PERKEMBANGAN INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
Sekapur. Penutup. Publikasi ini merupakan momentum awal kami sebelum publikasi lain diterbitkan dari hasil pengolahan data final hasil SP2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat mendorong

Analisis Skalogram Guttman Kabupaten Blora Page 1

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan, dan tingkat pengangguran (Todaro, 2000:93). Maka dari itu

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG

Seuntai Kata. Blora, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Blora. Fenny Susanto, S.Si

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN

BAB I PENDAHULIAN 1.1 LATAR BELAKANG

BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN

BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN

Pembangunan Akses jalan masuk TK/SD. Pengadaan Sarana air bersih TK/SD. Pembangunan RKB SMPN 4. Pembangunan Ruang Laboratorium IPA

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BLORA TAHUN

NO NAMA JABATAN LAMA JABATAN BARU. 1 IMAM JUNAIDI, S.Pd Pengawas Sekolah Madya UPT TK/SD Kecamatan Randublatung

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

RENCANA UMUM PENGADAAN (RUP) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA TAHUN ANGGARAN 2012

ANALISIS INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BLORA TAHUN 2015

RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KABUPATEN BLORA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

IDENTIFIKASI SEKTOR PERTANIAN DAN PERANNYA DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI KABUPATEN BLORA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2015

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

Nama Paket Jenis Jenis Metode Pagu Volume Pengadaan Belanja Pengadaan Pemilihan Anggaran Pekerjaan Dana

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah


BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JUNI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/08/18/Th. IV, 1 Agustus 2016

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi

BAB 1. PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

Tipologi Wilayah Provinsi Bengkulu Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten Blora 2015 KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER 2017 PROVINSI LAMPUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

ANALISA KARAKTERISTIK SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DI KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB IV HASIL PENELITIAN. kebutuhan pada pembahasan pada Bab berikutnya. Adapun data-data tersebut. yang diambil seperti yang tertuang dibawah ini.

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER ,79 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I-1

PELUANG PENINGKATAN PERANAN HUTAN PRODUKSI KPH RANDUBLATUNG TERHADAP PENINGKATAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR

Formulir NOMOR DPA PPKD PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH DPA - PPKD PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 2 PROFIL SANITASI SAAT INI

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. V, 1 Maret 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI APRIL 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/06/18/Th. VI, 2 Juni 2017

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2016 PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MARET 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/05/18/Th. V, 2 Mei 2017

TENTANG. maka dipandang perlu adanya penyesuaian biaya perkara. proses penyelesaian perkara perdata dalam tingkat Pertama

BPS KABUPATEN BATU BARA

INDEKS KESENJANGAN EKONOMI ANTAR KECAMATAN DI KOTA PONTIANAK (INDEKS WILLIAMSON)

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, yang. pembangunannya terus mengalami perkembangan yang diwujudkan dalam

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MEI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. VII, 3 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah.

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. IV, 1 MARET 2016

BAB VI INFRASTRUKTUR

PELAKSANAAN PEMILIHAN SATUAN KERJA. PERKIRAAN BIAYA (Rp) KETERAN NO (APBN/APBD / BELANJA

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MARET 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/05/18/Th. IV, 2 MEI 2016

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JULI 2017 PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JUNI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. VII, 1 Agustus 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. IV, 1 JULI 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. IV, 1 APRIL 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI OKTOBER 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/12/18/Th. IV, 1 Desember 2016

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN

VISI DAN MISI RPJMD KABUPATEN BLORA TAHUN A. Visi Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih Menuju Masyarakat Blora yang Sejahtera

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/10/18/Th. IV, 3 Oktober 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. V, 3 April 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/02/18/Th. IV, 1 FEBRUARI 2016

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2015 PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

No. 13/12/33/16/Th.VIII, 15 Desember 2016 PERKEMBANGAN INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN BLORA TAHUN 2016 SEBESAR 94,13 Pada tahun 2016, Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Kabupaten Blora sebesar 94,13 poin dan menempati posisi ke delapan dari ke-35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Angka tersebut mengalami kenaikan sebesar 1,65 poin dibandingkan tahun 2015 yang tercatat sebesar 92,48 poin. Dari enam kabupaten eks Karesidenan Pati, berturut-turut IKK terendah ke tertinggi adalah Kabupaten Kudus 92,86 poin, Kabupaten Jepara 93,47 poin, Kabupaten Blora 94,13 poin, Kabupaten Grobogan 98,91 poin, Kabupaten Pati 100,73 poin, dan Kabupaten Rembang 101,02 poin. Kondisi Infrastruktur di Kabupaten Blora Salah satu hal yang berpengaruh dalam membentuk harga di suatu wilayah antara lain ketersediaan barang dan jasa serta kelancaran pendistribusian barang ke wilayah tersebut. Sarana transportasi dan infrastruktur jalan merupakan sarana penunjang untuk mendukung kelancaran arus distribusi barang dan jasa diperlukan sarana penunjang berupa sarana transportasi maupun infrastruktur jalan. Transportasi yang tersedia di Kabupaten Blora yaitu transportasi darat berupa bus, angkutan umum, dan kereta api. Berita Resmi Statistik Kabupaten Blora No. 13/12/33/16/Th.VIII, 15 Desember 2016 1

