KLASIFIKASI RANCANGAN FAKTORIAL PECAHAN JENUH TIGA TARAF DALAM 27 RUN

dokumen-dokumen yang mirip
Rancangan Faktorial Pecahan

Rancangan Faktorial Pecahan

Identifikasi Faktor Signifikan pada Rancangan Faktorial Fraksional dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sehingga dapat diamati dan diidentifikasi alasan-alasan perubahan yang terjadi

Pembauran (Confounding) Pada Percobaan Faktorial Tiga Taraf

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggunaan Rancangan FF

(D.4) DESAIN PARAMETER UNTUK DATA DISKRIT PADA ROBUST DESIGN. Oleh Budhi Handoko 1), Sri Winarni 2)

PENERAPAN METODE FEAR PADA ANALISIS DATA PERCOBAAN DENGAN RANCANGAN FAKTORIAL PECAHAN DUA TARAF HARIZ EKO WIBOWO

TINJAUAN PUSTAKA. Rancangan Fractional Factorial (FF) Rancangan FF dengan dua taraf yang dinotasikan dengan rancangan yang mencobakan hanya

DESAIN EKSPERIMEN & SIMULASI 5

PENERAPAN METODE LASSO DALAM PENENTUAN PENGARUH UTAMA DAN INTERAKSI YANG SIGNIFIKAN PADA HASIL PERCOBAAN FAKTORIAL PECAHAN BENNY ROBBY KURNIAWAN

ANALISIS DESAIN FAKTORIAL FRAKSIONAL 2 k-p DENGAN METODE LENTH. Mahasiswa Jurusan Statistika FSM UNDIP. Staf Pengajar Jurusan Statistika FSM UNDIP

KAJIAN PADA RANCANGAN FRACTIONAL FACTORIAL DAN FRACTIONAL FACTORIAL SPLIT-PLOT SRI WINARNI

Pengolahan Dasar Matriks Bagus Sartono

PERBANDINGAN NILAI FRAKSI PADA RANCANGAN FAKTORIAL FRAKSIONAL 2 k MELALUI METODE BISSELL. Kata Kunci : Faktorial Fraksional dua level, Metode Bissell

DESAIN FAKTORIAL FRAKSIONAL 2 k-p SERTA ANALISISNYA BERBASIS WEB. Candra Aji dan Dadan Dasari 1 Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK

KAJIAN PADA RANCANGAN FRACTIONAL FACTORIAL 3 n-p IIS EMA HARLINA G

(D.6) PENAKSIRAN DATA HILANG PADA DESAIN FAKTORIAL FRAKSIONAL DUA LEVEL TANPA RAPLIKASI DENGAN CARA MEMINIMUMKAN JUMLAH KUADRAT RESIDU

PENINGKATAN EFISIENSI BIAYA PERCOBAAN DENGAN MENGGUNAKAN RANCANGAN FAKTORIAL PECAHAN 2 k-1 MARTA SUNDARI

Bab 2 LANDASAN TEORI

ESTIMASI REGRESI ROBUST M PADA FAKTORIAL RANCANGAN ACAK LENGKAP YANG MENGANDUNG OUTLIER

Perbandingan Nilai Fraksi pada Rancangan Faktorial Fraksional 2 k dengan Metode Bissell dan Aplikasinya pada Kasus Perkecambahan Kacang Hijau

BAB I PENDAHULUAN. Rancangan percobaan (eksperimen) adalah suatu tes atau serangkaian tes

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang

METODE LENTH PADA RANCANGAN FAKTORIAL FRAKSIONAL DENGAN ESTIMASI EFEK ALGORITMA YATES

OPTIMASI PRODUKSI DENGAN METODE RESPONSE SURFACE (Studi Kasus pada Industri Percetakan Koran)

Matematika dan Statistika

ANALISIS DESAIN FAKTORIAL FRAKSIONAL 2k-p DENGAN METODE LENTH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE TAGUCHI UNTUK OPTIMALISASI HASIL PRODUKSI ROTI DI USAHA ROTI MEYZA BAKERY, PADANG SUMATERA BARAT

Metode Bootstrap Untuk mengestimasi Data Hilang (missing Data) pada Eksperimen Faktorial

