PEMODELAN PROSES BISNIS B2B DENGAN BPMN (STUDI KASUS PENGADAAN BARANG PADA DIVISI LOGISTIK)

dokumen-dokumen yang mirip
PEMODELAN PROSES BISNIS REGISTRASI PENGISIAN KRS UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang

Business Process Analysis

BAB II LANDASAN TEORI

Pemodelan Proses Bisnis (Lanjutan) Mia Fitriawati,M.Kom

BAB I. BPM. Pengertian BPM

Model-Model Sistem Bisnis

Kata kunci : toko baju Kalimas, sistem informasi, pembelian, penjualan

Model-Model Perusahaan. Mahendrawathi ER, Ph.D Mudjahidin, M.T.

BAB II DASAR TEORI II.1 Pekerjaan II.2 Proses

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pada era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, manusia dapat melakukan

JURNAL PEMODELAN PROSES BISNIS PENJUALAN PRODUK FASHION SECARA ONLINE BUSINESS PROCESS MODELLING SALES OF FASHION PRODUCT ONLINE

KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) PADA PROSES PRODUKSI DALAM PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU ABSTRAK

Universitas Widyatama BAB I PENDAHULUAN

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. Timbangan baik mekanik maupun elektronik.

BAB III ANALISIS. 3.1 Model Penerapan BPM pada SOA III-1

III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PROSES MODELING DALAM APLIKASI WEB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Review Rekayasa Perangkat Lunak. Nisa ul Hafidhoh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.2 (2015) PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERDAGANGAN DISTRIBUTOR KOSMETIK X

Rancang Bangun Sistem Persediaan Bahan Baku Pada PT. Victory Chingluh Indonesia

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. diusulkan dari sistem yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

BAB II LANDASAN TEORI

Kegunaan tahap ini adalah untuk memobilisasi dan mengorganisir g SDM yang akan melakukan Reengineering

SISTEM INFORMASI PENJUALAN ONLINE SEPATU PADA TOKO STARS SHOP MEDAN

ABSTRAK. Kata kunci: BPMN, Business, Prosedur, Proses. v Universitas Kristen Maranatha

MANAJEMEN PERSEDIAAN

Business Process Analysis. BPMNBusiness Process Modeling Notation Basic Concepts. Pertemuan 9. Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom

ANALISIS PEMODELAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT UNTUK PEMASARAN OBAT TRADISIONAL

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Sistem Informasi

BAB IV PERANCANGAN SPK

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Untuk mendukung penulis dalam melakukan penelitian dan pengumpulan

BAB 3 ANALISA SISTEM INVENTORI PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan P.T Berkat Jaya Komputindo

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #4 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Memberikan pengetahuan tentang:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan

DAFTAR ISI. Halaman Judul... ii. Persetujuan Proposal Tugas Akhir... iii. Persetujuan Laporan Tugas Akhir... iv. Pengesahan Dewan Penguji...

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang

PENERAPAN BUSINESS PROCESS MODELING NOTATION (BPMN) UNTUK MEMODELKAN KEBUTUHAN SISTEM PROSES PENYUNTINGAN TULISAN PADA WEBSITE JURNAL JTRISTE

Yuli Purwati, M.Kom USE CASE DIAGRAM

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PRODUK KOPI PADA UD. TIARA GLOBAL COFFEE BERBASIS WEB

KONFIGURASI APLIKASI ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) BERBASIS WEB DI PT. X

ABSTRAK. Kata kunci: material control, supplier, proyek, quality control, material, user. vii Universitas Kristen Maranatha

Object Oriented Analaysis Object Oriented Design

ABSTRAK. Kata Kunci: Analisis, Evaluasi, Proses Bisnis, Teknologi Informasi. Universitas Kristen Maranatha

PERANCANGAN APLIKASI E-PROCUREMENT DI PT. INDESSO AROMA

PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN MATERIAL PT ALSTOM POWER ESI SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIKOM ABSTRAK

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA )

1 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

Bab 3 Metodologi Penelitian

Perancangan dan Implementasi Sistem Informasi Pemesanan Bahan Baku Berbasis Web Pada PR. Kembang Arum

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. domain & Web Hosting. Untuk lebih jelas mengenai gambaran umum perusahaan,

