitra LPSE Pemerintah Kota Palembang. Metode penelitian yang digunakan adalah survei, dan analisis penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan Aplikasi SmartPLS Versi 2.0 M3. Hasil uji hipotesis terhadap model penelitian dengan pembahasan sesuai dengan urutan hipotesis yaitu hipotesis H1 diterima hal ini dilihat dari variabel Perceived Ease of Use (PEOU) berpengaruh secara positif ke variabel Perceived Usefulness (PU), Hipotesis H2 diterima dilihat dari variabel Perceived Usefulness (PU) berpengaruh positif terhadap Attitude Toward Using (ATU). Dan Hipotesis H3 diterima dengan variabel penelitian Perceived Ease of Use (PEOU) berpengaruh positif terhadap Attitude Toward Using (ATU). Kata kunci :LPSE, TAM, PLS. 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LPSE adalah suatu sistem yang dibentuk untuk menciptakan nilai-nilai good governance dalam suatu layanan pengadaan barang dan atau jasa yang dilindungi oleh APENDO (aplikasi pengaman dokumen) dari Badan inteligen negara (BIN). LPSE sebagai system tentu dirancang sedemikian rupa agar mengurangi kontak antara panitia pengadaan dan rekanan yang dimungkinkan akan terjadi korupsi. Selain itu juga supaya proses pengadaan lebih transparan dan akuntabel. LPSE melayani registrasi penyedia barang dan jasa yang berdomisili di wilayah kerja LPSE yang bersangkutan. Aplikasi yang digunakan oleh LPSE di seluruh Indonesia dikembangkan oleh LKPP. Aplikasi yang dikembangkan bersifat kode sumber terbuka, bebas lisensi, bebas biaya, tidak bergantung kepada merk tertentu, dan mendapatkan dukungan penuh dari LKPP untuk pelatihan maupun pendampingan. Selain sebagai pengelola sistem e- procurement, LPSE juga berfungsi untuk menyediakan pelatihan, akses Internet, dan bantuan teknis dalam mengoperasikan sistem e- procurement kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)/panitia serta penyedia barang/jasa. LPSE juga melakukan pendaftaran dan verifikasi terhadap penyedia barang/jasa. LPSE berada di bawah pengawasan LKPP di bagian Deputi Bidang Monitoring, Evaluasi, dan Pengembangan Sistem Informasi. Pengadaan barang/jasa secara elektronik (epengadaan) akan meningkatkan transparansi, sehingga persaingan sehat antar pelaku usaha dapat lebih cepat terdorong. Dengan demikian optimalisasi dan efisiensi belanja negara segera dapat diwujudkan. Pengadaan barang/jasa secara elektronik (epengadaan) yang diterapkan merupakan sistem pengadaan barang/jasa yang proses pelaksanaannya dilakukan secara elektronik dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi, dan sistem aplikasi serta layanan pengadaan elektronik yang disediakan oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Nasional dari LKPP. Metode pemilihan penyedia barang/jasa secara elektronik yang sudah digunakan saat ini adalah e-lelang umum (e-regular tendering). Metode pemilihan lainnya akan diterapkan secara bertahap sesuai dengan pengembangan sistem dan aplikasi pengadaan elektronik serta kerangka hukum yang menopangnya. Untuk memperluas akses e-pengadaan ke seluruh instansi pemerintah, LKPP memberi kesempatan kepada departemen, kementerian, LPND (Lembaga Pemerintah Non Departemen) pemerintah provinsi, kabupaten, kota, dan instansi pemerintah lainnya untuk mendirikan LPSE di instansi masing-masing. LPSE menyelenggarakan

2 layanan e-pengadaan menggunakan aplikasi SPSE (Sistem Pengadaan Secara elektronik). Dasar hukum pembentukan LPSE adalah Pasal 111 Nomor 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah yang ketentuan teknis operasionalnya diatur oleh Peraturan Kepala LKPP Nomor 2 Tahun 2010 tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik. LPSE dalam menyelenggarakan sistem pelayanan pengadaan barang/jasa secara elektronik juga wajib memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dikeluarkannya Perpres No.54 Tahun 2010 bertujuan agar pengadaan barang/jasa instansi pemerintah dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien dengan prinsip persaingan yang sehat, transparan, terbuka, dan perlakuan adil dan layak bagi semua pihak, sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan baik dari segi fisik, keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas Pemerintah dan pelayanan masyarakat. Dengan keluarnya Perpres No.54 Tahun 2010, maka Pemerintah Kota Palembang mengeluarkan surat Edaran No.05/SE/2011 tentang Implementasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik di Lingkungan Pemerintah Kota Palembang. Sehubungan dengan surat edaran tersebut, Pemerintah Kota Palembang berusaha transparansi dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa, serangkaian kegiatan tersebut dimulai dari identifikasi kebutuhan penyedia barang/jasa oleh pemilik, mempersiapkan paket lelang, penjelasan paket lelang, melakukan lelang, sampai tanda tangan kontrak untuk menangani implementasi fisik proyek. Syarat dan ketentuan mengenai pengadaan barang dan jasa ini telah diatur dalam Perpes No.54 Tahun 2010. Akhir-akhir ini masalah korupsi sedang hangat-hangatnya dibicarakan publik, terutama dalam media massa baik lokal maupun nasional. Banyak para ahli mengemukakan pendapatnya tentang masalah korupsi ini. Pada dasarnya, ada yang pro adapula yang kontra. Akan tetapi walau bagaimanapun korupsi ini merugikan negara dan dapat merusak sendi-sendi kebersamaan bangsa. Korupsi ini terjadi hampir disetiap lini pemerintahan. Banyak dana dari kegiatankegiatan pemerintah yang akhirnya diselewengkan oleh pejabat pemerintah itu sendiri. Salah satunya adalah kegiatan pengadaan barang dan