(α = 0.01). Jika D i > , maka x i atau pengamatan ke-i dianggap pencilan (i = 1, 2,..., 100). HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 2, April 2013, Halaman Online di:

BAB II KAJIAN TEORI. Percobaan pada umumnya dilakukan untuk menemukan sesuatu. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan kendala menjadi model penuh tanpa kendala,

Masalah Overdispersi dalam Model Regresi Logistik Multinomial

ANALISIS RAGAM SKOR KOMPONEN UTAMA PADA PERCOBAAN RESPONS-GANDA. Bahriddin Abapihi 1)

PENERAPAN METODE PERMUKAAN RESPONS DALAM MASALAH OPTIMALISASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi

RANCANGAN D-OPTIMAL UNTUK REGRESI POLINOMIAL DUA FAKTOR DERAJAT DUA

Algoritma Genetik: Alternatif Metode Penentuan Strata Optimum dalam Perancangan Survei

Simulasi Komputer Untuk Menentukan Kombinasi Perlakuan Dengan Disain Faktorial Setengah Replikasi

ANALISIS KONJOIN UNTUK MENILAI PEMBUKAAN PROGRAM STUDI STATISTIKA DI UNIVERSITAS SYIAH KUALA. Abstrak

BAB II LANDASAN TEORI

Kata Kunci: Analisis Regresi Linier, Penduga OLS, Penduga GLS, Autokorelasi, Regresor Bersifat Stokastik

D-OPTIMAL DESIGN UNTUK REGRESI POLINOMIAL TERBOBOTI

Oleh : M. Mushonnif Efendi ( ) Dosen Pembimbing : Dr. Sony Sunaryo, M.Si.

Pengaruh Interaksi dan Nilai Interaksi pada Percobaan Faktorial (Review) ABSTRACT

Perturbasi Nilai Eigen dalam Mengatasi Multikolinearitas

(D.1) MEMBENTUK PRODUK BERKUALITAS MELALUI RANCANGAN FRACTIONAL FACTORIAL SPLIT-PLOT TAGUCHI

BAB 2 LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses penelitian untuk mengkaji karakteristik penduga GMM pada data

OPTIMASI DENGAN METODE DAKIAN TERCURAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep-konsep dasar pada QUEST dan CHAID, algoritma QUEST, algoritma

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT

MODEL MODEL LEBIH RUMIT

OPTIMALISASI PROSES PRODUKSI YANG MELIBATKAN BEBERAPA FAKTOR DENGAN LEVEL YANG BERBEDA MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan

PENANGANAN MULTIKOLINEARITAS (KEKOLINEARAN GANDA) DENGAN ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA. Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat

PENERAPAN ANALISIS KONJOIN PADA PREFERENSI MAHASISWA TERHADAP PEKERJAAN

PENYUSUNAN MATRIKS RANCANGAN FRACTIONAL FACTORIAL SPLIT-PLOT (FFSP) ORTOGONAL DUA TARAF DENGAN MENERAPKAN ALGORITMA GENETIKA RAEDI HERMAWAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENDUDUK DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL REGRESI ROBUST DENGAN ESTIMASI LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS)

OPTIMASI KUALITAS WARNA MINYAK GORENG DENGAN METODE RESPONSE SURFACE

BAB III METODE PERMUKAAN RESPON. Pengkajian pada suatu proses atau sistem sering kali terfokus pada

LAPORAN PRAKTIKUM STATISTIK ELEMENTER UJI ANALISIS VARIAN DUA ARAH (TWO WAY ANOVA) Dosen Pengampu Dr. Sri Harini, M.Si

MATERI II STK 222 PERANCANGAN PERCOBAAN PRINSIP DASAR PERANCANGAN PERCOBAAN

ANALISIS ESTIMASI PARAMETER REGRESI KUANTIL DENGAN METODE BOOTSTRAP

ANALISIS RANCANGAN SUPERSATURATED

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tujuan Penelitian

METODE LENTH PADA RANCANGAN FAKTORIAL FRAKSIONAL ESTIMASI EFEK ALGORITMA YATES.

