Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN

Ramona Safitri, M. Arifuddin Jamal, dan Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI BUNYI UNTUK SISWA SMP MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Kata kunci: Perangkat pembelajaran, keterampilan berkomunikasi, pembelajaran diskusi kelas

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN MODUL SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, AND INTELLEGENT

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA SMA UNTUK TOPIK SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN METODE PICTORIAL RIDDLE

Pengembangan Modul Fisika pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis dengan Menggunakan Model Discovery Learning di SMAN 5 Banjarmasin

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA MATERI SUHU DAN KALOR DI SMK FARMASI ISFI BANJARMASIN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI ENERGI DAN PERUBAHANNYA MENGGUNAKAN MODEL DIRECT INTRUCTION

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 1 MARABAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

Emiliani Indah Safputri, Zainuddin, dan Mastuang Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

Nina Selvizia, Zainuddin, dan Abdul Salam Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin

xi xiii xiv 1 A. Latar Belakang Masalah... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... E. Penjelasan Istilah...

PENGEMBANGAN LKS BERORIENTASI KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI OPTIKA GEOMETRIS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PADA MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SMPN 24 BANJARMASIN

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN REACT PADA MATERI ELASTISITAS

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

I. PENDAHULUAN. mudah dihadirkan di ruang kelas. Dalam konteks pendidikan di sekolah,

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MACROMEDIA FLASH UNTUK MELATIHKAN PENERAPAN KONSEP SISWA SMP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

PENGEMBANGAN LKS BERPROGRAMA PADA SUB POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR DI SMA. Binar Ayu Dewanti, Sri Wahyuni, Yushardi

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

Pengembangan modul IPA fisika berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Oleh karena itu, SDM (Sumber Daya Manusia) perlu disiapkan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X PMIA 3 DI SMAN 3 BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research

Pengembangan modul berbasis discovery learning untuk meningkatkan pemahaman konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada skripsi ini adalah penelitian pengembangan, model yang

Journal of Science Education And Practice p-issn X Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 e-issn

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kholifatul Maghfiroh, Asim, Sumarjono Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA PADA POKOK BAHASAN TATA SURYA

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016

BAB III METODE PENELITIAN. diuji kelayakannya dahulu sebelum diberikan kepada peserta didik.

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu yaitu menjadikan peserta didik menjadi insan-insan cendikia yang

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa

DAFTAR TABEL. Halaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

BAB III METODE PENELITIAN

mengembangkan kemampuan baik kognitif, keterampilan (skill), serta sikap sosialnya terhadap manusia lain, lingkungan dan teknologi. Ace Suryadi (2014:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengembangan dengan model ADDIE (Analysis, Design, Develop, Implement,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

PENGEMBANGAN PANDUAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1 BERBASIS GUIDED INQUIRY

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PADA PERKULIAHAN EKSPERIMEN FISIKA I MELALUI PENERAPAN MODEL INQUIRY DISCOVERY LEARNING

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK DAN STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R PADA MATERI HIMPUNAN KELAS VII SMPN 11 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development

Aidha Yuliandary, Zainuddin, dan Mustika Wati Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Mengoptimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Materi

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema

BAB V ANALISA. a. Hasil belajar pada ranah kognitif pada Kelas Direct Instruction dan Cooperative Learning

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas. (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. ke waktu mengalami perubahan dan perbaikan. Salah satu upaya untuk

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 01 Tahun 2014, ISSN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni Noorhidayati, Zainuddin, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin

Transkripsi:

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KETERAMPILAN GENERIK SAINS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMP NEGERI 13 BANJARMASIN Yuniar Fikriani Amalia, Zainuddin, dan Misbah Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin yuniarfikriani@gmail.com ABSTRAK:Bahan Ajar IPA fisika yang digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah dianggap belum mampu mengembangkan keterampilan generik sains siswa. Hal ini berimplikasi pada rendahnya hasil belajar kognitif siswa. Untuk itu, dilakukan penelitian pengembangan bahan ajar yang memiliki tujuan khusus mendeskripsikan: (1) validitas bahan ajar, (2) kepraktisan bahan ajar ditinjau dari keterlaksanaan RPP, (3) efektivitas bahan ajar ditinjau dari hasil belajar kognitif siswa, dan (4) pencapaian keterampilan generik sains siswa. Pengembangan bahan ajar ini mengacu pada model pengembangan ADDIE. Instrumen yang dikembangkan berupa RPP, LKS, THB dan Materi ajar. Data yang diperoleh berupa validasi bahan ajar, pengamatan keterlaksanaan RPP, pengamatan keterampilan generik sains siswa, dan tes hasil belajar. Data di analisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan: (1) bahan ajar berkategori valid, (2) kepraktisan bahan ajar dinilai terlaksana sangat baik (3) efektivitas bahan ajar dinilai efektif, dan (4) pencapaian keterampilan generik sains dinilai berkategori sangat baik. Diperoleh simpulan bahwa bahan ajar IPA fisika menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran. Kata kunci: Bahan ajar, inkuiri terbimbing, keterampilan generik sains. PENDAHULUAN Pembelajaran sains memegang peranan yang sangat penting dalam membangun karakter peserta didik dalam pengembangan sains dan teknologi. Kondisi ini menuntut pembelajaran sains dengan kualitas yang baik agar dapat mengikuti perkembangan sains dan teknologi di masyarakat. Pembelajaran sains yang sarat akan kegiatan berpikir dapat menjadi wahana untuk melatih peserta didik supaya dapat menguasai pengetahuan, konsep, dan prinsip-prinsip IPA, memiliki kecakapan ilmiah, membangun kemampuan dan keterampilan sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Fisika merupakan salah satu unsur sains yang berperan penting dalam pengembangan teknologi masa depan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka proses pembelajaran fisika perlu mendapat perhatian yang lebih baik. Widiati (2013) mengemukakan bahwa pada pembelajaran fisika, untuk dapat membangun pengetahuan diperlukan suatu keterampilan dasar tertentu yang harus 238

dimiliki siswa. Keterampilan dasar tersebut yaitu keterampilan generik sains yang sangat berguna bagi siswa untuk memecahkan masalah fisika di lingkungan sekitarnya maupun saat proses pembelajaran berlangsung. Keterampilan generik sains merupakan keterampilan yang dapat digunakan untuk mempelajari berbagai konsep dan menyelesaikan masalah dalam sains. Keterampilan generik sains bisa di dapatkan melalui kegiatan ilmiah atau melalui penyelidikan di Laboratorium. Faktanya, berdasarkan hasil studi PISA tahun 2012, diketahui bahwa kemampuan sains siswa Indonesia masih rendah. PISA atau Programme for International Student Assessment sendiri merupakan sebuah program penilaian internasional yang dikembangkan dan diikuti oleh negara-negara yang berpartisipasi didalamnya, dan diselenggarakan terhadap anak-anak usia 15 tahun. Hasil studi ini dapat dijadikan rujukan mengenai rendahnya kemampuan sains anak-anak Indonesia dibandingkan dengan negara lain. Dalam laporan hasil PISA 2012 (OECD, 2013) dituliskan bahwa rata-rata nilai sains siswa Indonesia adalah 382, dimana Indonesia menempati peringkat 64 dari 65 negara peserta, atau dengan kata lain menempati peringkat kedua terbawah dari seluruh negara peserta PISA. Dari hasil survei TIMSS tahun 2011, rata-rata skor prestasi sains siswa Indonesia di bawah skor rata-rata yaitu 500, dan hanya mencapai Low International Benchmark. Dengan capaian tersebut, skor rata-rata sains siswa Indonesia hanya mampu mengingat dan menghafal tetapi kesulitan menalar teori/memahami konsep apalagi memecahkan masalah di lingkungan sekitarnya. Melalui wawancara dengan guru mata pelajaran IPA kelas VII di SMP Negeri 13 Banjarmasin pada tanggal 21 Januari 2016 bahwa guru masih kurang menguasai cara menyusun RPP sesuai Kurikulum 2013 yang diterapkan oleh sekolah, sehingga saat proses pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dengan alasan keterbatasan waktu dan menyesuaikan dengan materi yang akan di pelajari. Selain itu guru jarang memberi materi fisika melalui pengalaman langsung lewat percobaan di laboratorium. Pembelajaran fisika di sekolah tersebut juga belum mengembangkan keterampilan generik sains sebagai tujuan pembelajaran. Selain itu, bahan ajar yang digunakan siswa hanya buku IPA siswa kelas VII Kurikulum 2013 dimana pada buku IPA dinilai kurang komunikatif sehingga siswa mengalami kesusahan dalam memahami isi buku akibatnya buku IPA tidak dibaca atau tidak digunakan oleh siswa. Bahan ajar yang digunakan tersebut juga belum menyajikan materi ajar dan LKS yang dapat melibatkan keterampilan generik sains siswa secara menyeluruh. Kondisi di atas tentunya ikut andil menjadikan hasil belajar fisika tergolong rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari 239

