Pengenalan Citra Wajah dengan Pemrosesan Awal Transformasi Wavelet

dokumen-dokumen yang mirip
PENGENALAN CITRA WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT DAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACK-PROPAGATION

UJI KINERJA FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN EIGENFACES

IMPLEMENTASI TEMU KEMBALI CITRA TEKSTUR MENGGUNAKAN ROTATED WAVELET FILTER

BAB 2 LANDASAN TEORI. mencakup teori speaker recognition dan program Matlab. dari masalah pattern recognition, yang pada umumnya berguna untuk

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski

EKSTRAKSI CIRI GEOMETRIS UNTUK APLIKASI IDENTIFIKASI WAJAH. Oleh: Kholistianingsih

Pengenalan Wajah Dengan Algoritma Canonical Correlation Analysis (CCA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi

PERBANDINGAN DTCWT DAN NMF PADA FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN EUCLIDEAN DISTANCE

Penyusun Tugas Akhir Alvian Adi Pratama [ ] Dosen Pembimbing Diana Purwitasari, S.Kom, M.Sc. Dr. Eng. Nanik Suciati, S.Kom., M.Kom.

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia memiliki insting untuk berinteraksi satu sama lain demi mencapai

KLASIFIKASI SIDIKJARI DENGAN PEMROSESAN AWAL TRANSFORMASI WAVELET Minarni *

SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE EIGENFACE DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST)

PENGENALAN GENDER MEMANFAATKAN WAJAH MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KLASIFIKASI NEAREST NEIGHBOR

Pembentukan Vektor Ciri Dengan Menggunakan Metode Average Absolute Deviation (AAD)

IMPLEMENTASI ALGORITMA FRACTAL NEIGHBOUR DISTANCE UNTUK FACE RECOGNITION

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pengembangan Perangkat Lunak untuk Pengenalan Wajah dengan Filter Gabor Menggunakan Algoritma Linear Discriminant Analysis (LDA)

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN BANYAKNYA JUMLAH KELAS POLA YANG DIKENALI DAN TINGKAT KERUMITAN POLANYA

Deteksi Senyum Menggunakan Fitur Gabor dan Histograms of Oriented Gradients pada Bagian Mulut, Hidung, dan Mata

Pengenalan Wajah dengan Metode Subspace LDA (Linear Discriminant Analysis)

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 1 NO. 1 MARET 2010

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI

Dosen Program Studi Ilmu Komputer Universitas Pakuan Bogor

SISTEM PENDETEKSI WAJAH MANUSIA PADA CITRA DIGITAL (PROPOSAL SKRIPSI) diajukan oleh. NamaMhs NIM: XX.YY.ZZZ. Kepada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DETEKSI KELOMPOK USIA MANUSIA BERDASARKAN FITUR WAJAH MENGGUNAKAN FILTER GABOR 2D

FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN METODE TWO- DIMENSIONAL PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (2DPCA) ABSTRAK

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EIGENFACE DAN EUCLIDEAN DISTANCE

ESTIMASI FUNGSI SPASIAL PADA IDENTIFIKASI FITUR WAJAH

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2004/2005

PENGENALAN TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI WAVELET TRANSFORM DARI PROJECTION PROFILE

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Pengunjung Atlantis Water Adventure. Jumlah Pengunjung

Analisa Multiwavelet untuk Kompresi Suara

SINTESA EKSPRESI WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN RADIAL BASIS FUNCTION NETWORK

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN PENGENALAN WAJAH BERBASIS FITUR DAN BERBASIS CITRA DENGAN PRAPROSES ANALISIS KOMPONEN UTAMA ENDANG WOROKESTI

Pengantar Mata Kuliah Pengolahan Citra

Kombinasi KPCA dan Euclidean Distance untuk Pengenalan Citra Wajah

VERIFIKASI PERSONAL BERDASARKAN CITRA TANGAN DENGAN METODE FILTER GABOR. Abstrak

Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

PENDETEKSIAN TITIK TITIK JANGKAR UNTUK VERIFIKASI FACE 3D

PERBANDINGAN METODE KDDA MENGGUNAKAN KERNEL RBF, KERNEL POLINOMIAL DAN METODE PCA UNTUK PENGENALAN WAJAH AKIBAT VARIASI PENCAHAYAAN ABSTRAK