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 71-81, Agustus 2001, ISSN :

PENERAPAN METODE REGRESI GULUD DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

Rancangan Percobaan Campuran Yang Optimum Pada Model Permukaan Multirespon Untuk Kasus Pembuatan Pupuk Bokashi ABSTRAK

PADA KERAGAMAN KELOMPOK FAKTORIAL RANCANGAN ACAK KELOMPOK LENGKAP DENGAN ULANGAN

TINJAUAN PUSTAKA. Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat. Bilangan-bilangan

Penggunaan Dekomposisi QR Dalam Estimabilitas Parameter-Parameter Model Linier

Uji Kebebasan Multivariat Berdasarkan Graf

PEMILIHAN MODEL REGRESI LINIER DENGAN BOOTSTRAP. Tarno. Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Semarang. Subanar Jurusan Matematika FMIPA UGM Yogyakarta

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Uji Hipotesis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI KOMPARATIF METODE KUADRAT TERKECIL DENGAN METODE REGRESI ROBUST PEMBOBOT WELSCH PADA DATA YANG MENGANDUNG PENCILAN

PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN)

5) Tahap operasi dan pemeliharaan Tahap ini tidak dilakukan oleh penulis karena adanya keterbatasan waktu. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN TELBS PADA REGRESI LINIER DENGAN KASUS PENCILAN

PENERAPAN METODE GENERALIZED RIDGE REGRESSION DALAM MENGATASI MASALAH MULTIKOLINEARITAS

DESAIN EKSPERIMEN TERSARANG

ANALISIS GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DENGAN PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN UNTUK DATA KEMISKINAN. Rita Rahmawati 1, Anik Djuraidah 2.

Outline. Uji rata-rata sesudah ANAVA Kontras Ortogonal Pengujian Rata-rata Sesudah Eksperimen Uji Rentang Newman-Keuls Uji Scheffé

PERMASALAHAN AUTOKORELASI PADA ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA

BAB 2 LANDASAN TEORI

dimana n HASIL DAN PEMBAHASAN

Aljabar Linear Elementer

Orthogonal Array dan Matriks Eksperimen. Pertemuan Oktober 2015

OPTIMALISASI PROSES PRODUKSI YANG MELIBATKAN BEBERAPA FAKTOR DENGAN LEVEL YANG BERBEDA MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Pemilih Partai Politik

Transkripsi:

, April 2008, p: 11-15 ISSN : 0853-8115 Vol 13 No.1 KLASIFIKASI RANCANGAN FAKTORIAL PECAHAN JENUH TIGA TARAF DALAM 27 RUN Bagus Sartono Departemen Statistika FMIPA IPB Email : bagusco4@yahoo.com Abstrak Tulisan ini memberikan klasifikasi terhadap gugus rancangan jenuh tiga faktor OA(27, 313) yang berguna dalam penentuan rancangan terbaik untuk diterapkan. Kriteria A3 dan A4 tidak dapat digunakan karena memiliki nilai yang sama untuk seluruh array. Dengan mengasumsikan hanya ada tiga faktor yang aktif, kriteria projection aberration menggunakan vektor A3(3) mengkelaskan 