BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN"

Transkripsi

1

2

3

4

5 BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Pertama-tama saya ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Tim Penyusun Tinjauan PDRB Kabupaten Blora Tahun 2013 yang telah mampu membuktikan kinerjanya kepada Pemerintah Kabupaten Blora. Melalui kajian ini, saya berharap kepada masyarakat dapat melihat sendiri tingkat kemakmuran dan perkembangan ekonomi di Kabuapten Blora. Dengan buku ini pula mereka menjadi faham terhadap struktur perekonomian di Kabupaten Blora sehingga dapat menyimpulkan tingkat kemakmuran yang terjadi di Kabupaten Blora. Sebagai salah satu indikator Penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU), tinjauan PDRB ini sangat diperlukan karena dapat dimanfaatkan oleh pemerintah pusat dalam memberikan alokasi dana umum kepada Pemerintah Kabupaten Blora. Disamping itu, dalam rangka meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu sasaran pembangunan daerah, buku tinjauan ini dapat digunakan sebagai rujukan dalam memadukan gerak langkah pembangunan dari berbagai pihak secara sinergis, kondusif dan berkelanjutan. Saya menyadari dalam setiap proses pembangunan selau terbentur dengan berbagai macam kendala yang perlu diantisipasi. Untuk mengantisipasi kendala kendala tersebut dan guna mendukung visi dan misi Kabupaten Blora dalam mencapai kesejahteraan rakyat diperlukan data dan informasi, salah satunya adalah tinjauan PDRB yang disusun secara berkesinambungan. Wassalamu alaikum Wr.Wb. Blora, September 2014 BUPATI BLORA Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013 DJOKO NUGROHO iii

6 iv Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

7 KATA PENGANTAR KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA Assalamu alaikum Wr.Wb. Tinjauan PDRB Kabupaten Blora Tahun 2013 ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sebagai dasar dalam menyusun kebijakan perekonomian daerah. Buku ini memberikan gambaran tentang kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan, memberikan ilustrasi kemampuan sumber daya ekonom, dan menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk, dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) secara keseluruhan maupun sektoral di Kabupaten Blora dari tahun ke tahun. Data dan informasi ini, dapat dijadikan sebagai salah satu bahan evaluasi hasil pembangunan yang telah dicapai dan perencanaan di masa yang akan datang. Untuk mengetahui keberhasilan kinerja perekonomian regional, maka dibuat indikator makro yang biasa digunakan sebagai penilaian kinerja perekonomian. Indikator tersebut diantaranya adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB ini dapat menggambarkan pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu tertentu, dapat menggambarkan struktur ekonominya dan dapat menggambarkan analisisnya terhadap kinerja sector perekonomian. Akhirnya, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya Tinjauan PDRB ini. Saran, kritik, dan usul yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Wassalamu alaikum Wr.Wb. Blora, September 2014 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA Ir. SAMGAUTAMA KARNAJAYA, MT Pembina Utama Muda NIP Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013 v

8 vi Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

9 BAGIAN I PDRB KAB BLORA 2013 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013 vii

10 viii Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

11 DAFTAR ISI Sambutan Bupati Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Grafik/Gambar Daftar Tabel Pokok Sektoral 2013 Daftar Lampiran 1 Daftar Lampiran 2 Daftar Tabel Pokok Penggunaan 2013 iii v ix xiii xvi xvii xviii xviii xxix BAGIAN I PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BLORA TAHUN 2013 MENURUT LAPANGAN USAHA/SEKTORAL I PENDAHULUAN Umum Pengelompokan Sektor Lapangan Usaha Analisa dan Kegunaan Data PDRB Sistematika Laporan 13 II KONSEP DAN DEFINISI Domestik dan Regional Produk Domestik dan Produk Regional Agregat PDRB atas dasar harga berlaku Agregat PDRB atas dasar harga konstan 21 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013 ix

12 III METODE PENGHITUNGAN PDRB Metode Pendekatan Produksi Pendekatan Pendapatan Pendekatan Pengeluaran Metode Alokasi 30 IV ULASAN SINGKAT PERKEMBANGAN PDRB Kondisi Ekonomi Tahun Pertumbuhan PDRB Tahun Distribusi PDRB / Struktur Ekonomi PDRB Perkapita Indeks Perkembangan Indeks Berantai Inflasi Indeks Williamson Gini Rasio Perkembangan PDRB Sektoral Prediksi PDRB Tahun PDRB Kecamatan 91 V Penutup 113 x Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

13 BAGIAN II PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BLORA TAHUN 2013 MENURUT PENGGUNAAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Sasaran 1.4 Manfaat BAB II KONSEP DEFINISI 2.1 Siklus Kegiatan Ekonomi 2.2 Siklus Pendapatan dan Penerimaan Regional 2.3 Klasifikasi Kegiatan 2.4 Konsep Secara Umum 2.5 Komponen PDRB BAB III METODE PENGHITUNGAN 3.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 3.2 Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 3.3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 3.5 Perubahan Stok 3.6 Ekspor dan Impor Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013 xi

14 BAB IV ULASAN PDRB PENGGUNAAN KABUPATEN BLORA TAHUN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 4.2 Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 4.3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 4.5 Ekspor dan Impor 4.6 Prediksi PDRB Mnrt Penggunaan Th BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran xii Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

15 DAFTAR TABEL BAGIAN I Tabel 4.1 Produk Domestik Regional Bruto Kab. Blora Tahun Tabel 4.2 Distribusi PDRB ADHB Kab. Blora Tahun Tabel 4.3 Distribusi PDRB ADHK Kab. Blora Tahun Tabel 4.4 Distribusi Prosentase Sektor Dominan PDRB Kab. Blora Tahun Tabel 4.5 Distribusi Prosentase Sektor Produktif PDRB Kab. Blora Tahun Tabel 4.6 Distribusi Prosentase Kelompok Sektor PDRB Kab. Blora Tahun Tabel 4.7 PDRB Perkapita Kab. Blora Tahun Tabel 4.8 Perkembangan PDRB Kab. Blora Tahun Tabel 4.9 Indeks Gini Kabupaten Blora dan Jawa Tengah Tahun Tabel 4.10 Pemerataan Pendapatan Pendapatan Penduduk Menurut Kriteria Bank Dunia Kab. Blora dan Jateng 67 Tabel 4.11 Luas Panen (HA), Produksi (Ton) Padi dan Palawija Utama Kab. Blora Tahun Tabel 4.12 Luas/Jumlah Tanaman dan Produksi Tanaman Utama Perkebunan di Kab Blora Tahun Tabel 4.13 Populasi Hewan dan Hasil-hasil Utama Peternakan di Kab. Blora Tahun Tabel 4.14 Jumlah Pelanggan PDAM dan Listrik PLN di Kabupaten Blora Tahun Tabel 4.15 Prediksi PDRB Adhb Kab Blora Tahun Tabel 4.16 Prediksi PDRB Adhk Kab Blora Tahun Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013 xiii

16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Prediksi Pertumbuhan PDRB Adhk Kabupaten Blora Tahun Perbandingan PDRB Dengan Migas dan Tanpa Migas di Kecamatan Cepu Tahun Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 BAGIAN II Komponen Pembentuk PDRB PenggunaanKabupaten Blora Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Juta Rp) Komponen Pembentuk PDRB PenggunaanKabupaten Blora Atas Dasar Harga Konstan Tahun (Juta Rp) Distribusi Komponen Pembentuk PDRB Penggunaan Kabupaten Blora Atas Dasar Harga Konstan Tahun (Juta Rp) Distribusi Komponen Pembentuk PDRB Penggunaan Kabupaten Blora Atas Dasar Harga Konstan Tahun (Juta Rp) Pertumbuhan Komponen Pembentuk PDRB Penggunaan Kabupaten Blora Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Juta Rp) Pertumbuhan Komponen Pembentuk PDRB Penggunaan Kabupaten Blora Atas Dasar Harga KonstanTahun (Juta Rp Inflasi PDRB Penggunaan Kabupaten Blora Tahun (Juta Rp) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Adh Berlaku Tahun (Juta Rp) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Adh Konstan Tahun (Juta Rp) Persentase Konsumsi LNP Terhadap PDRB Adh Berlaku Kabupaten Blora Tahun Persentase Konsumsi LNP Terhadap PDRB Adh Konstan Kabupaten Blora Tahun xiv Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

17 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Persentase Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Terhadap PDRB adh Berlaku Tahun Persentase Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Terhadap PDRB adh Konstan Tahun Persentase PMTB Terhadap PDRB adh Berlaku Kab Blora Tahun Persentase PMTB Terhadap PDRB adh Konstan Kabupaten Blora Tahun Nilai Ekspor dan Impor adh Berlaku Kabupaten Blora Tahun (Juta Rp) Nilai Ekspor dan Impor adh Konstan Kabupaten Blora Tahun (Juta Rp) Prediksi PDRB Kabupaten Blora Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Juta Rp) Prediksi PDRB Kabupaten BloraMenurutPenggunaan Atas Dasar Harga Konstan Tahun (Juta Rp) Prediksi Pertumbuhan PDRB Kabupaten Blora Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan Tahun (Juta Rp) Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013 xv

18 DAFTAR GRAFIK/GAMBAR BAGIAN I Gambar 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Kab. Blora, Tahun Gambar 4.2 Produk Domestik Regional Bruto Kab. Blora Tahun Gambar 4.3 Distribusi PDRB ADHB Kab. Blora Tahun Gambar 4.4 Distribusi PDRB ADHK Kab. Blora Tahun Gambar 4.5 PDRB Perkapita Kab. Blora Tahun Gambar 4.6 Indeks Berantai PDRB Kab. Blora Tahun Gambar 4.7 Inflasi PDRB Kab. Blora Tahun Gambar 4.8 Indeks Williamson Kab. Blora Tahun BAGIAN II Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Grafik 4.1 Siklus Kegiatan Ekonomi Tertutup Siklus Transaksi Ekonomi Terbuka Arus Pendapatan Faktor Regional Distribusi Konsumsi Makanan dan NonMakanan Terhadap Konsumsi Rumah Tangga Adh Berlaku Tahun xvi Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

19 DAFTAR TABEL POKOK SEKTORAL Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto Kab. Blora Atas 119 Dasar Harga Berlaku Tahun Tabel 2 Produk Domestik Regional Bruto Kab. Blora Atas 121 Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Tabel 3 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kab. Blora 123 Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Tabel 4 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kab. Blora 125 Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Tabel 5 Indeks Berantai PDRB Kab. Blora Atas Dasar Harga 127 Berlaku Tahun Tabel 6 Indeks Berantai PDRB Kab. Blora Atas Dasar Harga 129 Konstan 2000 Tahun Tabel 7 Indeks Perkembangan PDRB Kab. Blora Atas Dasar 131 Harga Berlaku Tahun Tabel 8 Indeks Perkembangan PDRB Kab. Blora Atas Dasar 133 Harga Konstan 2000 Tahun Tabel 9 Laju Pertumbuhan PDRB Kab. Blora Atas Dasar 135 Harga Berlaku Tahun Tabel 10 Laju Pertumbuhan PDRB Kab. Blora Atas Dasar 137 Harga Konstan 2000 Tahun Tabel 11 Indeks Implisit PDRB Kab. Blora Tahun Tabel 12 Inflasi PDRB Kab. Blora Tahun Tabel 13 PDRB Perkapita Kab. Blora ADHBTahun Tabel 14 PDRB Perkapita Kab. Blora ADHK 2000Tahun Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013 xvii