ABSTRAK. vi Universitas Kristen Maranatha

Instruksi Kerja PURCHASING PT GITA MANDIRI TEHNIK. No. Langkah Kerja Ilustrasi Dokumen Terkait

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) A-100

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2. BAB II LANDASAN TEORI. lanjut sehingga terbentuk suatu aplikasi yang sesuai dengan tujuan awal.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Kata Kunci: transaksi, sistem informasi, desktop, aplikasi, penentuan supplier. Universitas Kristen Maranatha

BAB III. Landasan Teori

ARSITEKTUR INFORMASI PENJUALAN & PEMBELIAN KAMERA

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dengan demikian objek yang akan penulis kaji adalah Sistem Informasi

ABSTRAK. Kata Kunci: gateway, e-commerce,aplikasi berbasis web,customer relationship management.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tempat sanggar seni mayang sari di bandung dimana terletak di jalan Moch Toha


ABSTRAK. Kata Kunci: Business Process Improvement, Organizing for improvement, Understanding the process, Streamlining

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Business Process Management (BPM) Konsep Dasar Tujuan II-1

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Informasi Program Studi Komputerisasi Akuntansi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2005 / 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ARSITEKTUR INFORMASI PENJUALAN TRAKTOR, ALAT PANEN DAN SPARE PART

PERANCANGAN SISTEM PENJUALAN BERBASIS ELECTRONIC COMMERCE (E-COMMERCE) BUSINESS TO CUSTOMER (Studi Kasus : Penjualan Pakaian)

ANALISIS DAN DESAIN SISTEM INFORMASI INVENTORY DI ASTI OFFSET

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek peneletian dimana penulis melakukan penelitian yaitu di PT.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana

Tujuan 04/07/ :01

Keywords ; supply chain management system, distribution system, manajemen mata rantai suplai, tracking items, mata rantai distribusi.

Perancangan Sistem Informasi Perencanaan dan Pengendalian Bahan Baku Pada PT. Hema Medhajaya

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

Perencanaan Arsitektur Data dan Aplikasi pada Divisi Marketing Perusahaan Ekspedisi dan Distribusi X

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang dilakukan di Sabilla

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rancangan Aplikasi Persediaan Barang Pada TB. Putra Mas Pangkalpinang Melati Suci 1), Sujono 2)

BAB II LANDASAN TEORI. terpadu untuk mengembangkan rencana rencana strategis yang diarahkan pada

Transkripsi:

PEMODELAN PROSES BISNIS B2B DENGAN BPMN (STUDI KASUS PENGADAAN BARANG PADA DIVISI LOGISTIK) Dewi Rosmala 1), Falahah 2) 1) Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional Bandung, e-mail: rosmala@yahoo.com 2) Sekolah Bisnis dan Manajemen, Institut Teknologi Bandung, e-mail: andromeda1268@yahoo.com ABSTRAKSI BPMN (Business Process Modelling Notation) adalah suatu metodologi yang relatif baru tetapi saat ini mulai banyak diterima oleh kalangan luas sebagai suatu model standar untuk menggambarkan proses bisnis suatu organisasi. BPMN tidak hanya terdiri atas model diagram tetapi juga dilengkapi dengan serangkaian alat bantu untuk menurunkan proses tersebut menjadi bahasa eksekusi bisnis. Kelebihan metoda BPMN dalam memodelkan masalah terletak pada kemampuannya untuk memodelkan bisnis yang bertipe e-bisnis dengan aliran informasi berupa pesan-pesan (message) yang dilewatkan antar entitas bisnis. Pada makalah ini, BPMN dicoba diterapkan untuk memodelkan proses bisnis fungsi logistik di sebuah perusahaan. Model BPMN dipilih karena dianggap dapat menggambarkan kondisi proses bisnis yang sebenarnya, yang melibatkan berbagai pihak di luar perusahaan dalam mengelola logistik, dan kebanyakan komunikasi antar entitas bisnis dilakukan melalui pesan-pesan dalam konsep e-bisnis. Dari analisis atas proses bisnis pada divisi logistik tersebut dihasilkan 2 lapisan model diagram BPMN yaitu level 1 (untuk kasus penelusuran PO normal) dan level 2 (untuk kasus penelusuran PO bermasalah). Dari hasil pemodelan ini dapat dilihat adanya interaksi B2B antar berbagai entitas bisnis yang terkait. Kata kunci: BPMN, Proses Bisnis, Logistik, E-bisnis, B2B. 1. PENDAHULUAN Ketatnya persaingan bisnis saat ini menyebabkan perusahaan berusaha semaksimal mungkin mengoptimasi proses bisnis yang ada di dalam organisasi. Analisis proses bisnis merupakan salah satu alat untuk mengevaluasi dan melakukan perbaikan atas proses bisnis. Melalui analisis proses bisnis maka perusahaan dapat memutuskan proses mana yang dapat dikurangi, diserahkan ke pihak luar atau dihilangkan sama sekali. Tahapan awal dalam menganalisis proses bisnis adalah menggambarkan proses bisnis tersebut [1]. Agar proses bisnis ini dapat dikomunikasikan dengan mudah ke semua pihak yang terkait maka diperlukan teknik pemodelan proses bisnis yang praktis tetapi cukup representatif mewakili proses yang sebenarnya. Salah satu model yang saat ini mulai banyak diadopsi oleh organisasi adalah BPMN yang dirilis pertama kali pada pertengahan tahun 2004[2]. 2. BPMN BPMN adalah singkatan dari Business Process Modeling Notation, yaitu suatu metodologi baru yang dikembangkan oleh Business Process Modeling Initiative sebagai suatu standard baru pada pemodelan proses bisnis, dan juga sebagai alat desain pada sistem yang kompleks seperti sistem e- Business yang berbasis pesan (message-based). Tujuan utama dari BPMN adalah menyediakan notasi yang mudah digunakan dan bisa dimengerti oleh semua orang yang terlibat dalam bisnis, yang meliputi bisnis analis yang memodelkan proses bisnis, pengembang teknik yang membangun sistem yang melaksanakan bisnis, dan berbagai tingkatan manajemen yang harus dapat membaca dan memahami proses diagram dengan cepat sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan.[3] Notasi BPMN yang baru juga dirancang untuk sifat sistem berbasis layanan web. BPMN dapat memodelkan pesan kompleks yang dilewatkan diantara pelaku bisnis atau bagian dari pelaku bisnis, kejadian yang menyebabkan pesan dilewatkan, dan aturan bisnis yang membatasi kejadian tersebut. BPMN memugkinkan proses bisnis dipetakan ke bahasa eksekusi bisnis berbasis XML seperti BPEL4WS (Business Process Execution Language for Web Service) dan BPML (Business Process Modeling Language). Informasi pada bahasa eksekusi bisnis ini dapat divisualisasikan dengan notasi umum. Contoh penerapan notasi pada sistem berbasis layanan web adalah seperti pada gambar 1. Salah satu kelebihan diagram BPMN adalah kemampuan memodelkan aliran pesan. Diagram bisnis proses tradisional mampu memodelkan aliran proses secara sekuensial, dari kejadian awal sampai hasil akhir. Dalam lingkungan e-commerce, tentunya, orang mengirim pesan kepada yang lain sebagai bagian dari aliran proses. Pesan ini menuntun pada penggambaran dan pemahaman proses business to business dan business to customer [2]. Pada BPMN dapat digambarkan aliran pesan melalui Message Flow Line, contoh aliran pesan dapat dilihat pada gambar 2. J-63