68 OA yang non-isomorphic ke dalam 54 kelas. Dua array terbaik menurut kriteria ini ditampilkan sebagai rujukan untuk digunakan. Kata kunci: rancangan jenuh, orthogonal array, klasifikasi, projection aberration PENDAHULUAN Rancangan faktorial pecahan (fractional factorial) menjadi pilihan dalam pelaksanaan banyak penelitian percobaan yang melibatkan banyak faktor dan terkendala sumber daya untuk melibatkan seluruh kombinasi taraf-tarafnya. Alih-alih menerapkan semua kombinasi, rancangan ini hanya bekerja dengan sebagian kemungkinan saja. Dengan hanya melibatkan sebagian saja maka ada dua hal terkait dengan analisis yang kurang menguntungkan yaitu (1) tidak semua pengaruh utama dan interaksi dapat diduga, (2) terjadi pembauran (confounding) antar pengaruh. Dua masalah ini tidak muncul pada rancangan faktorial lengkap. Kelompok khusus penelitian percobaan yang menggunakan rancangan faktorial pecahan adalah percobaan pendahuluan untuk menyaring faktorfaktor yang pengaruhnya kuat dan akan diteruskan untuk percobaan lanjutan. Percobaan demikian sering disebut sebagai screening experiment. Pada percobaan ini umumnya peneliti hanya tertarik melihat pengaruh utama saja. Dengan demikian, tidak diperlukan banyak kombinasi, tetapi cukup banyak untuk menduga seluruh pengaruh utama. Rancangan yang dapat digunakan dikenal sebagai rancangan jenuh (saturated design). Pada rancangan ini seluruh derajat bebas habis digunakan untuk menduga pengaruh utama dan rataan umum (Wu dan Hamada, 200). Untuk rancangan yang melibatkan faktor-faktor dengan dua faktor, rancangan Placket-Burman menjadi pilihan banyak orang. Rancangan ini melibatkan n run (kombinasi perlakuan) yang melibatkan (n 1) faktor dua taraf. Dari sebanyak n runs tadi, (n 1) derajat bebas digunakan untuk menduga pengaruh utama dan satu lagi sisanya untuk rataan umum. Agar semua pengaruh umum dapat diduga dengan saling bebas, maka antar kolom harus bersifat saling ortogonal. Penggunaan orthogonal array (OA) dapat digunakan untuk menentukan kombinasi perlakukan dalam suatu rancangan. Sementara untuk rancangan yang melibatkan tiga taraf, Lam dan Tonchev (1996; 2000) telah mempublikasikan 68 non-isomorphic orthogonal array berukuran 27 run dan 13 faktor, yang dinotasikan OA(27, 3 13 ). Karena masing-masing pengaruh utama memiliki derajat bebas sebesar dua, maka dibutuhkan 26 derajat bebas untuk menduga seluruh pengaruh utama dan satu lagi sisanya untuk rataan umum. Dengan demikian OA(27, 3 13 ) dapat digunakan sebagai rancangan jenuh tiga taraf dalam 27 run. Tulisan ini bermaksud memberikan klasifikasi terhadap 68 array tersebut yang berupa pemeringkatan dan memberikan rekomendasi array 1