20 DAFTARLAMPIRAN 1 Tabel 15 Pendapatan Regional Perkapita Kab. Blora Tahun Tabel 16 Indeks Perkembangan Pendapatan Regional Perkapita Kab. Blora Tahun Tabel 17 Indeks Berantai Pendapatan Regional Perkapita Kab. Blora Tahun Tabel 18 Laju Pertumbuhan Pendapatan Regional Perkapita Kab. Blora Tahun Tabel 19 PDRB Kab. Blora dirinci menurut Kelompok Sektor Tahun Tabel 20 Distribusi Prosentase PDRB Kab. Blora dirinci menurut Kelompok Sektor Tahun Tabel 21 Indeks Perkembangan PDRB Kab. Blora dirinci menurut Kelompok Sektor Tahun Tabel 22 Indeks Berantai PDRB Kab. Blora dirinci menurut Kelompok Sektor Tahun Tabel 23 Laju Pertumbuhan PDRB Kab. Blora dirinci menurut Kelompok Sektor Tahun DAFTARLAMPIRAN 2 Tabel 1A PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan ADHB Tahun Tabel 1B PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan ADHK 2000 Tahun Tabel 2A Kontribusi PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan ADHBTahun Tabel 2B Kontribusi PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan ADHK 2000 Tahun Tabel 3A Indeks Berantai PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan ADHBTahun xviii Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

21 Tabel 3B Indeks Berantai PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan ADHK 2000 Tahun Tabel 4A Indeks Perkembangan PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan ADHBTahun Tabel 4B Indeks Perkembangan PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan ADHK 2000 Tahun Tabel 5A Laju Pertumbuhan PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan ADHBTahun Tabel 5B Laju Pertumbuhan PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan ADHK 2000 Tahun Tabel 6 Indeks Implisit PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan Tahun Tabel 7 Inflasi PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan Tahun Tabel 8 Banyaknya Penduduk Pertengahan Tahun Di Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan Tahun Tabel 9A PDRB Perkapita Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan ADHBTahun Tabel 9B PDRB Perkapita Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan ADHK 2000 Tahun Tabel 10A PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha ADHBTahun Tabel 10B PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha ADHK 2000 Tahun Tabel 11A PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha ADHB Tahun Tabel 11B PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha ADHK 2000 Tahun Tabel 12A PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha ADHB Tahun Tabel 12B PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha ADHK 2000 Tahun Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013 xix

22 Tabel 13A Tabel 13B Tabel 14A Tabel 14B PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha ADHB Tahun PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha ADHK 2000 Tahun PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha ADHB Tahun PDRB Kab. Blora Dirinci Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha ADHK 2000 Tahun xx Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

23 PDRB KECAMATAN Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Jati ADHB 187 Tahun Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Jati ADHK Tahun Tabel 1.3 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. Jati 188 ADHB Tahun Tabel 1.4 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. Jati 188 ADHK 2000 Tahun Tabel 1.5 Laju Pertumbuhan PDRB Kec. Jati ADHK Tahun Tabel 1.6 Inflasi PDRB Kec. Jati Tahun Tabel 1.7 PDRB Per Kapita Kec. Jati ADHB Tahun Tabel 1.8 PDRB Per Kapita Kec. Jati ADHK 2000 Tahun Tabel 2.1 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Randublatung ADHBTahun Tabel 2.2 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Randublatung ADHK 2000 Tahun Tabel 2.3 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. Randublatung ADHBTahun Tabel 2.4 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. Randublatung ADHK 2000 Tahun Tabel 2.5 Laju Pertumbuhan PDRB Kec. Randublatung ADHK 2000 Tahun Tabel 2.6 Inflasi PDRB Kec. Randublatung Tahun Tabel 2.7 PDRB Per Kapita Kec. Randublatung ADHB Tahun Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013 xxi

24 Tabel 2.8 PDRB Per Kapita Kec. Randublatung ADHK Tahun Tabel 3.1 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Kradenan 199 ADHBTahun Tabel 3.2 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Kradenan 199 ADHK 2000 Tahun Tabel 3.3 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto 200 Kec. Kradenan ADHBTahun Tabel 3.4 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto 200 Kec. Kradenan ADHK 2000 Tahun Tabel 3.5 Laju Pertumbuhan PDRB Kec. Kradenan ADHK Tahun Tabel 3.6 Inflasi PDRB Kec. Kradenan Tahun Tabel 3.7 PDRB Per Kapita Kec. Kradenan ADHB Tahun Tabel 3.8 PDRB Per Kapita Kec. Kradenan ADHK 2000 Tahun Tabel 4.1 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Kedungtuban ADHBTahun Tabel 4.2 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Kedungtuban ADHK 2000 Tahun Tabel 4.3 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. Kedungtuban ADHBTahun Tabel 4.4 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. Kedungtuban ADHK 2000 Tahun Tabel 4.5 Laju Pertumbuhan PDRB Kec. Kedungtuban ADHK 2000 Tahun Tabel 4.6 Inflasi PDRB Kec. Kedungtuban Tahun Tabel 4.7 PDRB Per Kapita Kec. Kedungtuban ADHB Tahun Tabel 4.8 PDRB Per Kapita Kec. Kedungtuban ADHK 2000Tahun xxii Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

25 Tabel 5.1 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Cepu 211 ADHBTahun Tabel 5.2 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Cepu ADHK Tahun Tabel 5.3 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto 212 Kec. Cepu ADHB Tahun Tabel 5.4 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto 212 Kec. Cepu ADHK 2000 Tahun Tabel 5.5 Laju Pertumbuhan PDRB Kec. Cepu ADHK Tahun Tabel 5.6 Inflasi PDRB Kec. Cepu Tahun Tabel 5.7 PDRB Per Kapita Kec. Cepu ADHB 214 Tahun Tabel 5.8 PDRB Per Kapita Kec. Cepu ADHK Tahun Tabel 6.1 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Sambong 217 ADHBTahun Tabel 6.2 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Sambong 217 ADHK 2000 Tahun Tabel 6.3 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. 218 Sambong ADHBTahun Tabel 6.4 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. 218 Sambong ADHK 2000 Tahun Tabel 6.5 Laju Pertumbuhan PDRB Kec. Sambong ADHK Tahun Tabel 6.6 Inflasi PDRB Kec. Sambong Tahun Tabel 6.7 PDRB Per Kapita Kec. Sambong ADHBTahun Tabel 6.8 PDRB Per Kapita Kec. Sambong ADHK 2000Tahun Tabel 7.1 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Jiken ADHBTahun Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013 xxiii

26 Tabel 7.2 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Jiken ADHK Tahun Tabel 7.3 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. 224 Jiken ADHBTahun Tabel 7.4 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. 224 Jiken ADHK 2000 Tahun Tabel 7.5 Laju Pertumbuhan PDRB Kec. Jiken ADHK Tahun Tabel 7.6 Inflasi PDRB Kec. Jiken Tahun Tabel 7.7 PDRB Per Kapita Kec. Jiken ADHBTahun Tabel 7.8 PDRB Per Kapita Kec. Jiken ADHK 2000Tahun Tabel 8.1 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Bogorejo 229 ADHBTahun Tabel 8.2 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Bogorejo 229 ADHK 2000 Tahun Tabel 8.3 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. 230 Bogorejo ADHBTahun Tabel 8.4 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. 230 Bogorejo ADHK 2000 Tahun Tabel 8.5 Laju Pertumbuhan PDRB Kec. Bogorejo ADHK Tahun Tabel 8.6 Inflasi PDRB Kec. Bogorejo Tahun Tabel 8.7 PDRB Per Kapita Kec. Bogorejo ADHBTahun Tabel 8.8 PDRB Per Kapita Kec. Bogorejo ADHK 2000Tahun Tabel 9.1 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Jepon ADHBTahun Tabel 9.2 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Jepon ADHK 2000 Tahun xxiv Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

27 Tabel 9.3 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. 236 Jepon ADHBTahun Tabel 9.4 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. 236 Jepon ADHK 2000 Tahun Tabel 9.5 Laju Pertumbuhan PDRB Kec. Jepon ADHK Tahun Tabel 9.6 Inflasi PDRB Kec. Jepon Tahun Tabel 9.7 PDRB Per Kapita Kec. Jepon ADHBTahun Tabel 9.8 PDRB Per Kapita Kec. Jepon ADHK 2000Tahun Tabel 10.1 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Blora 241 ADHBTahun Tabel 10.2 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Blora ADHK Tahun Tabel 10.3 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. 242 Blora ADHBTahun Tabel 10.4 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. 242 Blora ADHK 2000 Tahun Tabel 10.5 Laju Pertumbuhan PDRB Kec. Blora ADHK Tahun Tabel 10.6 Inflasi PDRB Kec. Blora Tahun Tabel 10.7 PDRB Per Kapita Kec. Blora ADHBTahun Tabel 10.8 PDRB Per Kapita Kec. Blora ADHK2000 Tahun Tabel 11.1 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Banjarejo ADHBTahun Tabel 11.2 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Banjarejo ADHK 2000 Tahun Tabel 11.3 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. Banjarejo ADHBTahun Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013 xxv

28 Tabel 11.4 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. 248 Banjarejo ADHK 2000 Tahun Tabel 11.5 Laju Pertumbuhan PDRB Kec. Banjarejo ADHK Tahun Tabel 11.6 Inflasi PDRB Kec. Banjarejo Tahun Tabel 11.7 PDRB Per Kapita Kec. Banjarejo ADHBTahun Tabel 11.8 PDRB Per Kapita Kec. Banjarejo ADHK 2000Tahun Tabel 12.1 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Tunjungan 253 ADHBTahun Tabel 12.2 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Tunjungan 253 ADHK 2000 Tahun Tabel 12.3 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. 254 Tunjungan ADHBTahun Tabel 12.4 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. 254 Tunjungan ADHK 2000 Tahun Tabel 12.5 Laju Pertumbuhan PDRB Kec. Tunjungan ADHK Tahun Tabel 12.6 Inflasi PDRB Kec. Tunjungan Tahun Tabel 12.7 Tabel 12.8 Tabel 13.1 Tabel 13.2 Tabel 13.3 Tabel 13.4 PDRB Per Kapita Kec. Tunjungan ADHBTahun PDRB Per Kapita Kec. Tunjungan ADHK 2000Tahun Produk Domestik Regional Bruto Kec. Japah ADHBTahun Produk Domestik Regional Bruto Kec. Japah ADHK 2000 Tahun Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. Japah ADHBTahun Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. Japah ADHK 2000 Tahun xxvi Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

29 Tabel 13.5 Laju Pertumbuhan PDRB Kec. Japah ADHK Tahun Tabel 13.6 Inflasi PDRB Kec. Japah Tahun Tabel 13.7 PDRB Per Kapita Kec. Japah ADHBTahun Tabel 13.8 PDRB Per Kapita Kec. Japah ADHK 2000Tahun Tabel 14.1 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Ngawen 265 ADHBTahun Tabel 14.2 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Ngawen 265 ADHK 2000 Tahun Tabel 14.3 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. 266 Ngawen ADHBTahun Tabel 14.4 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. 266 Ngawen ADHK 2000 Tahun Tabel 14.5 Laju Pertumbuhan PDRB Kec. Ngawen ADHK Tahun Tabel 14.6 Inflasi PDRB Kec. Ngawen Tahun Tabel 14.7 PDRB Per Kapita Kec. Ngawen ADHBTahun Tabel 14.8 PDRB Per Kapita Kec. Ngawen ADHK 2000Tahun Tabel 15.1 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Kunduran ADHBTahun Tabel 15.2 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Kunduran ADHK 2000 Tahun Tabel 15.3 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. Kunduran ADHBTahun Tabel 15.4 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. Kunduran ADHK 2000 Tahun Tabel 15.5 Laju Pertumbuhan PDRB Kec. Kunduran ADHK 2000Tahun Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013 xxvii