jasa. Menurut Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP), proses pengadaan barang dan jasa rawan penyimpangan (korupsi). Dari 28.000 kasus korupsi yang ditangani KPK, 80 persen di antaranya kasus pengadaan barang/jasa dan 90 persen di antaranya akibat penunjukkan langsung (PL). Deputi Bidang Monitoring Evaluasi dan Pengembangan Sistem Informasi LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah), Himawan Adinegoro, mengungkapkan bahwa dominasi kasus tindak korupsi adalah kasus pengadaan barang dan jasa yang dilakukan secara manual dengan cara penunjukkan langsung. Untuk mengatasi masalah korupsi di pengadaan barang dan jasa tersebut, maka dibentuklah e-procurement, yaitu penggunaan teknologi informasi dan komunikasi khususnya internet oleh pemerintahan-pemerintahan dalam melaksanakan hubungan pengadaan dengan para pemasok untuk memperoleh barang, karya-karya, dan layanan konsultasi yang dibutuhkan oleh sektor publik. Lahirnya procurement di Indonesia dimulai dengan keluarnya Keppres nomor 80 tahun 2003 yang mengatur tentang pengadaan barang/jasa pemerintah. Secara eksplisit keppres tersebut mengijinkan proses pengadaan melalui e- procurement. Beberapa instansi mulai mengembangkan sistem EGP masing-masing. Salah satu instansi yang sudah mulai menggunakan LPSE Kota Palembang sejak resmi berdiri di pertengahan Januari tahun 2011, dan telah mendapat respon yang sangat luar biasa, baik dari SKPD di Lingkungan Pemerintah Kota Palembang maupun dari Instansi lain. Inisiatif Pemerintah Kota Palembang menggunakan aplikasi LPSE dalam proses pengadaan barang/jasa sebagai komitmen perubahan birokrasi di Pemerintah Kota Palembang, khususnya dalam bidang pengadaan barang/jasa

3 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan gambaran masalah dalam latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Faktor-faktor apa mempengaruhi minat pemakai dalam pengadaan barang dan jasa secara elektronik di Pemerintah Kota Palembang. 1.3. Tujuan dan Manfaat 1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat pemakai dalam pengadaan barang dan jasa secara elektronik di Pemerintah Kota Palembang 1.3.1. Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan-tujuan diatas, manfaat yang diharapkan dapat diperoleh yaitu : 1. Dapat memberikan perbaikan dalam penyelenggaraan e-procurement pada Pemerintah Kota Palembang didalam melaksanakan salah satu pelayanan kepada masyarakat 2. Dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan dan rekomendasi bagi LPSE Pemerintah Kota Palembang untuk memanfaatkan dan pelaksanaan e- procurement secara efektif, transparan dan akuntabilitas 2. LANDASAN TEORI 2.1. E-procurement Bank Dunia memberikan sebuah definisi khusus mengenai e-procurement dari segi pemerintahan (electronic Government Procurement, e-gp) dalam E-GP: World Bank Draft Strategy (2003). Dinyatakan bahwa e-gp adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi khususnya internet oleh pemerintah dalam melaksanakan hubungan pengadaan dengan para pemasok untuk memperoleh barang, karya-karya, dan layanan konsultasi yang dibutuhkan oleh sektor publik. Pengertian yang diberikan oleh World Bank ini setidaknya mirip dengan apa yang dinyatakan oleh Sarzana Fulvio di S. Ippolito (2003). Dimana ia menyebut e- procurement sebagai seperangkat teknologi, prosedur, dan langkah-langkah organisasional yang memungkinkan pembelian barang dan jasa secara online, melalui peluang-peluang yang ditawarkan oleh internet dan e-commerce. 2.2. Dasar Hukum e-procurement Dalam pengelolaan sistem e-procurement di Instansi Pemerintah berdasarkan pada: 1. Instruksi Presiden No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government di Indonesia. 2. Keppres No.80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah jo. Keppres No.61 Tahun 2004, Perpres No.32 Tahun 2005, Perpres No.85 Tahun 2006, Perpres No.95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden No.80 Tahun 2003 tenttang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik 4. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 2.3. Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) SPSE merupakan aplikasi e-procurement yang dikembangkan oleh Direktorat e- Procurement - LKPP untuk digunakan oleh LPSE di seluruh Kementrian / Lembaga / Satuan Kerja Perangkat Daerah / lnstitusi Lainnya (K/L/D/I) (LKPP,2014). Aplikasi ini dikembangkan dengan semangat efisiensi nasional sehingga tidak memerlukan biaya lisensi, baik lisensi SPSE itu sendiri maupun perangkat lunak pendukungnya (LKPP,2014). SPSE dikembangkan oleh LKPP bekerja sama dengan: 1. Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) untuk fungsi enkripsi dokumen. 2. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk sub sistem audit. Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) dibuat untuk mewujudkan harapan pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik (LPSE Kota Palembang, 2010). Sistem yang tersedia dalam SPSE adalah e-lelang Umum (e-regular Tendering) yaitu pelelangan umum dalam rangka mendapatkan barang/jasa, dengan penawaran harganya dilakukan satu kali pada hari, tanggal, dan waktu yang telah ditentukan dalam dokumen pengadaan, untuk mencari harga terendah tanpa mengabaikan kualitas dan sasaran yang telah ditetapkan, dengan mempergunakan media elektronik yang berbasis pada web/internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi (LPSE Kota Palembang, 2010). Selain itu di dalam SPSE juga telah disiapkan fasilitas untuk proses audit secara online (e-audit). (LPSE Kota Palembang, 2010). 2.4. Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM), diperkenalkan pertama kali oleh Davis pada tahun 1985. Teori ini dikembangkan dari Theory of Reasoned Action (TRA) oleh Ajzen dan Fishbein (1980). Technology Acceptance Model (TAM) merupakan suatu model penerimaan teknologi informasi yang akan digunakan oleh pemakai. Theory of Reasoned Action (TRA) dapat diterapkan karena keputusan yang dilakukan oleh individu untuk menerima suatu teknologi sistem