mana yang sebaiknya digunakan dalam melaksanakan suatu percobaan. Skema dari tulisan ini akan diawali dengan penjelasan singkat mengenai orthogonal array. Selanjutnya akan dipaparkan metode klasifikasi yang akan digunakan, yang selanjutnya diikuti dengan hasil dari klasifikasi terhadap 68 OA(27, 3 13 ) yang dihasilkan oleh Lam dan Tonchev (1996). ORTHOGONAL ARRAY Meskipun Rao (1947) memberikan beberapa hal penting mengenai OA, namun penggunaan dan pembahasan OA dalam perancangan percobaan secara luas mulai berkembang pada tahun 1990an ketika rancangan faktorial pecahan non-reguler mulai banyak dilirik oleh para peneliti. Sebelumnya, para peneliti terpaku pada rancangan faktorial pecahan. Namun karena dengan rancangan tersebut tidak cukup leluasa dalam menentukan jumlah run, maka pilihan kepada rancangan non-reguler menjadi terbuka. Hedayat, Sloane, dan Stufken (1999) memberikan penjelasan komprehensif mengenai OA dan cara membangkitkannya. Dalam Bab 11 di buku tersebut juga dipaparkan berbagai aplikasi dan kaitan OA dengan perancangan percobaan. Andaikan terdapat susunan n baris dan m kolom, dimana setiap kolom terdiri atas s buah simbol atau nilai. Umumnya digunakan nilai 0, 1,, (s 1) untuk menuliskan simbol tersebut. Susunan tersebut dinamakan OA(n, s m, t) jika kita ambil t kolom maka seluruh s t kombinasi terdapat dalam jumlah yang sama banyak. Dalam bahasa lain juga bisa dikatakan bahwa jika kita ambil sembarang t buah kolom maka kita akan memperoleh rancangan faktorial lengkap s t, bahkan mungkin dengan ulangan. Nilai t dikenal sebagai strength dari OA. Untuk t = 2, umumnya tidak dituliskan, sehingga notasinya menjadi OA(n, s m ). Ilustrasi berikut diharapkan dapat memperjelas uraian di atas. Perhatikan susunan atau array 9 baris dan 4 kolom berikut 0 0 0 0 0 1 2 1 0 2 1 2 1 0 2 2 1 1 1 0 1 2 0 1 2 0 1 1 2 1 0 2 2 2 2 0 Setiap kolom memiliki 3 buah nilai 0, 1, dan 2. Dari susunan di atas, jika kita ambil sembarang dua kolom maka seluruh 9 kombinasi ada sebanyak 1 kali. Berbeda dengan susunan yang kedua berikut ini 0 0 0 0 0 1 2 1 0 2 1 2 1 0 0 2 1 1 1 0 1 2 2 1 2 0 1 1 2 1 0 2 2 2 2 0 Jika kita ambil dua kolom yaitu kolom 2 dan ketiga, maka kita dapatkan bahwa kombinasi (0, 0) dan (2, 2) muncul dua kali, (0, 2) dan (2, 0) tidak muncul, dan sisanya muncul satu kali. Susunan yang pertama adalah sebuah OA, sedangkan yang kedua bukan. Simbol 0, 1, 2 pada susunan di atas dapat diganti dengan kode taraf masing-masing faktor untuk dapat menjadi suatu tabel rancangan percobaan. Pada sebuah OA, kita bisa dapatkan bahwa untuk setiap taraf faktor, semua taraf faktor lain ada dengan jumlah yang sama banyak. Karena itu maka antar kolom bersifat ortogonal. Dan dengan demikian maka setiap pengaruh utama suatu faktor dapat diduga secara bebas terhadap pengaruh utama faktor lain. Perancang percobaan dapat memanfaatkan katalog OA yang dikumpulkan oleh beberapa peneliti, seperti yang dimiliki oleh SAS pada http://support.sas.com/techsup/technote/ts723.html. Seperti yang telah disampaikan pada bagian pendahuluan bahwa Lam dan Tonchev (1996; 2000) telah mempublikasikan 68 non-isomorphic OA(27, 3 13 ). Dua array disebut non-isomorphic jika salah satunya tidak dapat diperoleh melalui permutasi baris, kolom, atau simbol dari array yang lain. Array-array tersebut terdiri atas 13 kolom tiga taraf, sehingga dapat dipandang sebagai tabel rancangan yang melibatkan 13 faktor tiga taraf. Karena antar faktor bersifat ortogonal maka pengaruh utama dapat diduga dengan saling bebas terhadap dugaan pengaruh utama yang lain. Setiap pengaruh utama memiliki 2 derajat bebas, dan diperlukan 26 derajat bebas untuk menduga semua 13 pengaruh utama. Dengan jumlah run sebanyak 27, maka seluruh derajat bebas habis untuk menduga pengaruh utama, dan rancangan ini merupakan kelompok rancangan jenuh (saturated design) KLASIFIKASI RANCANGAN Kegiatan klasifikasi rancangan merupakan suatu upaya untuk memberikan penilaian kepada sekelompok rancangan sehingga dapat diurutkan mana yang lebih menguntungkan untuk digunakan. Suatu klasifikasi dikerjakan menggunakan satu atau lebih kriteria tertentu. 2