30 Tabel 15.6 Inflasi PDRB Kec. Kunduran Tahun Tabel 15.7 PDRB Per Kapita Kec. Kunduran ADHBTahun Tabel 15.8 PDRB Per Kapita Kec. Kunduran ADHK 2000Tahun Tabel 16.1 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Todanan 277 ADHBTahun Tabel 16.2 Produk Domestik Regional Bruto Kec. Todanan 277 ADHK 2000 Tahun Tabel 16.3 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. 278 Todanan ADHBTahun Tabel 16.4 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kec. 278 Todanan ADHK 2000 Tahun Tabel 16.5 Laju Pertumbuhan PDRB Kec. Todanan ADHK Tahun Tabel 16.6 Inflasi PDRB Kec. Todanan Tahun Tabel 16.7 PDRB Per Kapita Kec. Todanan ADHBTahun Tabel 16.8 PDRB Per Kapita Kec. Todanan ADHK 2000Tahun xxviii Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

31 DAFTAR TABEL POKOK PENGGUNAAN Tabel 1 PDRB Kabupaten Blora Menurut PenggunaanAtas Dasar Harga Berlaku Tahun (Juta Rp) Tabel 2 PDRB Kabupaten Blora Menurut PenggunaanAtas Dasar Harga Berlaku Tahun (Juta Rp) Tabel 3 Tabel 3. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Blora Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Persen) Tabel 4 Tabel 4. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Blora Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan Tahun (Persen) Tabel 5 Distribusi PDRB Kabupaten Blora Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Persen) Tabel 6 Distribusi PDRB Kabupaten Blora Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan Tahun (Persen) Tabel 7 Indeks Implisit PDRB Kabupaten Blora Menurut Penggunaan Tahun Tabel 8 Perubahan Indeks Implisit PDRB Kabupaten Blora Menurut Penggunaan Tahun (Persen) Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013 xxix

32 xxx Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

33 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Tahun 2013 merupakan tahun yang penuh tantangandalam perjalanan ekonomi kita, kondisi ini dirasakan tidak hanya bagi Kabupaten Blora, tetapi ekonomi nasionalpun ikut tertekan di tahun tersebut.salah satu sebabnya adalah adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terutama BBM bersubsidi. Akibat kenaikan harga BBM iniinflasi di tahun 2013 melejit jauh di atas inflasi tahun sebelumnya. Inflasi timbul akibat naiknya harga barang dan jasa akibat komponen biaya yang mengalami kenaikan. Inflasi yang terjadi akibat kenaikan harga BBM tidak dapat atau sulit utk dihindari, karena BBM merupakan unsur vital dalam proses produksi dan distribusi barang maupun jasa. Disisi lain, akibat kenaikan harga BBM yang diikuti dengan angka inflasi yang tinggi,akan memperlambat pertumbuhan ekonomi akibat meningkatnya biaya-biaya, dan investasi biasanyajuga cenderung melambat. Dengan naiknya tingkat inflasi, jumlah uang yang beredar di masyarakat akan cenderung bertambah, sehingga diperlukan langkahlangkah atau kebijakan untuk membatasi atau mengatur uang yang beredar. Untuk mengurangi uang yang beredar ini biasanya pemerintah biasanya menaikkan suku bunga simpanan agar masyarakat punya keinginan untuk menyimpan uangnya di bank, tetapi kebijakan ini biasanya diikuti dengan menaikkan suku bunga pinjaman, sehingga kebijakan ini akan cenderung menghambat atau memperlambat kegiatan investasi. Kebijakan menaikkan dan menurunkan tingkat suku bunga ini Tinjauan PDRB Kab. Blora

34 BAB I PENDAHULUAN dikenal dengan sebutan politik diskonto, yang merupakan salah satu instrumen kebijakan moneter. Kenaikan harga BBM yang diikutidengan inflasi yang tinggi, berdampak pada melambatnya laju pertumbuhan ekonomi. Dilihat dari sisi PDRB sektoral, perlambatan ini akibat meningkatnya biaya operasional di hampir semua sektor kegiatan ekonomi, biaya operasional ini yang kita sebut sebagai biaya antara dalam penyusunan PDRB sektoral. Dari sisi PDRB menurut Penggunaan, kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan harga barang dan jasa, yang akan berpengaruh pada perlambatan pertumbuhan PDRB menurut Penggunaan atas dasar harga (adh) konstan.untuk memperoleh angka PDRB menurut Penggunaan adh konstan adalah dengan membagi PDRB menurut Penggunaan adh berlaku dengan Indeks Harga Konsumen (IHK)pada tahun yang bersangkutan. Kegiatan investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) seandainya tidak ada kenaikan harga BBM sebenarnya bisa tumbuh cukup tinggi, tetapi akibat kenaikan BBM tersebut kegiatan investasi agaksedikit melambat akibat kenaikan biaya operasional dan suku bunga yang ikut terdorong naik. Beberapa tahun yang lalu, Presiden SBY memperkenalkan tiga pilar pembangunan sosial-ekonomi yaitu: pro-growth, pro-poor, dan projob,yaitu keinginan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi hasilnya bisa dirasakan untuk kemakmuran masyarakat luas, terutama bisa mengentaskan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi diharapakan bisa menyerap banyak tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi mutlak diperlukan dalam upaya untuk mensejahterakan masyarakat. Tetapi perlu diwaspadaibeberapa kecenderungan negatif, seperti pertumbuhan yang tinggi biasanya diikuti dengan tingkat 2 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

35 BAB I PENDAHULUAN ketimpangan pendapatan yang tinggi pula. Tingkat pemerataan yang kian timpang bisa terlihat dari rasio gini.rasio Ginidi Blora naik dari 0,26 pada tahun 2010 meningkat menjadi 0,41pada tahun 2013, kondisi ini menggambarkan bahwa dengan meningkatnya kemajuan atau tingkat kemakmuran masyarakat, ternyata terjadi pergeseran tingkat pemerataan pendapatan. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi diperlukan suatu upaya yang dinamakan pembangunan.riyadi dan Deddy (2005) mendefinisikan kata pembangunansebagai semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan.bahwa pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan/perluasan (expansion) atau peningkatan (improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat (Syamsiah, 2009). Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada Gross Domestic Product (GDP)atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Untuk daerah, makna pembangunan yang tradisional difokuskan pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu provinsi, kabupaten, atau kota. Selanjutnya muncul sebuah alternatif definisi pembangunan ekonomi menekankan pada peningkatan income per capita(pendapatan per kapita). Definisi ini menekankan pada kemampuan suatu negara untuk meningkatkan output yang dapat Tinjauan PDRB Kab. Blora

36 BAB I PENDAHULUAN melebihi pertumbuhan penduduk. Definisi pembangunan tradisional sering dikaitkan dengan sebuah strategi mengubah struktur suatu negara atau sering kita kenal dengan industrialisasi. Kontribusi mulai digantikan dengan kontribusi industri. Definisi yang cenderung melihat segi kuantitatif pembangunan ini dipandang perlu menengok indikatorindikator sosial yang ada (Kuncoro, 2004). Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa pembangunan adalah suatu proses yang terencana,dan merupakan suatu tahap yang harus dijalani olehsetiap masyarakat atau bangsa melalui tahap-tahap perkembangan untuk menuju kondisi yang adil, makmur, dan sejahtera.sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang harus dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita,sehingga sangat dibutuhkan peran serta masyarakat, pemerintah, dan semua elemen yang terdapat dalam suatu negara untuk berpartisipasiaktif dalam proses pembangunan tersebut. Hal ini dilakukan karena kenaikan pendapatan perkapita mencerminkan perbaikan dalam kesejahteraan masyarakat. Sedangkan Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat dan meningkatkan hubungan ekonomi regional. Dengan kata lain, arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara mantap dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan pencapaian pembangunan yang telah dilaksanakan maka diperlukan adanya alat yang dapat membantu memberikan gambaran tingkat keberhasilan 4 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

37 BAB I PENDAHULUAN pelaksanaan pembangunan khususnya dibidang ekonomi. Salah satu tolok ukur untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi yang sudah dilaksanakan adalah tersedianya data statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan menggunakan data tersebut akan dapat diketahui tingkat pertumbuhan ekonomi, struktur perekonomian daerah dan juga tingkat kemakmuran penduduk. Selain itu bagi para pengambil keputusan sebelum menentukan kebijakan lebih lanjut, data PDRB dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi, analisa, dan bahan perencanaan yang selanjutnya akan bermanfaat untuk menentukan sasaran pembangunan dimasa mendatang sehingga dapat berdaya guna dan tepat guna bagi masyarakat luas Pengelompokan Sektor Lapangan Usaha Kegiatan perekonomian yang terjadi di daerah / wilayah adalah beraneka ragam sifat dan jenisnya. Berbagai kegiatan tersebut perlu dikelompokkan dalam sektor-sektor yang didasarkan atas kesamaan dan kebiasaan satuan ekonomi dalam cara berproduksi, sifat dan jenis barang yang dihasilkan serta penggunaan barang dan jasa yang bersangkutan. Keseragaman konsep/definisi dan klasifikasi pengelompokan sektor ini diperlukan dalam rangka keterbandingan antara data yang dihasilkan, sehingga gambaran mengenai perkembangan dan perbedaan antar wilayah, antar waktu atau antar karakteristik tertentu dapat dilakukan Pengelompokan Lapangan Usaha (Sektor). Dalam PDRB, pengelompokan lapangan usaha dikelompokkan menjadi 9 sektor.pengelompokan sektor tersebut didasarkan pada : Tinjauan PDRB Kab. Blora

38 BAB I PENDAHULUAN 1. Klasifikasi rekomendasi System of Nasional Account (SNA) Klasifikasi ini lebih umum dan bermanfaat membandingkan data PDRB dari suatu negara dengan negara lainnya baik secara total maupun sektoral. 2. Klasifikasi baru dimana pada umumnya lebih terinci sektornya, dengan tujuanagar lebih berorientasi pada kemudahan bagi pengguna data. Pengelompokan lapangan usaha secara rinci adalah sebagai berikut : 1. Sektor Pertanian, meliputi subsektor : 1.1. Pertanian Tanaman Bahan Makanan 1.2. Pertanian Tanaman Perkebunan 1.3. Peternakan 1.4. Kehutanan 1.5. Perikanan 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian, meliputi subsektor : 2.1. Pertambangan Migas 2.2. Pertambangan Bukan Migas 2.3. Penggalian 3. Sektor Industri Pengolahan, meliputi subsektor : 3.1. Industri Migas 3.2. Industri Bukan Migas 4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, meliputi subsektor : 4.1. Listrik 4.2. Gas 4.3. Air Bersih 6 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

39 5. Sektor Bangunan / Konstruksi BAB I PENDAHULUAN 6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, meliputi subsektor : 6.1. Perdagangan 6.2. Hotel 6.3. Restoran 7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi,meliputi subsektor : 7.1. Angkutan 7.2. Komunikasi 8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, meliputi subsektor : 8.1. Bank 8.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank 8.3. Jasa Penunjang Keuangan 8.4. Sewa Bangunan 8.5. Jasa Perusahaan 9. Sektor Jasa-Jasa, meliputi subsektor : 9.1. Pemerintahan Umum 9.2. Jasa-jasa Kelompok Sektor PDRB juga biasa dikelompokan berdasarkan atas output maupun input terjadinya proses produksi untuk masing-masing sektor ekonomi. Pengelompokan tersebut adalah sektor primer apabila output masih merupakan proses tingkat dasar, sektor sekunder yakni jika input berasal langsung dari sektor primer dan output sudah melalui proses lebih dari Tinjauan PDRB Kab. Blora

40 BAB I PENDAHULUAN proses tingkat dasar, sedangkan sektor tersier apabila output lebih dominan pada pelayanan/jasa. 1. Kelompok Sektor Primer Sektor pertanian, Sektor pertambangan dan penggalian. 2. Kelompok Sektor Sekunder Sektor industri pengolahan, Sektor listrik, gas dan air bersih, Sektor bangunan/konstruksi. 3. Kelompok Sektor Tersier Sektor perdagangan, hotel & restoran Sektor pengangkutan dan komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan, Sektor Jasa-jasa Analisa Dan Kegunaan Data PDRB Analisa Data PDRB: Analisa data pada dasarnya dapat diartikan sebagai penjabaran atas pengukuran data kuantitatif menjadi suatu bentuk penyajian yang lebih mudah untuk ditafsirkan, sehingga analisa dapat diartikan sebagai berikut : 1. Menguraikan suatu masalah baik secara keseluruhan (general) ataupun secara sebagian (parsial). 2. Memperhitungkan besarnya pengaruh perubahan suatu kejadian terhadap kejadian lainnya. 8 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