BAB 2 LANDASAN TEORI

Adiguna¹, -². ¹Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

PENGENALAN OBJEK PADA CITRA BERDASARKAN SIMILARITAS KARAKTERISTIK KURVA SEDERHANA

Human Face Detection by using eigenface method for various pose of human face

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

PENGENALAN POLA BENTUK BUNGA MENGGUNAKAN PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS DAN K-NN

Penerapan Metode Phase Congruency Image (PCI) dalam Pengenalan Citra Wajah secara Otomatis

PENGARUH PEMAKAIAN EDGE DETECTION PADA SISTEM PENGENALAN HURUF KAPITAL TULISAN TANGAN

Pengenalan Wajah Manusia dengan Hidden Markov Model (HMM) dan Fast Fourier Transform (FFT)

Segmentasi Kata Tulisan Tangan Menggunakan Jendela Blackman

APLIKASI BIOMETRIKA PENCOCOKAN CITRA DAUN TELINGA BERBASIS TEKSTUR DAN BENTUK MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI WAVELET DAN CHAIN CODE

PERBANDINGAN METODE MINIMUM DISTANCE PATTERN CLASSIFIER DAN NEURAL NETWORK BACKPROPAGATION DALAM MENGENALI WAJAH MANUSIA DENGAN EKSPRESI YANG BERBEDA

TOLERANSI UNJUK PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENAMBAHAN DERAU DAN SUDUT PUTARAN TERHADAP POLA KARAKTER TULISAN TANGAN JENIS ANGKA

BAB 2 Landasan Teori

Gambar 15 Contoh pembagian citra di dalam sistem segmentasi.

PENGENALAN KARAKTER DENGAN MENGGUNAKAN HAMMING NETWORK

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

Muhammad Nasir. Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh Medan Km Lhokseumawe

BAB II LANDASAN TEORI. Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media

Pengantar PENGOLAHAN CITRA. Achmad Basuki PENS-ITS Surabaya 2007

Rancang Bangun Prototipe Aplikasi Pengenalan Wajah untuk Sistem Absensi Alternatif dengan Metode Haar Like Feature dan Eigenface

Pengenalan Ekspresi Wajah Berdasarkan Bentuk dan Tekstur

Gambar IV-1. Perbandingan Nilai Korelasi Antar Induk Wavelet Pada Daerah Homogen Untuk Level Dekomposisi Pertama

Implementasi Pengenalan Citra Wajah dengan Algoritma Eigenface pada Metode Principal Component Analysis (PCA)

BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) DAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION (SVD)

PENGENALAN EMOSI SESEORANG BERDASARKAN BENTUK BIBIR DENGAN METODE DISCRETE HARTLEY TRANSFORM ABSTRAK

SISTEM PENGENALAN INDIVIDU MELALUI IDENTIFIKASI TELAPAK TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MATRIKS DISKRIMINATOR SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR

DETEKSI DAN REPRESENTASI FITUR MATA PADA SEBUAH CITRA WAJAH MENGGUNAKAN HAAR CASCADE DAN CHAIN CODE

BAB III PENGOLAHAN DATA

Karakteristik Spesifikasi

Principal Component Analysis

PENGEMBANGAN SISTEM PENGENALAN EKSPRESI WAJAH MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION (STUDI KASUS PADA DATABASE MUG)

Klasifikasi Citra Menggunakan Metode Minor Component Analysis pada Sistem Temu Kembali Citra

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN DENGAN DETEKSI TEPI DAN KOEFISIEN KORELASI

Konsep Penambahan High Pass Filter pada Pengenalan Pola Metode SIFT

EVALUASI PENGARUH FUNGSI AKTIFASI DAN PARAMETER KEMIRINGANNYA TERHADAP UNJUKKERJA PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

Implementasi Pengenalan Wajah Berbasis Algoritma Nearest Feature Midpoint

Verifikasi Citra Wajah Menggunakan Metode Discrete Cosine Transform Untuk Aplikasi Login

BAB I PENDAHULUAN. satu bagian sistem biometrika adalah face recognition (pengenalan wajah). Sistem

