BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran di Indonesia berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) yang dirilis pada tanggal 5 Oktober 2009 Indonesia berada pada kategori Pembangunan Manusia Menengah dengan Indeks IPM 0,734, dan berada di urutan ke-111 dari 180 negara. Posisi ini kalah jauh dari negara tetangga kita, Malaysia, yang berada pada kategori Pembangunan Manusia Tinggi dengan indeks IPM 0,829, dan berada pada urutan ke-66. IPM merupakan pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan sebuah negara termasuk negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup (Kholid, 2013: 52). Anies (2014: 14) mengemukakan bahwa kondisi darurat Indonesia ditandai dari hasil pemetaan akses dan mutu pendidikan pada tahun , Indonesia berada pada posisi 40 dari 40 negara pada pemetaan the learning curve-pearson. Hasil penelitian UNESCO tahun 2013, hanya 1 dari 1

2 1000 orang Indonesia mempunyai minat membaca serius. Menurut Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) (2014: 32) studi PISA yang mengukur kemampuan anak usia 15 tahun dalam literasi membaca, matematika, dan sains. Rata-rata kemampuan literasi sains peserta didik di beberapa negara termasuk Indonesia masih terbilang rendah. Hal ini dibuktikan bahwa kemampuan literasi peserta didik hanya pada level 2, sedangkan terdapat level 6 sebagai level tertinggi (OECD, 2012: 45). Tingkat kemampuan literasi sains Indonesia sudah mengalami peningkatan namun masih di bawah rata-rata negara OECD, hal ini menunjukkan literasi sains di Indonesia belum terlalu baik dimana terlihat dalam capaian peringkat evaluasi literasi sains Internasional. Peringkat Indonesia dalam evaluasi PISA yaitu peringkat 64 dari 65 negara pada tahun 2012 (OECD, 2014: 5), sebelum itu, peringkat Indonesia dalam evaluasi PISA tahun 2000 peringkat ke-38 dari 41 negara, tahun 2003 peringkat ke-38 dari 40 negara, tahun 2006 peringkat ke-50 dari 57 negara, tahun 2009 peringkat ke-60 dari 65 negara (OECD, 2010: 27), tahun 2012 peringkat ke- 64 dari 65 negara (OECD, 2014: 5). Skor literasi sains Indonesia pada tahun 2012 sebesar 382 dengan rata-rata skor negara yang mengikuti literasi sains sebesar 501. Skor literasi sains tahun 2015 mengalami peningkatan 21,2 poin dengan skor 403 dan rata-rata negara yang mngikuti literasi sains sebesar 493 (OECD, 2016: 4). Hasil PISA tersebut mencerminkan kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia sudah mengalami peningkatan namun masih dibawah rata-rata negara yang mengikuti PISA. Berdasarkan penelitian HDI, 2

3 the learning curve-pearson, UNESCO, dan OECD tersebut dapat dikatakan bahwa masih rendah kualitas pembelajaran di Indonesia, khususnya literasi sains. Banyak faktor yang dapat menyebabkan rendahnya literasi sains di Indonesia yaitu gender, ekonomi dan sosial, serta imigrasi (OECD, 2007: 128). Selain itu, Anggraini (2014: 169) mengungkapkan bahwa penyebab literasi sains peserta didik menjadi rendah diantaranya peserta didik tidak terbiasa mengerjakan soal yang menggunakan wacana, proses pembelajaran yang kurang mendukung peserta didik dalam mengembangkan literasi sainsnya dan kebiasaan belajar peserta didik pada pembelajaran yang cenderung menekankan aspek pemahaman berdasarkan ingatan atau hafalan. Selain itu fasilitias sekolah yang kurang memadai juga dapat menyebabkan rendahnya kompetensi literasi sains pada peserta didik. Rai (2010: 10) mengemukakan bahwa literasi sains penting bagi peserta didik SMP karena perkembangan awal untuk menjadi individu yang mandiri terbentuk mulai usia SMP. Maka pembekalan literasi sains sangat penting diberikan pada usia SMP. Pembelajaran pada level SMP sangat penting untuk meletakkan sikap, kesadaran dan kepekaan terhadap lingkungan. Peningkatan pendidikan dan keterampilan ini diharapkan mampu meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas terutama peningkatan kemandirian, etos kerja dan produktivitas. Sesuai dengan harapan wajar sembilan tahun. 3