Untuk rancangan faktorial pecahan regular dua kriteria klasik yang sangat populer adalah maximum resolution (Box dan Hunter, 1961) dan minimum aberration (Fries dan Hunter, 1980). Kriteria tersebut selanjutnya diperluas dengan munculnya generalized resolution (Tang dan Deng, 1999) dan generalized minimum aberration, (Xu dan Wu, 2001) yang selanjutnya disebut GMA. GMA pada prinsipnya adalah meminimumkan kontaminasi pendugaan pengaruh ordo rendah dengan pengaruh ordo tinggi. Prinsip hirarki dalam analisis data mengasumsikan bahwa pengaruh ordo rendah merupakan pengaruh yang lebih penting untuk diduga. Untuk tujuan itu, GMA meminimumkan secara berurutan unsur pada vektor generalized word length pattern (GWLP), W = (A 3, A 4,, A m) dengan m adalah banyaknya faktor dan A k diperoleh dengan formula A n p n 2 2 ( p) p n x ik k 1 i 1 dengan n adalah banyaknya run dan x (p) ik diperoleh dengan cara berikut. Pertama setiap kolom yang terdiri s taraf diganti menjadi (s 1) kolom kontras ortogonal. Kemudian setiap kontras dinormalkan sehingga memiliki panjang akar kuadrat dari n. Selanjutnya lakukan perkalian p kolom kontras dari p faktor yang berbeda. Nilai dari perkalian p kolom itu adalah x (p) ik. Karena A k mengukur frekuensi pembauran antara r faktor dengan (k - r) faktor, maka nilai A 3 dan A 4 umumnya adalah nilai yang paling utama dilihat. Nilai A 3 menggambarkan frekuensi pembauran antara pengaruh utama dengan pengaruh interaksi dua faktor. Sedangkan A 4 mengukur frekuensi antara pengaruh utama dan interaksi tiga faktor, serta antar pengaruh interaksi dua faktor. Penulis sudah melakukan perhitungan dan dengan mudah dapat diperiksa bahwa nilai A 3 dan A 4 dari seluruh 68 OA(27, 3 13 ) memiliki nilai yang sama yaitu masing-masing 104 dan 468. Dengan demikian, vektor (A 3, A 4) tidak dapat digunakan sebagai kriteria klasifikasi terhadap gugus OA ini. Untuk itu selanjutnya yang akan digunakan adalah kriteria projection aberration yang diusulkan Xu, Cheng dan Wu (2004). Penjelasan dari kriteria tersebut adalah sebagai berikut dan untuk mempermudah akan diberikan untuk tiga faktor. Pada saat menghitung nilai A 3 sebenarnya merupakan penjumlahan dari proyeksi rancangan tiga faktor. Artinya, seandainya setiap kombinasi tiga faktor dihitung nilai A 3-nya, maka total dari nilai itu akan sama dengan nilai A 3 dari rancangan lengkap m faktor. Nilai A 3 dari proyeksi rancangan disebut juga sebagai projected A 3 value. Pada kasus OA(27, 3 13 ), setiap nilai A 3 merupakan penjumlahan dari = 286 projected A 3 value. Tidak semua proyeksi memiliki nilai A 3 yang berbeda. Dari nilai-nilai tersebut kita bisa menghitung frekuensinya, yang disebut sebagai projection frequency. Kriteria projection aberration adalah kriteria yang meminimumkan nilai frekuensi tersebut secara berurutan yang dimulai dari nilai projected A 3 value paling besar. Nilai-nilai projection frequency untuk A 3 selanjutnya dilambangkan A (3) 3. Kriteria lain yang digunakan pada tulisan ini adalah A (4) 3 yang merupakan frekuensi dari nilai A 3 jika OA(27, 3 13 ) diproyeksikan ke dalam rancangan 4 faktor. HASIL DAN DISKUSI Banyaknya proyeksi rancangan tiga faktor dari setiap OA(27, 3 13 ) adalah 286 proyeksi. Dari seluruh proyeksi, ada delapan kemungkinan nilai A 3 yang bisa diperoleh yaitu 0, 8/27, 4/9, 14/27, 2/3, 20/27, 10/9, dan 2. Proyeksi yang memiliki A 3 bernilai 0 adalah proyeksi yang berupa rancangan faktorial lengkap 3 3 yang ketiganya saling ortogonal. Sedangkan proyeksi yang memiliki A 3 sama dengan 2 adalah rancangan faktorial pecahan reguler 3 3-1 dengan tiga ulangan. Sementara yang memiliki nilai lainnya merupakan rancangan faktorial pecahan tiga faktor tiga taraf yang non-reguler dengan struktur alias yang parsial. Karena ada 8 kemungkinan nilai A 3 dari proyeksi tiga faktor, maka vektor A (3) 3 akan terdiri dari 8 unsur yang masing-masing unsurnya adalah frekuensi dari setiap nilai. Total dari kedelapan unsur tersebut adalah 286, sejumlah banyaknya proyeksi yang dibuat. Prinsip sparsity pada percobaan faktorial menyatakan bahwa dari sekian banyak faktor yang digunakan, hanya ada sebagian kecil faktor saja yang aktif (signifikan). Informasi mengenai A (3) 3 ini diperlukan jika seandainya hanya ada 3 faktor saja yang aktif. Seandainya hanya ada tiga faktor yang aktif, maka analisis dilakukan dengan hanya melibatkan tiga faktor itu saja, yaitu dengan terlebih dahulu menghilangkan sepuluh faktor lain dari matriks rancangan. Kegiatan inilah yang dikenal sebagai proyeksi rancangan. Perlu dipahami bahwa pada awal percobaan, peneliti tidak mengetahui faktor mana yang aktif. Tentu tidak diinginkan situasi dimana ketiga faktor yang aktif adalah tiga faktor yang proyeksinya memiliki A 3 sebesar 2. Karena jika ini yang terjadi, maka tidak semua pengaruh utama dan interaksi yang melibatkan tiga faktor aktif tadi dapat diduga. Jadi, 3