41 BAB I PENDAHULUAN Dalam kaitannya dengan perhitungan PDRB, analisa dapat dilakukan dengan menurunkan parameter yang merupakan beberapa indikator ekonomi makro, seperti: - Laju pertumbuhan ekonomi - Pendapatan per kapita - Tingkat inflasi dan sebagainya. Parameter-parameter tersebut dapat diturunkan melalui tabel agregasi PDRB yang berupa nilai nominal. Untuk memperoleh informasi mengenai parameter yang akan dianalisa dapat digunakan metode statistik seperti : - Distribusi persentase - Indeks perkembangan - Indeks berantai, dan - Indeks implisit. Tujuan utama dari analisa ini adalah untuk menggambarkan hasil penghitungan PDRB ke dalam bentukyang relatif sederhana, dengan menggunakan pendekatan metode statistik deskriptif. Selain dari tujuan tersebut, analisa data PDRB juga bertujuan untuk : 1. Mempelajari pola ekonomi daerah. 2. Menguraikan pengaruh dari suatu kejadian terhadap kejadian lainnya dalam suatu daerah dan dalam waktu yang sama. 3. Melakukan perbandingan antar komponen dan relatifnya. 4. Dasar evaluasi hasil pembangunan serta menentukan penyusunan kebijakan di masa mendatang Kegunaan Data PDRB: Data PDRBdapat digunakan untuk mengetahui berbagai kebutuhan, antara lain : Tinjauan PDRB Kab. Blora

42 BAB I PENDAHULUAN 1.Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi baik regional maupun sektoral merupakan suatu indikator makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Untuk menghitung laju pertumbuhan (Rate of growth)biasanya dipakai formula sebagai berikut : Dimana : G P t P t- 1 G = Pt P t 1 : Laju pertumbuhan : PDRB Adhk tahun ke t : PDRB Adhk tahun sebelum t Tingkat Produktivitas Penduduk Suatu Daerah. Tinggi rendahnya tingkat produktivitas penduduk suatu daerah biasanya diukur dengan besar kecilnya angka PDRB per kapita yang diperoleh dari pembagian antarapdrb dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, formulasinya sebagai berikut : P D R B PDRB per kapita = Jumlah penduduk pertengahan tahun 3. Tingkat Perubahan Harga Agregat (Inflasi PDRB) PDRB pada dasarnya merupakan nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu daerah dalam waktu (tahun) tertentu. PDRB ini dihitung atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Sedangkan perbandingan antara harga berlaku dan harga konstan merupakan angka indeks implisit, yang mana dapat digunakan untuk mengetahui adanya perubahan harga barang dan jasa secara 10 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

43 BAB I PENDAHULUAN keseluruhan. Indeks harga implisit dapat diperoleh/dihitung dengan formula sebagai berikut : PDRB Adhb I imp. = x 100 PDRB Adhk Sedangkan inflasi berdasarkan perhitungan dari PDRB dapat di formulasikan sebagai berikut : I imp. t Inflasi PDRB = - 1 x 100 I imp. t - 1 Dimana : I imp. I imp.t = Indeks implisit = Indeks implisit tahun t I imp.t 1 = Indeks implisit tahun t-1 Inflasi merupakan gambaran tentang terjadinya perubahan harga di pasaran. Jika terjadi fluktuasi harga yang tinggi maka akan sangat berpengaruh terhadap daya beli konsumen dan dengan demikian maka konsumen akan merasakanpengaruhnya dimana akan terjadi ketidakseimbangan antara daya beli dengan pendapatan masyarakat. 4. Siklus Kegiatan Ekonomi. Apabila diperhatikan secara seksama, transaksi ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, secara sederhana dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu : 1. Kelompok produsen Tinjauan PDRB Kab. Blora

44 BAB I PENDAHULUAN 2. Kelompok konsumen Kelompok produsen menggunakan faktor produksi yang berasal dari kelompok konsumen dan digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Sebaliknya barang dan jasa yang dihasilkan produsen dibeli oleh konsumen dan digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Transaksi dari kedua kelompok ini yang satu memakai barang dan jasa, dan satunya mengadakan barang dan jasa, sehingga berkesinambungan dan saling membutuhkan yang akhirnya membentuk suatu siklus perekonomian.siklus ekonomi dapat digambarkan sebagai berikut : Skema Siklus EkonomiSederhana a. Faktor produksi (Tanah, Tenaga, Modal, Skill) b. Balas jasa faktor produksi (Sewa tanah, Upah/gaji, Bunga, Keuntungan) Rumah Tangga/ Investor Perusahaan/ Produsen c. Pembelian untuk konsumsi/investasi (Arus uang) d. Barang dan jasa (Arus barang/jasa) 12 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

45 BAB I PENDAHULUAN Kelompok konsumen memiliki : a. Faktor produksi berupa (tanah, tenaga, modal dan kewiraswastaan/skill) yang diberikan kepada perusahaan b. Pengeluaran untuk membeli barang dan jasa dari produsen untuk dikonsumsi. Sedangkan dari pihak produsen : a. Memberikan balas jasa kepada faktor produksi yang dimiliki oleh konsumen, berupa sewa tanah, upah/gaji, bunga dan keuntungan. b. Pengadaan barang dan jasa hasil produksi yang dikonsumsi oleh pihak konsumen Sistematika Penulisan Untuk kemudahan bagi para pembaca, sistematika publikasi PDRB disajikan dengan tata urutan sebagai berikut : I. Pendahuluan II. Konsep dan Definisi III. Metode Penghitungan PDRB IV. Ulasan Singkat PDRBKabupaten Blora V. Tabel-Tabel PDRBKabupaten Blora. Tinjauan PDRB Kab. Blora

46 BAB I PENDAHULUAN 14 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

47 BAB II KONSEP DAN DEFINISI Untuk menghindari penafsiran yang berbeda perlu disampaikan beberapa pengertian dasar yang berkaitan denganpdrb(produk Domestik Regional Bruto). Secara umum PDRB dapat diartikan sebagai seluruh nilai produksi bruto/kotor atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua faktor produksi yang ada di suatu wilayah tertentu dan dihitung pada suatu periode tertentu (biasanya satu tahun) Domestik dan Regional Wilayah perekonomian yang digunakan sebagai acuan untuk membuat suatu perhitungan nasional adalah suatu negara, sedang untuk perhitungan suatu regional adalah suatu region dari suatu negara. Pengertian Region disini dapat berupa Propinsi, Kabupaten/Kota atau Daerah Administrasi lain yang lebih rendah Produk DomestikdanProduk Regional Produk Domestik Adalah seluruh produk barang dan jasa dari hasil kegiatan ekonomi yang diproduksi di suatu wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk region tersebut atau tidak. Yang dimaksud wilayah Domestik suatu region adalah meliputi wilayah yang berada didalam batas geografis region tersebut (propinsi, kabupaten/kota, ataupun kecamatan). Tinjauan PDRB Kab. Blora

48 BAB II KONSEP DAN DEFINISI Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian dari faktor produksi yang melakukan kegiatan produksi disuatu region berasal dari region lain, demikian juga sebaliknya penduduk suatu region melakukan kegiatan proses produksi di region lain. Dengan adanya arus pendapatan yang mengalir antar region ini (termasuk juga dari dan ke luar negeri) yang pada umumnya berupa Upah, Gaji, Bunga, Deviden dan Keuntungan, maka timbul perbedaan antara Produk Domestik dan Produk Regional Produk Regional Adalah merupakan produk yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu region atau produk domestik ditambah dengan pendapatan yang diterima dari luar daerah/luar negeri dikurangi dengan pendapatan yang dibayarkan ke luar daerah/luar negeri Penduduk Suatu Daerah Yang dimaksud dengan penduduk adalah orang per orang atau anggota rumah tangga yang bertempat tinggal secara menetap di wilayah domestik daerah tersebut. Kecuali: 1. Wisatawan Asing (Wisman) dan Wisatawan Nusantara (Wisnus) yang tinggal di wilayah domestik daerah tersebut kurang dari 6 bulan atau yang bertujuan tidak menetap. 2. Awak dari kapal laut dan awak kapal udara luar negeri atau luar region yang sedang masuk dok atau singgah di daerah region tersebut. 3. Pengusaha asing dan pengusaha daerah lain yang berada di daerah tersebut kurang dari 6 bulan. 16 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

49 BAB II KONSEP DAN DEFINISI 4. Anggota Korps Diplomat, Konsulat, yang ditempatkan di wilayah domestik daerah tersebut. 5. Pekerja musiman yang bekerja di wilayah domestik, yang bekerja sebagai pekerja musiman saja. 6. Pegawai Badan Internasional/Nasional yang bukan penduduk daerah tersebut yang melakukan misi kurang dari 6 bulan. Orang-orang tersebut diatas dianggap sebagai penduduk dari negara atau daerah di mana dia biasanya bertempat tinggal Penduduk Pertengahan Tahun Yang dimaksud dengan penduduk pertengahan tahun adalah jumlah penduduk pada akhir bulan Juni atau didekati dari jumlah penduduk awal tahun ditambah penduduk akhir tahun dibagi dua. Dalam menghitung Pendapatan perkapita, pembagi dari produk domestik atau produk regional adalah jumlah penduduk pada pertengahan tahun, hal ini dilakukan sebab untuk menghindari kejadian vital (lahir, mati, datang dan pergi) yang fluktuatif tidak menentu sepanjang tahun, maka kita pakai penduduk pertengahan tahun dengan maksud agar jumlah penduduk tersebut betul-betul mencerminkan keadaan tahun tersebut. Juga karena PDRB dihitung dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun yang bersangkutan AgregatPDRBAtas Dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah (region). Yang dimaksud Nilai Tambahadalah nilai yang ditambahkan kepada barang Tinjauan PDRB Kab. Blora

50 BAB II KONSEP DAN DEFINISI dan jasa yang dihasilkan atassebuah proses produksi yang terjadi di dalam suatu kegiatan ekonomi. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi tersebut. Nilai Tambah Bruto (NTB) didapat dari Nilai Produksi (Output) dikurangi Biaya Antara (BA). Dengan formulasi sebagai berikut : N T B = Nilai Produksi (Output) - Biaya Antara a) Komponen-komponen Nilai Tambah Bruto (NTB) antara lain : 1. Faktor pendapatan, terdiri dari : - Upah dan Gaji sebagai balas jasa pegawai. - Bunga modal sebagai balas jasa modal. - Sewa tanah sebagai balas jasa tanah. - Keuntungan sebagai balas jasa kewirausahaan 2. Penyusutan barang modal tetap. 3. Pajak tidak langsung netto. b) Nilai Produksi (Output) adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu. Barang dan jasa yang dihasilkan meliputi : 1. Produksi utama 2. Produksi ikutan, maupun 3. Produksi sampingan c) Biaya Antara (BA) adalah jenis biaya yang terdiri dari barang/jasayang tidak tahan lama yang digunakan dalam proses produksi. Sedangkan barang tidak tahan lama adalah barang yang mempunyai suatu perkiraan umur penggunaan kurang dari 1 tahun. 18 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