Dilihat menurut jenis permukaan jalan (jalan kabupaten maupun jalan provinsi), dari total luas jalan yang ada yaitu 945,11 Km sebagian besar jalan di Kabupaten Blora merupakan jalan yang diaspal (769,63 Km atau 81,43 persen) dan hanya sebagian kecil yang merupakan jalan batu (175,48 Km atau 18,57 persen). Kondisi jalan di Kabupaten Blora, baik jalan kabupaten maupun jalan provinsi, sepanjang 458,51 Km berada dalam kondisi baik (48,51 persen), sepanjang 212,44 Km jalan dalam kondisi sedang (22,48 persen) serta sepanjang 213,23 Km jalan dalam kondisi rusak (22,56 persen) dari total panjang jalan di Kabupaten Blora. Tabel 1. Panjang di Kabupaten Blora (Km) Rincian Tahun 2015 Kabupaten Provinsi Jumlah (1) (2) (3) (4) I. Jenis Permukaan a. Diaspal 642,35 127,27 769,63 b. Batu 152,34 23,15 175,48 c. Kerikil 0,00 0,00 0,00 d. Tanah 0,00 0,00 0,00 e. Tidak diperinci 0,00 0,00 0,00 Jumlah 794,69 150,42 945,11 II. Kondisi a. Baik 407,58 50,93 458,51 b. Sedang 112,95 99,49 212,44 c. Rusak 213,23 0,00 213,23 d. Rusak Berat 60,94 0,00 60,94 Jumlah 794,69 150,42 945,11 III. Kelas a. Kelas I 0,00 0,00 0,00 b. Kelas II 0,00 0,00 0,00 c. Kelas III 0,00 0,00 0,00 d. Kelas III A 0,00 64,03 64,03 e. Kelas III B 155,21 86,39 241,60 f. Kelas III C 638,86 0,00 638,86 g. Tidak diperinci 0,62 0,00 0,620 Jumlah 794,69 150,42 945,11 Sumber : Blora Dalam Angka 2016 Infrastruktur memiliki hubungan yang erat dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan keputusan pelaku usaha untuk melakukan investasi/ketersediaan dan kualitas infrastruktur merupakan penentu faktor penentu keputusan pelaku usaha karena sangat menentukan biaya distribusi input dan output produksinya. Karenanya, ketersediaan infrastruktur dapat menjadi faktor pendorong produktivitas suatu daerah. Kesenjangan ketersediaan infrastruktur jalan antar kecamatan di Kabupaten Blora dapat ditunjukkan melalui indikator Rasio Kerapatan yang menggambarkan panjang jalan setiap luas wilayah satu kilometer persegi. Berita Resmi Statistik Kabupaten Blora No. 13/12/33/16/Th.VIII, 15 Desember 2016 2

Tabel 2. Panjang Kabupaten, Luas Wilayah, dan Kerapatan Antar Panjang Luas Wilayah Rasio Kerapatan (Km) Persen (Km 2 ) Persen (Km/Km 2 ) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Jati 39,88 5,02 183,62 10,09 0,22 2. Randublatung 76,00 9,56 211,13 11,60 0,36 3. Kradenan 60,25 7,58 109,51 6,01 0,55 4. Kedungtuban 33,30 4,19 106,86 5,87 0,31 5. Cepu 46,77 5,89 49,15 2,70 0,95 6. Sambong 13,10 1,65 88,75 4,87 0,15 7. Jiken 32,00 4,03 168,17 9,24 0,19 8. Bogorejo 25,20 3,17 49,81 2,74 0,51 9. Jepon 64,85 8,16 107,72 5,92 0,60 10. Blora 142,45 17,93 79,79 4,38 1,79 11. Banjarejo 51,62 6,50 103,52 5,69 0,50 12. Tunjungan 31,28 3,94 101,82 5,59 0,31 13. Japah 43,40 5,46 103,05 5,66 0,42 14. Ngawen 35,15 4,42 100,98 5,55 0,35 15. Kunduran 32,00 4,03 127,98 7,03 0,25 16. Todanan 67,44 8,49 128,74 7,07 0,52 Kabupaten Blora 794,69 100,00 1.820,59 100,00 0,44 Rasio kerapatan jalan di Blora merupakan yang paling tinggi mencapai 1,79 Km/Km 2, sementara Sambong merupakan yang paling rendah hanya sebesar 0,15 Km/Km 2. Perbedaan yang cukup nyata dari kerapatan jalan di kedua kecamatan tersebut, disebabkan panjang jalan di Blora meliputi 17,93 persen dari total panjang jalan di Kabupaten Blora, sementara luasan wilayahnya hanya meliputi 4,38 persen atau seluas 79,79 Km 2. Sedangkan di Sambong panjang jalan hanya 1,65 Km, sementara luasnya tercatat 88,75 Km 2 atau sebanyak 4,87 persen dari total luas wilayah Kabupaten Blora. Berita Resmi Statistik Kabupaten Blora No. 13/12/33/16/Th.VIII, 15 Desember 2016 3