4 Literasi sains terdiri dari empat dimensi yang meliputi konteks, kompetensi, pengetahuan, dan sikap. Konteks menuntut orang agar mempunyai kompetensi sains yang baik. Pengetahuan dan sikap dipengaruhi oleh kompetensi sains yang baik, sehingga penelitian ini fokus pada kompetensi literasi sains. Kompetensi literasi sains yang dapat dilatihkan meliputi mengidentifikasi pertanyaan/permasalahan ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah, serta menginterpretasi data dan bukti ilmiah. Kemampuan literasi yang baik dapat berhasil bila model pembelajaran yang digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik serta lingkungan belajar. Namun, model pembelajaran yang digunakan di sekolah belum mampu melatih literasi sains, demikian pula keadaan di SMP N 2 Gamping. Dalam usaha melatihkan literasi sains diperlukan pemilihan model pembelajaran yang sesuai, salah satunya dengan model pembelajaran learning cycle. Perkembangan model learning cycle dimulai dari learning cycle (3E) kemudian ke learning cycle lima (5E) sampai saat ini dikenal learning cycle tujuh (7E). Namun, model pembelajaran yang akan digunakan untuk melatihkan literasi sains yaitu model pembelajaran learning cycle 7E. Qulud (2015: 13) melakukan penelitian tentang model pembelajaran Learning Cycle 7E untuk meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik. Untuk melaksanakan model pembelajaran tersebut diperlukan perangkat pembelajaran, salah satunya adalah ketersediaan bahan ajar. Bahan ajar dibutuhkan untuk mendukung pencapaian kompetensi dasar serta penunjang proses pembelajaran. Penyediaan bahan ajar dalam 4

5 pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih menunjukkan keterbatasan dan kekurangan. Penyediaan bahan ajar dengan strategi inovatif khususnya Learning Cycle 7E untuk meningkatkan scientific literacy sangat penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Hasil observasi di SMP N 2 Gamping terdapat LKPD yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Setelah dianalisis LKPD tersebut hanya berorientasi pada kemampuan kognitif berupa ringkasan soal dan latihan soal. Penerapan konsep lebih pada penyelesaian soal-soal, peserta didik tidak dituntut agar dapat berargumentasi dalam melakukan pemecahan masalah pada topik pelajaran. Guru menggunakan latihan soal dari LKPD sebagai tugas rumah peserta didik atau sebagai evaluasi pada akhir pelajaran. LKPD belum memfasilitasi peserta didik untuk melatih scientific literacy. LKPD seharusnya merupakan lembaran yang berisi tugas berupa kegiatan ilmiah dan soal yang harus dikerjakan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran, berisi petunjuk atau langkah-langkah dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan Kompetensi Dasar dan indikator pencapaian hasil belajar yang harus dicapai. Oleh karena itu, kejelian guru untuk mengetahui sifat suatu materi pembelajaran yang akan dibelajarkan juga memegang peran penting. Dalam KTSP terdapat beberapa materi yang dapat diangkat menjadi suatu tema menarik untuk membelajarkan scientific literacy dengan Learning Cycle 7E. Salah satu tema tersebut adalah Bahaya Rokok bagi Pernapasan yang diambil dari KD 4.4 dan 1.5. Tema tersebut dipilih karena menjadi salah satu 5