hasil ulangan harian IPA siswa kelas VII tahuan ajaran 2015/2016 hanya 28% siswa yang mencapai nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan yaitu 75. Berdasarkan tes pengambilan data awal yang berorientasi keterampilan generik sains di kelas VII B pada tanggal 10 Februari 2015 sebesar: 1) 27,2% pada indikator menggunakan sebanyak mungkin indera dalam mengamati percobaan/fenomena alam; 2) 44,4% pada indikator membaca suatu grafik/diagram; 3) 48,1% pada indikator menarik kesimpulan; 4) 29,2% pada indikator menyatakan hubungan antara dua variabel. Dari hasil diatas, dapat dilihat bahwa keterampilan generik sains siswa masih rendah. Berdasarkan kondisi di atas salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh guru adalah mengadaptasi teori konstruktivisme dimana konstruktivisme akan menekan paradigma lama yang lebih memusatkan kegiatan belajar-mengajar pada guru (teacher centered). Sebaliknya, konstruktivisme akan membuat kegiatan pembelajaran yang terpusat pada siswa (student centered). Pembelajaran yang terpusat pada siswa menjadikan sesuatu yang dipelajari siswa bukanlah sebuah tiruan dari apa yang mereka amati di sekitarnya, tetapi hasil dari pemprosesan dan pemikiran mereka sendiri (Koes, 2003; Yasa, 2013). Untuk mendukung hal tersebut maka perlu dikembangkan bahan ajar berupa RPP, materi ajar, LKS, dan THB dengan menggunakan model pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dan keterampilan generik sains serta keberhasilan dalam pembelajaran. Model pembelajaran yang dianggap mampu untuk meningkatkan keterampilan generik sains siswa adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Salah satu materi pembelajaran fisika yang dapat dikembangkan bahan ajarnya adalah kalor dan perpindahannya, karena materi ini terdapat pada SKL Ujian Nasional SMP pada kompetensi menerapkan konsep zat dan kalor serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari dengan indikator menentukan besaran kalor dalam proses perubahan suhu atau penerapan perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari. Materi kalor juga menunjukkan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, aplikasi tersebut dapat ditunjukkan dengan percobaan-percobaan sederhana. Maka dari itu pokok bahasan kalor dianggap cocok untuk diterapkan pada proses pembelajaran yang melatihkan keterampilan generik sains siswa, karena siswa dihadapkan permasalahan yang jawabannya dapat ditemukan melalui percobaan. Berdasarkan uraian di atas, agar dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan generik sains siswa, maka keberadaan bahan ajar yang mendukung, yang sesuai kebutuhan dan dapat mendampingi proses pembelajaran sangat diperlukan. Oleh karena itu dilakukan penelitian pengembangan bahan ajar IPA Fisika berorientasi 240

keterampilan generik sains menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing di SMP Negeri 13 Banjarmasin. KAJIAN PUSTAKA Bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang dapat digunakan guru untuk membantu melaksanakan proses pembelajaran. Bahan ajar dapat berupa cetak, gambar, audio visual dan bahan ajar interaktif. Rencana pembelajaran merupakan program harian di kelas yang disusun oleh guru untuk satu atau beberapa pertemuan agar mencapai target pada kompetensi dasar. Daryanto & Dwicahyono (2014) mengatakan bahwa rencana pelaksanaaan pembelajaran (RPP) pada dasarnya merupakan suatu bentuk prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam standar isi. Lembar kerja siswa adalah lembaran-lembaran kertas yang berisi ringkasan materi,tugas, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. Adapun buku adalah bahan tertulis dalam bentuk lembaran-lembaran kertas yang dijilid dan diberi kulit (cover), yang menyajikan ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis oleh pengarangnya. Sedangkan tes hasil belajar merupakan butir tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah siswa selesai mengikuti kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang diorganisasikan lebih terstruktur dan skematik, dimana guru mengendalikan keseluruhan proses interaksi dan menjelaskan prosedur penelitian yang harus ditempuh siswa. Pada inkuiri terbimbing guru melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru, peran guru tidak berarti pasif, tetapi aktif mengarahkan peserta yang memerlukan bimbingan dalam penyusunan rancangan dan pelaksanaan eksperimen. Hasil belajar merupakan hasil akhir yang diperoleh melalui sebuah kegiatan belajar mandiri atau kegiatan mengajar belajar. Hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Model pembelajaran inkuiri terbimbing termasuk kedalam teori pembelajaran konstrukitvisme yang dikembangkan berdasarkan teori belajar Piaget dan Vygotsky. 241