Tabel 3. Jumlah, Panjang, dan Rata-rata Panjang Kabupaten menurut Jumlah Panjang Ratarata (1) (2) (3) (4) 1. Jati 6 39,88 6,65 2. Randublatung 12 76,00 6,33 3. Kradenan 10 60,25 6,03 4. Kedungtuban 7 33,30 4,76 5. Cepu 28 46,77 1,67 6. Sambong 5 13,10 2,62 7. Jiken 5 32,00 6,40 8. Bogorejo 5 25,20 5,04 9. Jepon 17 64,85 3,81 10. Blora 64 142,45 2,23 11. Banjarejo 13 51,62 3,97 12. Tunjungan 6 31,28 5,21 13. Japah 8 43,40 5,43 14. Ngawen 13 35,15 2,70 15. Kunduran 11 32,00 2,91 16. Todanan 23 67,44 2,93 Jumlah 233 794,69 3,41 Jumlah jalan kabupaten yang ada di Kabupaten Blora tercatat sebanyak 233 buah dengan panjang jalan kabupaten sepanjang 794,69 Km. Jumlah jalan terbanyak berada di Blora sebanyak 64 buah, sehingga rata-rata panjang jalan di ini tercatat sepanjang 2,23 Km. menempati urutan kedua terkecil setelah Cepu dengan ratarata panjang jalan tercatat sepanjang 1,67 Km. Ketersediaan panjang jalan dapat ditunjukkan oleh indikator rasio panjang jalan terhadap jumlah penduduk. Rasio tersebut dapat dihitung melalui perbandingan panjang jalan per 1000 penduduk (Km/1000 orang). Nilai rasio panjang jalan terhadap jumlah penduduk Kabupaten Blora tahun 2015 tercatat sebesar 0,93 Km/1000 orang penduduk. Artinya, infrastruktur jalan yang tersedia pada tiap 1000 orang penduduk sepanjang 0,93 Km. Tabel 4. Jumlah Penduduk, Panjang, dan Rasio Kerapatan Kabupaten menurut Jumlah Penduduk Panjang Rasio (1) (2) (3) (4) 1. Jati 46.054 39,88 0,87 2. Randublatung 75.653 76,00 1,00 3. Kradenan 39.732 60,25 1,52 4. Kedungtuban 55.568 33,30 0,60 5. Cepu 73.546 46,77 0,64 6. Sambong 25.474 13,10 0,51 7. Jiken 38.777 32,00 0,83 8. Bogorejo 24.042 25,20 1,05 9. Jepon 61.212 64,85 1,06 10. Blora 93.916 142,45 1,52 11. Banjarejo 58.404 51,62 0,88 12. Tunjungan 46.528 31,28 0,67 13. Japah 34.279 43,40 1,27 14. Ngawen 57.347 35,15 0,61 15. Kunduran 63.434 32,00 0,50 16. Todanan 58.122 67,44 1,16 Jumlah 852.088 794,69 0,93 Berita Resmi Statistik Kabupaten Blora No. 13/12/33/16/Th.VIII, 15 Desember 2016 4