6 soal yang dikaji dalam PISA 2015 dalam konteks yang dikategorikan sebagai kesehatan dan penyakit. Selain itu, data Kemenkes (2016: 1) menunjukkan bahwa prevalensi remaja usia tahun meningkat lebih dari 100 dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun, yaitu dari 8,9 % di tahun 1995 menjadi 18 % di tahun Untuk membelajarkan tema tersebut dibutuhkan bahan ajar berupa LKPD yang dalam pembelajarannya menerapkan Learning Cycle 7E untuk meningkatkan scientific literacy. Penggunaan LKPD bahaya rokok bagi pernapasan untuk mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran, membantu menemukan konsep, menerapkan dan mengintegrasikan konsep yang telah ditemukan. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan pengembangan LKPD berbasis Learning Cycle 7E dengan tema Bahaya Rokok Bagi Pernapasan untuk meningkatkan scientific literacy peserta didik. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut. 1. Kualitas pembelajaran di Indonesia khususnya kemampuan literasi sains berdasarkan penelitian HDI, the learning curve-pearson, UNESCO, dan OECD literasi sains Indonesia sudah mengalami peningkatan namun masih di bawah rata-rata negara OECD, hal ini menunjukkan literasi sains Indonesia belum baik. Idealnya kemampuan literasi sains yang dapat dilatihkan pada peserta didik SMP antara lain mengidentifikasi 6

7 pertanyaan/permasalahan ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah, dan menggunakan data dan bukti ilmiah. 2. LKPD yang digunakan guru hanya berorientasi pada kemampuan kognitif berupa ringkasan soal dan latihan soal. LKPD belum memfasilitasi peserta didik untuk melatih scientific literacy. Idealnya LKPD merupakan lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran, berisi petunjuk atau langkahlangkah dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan Kompetensi Dasar dan indikator pencapaian hasil belajar. 3. Model pembelajaran yang digunakan di sekolah khususnya SMP Negeri 2 Gamping belum mampu melatih literasi sains. Untuk melatih literasi sains yang baik model pembelajaran yang digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik serta lingkungan belajar salah satunya Learning Cycle 7E. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka peneliti membatasi permasalahan pada poin 2 yaitu LKPD yang digunakan guru memusatkan kemampuan kognitif serta LKPD belum memfasilitasi peserta didik untuk melatih scientific literacy. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 7

8 1. Bagaimana kelayakan lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis Learning Cycle 7E untuk meningkatkan scientific literacy peserta didik berdasarkan penilaian dari ahli media, ahli materi, dan guru? 2. Bagaimana respon peserta didik terhadap lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis Learning Cycle 7E dalam meningkatkan scientific literacy? 3. Bagaimana tingkat/pencapaian scientific literacy peserta didik menggunakan lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis Learning Cycle 7E? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut. 1. Mengetahui kelayakan lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis Learning Cycle 7E dalam meningkatkan scientific literacy peserta didik berdasarkan penilaian dari ahli media, ahli materi, dan guru. 2. Mengetahui respon peserta didik terhadap lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis Learning Cycle 7E dalam meningkatkan scientific literacy. 3. Mengetahui tingkat/pencapaian scientific literacy peserta didik menggunakan lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis Learning Cycle 7E. 8

9 F. Definisi Istilah Berikut ini definisi istilah dari variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian: 1. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah lembaran yang berisi tugas berupa kegiatan ilmiah dan soal yang harus dikerjakan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran, berisi petunjuk atau langkahlangkah dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan Kompetensi Dasar dan indikator pencapaian hasil belajar yang harus dicapai. LKPD yang dikembangkan peneliti merupakan perpaduan dari LKPD yang sebagai petunjuk praktikum saat peserta didik melakukan percobaan, LKPD yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep serta LKPD yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan. Selain itu, LKPD yang dikembangkan mengacu pada pembuatan LKPD yang baik dengan memenuhi tiga syarat, yaitu syarat didaktik atau kesesuaian dengan isi/ materi yang meliputi kesesuaian dengan SK dan KD, kebenaran konsep, penyajian menuntut peserta didik belajar aktif, penekanan pada model Learning Cycle 7E, penekanan pada aspek scientific literacy; kesesuaian dengan syarat konstruksi yang meliputi penggunaan bahasa yang tepat, penggunaan kalimat yang tepat, pertanyaan dalam LKPD, kegiatan atau percobaan dalam LKPD, LKPD menyediakan ruang untuk peserta didik menuliskan hasil 9