51 BAB II KONSEP DAN DEFINISI Contoh : - Barang baku dan penolong untuk menghasilkan output. - Peralatan dan perlengkapan kerja karyawan. - Pengeluaran jasa kesehatan, obat-obatan dan rekreasi. - Perbaikan kecil dan penggantian suku cadang yang aus. - Iklan, Riset pemasaran dan hubungan masyarakat. - Biaya administrasi Produk Domestik Regional Netto (PDRN Adhb) Perbedaan antara konsep Netto ini dan konsep Bruto diatas, ialah karena konsep bruto masih ada penyusutan di dalamnya, sedangkan untuk nettonya penyusutan harus dikeluarkan. Formulasinya sebagai berikut : PDRN Adhb = PDRB Adhb - Penyusutan Sedangkan Penyusutan yang dimaksud disini adalah nilai atas susutnya (ausnya) barang-barang modal yang terjadi selama barang modal tersebut ikut serta dalam proses produksi PDRN Atas Dasar Biaya Faktor (PDRN Adbf) Adalah PDRN Adhb dikurangi pajak tidak langsung netto. Pajak tidak langsung berupa pajak penjualan, bea ekspor/impor, cukai dan lainlain pajak, kecuali pajak pendapatan dan pajak perorangan.biasanya pemerintah memberikan subsidi kepada unit-unti produksi, yang akhirnya mengakibatkan penurunan harga (contoh subsidi Pupuk, BBM, Obat dan lain-lain). Karena ada subsidi tersebut maka pajak tidak langsung netto merupakan pajak tidak langsung dikurangi subsidi tersebut. Tinjauan PDRB Kab. Blora

52 BAB II KONSEP DAN DEFINISI PDRN Adbf sebenarnya merupakan jumlah balas jasa faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah. Jadi PDRN Adbf merupakan jumlah dari pendapatan yang berupa : - Upah dan Gaji sebagai balas jasa pegawai. - Bunga modal sebagai balas jasa modal. - Sewa tanah sebagai balas jasa tanah. - Keuntungan sebagai balas jasa kewiraswastaan. Akan tetapi pendapatan yang dihasilkan tersebut diatas, tidak seluruhnya menjadi milik/pendapatan penduduk region tersebut, sebab ada pendapatan yang diterima oleh penduduk region lain atas kepemilikan faktor produksi di region tersebut Pendapatan Regional Pendapatan Regional Netto adalah PDRN Adbf dikurangi dengan pendapatan yang mengalir keluar region dan ditambah dengan pendapatan yang masuk dari region lain (nett export). Dengan kata lain bahwa Produk Regional Netto (Pendapatan Regional) adalah jumlah pendapatan yang benar-benar diterima oleh seluruh penduduk yang tinggal di region / wilayah / daerah di mana dia berdomisili Pendapatan Perkapita (Income Per Capita) Bila pendapatan-pendapatan di atas dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang tinggal di daerah tersebut, maka akan diperoleh suatu pendapatan perkapita, di antaranya sebagai berikut : PDRB Adh Berlaku a. PDRB Adhb Perkapita= Jumlah penduduk pertengahan tahun 20 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

53 BAB II KONSEP DAN DEFINISI b. PDRB Adhk Perkapita = PDRB Adh Konstan Jumlah penduduk pertengahan tahun c. Income Perkapita = Pendapatan Regional Jumlah penduduk pertengahan tahun 2.4. Agregat PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB Adhk) Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Adhk dari tahun ke tahun menggambarkan perkembangan yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan serta perubahan tingkat harganya. Sedangkan untuk dapat mengukur perubahan volume produk atau perkembangan produktifitas secara nyata, faktor pengaruh perubahan harga perlu dihilangkan yaitu dengan cara menghitung PDRB Atas Dasar Harga Konstan. Penghitungan atas dasar harga konstan ini, hasilnya dapat dipergunakan untuk perencanaan ekonomi, proyeksi dan untuk menilai pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral. Dalam penghitungan atas dasar harga konstan ini, selalu berkaitan dengan harga-harga pada tahun dasar. Sebab harga-harga pada tahun dasar tersebut digunakan untuk menentukan angka indeks dasar yang besarnya = 100 %, dan difungsikan sebagai pembanding harga-harga pada tahun-tahun tertentu yang akan diselidiki Perubahan Tahun Dasar 1990 Menjadi 2000 Tahun dasar merupakan perangkat penting yang secara spesifik digunakan untuk penghitungan PDRB. Tekanan tahun dasar adalah Tinjauan PDRB Kab. Blora

54 BAB II KONSEP DAN DEFINISI dalam penggunaan harga, yang dalam penghitungan PDRB diistilahkan PDRB atas dasar harga konstan (Adhk). PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan perubahan nilai PDRB yang hanya dipengaruhi oleh volume atau kuantum. Secara total PDRB tersebut menggambarkan perubahan ekonomi secara riil di suatu wilayah. Menurut rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagaimana tertuang dalam buku Sistem Neraca Nasional dinyatakan bahwa estimasi PDRB/PDB atas dasar harga konstan sebaiknya dimutakhirkan secara periodik dengan menggunakan tahun referensi yang berakhiran 0 atau 5. Hal itu dimaksudkan agar besaran angkaangka PDRB/PDB dapat saling diperbandingkan antar negara, wilayah dan antar waktu guna keperluan analisis kinerja perekonomian nasional atau wilayah. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan adalah dua hal yang saling mempengaruhi dan mengakibatkan perubahan struktur ekonomi secara terus menerus. Perkembangan tehnologi dan ilmu pengetahuan yang pesat selama sepuluh tahun terakhir, telah memberikan dampak yang besar terhadap cara pandang dan konversi harga dalam pembangunan ekonomi. Penggunaan tahun dasar 1990 selama 10 tahun lebih dianggap tidak representatif lagi untuk digunakan sebagai tahun dasar penghitungan PDRB atas dasar harga konstan. Perlu dilakukan perubahan tahun dasar dari tahun 1990 menjadi tahun dasar Untuk itu, pemutakhiran tahun dasar penghitungan PDRB/PDB dari tahun 1990 ketahun dasar baru (tahun 2000)menjadi perlu dilakukan agar hasil estimasi PDRB/PDB akan menjadi lebih realistis, dalam 22 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

55 BAB II KONSEP DAN DEFINISI pengertian mampu memberikan gambaran yang jelas terhadap fenomena pergeseran struktur produksi lintas sektor. Dalam penetapan tahun dasar penghitungan PDRB kondisinya haruslah representatif dengan memenuhi beberapa pertimbangan/persyaratan antara lain : - Kondisinya ekonomi relatif stabil (aspek riil dan moneter). - Awal dari suatu peristiwa besar dimana semua hasil pembangunan ekonomi akan dibandingkan dengan kondisi saat itu. - Kelengkapan data dasar cukup memadai. Tahun dasar yang dianggap representative untuk mengukur laju pertumbuhan ekonomi adalah tahun 2000 karena tahun tersebut dianggap sebagai tahun yang relatif stabil. Demikian juga di tahun 2000 telah tersedia tabel I O (input output) baik di tingkat nasional maupun di tingkat propinsi. Disamping itu ketersediaan data dasar baik cakupan, harga maupun volume tahun 2000 tersedia secara rinci pada setiap sektor ekonomi. Dengan dukungan data yang lebih lengkap dan rinci diharapkan estimasi PDRB dengan tahun dasar 2000 dapat disusun lebih akurat dan konsisten Penghitungan Atas Dasar Harga Konstan Secara konsep nilai atas dasar harga konstan dapat juga mencerminkan kuantum Produksi pada tahun yang berjalan yang di nilai atas dasar harga pada tahun dasar. Dari segi metode statistik, suatu nilai atas dasar harga konstan dapat diperoleh dengan beberapa cara, sedangkan pemakaiannya sangat tergantung dari data yang tersedia di masing masing sektor / sub sektornya. Tinjauan PDRB Kab. Blora

56 BAB II KONSEP DAN DEFINISI Cara yang lazim digunakan antara lain : a. Revaluasi b. Ekstrapolasi c. Deflasi d. Deflasi berganda a. Revaluasi Revaluasi diartikan menilai kembali produksi (volume) tahun berjalan dikalikan dengan harga tahun dasar, akan menghasilkan nilai produksi atas dasar harga konstan. NILAI PRODUKSI Adhk = Q n y x P o Dimana : Q y n = Jumlah kuantum komoditi y pada tahun berjalan (t n ). P o = Harga komoditi y pada tahun dasar (t o ) b. Ekstrapolasi Yang perlu diperhatikan dengan cara ini ialah penentuan ekstrapolatornya.ekstrapolator yang paling baik adalah jumlah produksi dari masing-masing sektor atau subsektor. Sedangkan nilai tambah Adhk yang dihitung dengan ekstrapolasi diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks kuantum dibagi 100. Indeks kuantum yang dipakai adalah Indeks Laspayers, yaitu : IK LASPAYERS = Q n x P o Q o x P o 24 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

57 BAB II KONSEP DAN DEFINISI Nilai Tambah Bruto tahun berjalan (t n ) Adhk adalah sebagai berikut : y IK n NTB Adhk y = y NTB o x 100 Dimana : NTB Adhk y = NTB komoditi y pada tahun berjalan (t n ). y NTB o =NTB komoditi y pada tahun dasar (t o ). IK n y = Indeks kuantum Laspayers y pada tahun berjalan (t n ). Q n =Jumlah / kuantum pada tahun berjalan (t n ). Q o =Jumlah / kuantum pada tahun berjalan (t o ). P o = Harga pada tahun dasar. c. Deflasi NTB Adhk yang diperoleh dengan cara ini ialah dengan mendeflate NTB Adhb dengan indeks harga dari barang yang bersangkutan.perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan mendelfate adalah membagi nilai tambah Adhb dengan indeks harga dari masing-masing sektor atau subsektor. Sehingga NTB Adhk tahun berjalan komoditi y adalah : Dimana : NTB Adhk y = Nilai Tambah Bruto Atas dasar harga konstan komoditi y pada tahun berjalan (tn). NTB Adhb y n = Nilai Tambah Bruto Atas dasar harga berlaku komoditi y pada tahun berjalan (tn). IH y n NTB Adhb y n NTB Adhk y = x 100 IH y n = Indeks Harga komoditi y pada tahun berjalan (tn). Tinjauan PDRB Kab. Blora

58 BAB II KONSEP DAN DEFINISI d. Deflasi Berganda Disebut ganda karena dilakukan deflasi dua kali, yaitu : 1. Membagi nilai produksi atas dasar harga berlaku dengan indeks harga produksi. 2. Membagi biaya antara atas dasar harga berlaku dengan indeks harga biaya antara. Selisih antara nomor 1 dan 2 diatas merupakan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan. Dengan formulasi sebagai berikut : NTBAdhk y n y Qn Pn y IH n y y Qn Pn IH n = Py Ay 100 atau : NTB Adhk y n = NP k y - NBA k y Dimana : NTB Adhk y n NP k y NBA k y =Nilai Tambah Bruto Atas dasar harga konstan komoditi y pada tahun berjalan (tn). =Nilai ProduksiAtas dasar harga konstan komoditi y. =Nilai Biaya Antara Atas dasar harga konstan komoditi y. 26 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

59 BAB III METODE PENGHITUNGAN PDRB Di dalam penghitungan PDRB Kabupaten dapat dihitung melalui dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Yang dimaksud metode langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan data yang ada baik yang bersumber dari daerah sendiri maupun data dari wilayah yang lebih tinggi. Metode ini menggunakan 3 macam cara pendekatan yaitu : 1. Pendekatan Produksi (Production Approach). 2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach). 3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach). Penghitungan metode tidak langsung ini biasanya hanya ada satu metode yakni Metode alokasi (Allocation Approach). Metode penghitungan dengan cara alokasi dilakukan dengan mengalokasikan PDRB Propinsi untuk Kabupaten/Kota atau PDRB Kabupaten untuk Kecamatan dengan menggunakan variabel yang cocok sebagai alokatornya, sepertidata produksi, jumlah penduduk, luas lahan, mata pencaharian, dll Metode Pendekatan Produksi Pendekatan dari segi produksi adalah menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing-masing nilai produksi bruto tiap-tiap sektor atau subsektor. Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input Tinjauan PDRB Kab. Blora