4 informasi merupakan tindakan sadar yang dapat dijelaskan dan diprediksi oleh niat perilakunya. TAM menambahkan dua konstruk utama ke dalam model TRA yaitu Perceive Usefulness dan Perceived Ease of Use, dimana TAM beragumentasi bahwa penerimaan individual terhadap sistem teknologi informasi ditentukan oleh dua konstruk tersebut yang mempunyai pengaruh ke Behavioral Intention. Sehingga pemakai teknologi mempunyai niat akan menggunakan teknologi (niat perilaku) jika merasa sistem teknologi bermanfaat dan mudah digunakan. Model dari TAM dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.1 Technology Acceptance Model (TAM) (Davis, Bagozzi and Warshaw, 1989, p. 985) 5 (lima) konstruk model TAM yaitu: Persepsi tentang kemudahan penggunaan (Perceived Ease Of Use), persepsi terhadap kemanfaatan (Perceived Usefulness), sikap penggunaan (Attitude Toward Using), perilaku untuk tetap menggunakan (Behavioral Intention To Use), dan kondisi nyata penggunaan sistem (Actual System Use). Berikut ini dijelaskan variabel-variabel model TAM yaitu : 1. Perceived Usefulness (PU) Persepsi terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana penggunaan suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya. (Davis, Fred D., 1989). Dimensi tentang pemanfaatan teknologi informasi meliputi: a. Kegunaan, meliputi dimensi: menjadikan pekerjaan lebih mudah, bermanfaat, menambah produktivitas b. Efektivitas, meliputi dimensi: mempertinggi efektivitas, mengembangkan kinerja pekerjaan 2. Perceived Ease of Use (PEOU) Persepsi tentang kemudahan penggunaan sebuah teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami dan digunakan. (Davis, Fred D., 1989). Beberapa indikator kemudahan penggunaan teknologi informasi meliputi: a. Komputer sangat mudah dipelajari b. Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna c. Komputer sangat mudah untuk meningkatkan keterampilan pengguna d. Komputer sangat mudah untuk dioperasikan 3. Attitude Toward Using (ATU) Attitude Toward Using dalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya (Davis, Fred D., 1989). Peneliti lain menyatakan bahwa faktor sikap (Attitude) sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku individual. Sikap seseorang terdiri atas unsur kognitif/cara pandang (Cognitive), afektif (Affective), dan komponenkomponen yang berkaitan dengan perilaku (Behavioral Components) (Nasution, Fahmi Natigor, 2006). Attitude dalam penelitian Chau dan Hu (2002) dihubungkan dengan perasaan evaluasi positif atau negatif dari penggunaan suatu teknologi informasi. 4. Behavioral Intention To Use (BITU) Behavioral Intention To Use adalah kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan suatu teknologi. Tingkat penggunaan sebuah teknologi komputer pada seseorang dapat diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap teknologi tersebut, misalnya keinginanan menambah peripheral pendukung, motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk memotivasi pengguna lain (Davis, Fred D., 1989). Peneliti selanjutnya menyatakan bahwa sikap perhatian untuk menggunakan adalah prediksi yang baik untuk mengetahui Actual System Use (Maholtra, Yogesh & Galetta, Dennis F., 1999). 5. Actual System Use (ASU) Actual System Use adalah kondisi nyata penggunaan sistem. Dikonsepkan dalam bentuk pengukuran terhadap frekuensi dan durasi waktu penggunaan teknologi (Davis, Fred D., 1989). Seseorang akan puas menggunakan sistem jika mereka meyakini bahwa sistem tersebut mudah digunakan dan akan meningkatkan produktifitas mereka, yang tercermin dari kondisi nyata penggunaan (Nasution, Fahmi Natigor, 2006). 2.5. Structural Equetion Models (SEM) Structural Equetion Models (SEM) atau model persamaan struktural telah digunakan dalam berbagai bidang ilmu seperti psikologi SEM memiliki keungggulan dibandingkan analisis asosiasi lainnya seperti regresi atau analisis jalur, SEM mampu menjelaskan keterkaitan variabel secara kompleks dan serta efek langsung maupun tidak langsung dari satu

5 atau beberapa variabel terhadap variabel lainnya.. (Zainal Mustafa EQ & Toni Wijaya, 2012). Structural Equation Modeling (SEM) multivariate (Hair, 2010) merupakan suatu teknik yang menggabungkan analisis faktor (factor analysis), analisis jalur (path analysis) dan regresi (regression) yang memungkinkan peneliti secara bersamaan memeriksa hubungan ketergantungan yang saling berkaitan antara variabel yang diukur dan konstruk laten (variates) serta antara beberapa kontstuk laten. Structural Equation Modelling (SEM) adalah merupakan bagian dari model statistik yang menjelaskan hubungan antara beberapa variabel. Dengan demikian, SEM mengkaji struktur keterkaitan yang dinyatakan dalam rangkaian persamaan, mirip dengan rangkaian beberapa persamaan regresi. Persamaan ini menggambarkan semua hubungan antara konstruk (variabel dependen dan independen) yang terlibat dalam analisis. Konstruk merupakan faktor yang tidak dapat diobservasi atau laten yang diwakili oleh beberapa variabel (seperti variabel yang mewakili faktor dalam analisis faktor). Sejauh ini masing-masing teknik multivariat telah diklasifikasikan baik