Implementasi Teori Graf Dalam Masalah Fingerprint Recognition (Pengenalan Sidik Jari)

ROBUST BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI KOEFISIEN DISCRETE WAVELET TRANSFORM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Algoritma Pengenalan Ekspresi Wajah Menggunakan Wavelet Neural Networks

PENGENALAN WAJAH MANUSIA DENGAN METODE PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS (PCA)

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM


JURNAL TEODOLITA. VOL. 14 NO. 1, Juni 2013 ISSN DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penglihatan manusia memiliki akurasi yang besar dalam mengenali

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI PERSONAL BERDASARKAN CITRA STRUKTUR TANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini mengacu pada tahapan proses yang ada pada sistem

Korelasi Jarak Wajah Terhadap Nilai Akurasi Pada Sistem Pengenalan Wajah Menggunakan Stereo Vision Camera

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Transkripsi:

Pengenalan Citra Wajah dengan Pemrosesan Awal Transformasi Wavelet Resmana Lim 1,2), Marcel J.T. Reinders 1) dan Thiang 2) 1) Information and Communication Theory Group Faculty of Information Technology and Systems Delft University of Technology P.O. Box 5031, 2600 GA Delft, The Netherlands {R.Lim; M.J.T.Reinders}@its.tudelft.nl 2) Electrical Engineering Department Petra Christian University Siwalankerto 121-131, Surabaya 60236, Indonesia {resmana; thiang}@petra.ac.id Abstrak Makalah ini membahas sebuah sistem pengenalan sinyal 2D, yaitu citra wajah untuk mengenali identitas seseorang. Citra wajah diproses awal menggunakan transformasi wavelet menghasilkan representasi multi resolusi dari citra aslinya. Penggunaan transformasi wavelet ini dimotivasi oleh hasil beberapa studi biologi tentang kemiripan system retina dan simple cortial cells dengan pemrosesan wavelet. Transformasi wavelet disini digunakan sebagai metode ekstraksi feature sekaligus reduksi dimensi input citra. Eksperimen menggunakan database standar dari ORL (Ollivety Research Laboratory) yang memuat 400 citra wajah yang terdiri dari 40 individu dengan masing-masing 10 wajah per individu. Keberhasilan pengenalan menggunakan klasifikasi k-nearest-neighbour adalah 94 %. Pengujian juga dilakukan pada citra bernoise gaussian dengan SNR=10,5, 0 dan 9dB. Ternyata penambahan noise pada input citra tidak mempengaruhi keberhasilan pengenalan secara berarti. KATA KUNCI: pengenalan wajah, transformasi wavelet, ekstraksi feature, pengenalan sinyal 2D 1. Pendahuluan Secara umum sistem pengenalan citra wajah dibagi menjadi 2 jenis yaitu: sitem featurebased dan sitem image-based [1]. Pada sistem pertama digunakan fitur yang diekstraksi dari komponen citra wajah (mata,hidung,mulut, dll) yang kemudian dimodelkan secara geometris hubungan antara fitur-fitur tersebut. Sedangkan pada sistem ke dua menggunakan informasi mentah dari pixel citra yang kemudian direpresentasikan dalam metode tertentu (misalnya principal component analysis (PCA), transformasi wavelet, dll) yang kemudian digunakan untuk pelatihan dan klasifikasi indentitas citra. Paper ini menggunakan pendekatan ke dua, dimana pixel citra wajah diproses awal menggunakan transformasi wavelet.yang menghasilkan representasi multi resolusi dari citra aslinya. Penggunaan transformasi wavelet ini dimotivasi oleh hasil beberapa studi biologi tentang kemiripan sistem retina dan simple cortial cells dengan pemrosesan wavelet [2,3,4]. Disini transformasi wavelet digunakan sebagai metode ekstraksi fitur sekaligus mereduksi dimensi input citra. Input citra yang diambil dari database standar milik ORL (Ollivety Research Laboratory) [5] berdimensi 112x92 diproses dengan transformasi wavelet 3 level menggunakan fungsi induk keluarga Daubechies untuk menghasilkan representasi multi resolusi. Dekomposisi citra wajah menggunakan transformasi wavelet menghasilkan sejumlah sub-citra yang terdiri dari citra pendekatan dan citra detil. Hasil transformasi wavelet ini digunakan sebagai input untuk klasifikasi. Disini digunakan sistem klasifikasi dengan metode sederhana k-nearest neighbour (k-nn) untuk menentukan identitas citra wajah. Pembahasan paper selanjutnya adalah sebagai berikut: pada bab 2 berisikan tentang dekomposisi wavelet citra wajah untuk menghasilkan representasi multi resolusi dan penjelasan tentang sistem secara keseluruhan. Hasil-hasil percobaan diberikan pada bab 3 dan terakhir ditutup dengandiskusi dan kesimpulan yang diberikan pada bab 4.