keterampilan generik sains adalah keterampilan yang mempelajari berbagai konsep dan masalah dalam sains melalui kegiatan ilmiah/percobaan. Dalam penelitian kali ini, peneliti ingin mengembangkan keterampilan generik sains yaitu hukum sebab akibat untuk indikator menyatakan hubungan antar dua variabel/lebih, inferensi logika indikator menarik kesimpulan, dan bahasa simbolik indikator memahami simbol. Siswa SMP kelas VII rata-rata berumur 12 sampai dengan 15 tahun. Mengingat dari perkembangan kognitif, siswa SMP menurut Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai bayi yang baru dilahirkan sampai menganjak dewasa akan mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Materi kalor dan perpindahannya terdiri dari dua subbab materi yaitu kalor dan perpindahan kalor. Lebih lanjut mempelajari tentang kalor dan perubahan suhu benda, kalor dan perubahan wujud benda, pengertian dari konduksi, konveksi dan radiasi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Materi kalor dan perpindahannya cocok untuk inkuiri terbimbing karena memuat hukum sebab akibat dan bisa didapat melalui kegiatan praktikum. METODE PENELITIAN Penelitian ini berupa penelitian pengembangan, yang bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar berorientasi kemampuan keterampilan generik sains pada pokok bahasan kalor dan perpindahannya di SMP Negeri 13 Banjarmasin. Prosedur yang digunakan adalah model ADDIE, yaitu Analisys, Design, Develop, Implement, and Evaluate. Subjek uji coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-B SMPN 13 Banjarmasin tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 22 siswa. Objek penelitian adalah kelayakan bahan ajar menggunakan model inkuiri terbimbing pada pokok bahasan kalor dan perpindahannya. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan ajar yang dikembangkan meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa, tes hasil belajar, dan materi ajar. Pembahasan ini mencakup kelayakan bahan ajar yang dikembangkan yaitu validitas bahan ajar, kepraktisan bahan ajar melalui keterlaksanaan RPP, dan efektivitas pembelajaran melalui tes hasil belajar 242

kognitif siswa dan keterampilan generik sains melalui lembar pengamatan pada LKS dan THB. Validitas Bahan Ajar Aspek yang ditinjau dalam lembar validasi RPP yang dikembangkan ini meliputi format RPP, bahasa, dan isi RPP. Hasil validasi RPP dinyatakan baik (dapat digunakan dengan sedikit revisi) dengan rata-rata skor 3,54 berkategori sangat baik, dan reliabilitasnya 0,99 tergolong memiliki reliabilitas tinggi. LKS ini berisi tugas kinerja yang harus dilakukan siswa sebanyak 3 buah yang dikerjakan selama 3 kali pertemuan. Hasil validasi LKS adalah 3,68 berkategori sangat baik dan reliabilitas 0,99 kategori tinggi. Semua LKS yang dibuat sudah mulai melatihkan keterampilan generik sains. THB yang dikembangkan berupa pretest dan posttest yang dibuat mengacu pada tujuan pembelajaran di RPP. Hasil validasi konstruksi umum THB berkategori sangat baik dengan rata-rata skor 3,64 dan reliabilitas 0,99 yang termasuk dalam kategori reliabilitas tinggi. Materi ajar dinamika partikel yang dikembangkan terdiri dari terdiri dari sampul, kata pengantar, daftar isi, peta konsep, kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, judul bab beserta isi materi dinamika partikel, rangkuman, uji kompetensi, glosarium, dan daftar pustaka. Rata-rata skor validasi secara keseluruhan adalah 3,60 berkategori sangat baik dan reliabilitas 0,98 yang termasuk dalam kategori reliabilitas tinggi. Penilaian secara umum oleh validator menyatakan bahwa materi ajar sudah baik dan dapat digunakan dengan sedikit revisi. Kepraktisan Bahan Ajar Keterlaksanaan RPP diamati oleh 2 orang pengamat dengan menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan RPP dan rubrik penilaian. Keterlaksanaan RPP pada pertemuan pertama 3,58, pertemuan kedua 3,68, pada pertemuan ketiga 3,75, dengan kategori masing-masing terlaksana sangat baik serta reliabel. RPP dikatakan terlaksana artinya setiap langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran telah dilaksanakan oleh guru. Langkah kegiatan RPP ini terdiri dari pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.setiap pertemuan memiliki alokasi waktu 2 45. Efektivitas Bahan Ajar Mengetahui keefektifan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa melalui pretest dan posttest yang dihitung dengan uji gain. Di dalam uji gain tersebut ada tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Siswa yang termasuk dalam 243