sebagai saling ketergantungan atau teknik ketergantungan. SEM dapat dianggap sebagai kombinasi unik dari kedua jenis teknik karena SEM terletak pada dua teknik multivariat: analisis faktor dan analisis regresi ganda. (Hair,2010) 2.6. Partial Least Square Partial Least Square atau disingkat PLS merupakan jenis SEM yang berbasis komponen dengan sifat konstruk formatif. PLS pertama kali dikembangkan oleh Herman Wold sekitar akhir 1960an untuk mengolah data dibidang econometric sebagai alternatif SEM dengan dasar teori yang lemah dan berfungsi hanya sebagai alat analisis prediktor bukan uji model. (Zainal Mustafa EQ & Toni Wijaya, 2012). Partial Least Square (PLS) adalah suatu teknik structural equation modeling (SEM) yang menganalisis variabel laten, variabel indikator dan kesalahan pengukuran secara langsung (Wiyono, 2011). PLS dipakai sebagai teknik alternatif apabila teori yang digunakan lemah atau indikator yang tersedia tidak memenuhi model pengukuran sehingga dapat diterapkan pada semua skala data, tidak banyak membutuhkan asumsi, dan ukuran sampel tidak harus besar (Wiyono, 2011). Selain dapat digunakan untuk konfirmasi teori, PLS juga digunakan untuk membangun hubungan yang belum ada landasan teorinya (Wiyono, 2011). PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan indikator refleksif dan indikator formatif dan hal ini tidak mungkin dijalankan dalam component based SEM (CBSEM) karena akan terjadi unidentified model (Ghozali, 2011). Oleh karena algoritma dalam PLS menggunakan analisis series ordinary least square, maka identifikasi model bukan masalah dalam rekursive dan juga tidak mengasumsikan bentuk distribusi tertentu dari pengukuran variabel (Ghozali, 2011). Lebih jauh efisiensi perhitungan algoritma mampu mengestimasi model yang besar dan komplek dengan ratusan variabel laten dan ribuan indikator (Falk and Miller, 1992). 2.7. Penelitian Sebelumnya Penelitian yang berjudul Analisis Kesiapan Implementasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) di Kabupaten Bang (Mona Raguan, S240809007, 2010, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapan implementasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) di Kabupaten Bangka dengan indikator kesiapan dari 3 komponen good governance, yaitu : Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan Masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode analisis data berupa analisis interaktif menurut Miles dan Huberman yaitu : pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian terkait kesiapan implementasi LPSE di Kabupaten Bangka menunjukkan bahwa pemerintah daerah telah cukup siap untuk menjalankan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Pihak dunia usaha yang menjadi penyedia barang dan jasa di Kabupaten Bangka terlihat belum cukup siap. Belum banyak rekanan yang mengetahui sistem ini karena tidak adanya sosialisasi dari pemerintah serta penggunaan teknologi informasi dikalangan pengusaha yang sangat minim. Disisi lain, masyarakat Bangka sebagai salah satu aktor penyelaras didalam good governance dapat dikatakan telah cukup melek internet (e-literacy) namun belum siap menjadi pengawas sekaligus terlibat dalam penerapan sistem Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Terkait dengan penerapan LPSE ini, Pemda Bangka belum berupaya melakukan kolaborasi antar komponen good governance yaitu pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Dengan bervariasinya tingkat kesiapan diantara komponen yang terlibat, dapat disimpulkan bahwa Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) di Kabupaten Bangka belum cukup siap untuk diimplementasikan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Kodar Udoyono, Jurnal Studi Pemerintahan Volume 3 Nomor 1 Februari 2012. Hasil penelitian ini diketahui bahwa e-procurement dalam pengadaan barang dan jasa untuk mewujudkan akuntabilitas adalah fisibel tapi tidak akuntabel. Hal ini dibuktikan sesuai dengan

6 temuan lapangan yaitu: Pertama, dimensi fisibilitas harus memenuhi nilai kelayakan seperti adanya regulasi yang menjamin terlaksananya e- Procurement, adanya dukungan pelembagaan e- Procurement,adanya dukungan dari stakeholder terhadap implementasi e-procurement, dan adanya dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan e-procurement. Kedua, dimensi akuntabilitas meliputi belum adanya pertanggungjawaban regulasi dari proses pengadaan barang dan jasa, pertanggungjawaban secara politik masih bersifat internal pemerintahan, dan ertanggungjawaban secara keuangan masih tertutup. Adapun faktor penghambat akuntabilitas e-procurement adalah minimnya monitoring dalam implementasi dilapangan, penyalahgunaan wewenang dalam proses pengadaan barang dan jasa secara, masih adanya penyimpangan kontrak dalam implementasi e-procurement, kolusi antara pejabat pelaksana dan rekanan, manipulasi dalam implementasi e-procurement, dan kelemahan SDM. Sedangkan faktor pendukungnya adalah kemauan politik, pengawasan legislatif serta pengawasan LSM dan LOD. Dengan demikian, implementasi E-Procurement di Kota Yogyakarta tahun 2009 fisibel tapi tidak akuntabel. 