2. Dekomposisi Wavelet Sinyal Citra Secara umum transformasi wavelet kontinyu untuk sinyal f(x) berdimensi 1-D didefinisikan pada persamaan (1) [6]: dengan (1) (2) Fungsi disebut dengan fungsi induk wavelet yang mampu melokalisasi sinyal f(x). Transformasi wavelet men-dekomposisi sinyal f(x) kedalam bentuk varian sinyal induk wavelet yang ter-dilasi dan ter-translasi. Dengan kata lain sinyal f(x) direpresentasikan sebagai jumlah dari kumpulan dilated-version dan translated-version fungsi induk wavelet. Fungsi induk terdilasi dengan faktor a dan ter-translasi sebesar b. Persamaan 1 dapat dibentuk kedalam bentuk diskrit dengan memberikan a dan b nilai diskrit (a=2 n, b Z). Umumnya beberapa batasan juga harus dipenuhi pada fungsi induk wavelet agar transformasi wavelet tidak redundan (non-redundant), lengkap (complete) dan membentuk representasi multi resolusi dari sinyal aslinya. Implementasi transformasi wavelet secara efisien biasanya dilakukan menggunakan quadrature mirror filter. Pengembangan untuk kasus sinyal berdimensi 2- D (sinyal citra 2-D) biasanya dilakukan dengan menerapkan bank filter secara terpisah terhadap sinyal citra. Biasanya digunakan sebuah low-pass filter (H) dan band-pass filter (G). Konvolusi citra dengan low-pass filter menghasilkan sinyal yang biasa disebut dengan citra pendekatan (approximation image) dan konvolusi dengan band-pass filter pada arah spesifik menghasilkan citra detil (details images). Low-pass filter dan band-pass filter yang digunakan disini diambil sesuai dengan desain filter pada wavelet keluarga Daubechies-2 [6]. Dengan demikian dekomposisi wavelet memecah citra asli menjadi citra pendekatan dan citra detil seperti dapat dilihat pada gambar 1. Sinyal pendekatan tersebut selanjutnya dapat didekomposisi kembali secara hirarki pada level berikutnya menjadi sinyal pendekatan dan sinyal detil. Pada level n, sinyal di-dekomposisi dengan cara sebagai berikut: A n =[H x *[H y *A n-1 ] 2,1 ] 1,2 D n1 =[H x *[G y *A n-1 ] 2,1 ] 1,2 D n2 =[G x *[H y *A n-1 ] 2,1 ] 1,2 D n3 =[G x *[G y *A n-1 ] 2,1 ] 1,2 (3) Dimana * adalah tanda operasi konvolusi, 2,1( 1,2) menandakan sub-sampling sepanjang sinyal baris (kolom) dan A 0 =I(x,y) adalah sinyal citra orisinal. A n didapat melalui proses lowpass filter dan merupakan citra pendekatan pada skala/level n. Citra detil pada skala/level n, D ni didapat melalui proses band-pass filter pada arah spesifik (i=1,2,3 untuk vertikal, horisontal dan diagonal). Dengan demikian citra orisinal I direpresentasikan kedalam sejumlah sub-citra (subimages) pada beberapa skala. Untuk lebih jelasnya dekomposisi wavelet 3-level dari sinyal citra wajah diberikan pada gambar 1. Di sini terlihat empat sub-citra pada pojok kiri atas adalah hasil dekomposisi pada level n=3. Citra paling pojok kiri atas adalah citra pendekatan, dan 3 citra sisanya adalah citra detil.. Sistem pengenalan wajah disini menggunakan input/vektor fitur (feature vector) yang diambil dari sub-citra {A n,d ni } yang dihasilkan dari proses dekomposisi di atas. Vektor fitur tersebut kemudian digunakan pada proses pelatihan dan proses klasifikasi menggunakan metode sederhana k-nearest neighbour (k-nn). Sistem pengenalan wajah secara blok diagram diilustrasikan pada gambar 2. Penggunaan input citra pendekatan A n dan citra detil D ni dimotivasi oleh bukti-bukti biologis [7] yang mengisyaratkan adanya perbedaan pemrosesan sinyal visual pada ke dua sisi otak manusia (left/right hemispheres). Otak kanan (right hemisphere) memiliki keunggulan membedakan citra wajah secara global, dalam hal ini ia memiliki kemampuan menangkap fitur global dalam membedakan wajah dari berbagai identitas. Sedangkan otak kiri (left hemisphere) lebih memiliki kemampuan membedakan citra wajah secara detil, misalnya ekspresi, bentuk mulut, dan lain-lain. Dengan demikian terdapat semacam spesialisasi kemampuan proses visual yang mana otak kiri lebih memiliki kemampuan proses pembedaan lokal (detil) sedangkan pemrosesan secara global dimiliki oleh otak kanan. Sistem pengenalan wajah disini menggunakan paduan ke dua kemampuan ini dan diharapkan menghasilkan kemampuan pengenalan sistem yang lebih lengkap.