memilih rancangan dengan frekuensi proyeksi bernilai A 3 sebesar 2 sesedikit mungkin adalah pilihan yang lebih baik untuk menjamin semua pengaruh ketiga faktor dan interaksinya dapat diduga. Kriteria projection aberration adalah kriteria yang meminimumkan frekuensi proyeksi dimulai dari nilai A 3 yang paling besar. Sehingga secara berurutan, meminimumkan nilai unsur vektor A (3) 3 dari 2, 10/9, 20/27, 2/3, 14/27, 4/9, 8/27, dan 0. Dari 68 array, A (3) 3 mengklasifikasikan menjadi 54 kelas. Tabel lengkap nilai A (3) 3 disajikan pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa array dengan nomor 1 pada Lam dan Tonchev (1996) adalah satusatunya rancangan faktorial pecahan reguler karena hanya memiliki nilai projected A 3 sebesar 0 dan 2. Artinya antar pengaruh utama dan interaksi dua faktor hanya bersifat saling ortogonal dan fullyaliased. Berdasarkan kriteria A (3) 3 array nomor 15 adalah array yang disebut minimum projection aberration. Pada array ini tidak satupun proyeksi tiga faktor yang menyebabkan pengaruh utama dan interaksi dua faktor beralias penuh. Sehingga jika ada tiga faktor yang aktif, maka apapun faktornya kondisi beralias penuh itu tidak terjadi. Kondisi yang sama juga terjadi pada array nomor 16. Array nomor 15 lebih baik dibandingkan array nomor 16 karena nilai projected A 3 yang terbesar adalah 2/3 sedangkan pada array 16 sebesar 20/27. Besarnya nilai projected A 3 ini juga menggambarkan besarnya nilai korelasi antar pengaruh. Proyeksi dengan nilai A 3 yang besar memiliki nilai D-eficiency yang kecil dan memiliki galat baku dugaan yang lebih besar. Untuk memudahkan peneliti percobaan, penulis cantumkan pada Lampiran, array nomor 15 dan 16 yang juga bisa ditemukan pada Lam dan Tonchev (1996). Susunan array ini harus diputar untuk menjadi 27 baris dan 13 kolom. PENUTUP Nilai A 3 dan A 4 dari vektor GWLP tidak dapat digunakan sebagai kriteria untuk memilih array terbaik pada kelas OA(27, 3 13 ) karena memiliki nilai yang sama untuk semua array. Penggunaan kriteria projection aberration dengan menghitung projected A 3 frequency atau A 3 (3) mampu mengklasifikasikan 68 array menjadi 54 kelas. Dengan mengasumsikan bahwa hanya tiga faktor yang aktif, maka array nomor 15 pada Lam dan Tonchev (1996) adalah pilihan yang terbaik karena tidak satupun proyeksi tiga faktor yang memiliki A 3 sebesar nol. Penggunaan kriteria A 3 (4) juga dapat dilakukan jika mengasumsikan ada empat faktor yang aktif. Vektor A 3 (4) berisi frekuensi nilai A 3 dari proyeksi empat faktor. Meskipun tidak menyertakan hasil lengkapnya, penulis telah melakukan perhitungan dan nilai gabungan A (3) 3 dan A (4) 3 mampu membuat 65 kelas dari 68 array. Tabel 1. Sebaran frekuensi nilai projected A 3 dari 68 OA (27, 3 13 ) array A3 (3) (projected A3 frequency) 2 10/ 20/ 2/3 14/ 4/9 8/ 0 9 27 27 27 15 0 0 0 52 0 156 0 78 18 0 0 52 0 52 0 130 52 14 3 0 0 63 0 108 27 85 57 3 7 0 50 24 80 30 92 61 3 14 0 37 28 80 26 98 65 3 14 8 29 36 56 46 94 25 3 21 0 28 0 126 0 108 60 3 21 8 16 12 94 34 98 64 3 21 16 10 18 68 56 94 62 3 21 25 0 28 45 73 91 27 7 0 0 81 54 0 27 117 63, 68 7 0 18 45 36 45 27 108 56 7 6 0 63 54 12 27 117 22, 38 7 9 0 60 0 90 0 120 17 7 9 0 72 0 72 0 126 51,52,54,55 7 9 12 24 24 84 18 108 53 7 9 12 30 24 75 18 111 58 7 9 12 60 12 36 30 120 34, 36 7 12 0 51 36 42 18 120 45, 48, 49 7 12 12 27 24 72 18 114 42, 46, 47 7 15 12 18 24 78 18 114 59, 66 7 15 12 42 12 48 30 120 35 7 18 0 33 36 54 18 120 41 7 18 12 15 24 75 18 117 30 7 21 0 36 0 96 0 126 33, 44 7 21 12 24 12 60 30 120 37 7 24 0 27 0 102 0 126 39 7 24 0 33 0 93 0 129 21, 26 7 24 0 39 0 84 0 132 50 7 24 12 15 12 66 30 120 43 7 24 12 21 12 57 30 123 31 7 27 0 18 0 108 0 126 32 7 27 12 6 12 72 30 120 67 7 27 12 18 12 54 30 126 40 7 30 12 3 12 69 30 123 24 7 33 0 12 0 102 0 132 9 10 0 0 90 0 54 0 132 19 10 15 0 45 36 30 18 132 20 10 15 0 57 0 66 0 138 23 10 30 0 12 0 96 0 138 29 10 30 12 0 12 60 30 132 11 16 0 0 36 0 108 0 126 5 16 0 0 54 0 81 0 135 6 16 0 0 108 0 0 0 162 13 16 9 0 45 0 72 0 144 12 16 18 0 18 0 90 0 144 16 16 18 0 54 0 36 0 162 10 16 27 0 9 0 81 0 153 7 16 27 0 27 0 54 0 162 3,8 16 36 0 0 0 72 0 162 2 25 0 0 81 0 0 0 180 4 25 27 0 0 0 54 0 180 1 52 0 0 0 0 0 0 234 4