3. Metode 3.1. Metode dan Langkah-langkah Penelitian Penelitian ini dimulai dengan perumusan masalah penelitian yang menghasilkan research question yang harus dijawab pada kesimpulan penelitian ini. Setelah itu dicari studi literatur yang digunakan sebagai metode untuk menganalisis data. Tahap selanjutnya adalah pengambilan data. Berdasarkan data yang ada maka ditentukan variabel bebas dan variabel terikatnya. Lalu ditentukan hipotesis penelitian untuk dibuktikan melalui analisis data. Tahapan penelitian digambarkan pada gambar 3.1 Gambar 3.1 Tahapan Penelitian Berdasarkan data yang ada maka ditentukan variabel-variabel penelitian. Kemudian setelah di dapatkan variabel penelitian maka dilakukan pembuatan kuisioner dan penyebaran kuisioner. Lalu dilakukan analisa dari hasil kuisioner yang disebarkan. Dari hasil analisa tersebut ditentukan hipotesis penelitian untuk kemudian di lakukan uji hipotesis. Setelah hipotesis penelitian didapatkan maka dilakukan analisis data untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan LPSE Pemerintah Kota Palembang oleh para penyedia barang/jasa sebagai sarana e- Procurement di Pemerintah Kota Palembang. Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan dan saran penelitian yang menjawab research question yang telah ditentukan. 3.2. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian terbagi dua yaitu: A. Konstruk Eksogenous (Exogenous Construct) Kontruk ini dikenal sebagai source variabels atau independent variabels yang tidak diprediksi oleh variabel yang lain dalam model. Pada penelitian ini konstruk eksogenous meliputi Percieved Ease of Use (PEOU) yaitu suatu tingkatan dimana seseorang percaya sebuah teknologi dapat dengan mudah digunakan. B. Konstruk Endogen (Endogenous Constructs) Adalah faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi konstruk endogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen. Pada penelitian ini konstruk endogen meliputi Perceived Usefulness (PU), Attitude Toward Using (ATU) untuk mengakselerasi pengembangan sistem. 3.3. Variabel dan Pengukurannya Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) konstruk yang telah dimodifikasi dari model penelitian TAM sebelumnya yaitu: Persepsi tentang kemudahan penggunaan (Perceived Ease Of Use), persepsi terhadap kemanfaatan (Perceived Usefulness), sikap penggunaan (Attitude Toward Using). Berikut variabel dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini: 1) Perceived Ease of Use (PEOU) Persepsi tentang kemudahan penggunaan sebuah teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami dan digunakan. (Davis, Fred D., 1989). Beberapa indikator kemudahan penggunaan teknologi informasi, meliputi: a. Komputer sangat mudah dipelajari b. Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna c. Komputer sangat mudah untuk meningkatkan keterampilan pengguna d. Komputer sangat mudah untuk dioperasikan 2) Perceived Usefulness (PU) Persepsi terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana penggunaan suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya. (Davis, Fred D., 1989). Dimensi tentang kemanfaatan teknologi informasi meliputi:

7 a. Kegunaan, meliputi dimensi: menjadikan pekerjaan lebih mudah, bermanfaat, menambah produktivitas b. Efektivitas, meliputi dimensi: mempertinggi efektivitas, mengembangkan kinerja pekerjaan 3) Attitude Toward Using (ATU) Attitude Toward Using dalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya (Davis, Fred D., 1989). Peneliti lain menyatakan bahwa faktor sikap (attitude) sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku individual. Sikap seseorang terdiri atas unsur kognitif/cara pandang (cognitive), afektif (affective), dan komponenkomponen yang berkaitan dengan perilaku (behavioral components) (Nasution, Fahmi Natigor, 2006). Tabel 3.1 Variabel dan Indikator Variabel Indikator Sumber Perceived Ease of Use (PEOU) Perceived Usefulness (PU) Attitude Toward Using (ATU) X1 = fleksibilitas X2= kemudahan untuk dipelajari/dipaha mi X3 = kemudahan untuk digunakan X4 = kemudahan untuk berinteraksi Y1 = mempertinggi efektivitas Y2 = menjawab kebutuhan informasi Y3 = meningkatkan kinerja Y4 = meningkatkan efisiensi Y5 = rasa menerima Y6 = rasa penolakan Y7 = perasaan (afektif) Davis, Fred D., 1989. Davis, Fred D., 1989 Davis, Fred D., 1989. Nasution, Fahmi Natigor, 2006. Berdasarkan tabel diatas, maka disusunlah hubungan antar subvariabel independen dan subvariabel dependen untuk menunjukkan keterhubungan (korelasi) yang akan diteliti. Variabel independen dan dependen ini didapatkan dari pengolahan data berdasarkan konstruk membandingkan dan menyamakan serta mengeliminasi teori-teori yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Teori-teori ini kemudian disusun dan dikonstruk menjadi variabel independen. Konstruk ini disusun sebagai model kerangka penelitian untuk menyelesaikan permasalahan. Berikut adalah gambar model kerangka penelitian yang akan dilakukan. 3.4. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan penulis dalam pengumpulan data ini adalah Angket (questionnaire). Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh penulis dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Jenis instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan skala Likert, yaitu dengan tingkat jawaban terdiri atas 5 tingkatan. Alternatif jawaban tersebut dapat diberi skor dari nilai 1 sampai 5 sebagai berikut: 5 = Sangat Setuju 4 = Setuju 3 = Netral 2= Tidak Setuju 1= Sangat Tidak Setuju Dalam penelitian ini pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan software aplikasi SmartPLS Versi 2.0 M3. Sedangkan teknik yang dilakukan penulis dalam penelitian yaitu : 1. Pengamatan (Observasi) Cara ini digunakan untuk mengamati secara langsung kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan ataupun yang sedang dilaksanakan. 2. Kuesioner (Questionnaire) Kuesioner ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi untuk menganalisis layanan LPSE Kota Palembang menjadi respondennya adalah penyedia barang dan penyedia jasa LPSE Kota Palembang. 3. Kepustakaan (Literatur) Cara ini dilakukan untuk mendapatkan dasardasar referensi yang kuat bagi penulis guna membantu penyelesaian laporan. Literatur diperoleh dari internet. 3.5. Hipotesis Berdasarkan Gambar 3.2 model kerangka penelitian, maka disusunlah hipotesis untuk penelitian ini sebagai berikut: Gambar 3.2 Model kerangka penelitian