citra orisinal hasil dekomposisi wavelet n=3 level Gambar 1. Dekomposisi Wavelet Sinyal Citra Wajah Citra Wajah Dekomposisi Wavelet Sub-Citra Pendekatan A Sub-Citra Detil Klasifikasi k-nn Identitas Gambar 2. Blok Diagram Sistem. 3. Hasil Percobaan Eksperimen dilakukan menggunakan database wajah standar dari ORL (Ollivety Research Laboratory) yang memuat 400 citra wajah yang terdiri dari 40 individu dengan masing-masing 10 wajah per individu. Citra wajah ini berdimensi 112x92 yang memiliki variasi ekspresi (senyum, mata terbuka/tertutup, berkacamata/tidak). Posisi pengambilan citra adalah frontal dengan toleransi tilting&rotation 20 derajat. Juga terdapat toleransi variasi skala sebesar 10 persen. Pada eksperimen citra wajah dibagi menjadi 2 kelompok masing-masing terdiri dari 200 citra (5 citra berbeda per individu). Satu kelompok digunakan untuk training dan kelompok yang lainnya digunakan untuk testing, dengan demikian dapat diyakinkan bahwa pada saat proses pengenalan (testing), sistem belum pernah mengenal citra tersebut sebelumnya. Implementasi sistem menggunakan pemrograman Matlab dengan memanfaatkan toolbox Wavelet yang sudah tersedia. Input citra waja di-dekomposisi dengan level n=3. Disini dilakukan beberapa percobaan dengan pemberian input sub-citra berbeda untuk klasifikasi. Percobaan pertama menggunakan input sub-citra resolusi terendah {A n,d ni } yang dihasilkan pada level n=3. Masing-masing sinyal citra ini berdimensi 14x12 (seperti empat subcitra pada pojok kiri atas gambar 1) digunakan sebagai input untuk training dan klasifikasi. Keberhasilan pengenalan yang dapat dicapai adalah 94 %. Dengan pemberian input hanya citra pendekatan saja (A n ), sistem terdegradasi sebesar 1,5%. Disini terlihat bahwa dengan menambahkan informasi citra detil, sistem dapat mengenali identitas lebih baik. Percobaan berikutnya dilakukan dengan menambah informasi input dengan melibatkan sub-citra hasil dekomposisi pada level n=2 dan n=1. Hasil yang diperoleh terdapat peningkatan keberhasilan pengenalan sebesar 2 %.