Dilihat dari kualitas jalan yang dikelola Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Blora, jalan Tidak Mantap (rusak ringan, rusak, rusak berat) tertinggi terdapat di Blora yaitu meliputi panjang 51,27 Km, dengan komposisi 14,372 Km Rusak Ringan; 26,932 Km Rusak dan 9,610 Km Rusak Berat. Namun jika dilihat persentasenya terhadap panjang jalan kabupaten yang dimiliki, Jepon merupakan kecamatan dengan persentase kualitas jalan tidak mantap paling tinggi yaitu sebesar 66,53 persen dari total panjang jalan kabupaten yang ada di kecamatan ini. Hal ini bisa dilihat dari panjang jalan kabupaten di Jepon sepanjang 64,851 Km, sedangkan jalan tidak mantap yang berada di kecamatan ini sepanjang 43,146 Km. Tabel 5. Panjang Kabupaten menurut Kondisi Baik Sekali Kondisi Rusak Ringan Rusak Rusak Berat (1) (2) (3) (4) (5) 1. Jati 18,95 5,13 14,95 0,86 2. Randublatung 39,94 7,85 22,11 6,10 3. Kradenan 25,33 6,11 16,36 12,46 4. Kedungtuban 14,75 4,80 10,80 2,95 5. Cepu 22,69 5,82 16,19 2,07 6. Sambong 11,68 1,42 0,00 0,00 7. Jiken 12,25 3,50 12,75 3,50 8. Bogorejo 11,14 9,48 0,56 4,02 9. Jepon 21,71 15,49 25,24 2,42 10. Blora 91,18 14,73 26,93 9,61 11. Banjarejo 18,95 5,13 21,69 5,86 12. Tunjungan 11,16 3,05 14,91 2,17 13. Japah 25,00 6,25 9,65 2,50 14. Ngawen 21,78 2,90 7,55 2,92 15. Kunduran 22,58 4,78 3,09 1,55 16. Todanan 38,50 16,51 10,46 1,97 Jumlah 407,58 112,95 213,23 60,94 Sumber Data : Blora Dalam Angka Tahun 2016 Sementara kondisi jalan Tidak Mantap di Kabupaten Blora adalah sepanjang 387,117 Km atau 48,71 persen dari total panjang jalan, dengan komposisi 14,21 persen Rusak Ringan; 26,83 persen Rusak dan 7,67 persen Rusak Berat. Sedangkan kondisi jalan kabupaten dengan kualitas baik adalah sepanjang 407,575 Km atau 51,29 persen dari total panjang jalan kabupaten. Tabel 6. Panjang, Jumlah Kendaraan, dan Kerapatan Kendaraan per Km di Kabupaten Blora Tahun 2013-2015 Uraian 2013 2014 2015 (1) (2) (3) Jumlah Kendaraan Roda 4 16.717 18.298 19.709 Panjang 951,27 948,27 945,11 Kerapatan Kendaraan per Km 17,57 19,30 20,85 Berita Resmi Statistik Kabupaten Blora No. 13/12/33/16/Th.VIII, 15 Desember 2016 5

Berdasarkan jumlah kendaraan roda 4 (mobil penumpang, bus, dan truk) untuk setiap Km panjang jalan yang menunjukkan kerapatan kendaraan per Km, Kabupaten Blora selama tiga tahun terakhir menunjukkan kerapatan kendaraan per Km semakin tinggi. Jumlah kendaraan roda 4 dari tahun ke tahun semakin bertambah, namun kapasitas jalan cenderung tidak mengalami kenaikan kapasitas. Kerapatan kendaraan pada tahun 2013 tercatat sebesar 17,57 buah per Km terus meningkat menjadi 19,30 buah per Km pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 menjadi 20,85 buah per Km. Kondisi Infrastruktur Jembatan di Kabupaten Blora Tabel 7. Jumlah Jembatan, Panjang Jembatan, dan Rata-rata Panjang Jembatan menurut Jumlah Jembatan Panjang Jembatan Ratarata (1) (2) (3) (4) 1. Jati 5 113,50 22,70 2. Randublatung 19 244,40 12,86 3. Kradenan 13 238,00 18,31 4. Kedungtuban 12 164,10 13,68 5. Cepu 17 214,30 12,61 6. Sambong 6 128,10 21,35 7. Jiken 3 53,80 17,93 8. Bogorejo 16 115,30 7,21 9. Jepon 7 73,10 10,44 10. Blora 18 373,50 20,75 11. Banjarejo 2 82,00 41,00 12. Tunjungan 9 73,50 8,17 13. Japah 1 38,50 38,50 14. Ngawen 4 166,90 41,73 15. Kunduran 14 277,70 19,84 16. Todanan 12 142,60 11,88 Jumlah 158 2.499,30 15,82 Jumlah jembatan yang terdapat di Kabupaten Blora pada tahun 2015 tercatat sebanyak 158 buah dengan panjang jembatan sepanjang 2.499,30 meter. Jumlah jembatan terbanyak berada di Randublatung sejumlah 19 buah dengan panjang jembatan 24,40 meter. dengan total panjang jembatan terbesar adalah Blora sepanjang 373,50 meter dan terendah adalah kecamatan Japah 38,50 meter. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata panjang jembatan, maka Ngawen memiliki rata-rata panjang jembatan paling panjang sepanjang 41,73 meter (jumlah jembatan ada 4 buah dengan total panjang jembatan 166,90 meter) disusul Berita Resmi Statistik Kabupaten Blora No. 13/12/33/16/Th.VIII, 15 Desember 2016 6