8 Dibawah ini disajikan tabel Hipotesishipotesis yang di uji. Tabel 3.2 Hipotesis-hipotesis yang diuji Model Konseptual Hipotesis-hipotesis 4.2.1. Persamaan Struktural dan Pengukuran 4.2.1.1 Penyusunan Model Berbasis Teori Dalam penelitian ini digambarkan model Penelitian seperti Gambar 4.1 Perceived Ease of Use mempengaruhi Perceived Usefullness Perceived Usefullness dan Perceived Ease of Use secara sendirisendiri dan atau bersama-sama mempengaruhi Attitude Towards Using H1: Perceived Ease of Use mempengaruhi secara positif ke Perceived Usefullness H2: Perceived Usefullness mempengaruhi secara positif ke Attitude Towards Using H3: Perceived Ease of Use empengaruhi secara positif ke Attitude Towards Using Gambar 4.1 model Penelitian Kemudian Model Penelitian ini digambarkan dengan aplikasi SmartPLS Versi 2.0. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Responden Responden dalam penelitian ini adalah penyedia barang/jasa. Dari 163 kuesioner yang dibagikan ke penyedia barang/jasa, semua kuesioner dianggap layak uji karena kuesioner diisi secara lengkap. Profil responden dalam penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, dan jenis badan usaha. Data deskriptif dari 163 responden meliputi jenis kelamin, usia, jenis usaha dan pendidikan hasil penyebaran kuesioner kepada responden ditampilkan dalam Tabel 4.1. dibawah ini: Tabel. 4.1 Data Deskriptif Responden 4.2. Analisis Data Berikut ini adalah beberapa langkah analisis data yang telah diperoleh dan nantinya akan diuji sesuai dengan model penelitian yang telah dibuat. Dalam penelitian ini data yang telah dikumpulkan dari hasil kuisioner berjumlah 163. Gambar 4.2 Model Awal Penelitian Pada Gambar 4.2.6 merupakan model awal penelitian, dimana diagram jalur yang telah dibuat berdasarkan Model Penelitian dengan menggunakan aplikasi SmartPLS Versi 2.0 M3. Pada aplikasi SmartPLS, variabel laten digambarkan dalam bentuk lingkaran dan indikator digambarkan dalam bentuk kotak segi empat. 4.2.1.2 Persamaan Struktural Dalam penelitian ini, persamaan strukturalnya adalah sebagai berikut: ATU = 1.PU + 2.PEOU + 1 Keterangan : ATU = Sikap penggunaan (Attitude Toward PU Using) = Persepsi terhadap kemanfaatan (Perceived Usefulness) PEOU = Persepsi tentang kemudahan Penggunaan (Perceived Ease Of Use) 1, 2 = Koefisien regresi antara variabel eksogen dengan variabel endogen. 1 = Error atau nilai residual regresi.

9 4.2.1.3 Model Pengukuran Kemudian model pengukuran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut a. Model pengukuran pada Variabel Perceived Usefulness (PU): PU1 = 1.PU + 1 PU2 = 2.PU + 2 PU3 = 3.PU + 3 PU4 = 4.PU + 4 Keterangan: PU = Perceived Usefulness (PU). PU1 = Penggunaan Web LPSE meningkatkan efektivitas dalam ikut penyelenggaraan lelang. PU2 = Penggunaan Web LPSE untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. PU3 = Web LPSE memungkinkan untuk lebih mudah dalam melengkapi dokumen yang dibutuhkan untuk proses lelang. PU4 = Dapat menghemat biaya dalam mencari informasi seputar penyelenggaraan lelang jika melalui Web LPSE. 1, 2, 3, 4 = Nilai factor loading dari indikator ke konstruk laten PU. 1, 2, 3 4 = Error indicator untuk variabel eksogen PU. b. Model pengukuran pada Variabel Perceived Ease Of Use (PEOU): PEOU1 = 5. PEOU + 5 PEOU2 = 6. PEOU + 6 PEOU3 = 7. PEOU + 7 PEOU4 = 8. PEOU + 8 Keterangan: PEOU = Perceived Ease Of Use (PEOU). PEOU1 = Situs LPSE Kota Palembang dapat diakses dengan mudah dimanapun berada. PEOU2 = Cara menggunakan Web LPSE mudah untuk dipelajari. PEOU3 = Kemudahan penggunaan Web LPSE memperlancar pekerjaan. PEOU4 =Mudah berinteraksi dengan unit layanan LPSE melalui Web LPSE. 5, 6, 7, 8 = Nilai factor loading dari indikator ke konstruk laten PEOU. 5, 6, 7, 8= Error indikator untuk variabel eksogen PEOU. c. Model pengukuran pada Variabel Attitude Toward Using (ATU): ATU1 = 9. ATU + 9 ATU2 = 10.ATU + 10 ATU3 = 11.ATU + 11 Keterangan: ATU = Attitude Toward Using (ATU). ATU1 = Pelayanan Sistem Pengadaan Secara Elektronik melayani dengan baik sejak pertama kali. ATU2 = Pegawai Sistem Pengadaan Secara Elektronik memberikan pelayanan terhadap pengguna yang cepat. ATU3 = Sistem Pengadaan Secara Elektronik menumbuhkan kepercayaan pengguna. 9, 10, 11= Nilai factor loading dari indikator ke konstruk laten ATU. 9, 10, 11= Error indikator untuk variabel eksogen ATU. 4.2.2. Uji model Uji Model dilakukan melalui outer model dan inner model. Outer model atau model pengukuran pada prinsipnya menguji indikator terhadap variabel laten, dengan kata lain mengukur seberapa jauh indikator itu dapat menjelaskan variabel latennya dengan cara indikator reflektif diuji dengan convergent validity, discriminant validity atau dengan average variance extracted (AVE) dan composite reliability, kemudian indikator formatif diuji berdasarkan substantive content-nya yaitu membandingkan besarnya relative weight dan melihat signifikansinya. Sedangkan inner model atau model struktural menguji pengaruh antar satu variabel laten dengan variabel laten lainnya baik eksogen maupun endogen. Dapat dikatakan juga menguji hipotesis antara satu variabel laten dengan variabel laten lainnya. Pengujian dilakukan dengan melihat persentase varian yang dijelaskan yaitu R 2 untuk variabel laten dependen yang dimodelkan mendapatkan pengaruh dari variabel laten independen menggunakan ukuran stone-geisser Q square test dan melihat besarnya koefisien jalur strukturalnya (Wiyono, 2011). 