Gambar 3. Sebagian Citra Wajah dari ORL DB Pengujian juga dilakukan pada citra bernoise gaussian dengan SNR=10,5, 0 dan -9dB. Ternyata penambahan noise pada input citra tidak mempengaruhi keberhasilan pengenalan secara signifikan (hanya terdegradasi 0,05 %). Padahal jelas-jelas dengan SNR=-9dB sangatlah sulit bagi mata manusia untuk mengenalinya. Keberhasilan wavelet mengatasi noise karena disini input fitur terdiri dari representasi resolusi terendah (respon dari proses low-pass filter) sehingga tidak peka terhadap noise gaussian. Pengujian terhadap citra dengan tambahan rotasi 10 derajat juga dilakukan, dan ternyata hasil pengenalan terdegradasi menjadi 75 %. Juga dicoba untuk menggunakan fungsi induk wavelet berbeda agar lebih handal terhadap variasi rotasi. Disini digunakan Gabor wavelet [8,9,10] yang ternyata menghasilkan pengenalan lebih baik. Dengan rotasi 10 derajat pengenalan sistem dapat meningkat menjadi 80%. 4. Diskusi dan Penutup Penggunaan pemrosesan awal menggunakan transformasi wavelet adalah sangat prospektif untuk digunakan pada sistem pengenalan citra wajah. Ia memiliki keunggulan dalam mereduksi feature sambil sekaligus menyimpan fitur-fitur penting dari wajah yang direpresentasikan dalam multi resolusi. Dengan menggunakan metode klasifikasi sederhana k-nn ternyata sistem menunjukan hasil yang cukup memuaskan, ini membuktikan bahwa ekstraksi fitur menggunakan wavelet cukup menjanjikan. Penggunaan fungsi induk Gabor ternyata lebih unggul dalam mengatasi variasi rotasi pada input citra, namun demikian proses normalisasi terhadap input citra perlu dilakukan agar orientasi dan ukuran citra tidak bervariasi terlalu banyak sehingga keberhasilan pengenalan lebih tinggi. Pada kerja lanjutan perlu digabungkan antara metode pemrosesan wavelet dengan metode klasifikasi yang lebih canggih, misalnya neural networks, fuzzy dan intelligent system lainnya. Juga perlu dilakukan reduksi fitur sebelum klasifikasi misalnya dengan menggunakan metode standar PCA. Penggabungan antara sistem pengenalan wajah feature-based dan image-based perlu dilakukan untuk mendapatkan keberhasilan pengenalan yang lebih tinggi disamping itu juga untuk membuat sistem lebih handal terhadap variasi rotasi, skala dan translasi dari input citra. Daftar Pustaka [1]. Jain, L.C. et al. (eds.), Intelligent Biometric Techniques in Fingerprint and Face Recognition, CRC Press, NJ, 1999.

[2]. Jones, J. and Palemer, L., An Evaluation of the Two dimensional Gabor Filter Model of Simple Receptive Fields in Cat Striate Cortex, Journal Neurophysiology, vol. 58, pp.1233-1258, 1987. [3]. Tunner, M.R., Texture Discrimination by Gabor Functions, Biological Cybernetics, Vol. 55, pp.71-82, 1986. [4]. Bell, A.J. and Sejnowski, T.J., The Independent Components of Natural Scenes Are Edge Filters, Vision Research, vol. 7, no. 23, pp. 3,327-3,338, 1997. [5]. ORL website, http://www.camorl.co.uk/facedatabase.html [6]. Daubechies I., The Wavelet Transform, Time Frequency Localization and Signal Analysis, IEEE Trans. Information Theory, vol. 36, pp. 961-1004, 1990. [7]. Hillger L.A. and Koenig O., Separable Mechanism in Face Processing: Evidence from hemisheric Specialization, J. of Cognitive Neuroscience, vol.3, pp.42 58, 1991. [8]. Hammamoto, Y., Uchimura, S., Masamizu, K. and Tomita, S., Recognition of Handprinted Chinese Characters using Gabor Features, in Proc. of th 3 rd Intl. Conf. Document Analysis and Recognition, pp.819-823, 1995. [9]. Hamamoto, Y., A Gabor Filter-based Method for Fingerprint Identification, Intelligent Biometric Techniques in Fingerprint and Face Recognition, eds. L.C. Jain et al., CRC Press, NJ, pp.137-151, 1999. [10]. Donato, G., Bartlett, M.S., Hager, J.C., Ekman, P., and Sejnowski, T.J., Classifying Facial Actions, IEEE Transactions on Pattern Analysis and Machine Intelligence, 21(10), pp.974-989, 1999.