Pools dan lanes (kolam dan garis batas lintasan pada kolam renang) digunakan untuk menggambarkan secara grafis pemisahan aliran proses berdasarkan organisasi atau departemen yang melakukannya. Umumnya organisasi diwakili dengan sebuah pool, dan departemen pada organisasi tersebut diwakili dengan lanes. Gambar 1. Notasi pada sistem berbasis layanan web. [3] kita menunjukkan detil yang berada di dalam pool, maka disebut white-box yang artinya terbuka untuk diinspeksi. Jika detail aliran proses di dalam pool (dan memiliki black-box pool) belum dapat dimodelkan, maka masih dapat dilakukan pemodelan bagaimana pool berinterrelasi dengan dunia luar dengan menggambarkan aliran pesan dari dan ke batas pool tersebut seperti pada gambar 4. 3. PENERAPAN BPMN Untuk menerapkan BPMN maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut [3]: 1. Menetapkan sudut pandang kajian masalah (point of view). Sudut pandang ini penting untuk membatasi ruang lingkup masalah dan menggambarkan proses bisnis pada ruang lingkup tersebut. Hal ini karena sebuah proses bisnis seringkali sangat rumit dan melibatkan banyak pihak, sehingga ketika dimodelkan, harus ditentukan dari sudut pandang pihak mana model tersebut dibangun. 2. Mendefinisikan Critical Success Factor (CSF) sebagai ukuran keberhasilan yang ingin dicapai oleh proses bisnis tersebut. 3. Membuat abtraksi umum dan melakukan dekomposisi atas proses sehingga dapat dibuat model yang komprehensif pada setiap lapisan proses. 4. Menggambarkan modelnya menggunakan BPMN. Gambar 2. Aliran pesan melalui message flow line.[2] Sebuah pool dapat mewakili hal lain selain organisasi, misalnya sebuah fungsi, aplikasi, lokasi, class atau sebuah entitas. Contoh pool dan lanes digambarkan pada gambar 3. Gambar 4. Interrelasi pool. [3] Gambar 3. Pool dan lanes. [2] Kita dapat mendetilkan aliran proses di dalam sebuah pool dengan memilih merepresentasikannya sebagai black-box tanpa menampilkan detil. Jika Agar lebih jelas, pada tulisan ini akan dibahas contoh penerapan BPMN untuk memodelkan proses bisnis pada divisi logistik sebuah perusahaan. Model BMPN digunakan karena dalam operasionalnya divisi logistik perusahaan ini benar-benar berperan sebagai kordinator logistik saja, tidak meliputi manajemen pergudangan karena pergudangannya diserahkan ke pihak luar (outsource). Contoh Penerapan BPMN Point of view: Divisi Logistik J-64