4.2.2.1 Uji Outer Model a. Uji convergent validity Pada uji Outer Model ini dilakukan uji indikator reflektif dengan convergent validity, dengan kriteria nilai loading factor 0,50 sampai 0,60 sudah dianggap cukup untuk memenuhi kriteria dan indikator individu dianggap reliable (Ghozali,2011, Wiyono, 2011). Chin (1998) juga menyatakan bahwa nilai loading factor harus diatas 0,70. Disini penulis mengambil kriteria loading factor 0,50. Pada uji convergent validity dapat dilihat pada Gambar 4.3. Gambar 4.3 Uji Convergent Validity

10 Pada Gambar 4.3 uji convergent validity memperlihatkan bahwa uji dilakukan dengan menggunakan model awal penelitian. Hasil dari uji convergent validity dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Uji Convergent Validity (Outer Loadings) ATU PEOU PU ATT1 0,922766 ATT2 0,706616 ATT3 0,684669 PEOU1 0,823878 PEOU2 0,874434 PEOU3 0,782886 PEOU4 0,841434 PU1 0,759829 PU2 0,854699 PU3 0,888295 PU4 0,743049 Pada Tabel 4.2 dapat dilihat hasil uji convergent validity dari model awal penelitian. Dari Tabel 4.2 tersebut telihat bahwa indikatorindikator yang terdapat pada model awal penelitian tidak ada yang memiliki nilai loading factor dibawah 0,5 atau indikator yang tidak signifikan sehingga hasil tersebut telah memenuhi uji convergent validity. b. Uji Discriminant Validity Pada uji discriminant validity ini untuk melihat nilai korelasi Cross Loading dengan variabel latennya harus lebih besar dibandingkan dengan korelasi terhadap variabel laten yang lain (Ghozali,2011, Wiyono, 2011). Tabel 4.3 Hasil Uji Convergent Validity (Outer Loadings) ATU PEOU PU ATU1 0,922766 0,214953 0,255895 ATU2 0,706616-0,067645-0,020235 ATU3 0,684669 0,006321 0,048509 PEOU1 0,083984 0,823878 0,465524 PEOU2 0,123327 0,874434 0,548196 PEOU3 0,178039 0,782886 0,560027 PEOU4 0,069630 0,841434 0,445389 PU1 0,211366 0,576202 0,759829 PU2 0,223144 0,435163 0,854699 PU3 0,146213 0,544418 0,888295 PU4 0,027142 0,420842 0,743049 Terlihat pada Tabel 4.3 bahwa nilai korelasi indikator terhadap konstruknya sendiri lebih besar dibandingkan dengan korelasi antara indikator dengan konstruk lainnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa konstruk dalam penelitian ini memiliki discriminant validity yang tinggi. c. AVE (Average Variance Extracted) AVE (Average Variance Extracted) ini dilakukan dengan membandingkan nilai square root of average variance extracted atau akar kuadrat dari AVE (average variance extracted) ( ) untuk setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar kuadrat AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka dapat dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik. Nilai AVE masing-masing konstruk harus lebih besar dari 0,50. (Ghozali,2011, Wiyono, 2011). Hasil nilai AVE dan akar kuadrat dari AVE dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Nilai AVE dan Hasil Akar Kuadrat AVE AVE Akar AVE ATU 0,606525 0,778797 PEOU 0,691083 0,831314 PU 0,662260 0,813794 Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa ATU memiliki nilai AVE = 0,606525 dan nilai = 0,778797, PEOU memiliki nilai AVE = 0,691083 dan nilai = 0,831314, PU memiliki nilai AVE = 0,662260 dan nilai = 0,813794. Dapat dilihat secara keseluruhan nilai AVE masing-masing konstruk dalam model yang diestimasi memiliki nilai 0,50, sehingga disimpulkan semua konstruk dalam model memenuhi kriteria discriminant validity. Tabel 4.5 Perbandingan Nilai Akar Kuadrat AVE dengan Korelasi Variabel Laten ATU PEOU PU ATU 0,778797 PEOU 0,142399 0,831314 PU 0,193429 0,615003 0,813794 Pada Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai akar kuadrat AVE lebih besar dibandingkan dengan korelasi antara konstruk lainnya. d. Composite Reliability dan Cronbach Alpha Pada uji validitas, dilakukan juga uji reliabilitas konstruk yang diukur dengan dua kriteria, yaitu composite reliability dan cronbach

11 alpha dari indikator yang mengukur konstruk. Konstruk yang reliabel jika nilai composite reliability maupun cronbach alpha diatas 0,70 (Ghozali,2011, Wiyono, 2011). Tabel 4.6 Composite Reliability dan Cronbach Alpha coefficient. Untuk mengetahui nilai signifikansi dari path coefficient, maka dilakukan dengan teknik resampling bootstrapping. Pada level signifikansi sebesar 0,05, suatu hipotesis akan diterima bila memiliki t-value lebih besar dari 1,96 (Ghozali,2011). Tabel 4.8 Outer loading (Mean, STDEV, T-Value) Pada Tabel 4.6 hasil output composite reliability dan cronbach alpha untuk masingmasing konstruk diatas 0,70, sehingga dapat disimpulkan bahwa konstruk memiliki reliabilitas yang baik. 4.3. Uji Inner Model Pengujian inner model dilakukan dengan melihat nilai R 2 yang merupakan uji goodness-fit model, dimana digunakan untuk menguji pengaruh antara satu variabel laten dengan variabel laten lainnya baik eksogen maupun endogen (Ghozali,2011). Dapat dikatakan juga menguji hipotesis antara satu variabel laten dengan variabel laten lainnya. Stabilitas dari estimasi di uji dengan menggunakan uji t-statistik yang diperoleh lewat prosedur bootstrapping (Wiyono, 2011). a. R 2 untuk Variabel Laten Endogen Untuk uji R 2 variabel laten endogen mengidentifikasikan bahwa hasil R 2 sebesar 0,67, 0,33 dan 0,19 untuk variabel laten endogen dalam