Banjarejo sepanjang 41,00 meter (jumlah jembatan hanya 2 buah, namun total panjang jembatan mencapai 82,00 meter). Sedangkan kecamatan dengan rata-rata panjang jembatan terpendek adalah Bogorejo sepanjang 7,21 meter (jumlah jembatan yang dimiliki mencapai 16 buah namun total panjang jembatan hanya 115,30 meter). Lebih dari separuh dari total panjang jembatan yang ada di Kabupaten Blora berada dalam kondisi rusak ringan yaitu sekitar 55,20 persen atau sepanjang 1.379,70 meter, sedangkan yang berada dalam kondisi baik hanya sekitar 30,47 persen atau sepanjang 761,60 meter. Jika dirinci menurut kecamatan, jembatan dengan kondisi rusak ringan terpanjang berada di Blora sepanjang 181,50 meter atau mencapai 48,59 persen dari total panjang jembatankecamatan ini. IKK Kabupaten Blora Tabel 1. Nilai IKK dan Peringkatnya di Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya Tahun 2015-2016 Kabupaten Nilai IKK Peringkat Provinsi 2015 2016 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) Kab.Grobogan 93,22 98,91 24 26 Kab. Blora 92,48 94,13 20 8 Kab. Rembang 97,57 101,02 31 35 Kab. Pati 100,70 100,73 35 34 Kab. Kudus 93,69 92,86 26 4 Kab. Jepara 92,57 93,47 21 5 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah IKK merupakan indeks spasial yang menggambarkan perbedaan biaya konstruksi antar wilayah dengan Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur sebagai kota acuan. Pada tahun 2016, nilai IKK Kabupaten Blora adalah sebesar 94,13 poin menempati posisi ke delapan dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Dibandingkan dengan tahun 2015, IKK Kabupaten Blora meningkat 1,65 poin yang sebelumnya sebesar 92,48 poin. Dari enam kabupaten eks Karesidenan Pati, berturut-turut IKK terendah ke tertinggi adalah Kabupaten Kudus 92,86 poin, Kabupaten Jepara 93,47 poin, Kabupaten Blora 94,13 poin, Kabupaten Grobogan 98,91 poin, Kabupaten Pati 100,73 poin, dan Kabupaten Rembang 101,02 Berita Resmi Statistik Kabupaten Blora No. 13/12/33/16/Th.VIII, 15 Desember 2016 7

poin. Artinya, secara umum biaya yang diperlukan untuk membangun satu unit bangunan per satuan luas di Kabupaten Blora lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Grobogan, Kabupaten Pati, dan kabupaten Rembang, namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara. Gambar 1. IKK Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Blora, dan Sekitarnya Tahun 2015-2016 Prov. Jawa Tengah 95,99 98,96 Kab. Jepara Kab. Kudus Kab. Pati 92,57 93,69 100,70 93,47 92,86 100,73 2015 2016 Kab. Rembang 97,57 101,02 Kab. Blora 92,48 94,13 Kab. Grobogan 93,22 98,91 120,000 80,000 40,000,000 40,000 80,000 120,000 Nilai IKK Kabupaten Blora dan sekitarnya tahun 2016 hampir seluruhnya mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya, kecuali Kabupaten Kudus yang mengalami penurunan IKK sebesar 0,83 poin. Meskipun IKK Kabupaten Blora mengalami kanaikan, namun nilai IKK Kabupaten Blora tahun 2016 (94,13 poin) lebih rendah jika dibandingkan dengan IKK Provinsi Jawa Tengah yang tercatat sebesar 98,96 poin. Rendahnya IKK di Kabupaten Blora jika dibandingkan dengan beberapa kabupaten sekitar dan Provinsi Jawa Tengah terkait dengan beberapa faktor, diantaranya upah tenaga kerja yang rendah, bahan bangunan lokal yang harganya relatif murah, serta pembangunan jalan dan jembatan yang tinggi. Berita Resmi Statistik Kabupaten Blora No. 13/12/33/16/Th.VIII, 15 Desember 2016 8