Critical Success Factor: Dapat memenuhi permintaan barang dari divisi lain Dapat menelusuri jejak status pengadaan barang Abstraksi: Divisi logistik pada PT.X bertanggung jawab pada proses penyediaan barang. Permintaan pengadaan barang dapat diajukan oleh customer, dalam hal ini customer adalah divisi-divisi lain pada perusahaan yang sama (PT. X). Dalam usaha pemenuhan permintaan tersebut maka divisi Logistik melakukan interaksi dan kerjasama dengan divisi-divisi lain pada perusahaan yang sama diantaranya dengan divisi Pembelian/Purchasing dan customer yang terkait, serta melakukan interaksi juga dengan mitra bisnis perusahaan yaitu supplier selaku pemasok barang dan gudang selaku pengelola penyimpanan barang. Batasan Masalah: Untuk memperjelas pemodelan maka dilakukan pembatasan, asumsi dan penegasan keadaan sebagai berikut: 1. Proses bisnis yang dimodelkan adalah berdasarkan proses kerja divisi logistik dan tidak memperhatikan secara terperinci proses kerja di divisi lain. 2. Fungsi bisnis Supplier dan Gudang dikelola oleh perusahaan terpisah (tidak berada pada satu perusahaan yang sama) 3. Fungsi bisnis Supplier dan Gudang juga berada di luar perusahaan yang dikaji (PT.X) dan merupakan mitra bisnis PT.X. 4. Divisi Logistik tidak menangani fungsi pembelian barang, penetapan harga, pemilihan mitra bisnis (supplier/gudang), dan pengadaan tender. 5. Proses bisnis dimodelkan untuk mencapai kinerja optimal divisi Logistik yaitu dapat memenuhi permintaan barang dan dapat menelusuri jejak status setiap permintaan barang. Deksripsi Proses: Berdasarkan notasi BPMN, proses bisnis pada Divisi Logistik, khususnya kasus penelusuran pengadaan barang (Purchase Order/PO) digambarkan dalam bentuk diagram proses yang ditempatkan pada sebuah pool-lane sehingga terlihat keterkaitan antar divisi Logistik dengan divisi lain maupun dengan mitra bisnisnya. Dalam diagram pool-lane divisi Logistik ditempatkan pada sebuah lane, dengan fungsi customer dan fungsi purchasing pada lane lain pada sebuah Pool yang sama. Level Pertama: Untuk penyederhanaan penggambaran dan mempermudah pemahaman, maka pada level pertama sebetulnya hanya ada 2 pool yang terlihat yaitu pool PT.X dan pool Gudang. Pada level pertama ini tujuan utama yang ingin dicapai adalah bagaimana merepresentasikan alur kerja di divisi Logistik dalam usahanya memenuhi permintaan customer. Untuk memenuhi permintaan tersebut divisi Logistik melakukan interaksi dengan Purchasing dalam hal membuat permintaan pembelian barang dan interaksi dengan mitra bisnis (Gudang) dalam hal pengiriman barang dan penelusuran ketersediaan barang. Proses dimulai ketika ada event keperluan barang dari customer. Customer kemudian membuat dokumen permintaan barang yang kemudian dikirimkan ke bagian Logistik dokumen ini (Material Request) kemudian diterima dan logistik akan mengirimkan pesan permintaan status stock jenis barang seperti yang tertera pada dokumen permintaan barang. Pesan ini diterima oleh Perusahaan pengelola pergudangan dan kemudian setelah memeriksa keadaan di Gudang perusahaan ini akan mengirimkan pesan kembali ke bagian Divisi Logistik tentang status keberadaan barang tersebut. Berdasarkan pesan yang diterima ini kemudian bagian Logistik akan melakukan evaluasi. Hasil evaluasi dapat berupa 3 alternatif yaitu: 1. Jika barang tersedia sesuai permintaan maka divisi logistik akan mengirimkan surat perintah pengeluaran barang (Material Ticket) ke bagian gudang. Kemudian berdasarkan surat tersebut maka gudang akan mengeluarkan barang langsung kepada customer yang meminta dan memberikan laporan pengeluaran barang kepada divisi Logistik. 2. Jika barang tidak tersedia (stok kosong atau minimum) maka divisi logistik akan membuat surat permintaan pengadaan barang (PR Purchase Requisition) kepada divisi Purchasing/Pengadaan yang masih berada pada perusahaan yang sama (PT,X). Dvisi Purchasing kemudian akan menjawab status permintaan pembelian tersebut. 3. Jika ternyata status ketersediaan barang belum pasti karena ada proses pembelian dan pengiriman barang yang belum selesai dari supplier (PO/Pembelian bermasalah) maka divisi Logistik akan melakukan penelusuran lebih lanjut kepada supplier (perusahaan terpisah dari PT.X dan merupakan mitra bisnis PT.X) dengan meminta konfirmasi data dari bagian pembelian/purchasing. Divisi logistik kemudian akan membuat laporan hasil pengadaan barang maupun penelusuran status ketersediaan barang sebagai alat untuk mengukur kinerja divisi logistik. Proses dianggap selesai ketika barang telah terkirim ke customer atau ketika laporan tentang penelusuran PO bermasalah dan penyelesaiannya selesai dibuat. Proses tersebut digambarkan dalam notasi BPMN seperti yang terlihat pada Gambar 5 dan 6. Pada Gambar 5 notasi lingkaran dengan garis ganda menunjukkan bahwa proses belum selesai dan notasi lingkaran ini menyatakan titik antara. Pada Gambar 6 notasi lingkaran dengan garis tunggal dan tebal menyatakan bahwa proses sudah selesai. J-65

Gambar 5. Diagram BPMN Proses Penelusuran PO pada Divisi Logistik Gambar 6. Diagram BPMN Proses Penelusuran PO pada Divisi Logistik (lanjutan) Level Kedua: Untuk menelusuri kasus Pembelian/PO bermasalah, maka dibuat diagram dekomposisi dari proses evaluasi PO bermasalah. Proses ini dimulai ketika terjadi PO bermasalah. Berdasarkan data status PO yang belum selesai dari Gudang, maka divisi Logistik akan meminta data PO kepada bagian Purchasing. Data ini kemudian dievaluasi dengan cara melakukan konfirmasi dengan Perusahaan Supplier. Evaluasi yang dilakukan meliputi kasus: 1. Supplier belum menerima PO. 2. Barang belum dikirim tetapi PO sudah diterima oleh Supplier 3. Barang baru dikirim sebagian. 4. Dari barang yang sudah dikirim ada sebagian yang dikembalikan ke supplier karena rusak (return). 5. Supplier sedang tidak dapat menyediakan barang tersebut. Untuk semua kemungkinan tersebut, dari point 2 sampai 4 maka divisi logistik akan meminta konfirmasi dari supplier tentang kesanggupan penyelesaian PO tersebut. Sedangkan utuk point 1 dan 5 maka divisi Logistik akan meneruskan hasil evaluasi tersebut ke bagian Purchasing untuk ditindaklanjuti. Dekomposisi diagram untuk pengecualian penelusuran kasus PO bermasalah diturunkan dari proses Mengevaluasi PO Bermasalah pada diagram BPMN Gambar 5, yaitu notasi proses yang disertai dengan tanda +, yang berarti dapat didekomposisi lebih lanjut. Hasil dekomposisinya dapat dilihat pada Gambar 7. J-66