model struktural mengidentifikasi bahwa model tersebut baik, moderat, dan lemah. (Ghozali,2011, Wiyono, 2011). Tabel 4.7 Uji R2 Variabel Laten Endogen R Square Persentase Keterangan ATU 0,038298 3,82 Lemah PEOU PU 0,378229 37,82 Lemah Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa variabel variabel ATU memiliki nilai R 2 sebesar 0,038298 atau 3,82 % termasuk dalam kategori lemah.. variabel PU memiliki nilai R 2 sebersar 0,378229 atau 37,82% termasuk dalam kategori lemah. Sedangkan 58,36% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam model penelitian. b. Koefisien Parameter (Path Coefficient) dan T-Statistik (T-Value) Pengujian hipotesis selanjutnya dilakukan dengan melihat nilai t-value pada setiap path Dari Tabel 4.8 disimpulkan hasil uji hipotesis terhadap model penelitian dengan pembahasan sesuai dengan urutan hipotesis yang diajukan sebagai berikut: 1. Hipotesis H1 pada penelitian ini adalah PEOU berpengaruh secara positif ke PU, hal ini ditunjukan dari hasil Original Sample (O) sebesar 0,615003. Dengan demikian Hipotesis H1 diterima. 2. Hipotesis H2 pada penelitian ini adalah PU berpengaruh positif terhadap ATU, hal ini ditunjukan dari hasil Original Sample (O) sebesar 0,170244. Dengan demikian Hipotesis H2 diterima. 3. Hipotesis H3 pada penelitian ini adalah PEOU berpengaruh positif terhadap ATU, hal ini ditunjukan dari hasil Original Sample (O) sebesar 0,037699. Dengan demikian Hipotesis H3 diterima. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan hasil penelitian diketahui bahwa variabel Perceived Ease of Use (PEOU), dapat diterima penyedia barang dan jasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi LPSE Pemerintah Kota Palembang diterima adalah: 1. Situs LPSE Kota Palembang dapatdiakses dengan mudah dimanapun berada. 2. Cara menggunakan Web LPSE mudah untuk dipelajari. 3. Kemudahan penggunaan Web LPSE memperlancar pekerjaan. 4. Mudah berinteraksi dengan unit layanan LPSE melalui Web LPSE. Selanjutnya variabel Perceived Usefulness (PU) berpengaruh positif dan dapat diterima oleh penyedia barang dan jasa, faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya variabel Perceived Usefulness (PU) adalah: 1. Penggunaan Web LPSE meningkatkan efektivitas dalam ikut penyelenggaraan lelang. 2. Penggunaan Web LPSE untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

12 3. Web LPSE memungkinkan untuk lebih mudah dalam melengkapi dokumen yang dibutuhkan untuk proses lelang. 4. Dapat menghemat biaya dalam mencari informasi seputar penyelenggaraan lelang jika melalui Web LPSE. Dan variabel ketiga yang mempengaruhi penerimaan sistem pengadaan barang dan jasa secara elektronik di LPSE Pemerintah Kota Palembang yaitu variabel Attitude Toward Using (ATU), faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan adalah: 1. Pelayanan Sistem Pengadaan SecaraElektronik melayani dengan baik sejak pertama kali. 2. Pegawai Sistem Pengadaan Secara Elektronik memberikan pelayanan terhadap pengguna yang cepat. 3. Sistem Pengadaan Secara Elektroni menumbuhkan kepercayaan pengguna. Dari ketiga variabel tersebut diatas diharapkan sistem LPSE di Pemerintah kota Palembang dapat lebih baik lagi dalam memberikan pelayanan dan kepercayaan penyedia barang dan jasa. 5.2. Saran Penelitian hanya membahasa 3 (tiga) variabel yang terdapat pada model TAM, sebaiknya selain menggunakan model TAM penelitian dapat juga menggunakan model-model lain, misalnya UTAUT dan DeLone. Sehingga dapat diketahui lebih lanjut faktor-faktor apa saja yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap penerimaan penyedia barang dan jasa dalam menggunakan sistem LPSE di Pemerintah Kota Palembang. Daftar Pustaka Chin, W. W. (1998). The Partial Least Square Approach for Structural Equation Modeling. In Marcoulides, G. A. (Ed). Modern Method for Business Research. Mahwah. Nj. Erlbaum. Davis, F.D. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use and User Acceptance of Information Technology. MIS Quarterly, 13(3): 319-339. Ghozali, Imam, (2011). Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square (PLS), Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011. Hair, J.F, Black, W.C, Babin, B.J, Anderson, R.E (2010): Multivariate Data Analysis. Pearson. 7th ed. or earlier. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Palembang, Website: http://lpse.palembang.go.id Lembaga Kebijakan Pengadaan barang/jasa Pemerintah (LKPP), 2014. Website http://www.lkpp.go.id/v3/ Fahmi Natigor Nasution. 2006. Teknologi Inforamsi Berdasarkan Aspek Perilaku (Behavior Aspect). Medan: USU Digital Libbrary. Raguan, Mona (2010). Analisis Kesiapan Implementasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) di Kabupaten Bangka. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta). Udoyono, Kodar (2012). E-Procurement Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa Untuk Mewujudkan Akuntabilitas Di Kota Yogyakarta (Jurnal Studi Pemerintahan Volume 3 Nomor 1 Februari 2012). Yogesh Malhotra, Dennis F. Galletta: Extending the Technology Acceptance Model to Account for Social Influence: Theoretical Bases and Empirical Validation. HICSS 1999. Wiyono, Gendro, (2011). Merancang Penelitian Bisnis dengan Alat Analisis SPSS 17.0 & SmartPLS 2.0. UPP STIM YKPN. Yogyakarta, 2011. Davis, F.D. (1993). User Acceptance of Information Technology: System Characteristics, User Perception and Behavioral Impacts. International Journal of Man-Machine Studies. 38 (3): 475-487. EQ Mustafa, Zainal dan Wijaya, Toni (2012). Panduan Teknik Statistik SEM & PLS dengan SPSS AMOS.