10 kegiatan/percobaan, memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat, mempunyai identitas peserta didik dalam LKPD untuk memudahkan administrasinya; dan kesesuaian dengan syarat teknis yang meliputi penampilan LKPD, konsistensi tulisan yang digunakan, penggunaan gambar yang tepat. 2. Model pembelajaran Learning Cycle 7E Model Learning Cycle 7E merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered) karena mengacu teori belajar konstruktivisme yang pada mulanya terdiri dari tiga tahapan kemudian lima tahapan dan sampai saat ini tujuh tahapan yang terdiri dari fase elicit, engage, explore, explain, elaborate, evaluate, dan extend. Tahapan pembelajaran tersebut sebagai acuan format dalam LKPD yang dikembangkan. 3. Scientific Literacy Literasi sains (scientific literacy) adalah kemampuan yang menekankan bagaimana ilmu pengetahuan diperoleh, menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka untuk menerapkan dan memproses konsep sains dalam kehidupan. Indikator literasi sains yang digunakan dalam penelitian ini meliputi mengidentifikasi permasalahan/pertanyaan ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah. 10

11 G. Spesifikasi Produk dan Keterbatasan Pengembangan 1. Spesifikasi Produk Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa LKPD Berbasis Learning Cycle 7E Tema Bahaya Rokok bagi Pernapasan untuk Meningkatkan Scientific Literacy Peserta Didik. Spesifikasi dari LKPD ini sebagai berikut. a. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berupa bahan ajar cetak. b. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). c. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis Learning Cycle 7E mempunyai unsur yang meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar, indikator, peta konsep, alat dan bahan, langkah kerja dan tugas, penilaian serta format isi dari LKPD meliputi judul kegiatan, tujuan, rumusan masalah, hipotesis, kegiatan penyelidikan, analisis data, diskusi, kesimpulan, evaluasi, dan pekerjaan rumah. d. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang dikembangkan dirancang untuk meningkatkan scientific literacy peserta didik. 2. Keterbatasan Pengembangan Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah pada tahap penelitian yang dikembangkan oleh Thiagarajan yakni 4-D (Four-D Models) yang terdiri dari 4 tahapan penelitian yaitu (1) pendefinisian (define), (2) perancangan (design), (3) pengembangan (develop), dan (4) 11

12 penyebaran (disseminate), dimana pada tahap penyebaran hanya terbatas kepada Guru IPA di SMP N 2 Gamping. H. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Manfaat secara umum dari penelitian dan pengembangan LKPD berbasis Learning Cycle 7E tema Bahaya Rokok bagi Pernapasan untuk meningkatkan scientific literacy peserta didik adalah untuk mengembangkan pengetahuan tentang pengembangan LKPD dan menjadi acuan/referensi bagi penelitian selanjutnya. Manfaat secara khusus yaitu LKPD yang akan dibuat dan dikembangkan dapat mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar, membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis, dan mengaktifkan peserta didik dalam mengembangkan konsep. Melalui model pembelajaran learning cycle, peserta didik dilatih untuk mampu menguasai konsep dan menerapkan konsep tersebut dalam menyelesaikan permasalahan realistis. Scientific literacy perlu dilatihkan pada peserta didik SMP karena perkembangan awal menjadi individu mandiri terbentuk mulai usia SMP maka hasil belajar pada level SMP sangat penting untuk meletakkan sikap, kesadaran dan kepekaan terhadap lingkungan yang diharapkan dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan. 12

13 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta Didik Membantu dan mempermudah peserta didik dalam belajar terutama untuk mengembangkan kemampuan literasi sains (scientific literacy). b. Bagi Pendidik Membantu pendidik dalam mengembangkan bahan ajar pembelajaran IPA dan menjadi salah satu alternatif pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. c. Bagi Peneliti Menambah wawasan mengenai pengembangan LKPD berbasis Learning Cycle 7E. 13

14 14