kategori tinggi atau sangat efektif ada 4,54% atau 1 orang. Siswa yang termasuk ke dalam kategori sedang atau efektif ada 95.45% atau 21 orang. PENCAPAIAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS Hasil pencapaian keterampilan generik sains seluruh siswa melalui LKS, dari 22 siswa keseluruhan pada pertemuan pertama adalah 3,34 atau 83,75% siswa dengan kategori sangat baik. Pada pertemuan kedua adalah 3,65 atau 91,25% siswa dengan kategori sangat baik. Serta pertemuan ketiga adalah 3,74 atau 93,52% siswa dengan kategori sangat baik. Adapun reliabilitas pada pertemuan pertama adalah 0,99, kedua adalah 0,98 dan ketiga adalah 0,99 dengan kategori reliabilitas tinggi. Sedangkan melalui THB Hasil keterampilan generik sains seluruh siswa melalui skor rata-rata posttest, dari 22 siswa keseluruhan adalah 65,19 dengan kategori baik. Berdasarkan skor posttest diatas dapat dilihat bahwa skor rata-rata seluruh siswa kategori baik dan telah mencapai hasil yang diinginkan. Proses mengembangkan keterampilan generik sains siswa memerlukan waktu yang tidak sebentar, agar memperoleh hasil maksimal siswa memerlukan tahap pengenalan terlebih dahulu terhadap kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan generik sains, seperti membuat hipotesis, menarik kesimpulan dan memahami simbol. Ada beberapa kendala saat mengembangkan keterampilan generik sains yaitu pada indikator hukum sebab akibat (menyatakan hubungan antar variabel) dan inferensi logika (menarik kesimpulan) cukup sulit dilatihkan karena siswa jarang melakukan praktikum sehingga siswa harus dibimbing terlebih dahulu untuk menentukan variabel-variabel dalam praktikum dan menyatakan hubungan antar variabelnya, serta menarik kesimpulan dari praktikum tersebut. Hal ini juga mungkin disebabkan oleh pengaruh lain seperti intelegensi, kebiasaan belajar, motivasi siswa, lingkungan belajar dan sebagainya. Hasil keterampilan generik sains yang didapat baik pada lembar pengamatan maupun skor posttest pada penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuniarita (2014) yang menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan generik sains siswa. KESIMPULAN Berdasarkan pada hasil pengembangan dan uji coba, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: perangkat pembelajaran pada materi zat dan wujudnya yang dikembangkan layak untuk digunakan atau diimplementasikan dalam menunjang pembelajaran, hal ini sesuai dengan: 1) Validitas bahan ajar yang dikembangkan menurut validator adalah valid. Berdasarkan hasil validasi akademisi dan praktisi dengan menggunakan lembar validasi. 244

(2) Kepraktisan bahan ajar berkategorikan terlaksana sangat baik dari tingkat kesesuaian tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran diamati dengan lembar pengamatan keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran. ((3) Efektivitas bahan ajar berkategori efektif dilihat dari tingkat pencapaian ketuntasan hasil belajar kognitif siswa terhadap indikator pembelajaran yang telah ditetapkan dengan gain score dan diukur dengan menggunakan tes berupa pretest maupun posttest. Dilihat dari 22 siswa keseluruhan ada 4,54% atau 1 siswa yang berkategori tinggi/sangat efektif 95,45% atau 21 siswa yang berkategori sedang/efektif. (4) Pencapaian keterampilan generik sains siswa yang diamati saat proses pembelajaran untuk indikator hukum sebab akibat, inferensi logika, dan bahasa simbolik dikategorikan sangat baik yang diamati dengan lembar pengamatan. Sedangkan berdasarkan skor posttest untuk indikator hukum sebab akibat, dan inferensi logika dikategorikan baik dan bahasa simbolik dikategorikan sangat baik. DAFTAR PUSTAKA Daryanto & Dwicahyono 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media. OECD. 2013. Indonesian students Performance (PISA 2012). http://gpseducation.oecd.org. Diakses, 21 Januari 2016. TIMSS and PRILS. 2011. Overview TIMSS and PRILS 2011 Achievment. http://overview-timss-and-pirls-2011-achievement.pdf. Diakses, 21 Januari 2016. Widiati, S. I., Indrawati, dan Subiki. 2013. Peningkatan Keterampilan Generik Sains dan Hasil Belajar Ipa Fisika dengan Model Learning Cycle 5E disertai Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII D Smp Negeri 2 Maesan. Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 2 No. 3, Desember 2013, hal 300-308. http://library.unej.ac.id/. Diakses, 19 Januari 2016. Yuniarita, F. 2014. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Siswa SMP. Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 19, Nomor 1, April 2014, hlm. 111-116. http://journal.fpmipa.upi.edu/. Diakses, 19 Januari 2016. 245

246