60 BAB III METODE PENGHITUNGAN PDRB antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa faktor produksi atas keikut sertaannya dalam proses produksi. Barang dan jasa yang diproduksi dengan harga produsen, yaitu yang belum termasuk biaya transport dan keuntungan pemasaran. Penggunaan harga produsen ini bertujuan untuk mengetahui nilai tambah yang benar-benar diterima oleh produsen sedang biaya transport akan dihitung sebagai nilai tambah pada sektor transportasi dan keuntungan pemasaran akan dihitung pada sektor perdagangan. Nilai barang dan jasa pada harga produsen ini merupakan nilai produksi bruto, sebab masih terdapat biaya untuk memproduksi barang dan jasa yang dibeli dari sektor lain. Nilai tambah bruto adalah merupakan produk dari proses produksi, yang terdiri dari komponen-komponen diantaranya : 1. Faktor pendapatan, terdiri dari : - Upah dan Gaji sebagai balas jasa pegawai. - Bunga modal sebagai balas jasa modal. - Sewa tanah sebagai balas jasa tanah. - Keuntungan sebagai balas jasa kewirausahaan. 2. Penyusutan barang modal tetap. 3. Pajak tidak langsung netto. Formulasi Nilai Tambah Bruto dengan pendekatan produksi adalah : Nilai Tambah Bruto (NTB)= Nilai produksi bruto - Biaya antara Pendekatan ini banyak digunakan pada produksi yang berbentuk barang, seperti sektor pertanian, pertambangan penggalian dan 28 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

61 BAB III METODE PENGHITUNGAN PDRB industripengolahan. Sedangkan jika penyusutan dikeluarkan dari NTB maka akan diperoleh Nilai Tambah Netto Pendekatan Pendapatan Dalam pendekatan dari segi Pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi dihitung dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi, yaitu : - Upah dan gaji - Surplus usaha - Penyusutan - Pajak tak langsung netto Untuk pemerintahan dan usaha-usaha yang sifatnya tidak mencari keuntungan, surplus usaha tidak diperhitungkan. Yang termasuk surplus usaha disini adalah bunga, sewa tanah dan keuntungan. Dari hasil penjumlahan seluruh balas jasa faktor produksi tersebut akan diperoleh Nilai Tambah Netto atas biaya faktor produksi. Sedangkan untuk memperoleh Produk Domestik Regional Bruto Atas dasar harga pasar harus ditambah dengan nilai penyusutan dan pajak tak langsung netto. Metode ini banyak dipakai pada sektor pemerintahan, bank/lembaga keuangan dan sektor jasa-jasa Pendekatan Pengeluaran Pendekatan dari segi pengeluaran bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi dalam wilayah Kabupaten/Kota. Jadi produk domestik regional dihitung dengan cara menghitung berbagai komponen pengeluaran akhir yang berbentuk Tinjauan PDRB Kab. Blora

62 BAB III METODE PENGHITUNGAN PDRB produk domestik regional tersebut. Secara umum pendekatan pengeluaran dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut : 1. Melalui pendekatan penawaran yang terdiri dari metode arus barang, metode penjualan eceran dan metode penilaian eceran. 2. Melalui pendekatan permintaan yang terdiri dari pendekatan survei pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, metode anggaran rumah tangga, metode balance sheet dan metode statistik perdagangan luar daerah/luar negeri. Pada prinsipnya kedua cara ini dimaksudkan untuk memperkirakan komponen-komponen permintaan akhir seperti : - Konsumsi rumah tangga - Konsumsi pemerintahan - Konsumsi lembaga swasta non profit - Perubahan stok - Pembentukan modal bruto - Perdagangan antar wilayah (termasuk eskpor dan impor). Dengan menghitung komponen-komponen ini kemudian menjumlahkannya akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku/pasar Metode Alokasi Yang dimaksud dengan metode Alokasi PDRB adalah menghitung PDRB tingkat propinsi atau tingkat kabupaten dengan cara mengalokir angka PDRB dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat di bawahnya, 30 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

63 BAB III METODE PENGHITUNGAN PDRB dengan menggunakan alokator tertentu.alokator yang dapat dipergunakan dapat didasarkan atas : 1. Nilai produksi bruto dan netto. 2. Jumlah produksi/output. 3. Jumlah tenaga kerja. 4. Penduduk. 5. Alokator lain yang dianggap cocok untuk masing-masing daerah. Dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari alokator tersebut dapat diperhitungkan persentase bagian masing-masing daerah yang mendapat alokasi terhadap nilai tambah setiap sektor atau subsektor. Metode alokasi dipakai jika dari ketiga metode sebelumnya sudah tidak mungkin lagi diterapkan. Suatu contoh bila suatu unit produksi yang mempunyai kantor pusat dan kantor cabang. Kantor pusat berlokasi di daerah lain, sedangkan kantor cabang ini tidak dapat mengetahui nilai tambah yang diperolehnya, oleh karena perhitungan neraca rugi/laba dilakukan oleh kantor pusat. Untuk mengatasi hal semacam itu, penghitungan nilai tambahnya terpaksa dilakukan dengan alokasi menggunakan indikator-indikator yang dapat menunjukkan peranan suatu cabang terhadap kantor pusat. Dari keempat metode di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah pengeluaran/permintaan akhir akan sama dengan produk akhir dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen.demikian juga nilai tambah produk barang dan jasa akan sama pula dengan jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang terlibat. Selanjutnya produk domestik regional bruto seperti yang dimaksudkan diatas disebut Produk Domestik Regional Bruto Atas dasar harga pasar. Tinjauan PDRB Kab. Blora

64 BAB III METODE PENGHITUNGAN PDRB Metode Pendekatan Penghitungan PDRB Menurut Sektor No. S e k t o r Metode yang Dipakai I. Pertanian 1.1. Tanaman Bahan Makanan 1.2. Perkebunan 1.3. Peternakan 1.4. Kehutanan 1.5. Perikanan Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi II. PertambangandanPenggalian Pendekatan Produksi III. IV. Industri Pengolahan 3.1. Industri Migas 3.2. Industri Tanpa Migas Listrik, Gas dan Air Bersih Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi 4.1. Listrik 4.2. Gas 4.3. Air Bersih Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi V. Bangunan / Konstruksi Pendekatan Pendapatan VI. Perdagangan, Hotel & Restoran Pendekatan Produksi VII. Pengangkutan Dan Komunikasi 7.1. Pengangkutan 7.2. Komunikasi VIII Keuangan, Sewa Bangunan, Jasa Perusahaan IX. Jasa-Jasa 9.1. Pemerintahan Umum 9.2. Jasa-jasa Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi Pendekatan Produksi, Pendekatan Pendapatan Pendekatan Pendapatan Pendekatan Produksi 32 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

65 BAB IV ULASAN SINGKAT 4.1 Kondisi Ekonomi Tahun 2013 Adanya kenaikan harga BBM pada pertengahan tahun 2013, ternyata tidak banyak berpengaruh terhadap perputaran ekonomi di Kabupaten Blora, walaupun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blora di tahun 2013 lebih rendah dari tahun sebelumnya. Kondisi ini cukup berbeda dengan kondisi ekonomi nasional yang mengalami perlambatan cukup dalam, dimana di tahun 2013 ini pertumbuhan ekonomi nasional tumbuh sebesar 5,78 persen, lebih rendah di banding tahun 2012 yang tumbuh di atas 6 persen, yaitu sebesar 6,25 persen. Pada tahun yang sama (2013), ekonomi Jawa Tengah tumbuh sebesar 5,81 persen, yang juga lebih rendah dari tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,34 persen. Perlambatan pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun jawa tengah salah satunya sebagai akibat dari adanya kenaikan harga BBM. Perlambatan ekonomi tidak selamanya jelek, apalagi ketika perlambatan tersebut dipicu oleh kebijakan pemerintah dalam menata APBN yang lebih sehat. Selama ini ekonomi Indonesiatumbuh salah satunya karena harga BBM yang murah. Dengan kondisi seperti ini, Indonesia memang sudah saatnya mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian BBM, khususnya BBM bersubsidi.harapan ke depan dengan beban APBN yang semakin ringan dan ketergantungan akan BBM bersubsidi semakin menurun, daya saing ekonomi nasional akan semakin meningkat dan kondisi keuangan pemerintah akan bertambah baik. Tinjauan PDRB Kab. Blora

66 BAB IV ULASAN SINGKAT Sedikit berbeda dengan kondisi ekonomi nasional maupunregional jawa tengah, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Blora tahun 2013 walaupun lebih rendah dari tahun sebelumnya, tetapi penurunannya tidak begitu tajam. Pada tahun 2013, ekonomi Kabupaten Blora tumbuh sebesar 5,00 persen, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,03 persen.perlambatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blora tidak setajam perlambatan ekonomi nasional ataupun regional jawa tengah, karena ekonomi di Kabupaten Blora lebih menitik beratkan pada eksploitasi alam, seperti sektor pertanian maupun sektor pertambangan penggalian, dimana share kedua sektor tersebut lebih dari 50 persen.tetapi karena bahan bakar minyak merupakan komponen yang cukup vital di dalam produksi barang dan jasa, yangmenyebabkan kenaikan biaya-biaya di dalam operasionalnya, sehingga sedikit banyak ikut memperangaruhi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Blora. Untuk mengurangi dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak, dengan harapan pertumbuhan ekonomi akantetap bisa dipacu, bisa dilakukan melalui pengembangan sumber-sumber ekonomi baru. Seperti pemberdayaan ekonomi rakyat melalui pengembangan ekonomi lokal. Pengembangan ekonomi lokal pada intinya adalah pembangunan berlandaskan pada kemandirian lokal, yaitu suatu upaya meningkatkan pembangunan disuatu wilayah, dimana tidak semata-mata menekankan pada peranan kekuatan luar (external forces), tetapi lebih mengutamakan peranan dari dalam (internal forces), melalui upaya dengan mendorong pengembangan inisiatif dan partisipasi masyarakat yang kreatif dan produktif, peningkatan sumberdaya manusia, pemanfaatan sumberdaya ekonomi, sosial, teknologi, dan kelembagaan, untuk menunjang penciptaan lapangan kerja bagi penduduk dan masyarakat setempat. 34 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

67 BAB IV ULASAN SINGKAT Untuk bisa mengembangkan sumber-sumber ekonomi baru diperlukan analisis potensi wilayah. Potensi ekonomiwilayah dapat diketahui dengan mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan berbagai sektor maupun subsektor ekonomi di wilayah tersebut. Sektor ekonomi yang memiliki keunggulan, memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor ekonomi lain untuk berkembang. Tumenggung (1996) memberi batasan bahwa sektor unggulan adalah sektor yang memiliki keunggulan komparatif (comparatif advantages) dan keunggulan kompetitif (competitive advantages) dengan produk sektor sejenis dari daerah lain serta mampu memberikan nilai manfaat yang lebih besar. 4.2 Pertumbuhan PDRB Tahun 2013 Penyajian publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Blora dibuat secara series, sehingga akan mampu memberikan gambaran kinerja ekonomi secara makro dari waktu ke waktu. Selanjutnya angka-angka tersebut bisa digunakan sebagai bahan acuan oleh pengguna data sebagaibahan monitoring, evaluasi, kajian maupun perencanaan, sehingga didapat keputusan yang lebih bermanfaat dan tepat sasaran. Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu wilayah secara berkesinambungan selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara lain:faktor sumber daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor budaya, sumber daya modal. Tinjauan PDRB Kab. Blora