Gambar 7. Diagram BPMN Level 2 (Proses Penelusuran PO bermasalah pada Divisi Logistik) Proses Bisnis B2B: Definisi dari http://www.marketingterms.com/ dictionary/ b2b/ menyatakan bahwa [4]: B2B (business-to-business): Business that sells products or provides services to other businesses. Keterangan pada situs yang sama menyebutkan bahwa meskipun aktivitas antar bisnis dapat terjadi secara offline dan online, akronim B2B terutama digunakan untuk menggambarkan jenis interaksi online. Proses bisnis pada kasus pengadaan barang di divisi Logistik ini melibatkan beberapa mitra bisnis yang berbeda maka kasus ini sangat sesuai untuk dijadikan model proses bisnis Business to Business (B2B) yang didominasi oleh arus pesan bolak-balik antara pelaku bisnis terkait. Dalam kasus ini, karena sudut pandang permasalahan adalah berdasarkan proses kerja divisi Logistik maka pemodelan proses interaksi antar mitra bisnis dipusatkan pada interaksi antara Logistik dengan Supplier dan Logistik denga Gudang. Pada kasus ini tidak dimodelkan interaksi bisnis antara Supplier dengan Purchasing maupun antara Supplier dengan Gudang. Proses yang kemudian dapat diinterpretasi dan diimplementasi menjadi suatu sistem B2B adalah: 1. Interaksi antara divisi Logistik dengan Supplier 2. Interaksi antara divisi Logistik dengan Gudang Sedangkan untuk interaksi internal antar divisi dapat dibuatkan semacam media bersama misalnya berupa Enterprise Application Integration (EAI) yang mendukung komunikasi antara customer (divisi-divisi lain /user), Logistik dan Purchasing. Pada kasus di atas, notasi hubungan B2B dapat dilihat pada gambar III.1 dan III.2, yang menunjukkan adanya aliran pesan antara pool logistik dan gudang. 4. KESIMPULAN Dari penerapan metoda BPMN pada kasus pemodelan proses bisnis pengadaan barang Divisi Logistik di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: a. Pemodelan Proses Bisnis menggunakan BPMN relatif lebih praktis digunakan karena dapat menggambarkan keseluruhan proses dalam satu diagram sederhana sehingga representasi proses bisnis relatif lebih cepat dipahami. b. BPMN sangat sesuai digunakan untuk menggambarkan tipe relasi bisnis B2B dengan membedakan antara aliran proses dengan aliran pesan sehingga ketika satu pihak bisnis berinteraksi dengan pihak lain, maka sifat interaksi biasanya hanya berupa pesan, tetapi tidak berupa satu instruksi proses. c. Pada kasus di atas, terdapat 3 pool yaitu PT.X, Gudang dan Supplier. Divisi logistik sebagai bagian dari PT.X yang kemudian berinterkasi secara internal dan eksternal. d. Interaksi eksternal divisi Logistik dengan Gudang dan Supplier kemudian dapat direpresentasikan sebagai tipe relasi bisnis B2B. PUSTAKA [1] Burlton, Roger T, Business Process Management, Profiting from Process, Sams Publishing, 2001. [2] www.bmpi.org (diakses tanggal 10-11-2004) [3] http://www.popkin.com/products/system_archit ect/business_modeling (diakses tanggal 10-11- 2004) [4] http://www.marketingterms.com/dictionary/b2b/ (diakses tanggal 10-11-2004) J-67