DAFTAR PUSTAKA Hedayat, AS., Sloane, NJA., dan Stufken J. 1999. Orthogonal Array: Theory and Applications. Springer-Verlag, New York. Lam C. dan Tonchev VD. 1996. Classification of Affine Resolvable 1-(27, 9, 4) Designs. Journal of Statistical Planning and Inference 56: 187 202. Lam C. dan Tonchev VD. 2000. Corrigenum to Classification of Affine Resolvable 1-(27, 9, 4) Designs [Journal of Statistical Planning and Inference 56 (1996) 187 202]. Journal of Statistical Planning and Inference 86: 277 278. Wu, CFJ. dan Hamada MS. 2000. Experiments: Planning Analysis, and Parameter Design Optimization. Wiley, New York. Xu H., Cheng SW., dan Wu CFJ. 2004. Optimal Projective Three-Level Designs for Factor Screenng and Interaction Detection. Technometrics 46: 280 292. Xu H. dan Wu CFJ. 2001. Generalized Minimum Aberration for Asymmetrical Fractional Factorial Designs. The Annals of Statistics 29: 1066 1077. LAMPIRAN Array 15 111111112002022020200202021 110022021111112020020220201 110020222020021111112020021 112002020220020220201111111 201012021102201102201120021 201212000211022011022011021 201010220220112002110202111 202100211102020211020220111 200120210202111120202011201 200122012011020202111102201 200221101120200220110211021 202001122011201120022002111 202201102020112011201120201 Array 16 111111112002200220202020021 112002021111110220200202201 112002020220021111112020021 112002022002202002021111111 201010221102021120021120201 201010220211202011200211021 201010222020110202112002111 200122011120200211020220111 200122010202111102202011201 200122012011022020111102021 202201101100220022112211001 202201100212101210021002121 202201102021012101200120211 5

6