68 BAB IV ULASAN SINGKAT Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat diartikan juga sebagai perbandingan pencapaian kinerja perekonomian suatu wilayah pada periode waktu tertentu terhadap periode waktu sebelumnya. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi diketahui dari besaran PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dari tahun ke tahun menurut harga konstan. Pada tahun 2013, besaran PDRB menurut harga berlaku Kabupaten Blora tercatat sebesar ,26juta rupiah yang menunjukkan adanya peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai sebesar ,26juta rupiah sehingga terjadi pertumbuhan sebesar 12,47 persen. Pertumbuhan PDRB menurut harga berlaku merupakan pertumbuhan semu, karena belum mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya,dimana masih terpengaruh adanya faktor kenaikan harga atau didalamnya masih mengandung angka inflasi ataupun deflasi. Menurut harga berlaku, sektor perdagangan, hotel dan restoranmemiliki pertumbuhan tertinggi yakni mencapai 15,50 persen, kemudian disusul oleh sektor angkutan dan komunikasi yang mengalami pertumbuhan sebesar 14,53 persen dan sektor jasa-jasamengalami pertumbuhan sebesar 13,14 persen.tingginya pertumbuhan adh berlaku untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran terjadi karena pertumbuhan riil akibat kenaikan output juga akibat kenaikan harga barang dan jasa di sektor ini yang cukup naik tinggi. Kondisi ini bisa dilihat dari inflasi di sektor ini yang tembuh di atas 7 persen. Permintaan barang dan jasa penggerak sektor perdagangan, hotel dan restoran juga dipengaruhi oleh oleh pertumbuhan penduduk, peningkatan daya beli, serta bertambahnya kebutuhan masyarakat yang kian beragam. 36 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

69 BAB IV ULASAN SINGKAT Untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih mendekati keadaan riil atau pertumbuhan sebenarnya, karena telah menghilangkan pengaruh inflasi/deflasi, dapat diperoleh dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan(tahun 2000).UntukPDRB atas dasar harga konstan, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Blora untuk tahun 2013tercatat sebesar5,00 persen, atau dari ,13juta rupiah di tahun 2012 menjadi ,81 juta rupiah pada tahun Pertumbuhan tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2012 yang tercatat sebesar 5,03 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut tidak lepas dari pertumbuhan beberapa sektor dominan yang ada di Kabupaten Blora, seperti sektor pertanian dan sektor perdagangan. Pada harga konstan, sektor bangunan kembali memiliki pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar7,95 persen, kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mengalami pertumbuhan sebesar 7,93 persen dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang tumbuh sebesar 6,90 persen.sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada sektor pertanian yang tumbuh sebesar 3,10 persen. Ada beberapa kegiatan konstruksi yang mendorong sektor bangunan tumbuh tinggi, antara lain yang cukup besar antara lain pembangunan rel ganda yang merupakan kegiatan multi years yang merupakan lanjutan dari tahun sebelumnya, kelanjutan dari pembangunan pabrik gula Gendhis Multi Manis, pembangunan jaringan pipa gas perumahan di Kecamatan Cepu, belanja modal oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk infra struktur dan pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat. Kegiatan inilah yang mendorong sektor bangunan bisa tumbuh cukup tinggi. Tinjauan PDRB Kab. Blora

70 BAB IV ULASAN SINGKAT Pertambahan penduduk, bertambahnya ragam kebutuhan masyarakat, serta perkembangan teknologi informasi yang cukup pesat yang kemudian dibarengi dengan munculnya pusat-pusat perbelanjaan, merupakan pendorong di sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini merupakan sektor dominan kedua setelah sektor pertanian. Pertumbuhan di sektor riil, seperti sektor perdagangan hotel dan restoran, ataupun pertumbuhan di sektor bangunan, biasanya akan mendorong sektor keuangan untuk tumbuh. Ada keterkaitan erat antara beberapa sektor tersebut terhadap berkembangnya sektor keuangan. Sektor keuangan merupakan sektor penyedia modal yang diperlukan oleh tidak hanya sektor tertentu, tetapi hampir semua kegiatan ekonomi membutuhkan sektor keuangan. Perkembangan sektor keuangan ini juga sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, serta pola komsumsi masyarakat. Saat ini yang namanyalembaga-lembaga pembiayaan tumbuh cukup pesat. Kondisi ini adalah akibat dari pola konsumsi masyarakat yang semakin beragam dan modern. Gambar 4.1 Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Blora Tahun Pert Ekonomi (%) Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

71 BAB IV ULASAN SINGKAT Pada tahun 2013, sektorpertanian merupakan sektor dengan pertumbuhan terendah, baik menurut harga berlaku maupun harga konstan. Adh konstan sektor ini tumbuh sebesar 3,10 persen, lebih rendah dari tahun sebelumnya. Tingginya NTB sektor pertanian ini menyebabkan sektor ini tidak pernah tumbuh tinggi. Disamping keterbatasan lahan, minimnya infrastruktur penunjang, sektor ini juga sangat rawan terhadap kondisi cuaca dan serangan hama tanaman. Walaupun dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan di sektor pertanian tergolong rendah, tetapi sektorpertanian ini merupakan penggerak utama perekonomian di Kabupaten Blora.Pertumbuhan positif sektor pertanian ini sangat mempengaruhi pertumbuhan agregat Kabupaten Blora karena setengah dari PDRB Kabupaten Blora disumbangkan oleh sektor tersebut. Perbaikan perekonomian yang telah menghasilkan angka pertumbuhanyang positif menunjukkan bahwa perekonomian di Kabupaten Blora terutama pada tahun 2012 ini makin baik, lapangan kerja diharapkan semakin terbuka, barang dan jasa juga mudah didapat dipasaran sehingga kemampuan daya beli masyarakat juga semakin meningkat. Tabel : 4.1 PDRB Kabupaten Blora Tahun PDRB Adh Berlaku PDRB Adh konstan 2000 Th Nilai (juta rp) Pertumb (%) Nilai (juta rp) Pertumb (%) (1) (2) (3) (4) (5) , , , , ,26 9,82 11,98 8,87 9,14 12, , , , , ,81 4,97 5,04 2,70 5,03 5,00 Tinjauan PDRB Kab. Blora

72 BAB IV ULASAN SINGKAT Dari tabel di atas tampak bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir pertumbuhan terendah menurut harga berlaku adalah tahun 2011 yang sebesar 8,87 persen sedangkan pertumbuhan tertinggi adalah pada tahun 2013 yakni sebesar 12,47 persen. Sedangkan untuk PDRB atas dasar harga konstan, pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2010 yakni sebesar 5,04 persen dan yang terendah sebesar 2,70 persen pada tahun Gambar 4.2 PDRB Kabupaten BloraTahun , , , , , , , , , , , , , , , , Adh Konstan (Milyar Rp) Adh Berlaku (Milyar Rp) Pada level Jawa Tengah, pertumbuhan PDRB Kabupaten Blora tahun 2013 berada pada peringkat ke 26 dari 35 kabupaten/kota. Berada di atas Kabupaten Purworejo dan Wonosobo dan di bawah kabupaten Sukoharjo,dan lebih rendah dibanding laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Tengah yang tercatat sebesar 5,81 persen. Untuk kontribusi terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah, PDRB Kabupaten Blora masih sangat kecil yang tercatat hanya sebesar 1,28 persen(adh konstan). 40 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

73 BAB IV ULASAN SINGKAT Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan pembangunan ekonomi salah satu diantaranya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran warganya, namun demikian pada kenyataannya jarang dapat berjalan bersama, banyak faktor yang mempengaruhinya misalnya kepemilikan modal yang terpusat pada perseorangan/kelompok/wilayah tertentu, sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan nilai tambah bruto yang besar itu semuanya belum tentu dinikmati oleh penduduk setempat. Selanjutanya ada satu hal yang perlu diperhatikan juga dalam penghitungan PDRB, yaitu Nilai Tambah Bruto yang dihitung tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk region tersebut atau tidak.dimana komponen-komponennilai Tambah Brutoterdiri dari : 1. Pendapatan faktor yaitu : Upah dan gaji sebagai balas jasa pegawai/karyawan. Sewa tanah sebagai balas jasa tanah. Bunga sebagai balas jasa modal. Keuntungan sebagai balas jasa modal. 2. Penyusutan barang modal tetap. 3. Pajak tak langsung netto. Dari ketiga komponen tersebut, tidak semua diterima oleh penduduk region/wilayah ini. Bisa terjadi pertumbuhan PDRB tinggi, tetapi tidak semua pendapatan perkapitanya diterima oleh penduduk Kabupaten Blora. Jika menghendaki pendapatan murni dari penduduk Kabupaten Blora, maka perlu ditindaklanjuti sebagai berikut : 1. PDRB ditambah dengan pendapatan peduduk Blora yang diterima dari luar daerah/luar negeri. Tinjauan PDRB Kab. Blora

74 BAB IV ULASAN SINGKAT 2. PDRB dikurangi dengan pendapatan yang dibawa/dibayarkan keluar daerah/luar negeri Dari kedua hal tersebut di atas jika kita gabungkan dihasilkan Produk Regional Netto yaitu pendapatan murni penduduk Kabupaten Blora. Untuk memperoleh Produk Regional Netto tersebut, team penyusun masih menemui banyak kendala teknis utamanya ketersediaan data. 4.3 Distribusi PDRB/Struktur Ekonomi 2013 Sumbangan/shareNilai Tambah Brutomasing-masing sektor terhadap total Nilai Tambah Bruto (PDRB) biasa kita sebut sebagai Distribusi PDRB. Distribusi PDRB menggambarkan struktur ekonomi yang ada di suatu wilayah. Semakin tinggi distribusinya, berarti semakin besar peranan sektor/sub sektor tersebut sebagai penyumbang ekonomi wilayah dan sebaliknya. Seiring perjalanan waktu, akibat perubahan faktor internal maupun eksternal, sepertiperubahan tekhnologi, keberadaan sumber daya alam dan sumber daya manusia, serta perubahan orientasi kebijakan pemerintah maupun perubahan ekonomi nasional dan internasional akan sangat berpengaruh terhadap perubahan tiap sektor ekonomi. Akibatnya, output tiap sektor akan berbeda satu dengan yang lainnya,akibatnya distribusi sektor ekonomi dalam komposisi PDRB juga mengalami pergeseran atau perubahan. Dalam periode waktu lima tahun terakhir, sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran masih merupakan sektor andalan bagi perekonomian Kabupaten Blora, karena keduanya memberikan kontribusi terbesar dalam penyusunan PDRB. Hal ini terlihat dari prosentase distribusi PDRB, baik menurut harga berlaku maupun harga 42 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

75 BAB IV ULASAN SINGKAT konstan, dimana sektor pertanian selalu menyumbang hampir separohdari nilai totalpdrb dan sumbangan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada PDRB pada kisaran 15 persen. Atas dasar harga berlaku, pada tahun 2013, sumbangan sektor pertanian tercatat sebesar 49,19 persen, menurun dari tahun sebelumnya. Dalam lima tahun terakhir distribusi sektor pertanian punya kecenderungan terus turun. Kondisi ini menggambarkan bahwa sektor pertanian sudah mulai jenuh. Kecenderungan tersebut salah satunya dipengarungi oleh luas lahan pertanian yang kian lama kian menyusut, walaupun teknologi pertanian dalam beberapa tahun ke depan kemungkinan akan terus berkembang. Distribusi sektor pertanian juga sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor tersebut. Dari sembilan sektor, sektor pertanian pertumbuhannya cenderung lebih rendah dibandingkan dengan sektor lainnya.penurunan tersebut merupakan fenomena, dimana ada pergeseran struktur dari daerah agraris menuju daerah non agraris, walaupun kalau dilihat pergeserannya relatif sangat lambat. Tetapi walaupun sektor pertanian distribusinya cenderung menurun, tetapi sektor ini masih cukup dominan dalam menggerakkan perekonomian khususnya di Kabupaten Blora. Kontribusi terbesar kedua diberikan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Adh berlaku distribusi sektor ini tercatat sebesar16,45 persen, meningkat dari tahun sebelumnya. Kebalikan dengan sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran punya peran yang terus meningkat dalam mendorong roda ekonomi di Kabupaten Blora. Sektor ini punya distribusi yang cenderung meningkat terutama dalam lima tahun terakhir. Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuhnya peran sektor perdagangan ini, salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi Tinjauan PDRB Kab. Blora

76 BAB IV ULASAN SINGKAT yang cenderung tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Perkembangan sektor perdagangan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: pertumbuhan jumlah penduduk. Semakin banyak penduduk akan diikuti dengan permintaan barang dan jasa yang semakin meningkat. Kedua adalah surplus dari sektor pertanian, sektor pertambangan penggalian dan sektor industri pengolahan. Ketika ketiga sektor tersebut tumbuh, maka surplus produksi dari ketiga sektor tadi akan menjadi barang yang diperdagangkan. Ketiga adalah kemudahan transportasi barang dan jasa yang mempermudah distribusi barang dan jasa antar wilayah, dan masih banyak lagi lainnya yang cukup berperan dalam perkembangan sektor perdagangan hotel dan restoran. Distribusi PDRB selanjutnya adalah distribusi sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan,pada tahun 2013 adh berlaku memberikan andil sebesar 8,59 persenyang lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Walaupun dalam penyerapan tenaga kerja relatif kecil (dibandingkan sektor pertanian ataupun sektor perdagangan, hotel dan restoran), tetapi peran atau distribusi sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan ternyata cukup besar dalam mendorong roda ekonomi di Kabupaten Blora. Sektor berikutnya yang cukup dominan adalah sektor jasa-jasa. Sektor ini pada tahun 2013 adh berlaku memberi sumbangan terhadap total PDRB sebesar 8,52 persen, lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Kecenderungan sektor ini juga terus meningkat terutama dalam beberapa tahun terakhir. Sektor jasa-jasa didominasi oleh sub sektor jasa pemerintahan, yang tercatat hampir 75 persen dari total sektor jasa-jasa tersebut. 44 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

77 BAB IV ULASAN SINGKAT Sumbangan sektor industri pengolahan terhadap PDRB masih kecil, angkanya sekitar 5 persen, dan dalam lima tahun terakhir juga belum beranjak juga. Adh berlaku sektor ini memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten pada tahun 2013 mengalami peningkatan, dari 5,38 persen di tahun 2012 menjadi 5,41 persen di tahun Dengan pertumbuhan sebesar 14,27 persen adh berlaku, dapat meningkatkan kontribusi terhadap total PDRB sebesar 0,03 persen. Dilihat dari sumbangannya yang masih relatif cukup kecil bisa dikatakan kalau sektor industri pengolahan belum banyak berperan di dalam menggerakkan ekonomi di Kabupaten Blora. Sementara itu sektor listrik, gas dan air bersih (adh berlaku) pada tahun 2013 memberikan kontribusi terhadap total PDRB Kabupaten sebesar 0,99 persen, turun dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,00 persen. Sektor ini merupakan sektor dengan kontribusi terendah dari sembilan sektor PDRB. Tetapi walaupun secara nilai terendah, tetapi sektor ini sangat vital dalam menunjang kehidupan masyarakat. Pada tahun 2013 pertumbuhan sektor bangunan (adh berlaku) masih cukup tinggi, kondisi ini berimbas pada peningkatan kontribusi sektor bangunan terhadap total PDRB Kabupaten, dari 3,34 persen di tahun 2012 menjadi 3,36 persen di tahun Peran sektor ini dalam beberapa tahun terakhir tidak mengalami pergeseran yang berarti masih disekitar angka 3 persen. Dalam beberapa tahun ke depan, sektor bangunan ini kemungkinan masih tetap tumbuh tinggi,terutama karena dukungan pemerintah terutama dalam pembenahan infrastruktur baik jalan, jembatan maupun infrastruktur lainnya, disamping pertumbuhan jumlah penduduk yang secara tidak langsung ikut menyumbang di sektor Tinjauan PDRB Kab. Blora

78 BAB IV ULASAN SINGKAT konstruksi akibat kebutuhan masyarakat akan rumah tinggal maupun tempat usaha. Sektor angkutan dan komunikasi memiliki distribusi PDRB yang cukup berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, adh berlaku distribusi PDRB sektor ini tercatat sebesar 3,18 naik dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,13. Di Kabupaten Blora, angkutan komunikasi masih didominasi oleh angkutan barang terutama untuk mengangkut barang galian dari Blora ke luar wilayah. Blora juga dilalui oleh jaringan kereta api, tetapi sumbangan angkutan rel ini masih kecil tertama dalam mendorong roda ekonomi di Kabupaten Blora. Tabel 4.2 Distribusi PDRB Adh Berlaku Kabupaten Blora Tahun Distribusi PDRB (%) Sektor (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian 50,99 50,50 49,93 49,72 49,19 2. Pertamb & Penggalian 4,21 4,37 4,88 4,36 4,31 3. Industri Pengolahan 5,78 5,60 5,35 5,38 5,41 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,97 0,98 1,01 1,00 0,99 5. Bangunan/Konstruksi 3,14 3,17 3,08 3,34 3,36 6. Perdag, Hotel & Restoran 15,26 15,68 15,78 16,03 16,45 7. Angkutan dan Komunikasi 3,23 3,17 3,14 3,13 3,18 8. Keu, Persew & Js Perush 8,42 8,42 8,53 8,58 8,59 9. Jasa-Jasa 8,00 8,10 8,29 8,48 8,52 46 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

79 BAB IV ULASAN SINGKAT Dari tabel 4.2 terlihat bahwa sektor pertanian kontribusinya cenderung terus turun dalam, sedangkan sektor perdagangan hotel dan restoran dan sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan cenderung naik terutama dalam lima tahun terakhir. Sedangkan sektor lainnya cenderung berfluktuasi dari tahun ketahun. Gambar 4.3 Distribusi PDRB Adh Berlaku Kabupaten Blora Tahun 2013 Angkutan 3,18 Keuangan 8,59 Jasa-jasa 8,52 Pertanian 49,19 Perdagangan 16,45 Bangunan 3,36 Listr, Gas, Air 0,99 Industri 5,41 Pertambanga n 4,31 Menurut harga konstan, andil terbesar pada PDRB tahun 2013masihdari sektor pertanian, tercatat sebesar 51,33 persen yang berarti sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang memberikan sumbangan sebesar 52,28persen.Seperti halnya adh berlaku, di harga konstanpun sumbangan sektor pertanian cenderung turun terutama dalam lima tahun terakhir, dari 54,01 persen di tahun 2009 menjadi 51,33 persen di tahun 2013, sehingga selama lima tahun terakhir sektor ini pengalami penurunan distribusi sebesar 2,68 persen. Nilai yang cukup besar untuk pergeseran distribusi PDRB. Tinjauan PDRB Kab. Blora

80 BAB IV ULASAN SINGKAT Sumbangan terbesar kedua adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, dimana pada tahun2013 adh konstan memberikan andil sebesar 15,64 persen, sedikit meningkat jika dibandingkan tahun Kondisi ini juga sejalan dengan distribusi harga berlaku, dimana sektor perdagangan hotel dan restoran distribusi adh konstan cenderung meningkat dalam lima tahun terakhir. Dari 14,58 persen di tahun 2009 menjadi 15,64 persen di tahun 2013 atau naik sebesar 1,06 persen. Berikutnya adalah sektor jasa-jasa, pada tahun 2013 adh konstan sektor ini memberikan sumbangan sebesar 8,12 persen meningkat dari tahun tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 8,05 persen. Sejalan dengan harga berlakunya, distribusi adh konstan juga cenderung naik. Dari 5,01 persen di tahun 2009 menjadi 5,57 persen di tahun Kalau pada harga berlaku sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan ada pada urutan ke tiga, tetapi pada harga konstan, distribusi sektor ini tercatat di bawah sektor jasa-jasa. Kondisi terjadi akibat kenaikan harga di sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan lebih tinggi daripada sektor jasa-jasa. Distribusi sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2013 tercatat sebesar 7,67. Distribusinya cenderung meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk sektor lainnya adh konstan, sektor pertambangan penggalian cenderung berflutuasi, tetapi dalam tiga tahun terakhir distribusi PDRBnya terus meningkat. Dari 3,42 persen pada tahun 2011 menjadi 3,53 persen di tahun Sektor industri pengolahan distribusi PDRBnya juga cukup berfluktuasi, kecuali pada tiga tahun terakhir cenderung naik. Pada tahun 2013 distribusi sektor industri pengolahan tercatat sebesar 6,22 persen, lebih tinggi dari harga berlakunya. 48 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

81 BAB IV ULASAN SINGKAT Sektor bangunan distribusi nya terus naik, apalagi dalam dua tahun terakhir pertumbuhan sektor ini cukup baik. Sektor ini dalam lima tahun terakhir mempunyai kecenderungan naik, dari 3,36 persen di tahun 2009 menjadi 3,87 persen di tahun Sedangkan sektor angkutan dan komunikasi pada tahun 2013 distribusi PDRBnya tercatat sebesar 2,41 persen. Andil terkecil diberikan oleh sektor listrik, gas dan air bersih dimana pada tahun 2013 hanya memberikan sumbangan sebesar 0,54 persen terhadap PDRB Kabupaten Blora. Tabel 4.3 Distribusi PDRB Adh Konstan Kabupaten Blora Tahun Sektor Distribusi PDRB (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian 54,01 54,03 52,98 52,28 51,33 2. Pertamb & Penggalian 3,46 3,32 3,42 3,45 3,53 3. Industri Pengolahan 6,35 6,23 6,14 6,16 6,22 4. List, Gas dan Air Bersih 0,50 0,51 0,54 0,54 0,54 5. Bangunan/Konstruksi 3,36 3,43 3,46 3,76 3,87 6. Perdag, Hotel & Rest 14,56 14,68 15,08 15,21 15,64 7. Angk dan Komunikasi 2,99 2,98 3,02 3,02 3,07 8. Keu, Persew & Js Persh 7,29 7,25 7,46 7,54 7,67 9. Jasa-Jasa 7,47 7,57 7,89 8,05 8,12 Dilihat dari tabel 4.3, penurunan kontribusi sektor pertanian adh konstan terjadi seperti pada harga berlaku. Kondisi ini berkebalikan dengan beberapa sektor, seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran Tinjauan PDRB Kab. Blora

82 BAB IV ULASAN SINGKAT atau sektor jasa-jasa. Pada sektor perdagangan kontribusinya justru semakin meningkat. Demikian juga dengan sektor jasa-jasa, ataupun sektor bangunan,sedangkan sektor lainnya cenderung berfluktuatif pada tiap-tiap tahun. Gambar 4.4 Distribusi PDRB Adhk Kabupaten Blora Tahun 2013 Angkutan 3,07 Perdagangan 15,64 Keuangan 7,67 Jasa-jasa 8,12 Pertanian 51,33 Bangunan 3,87 Listr, Gas, Air 0,54 Industri 6,22 Pertamba ngan 3,53 Dari sembilan sektor kegiatan ekonomi di Kabupaten Blora terdapat empat sektor yang cukup dominan yaitu, sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Jumlah andil dari keempat sektor dominan tersebut terhadap total PDRB kabupaten tercatat sebesar 82,75 persen menurut adhberlaku dan sebesar 82,76 persen adhkonstan, seperti tersaji pada tabel Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

83 BAB IV ULASAN SINGKAT Selain ada kelompok sektor dominan disajikan pula kelompok sektor produktif, yaitu sektor yang relatif masih dapat ditingkatkan outputnya karena cukup potensial, yaitu : 1. Sektor Pertambangan dan Penggalian 2. Sektor Industri Pengolahan 3. Sektor Listrik dan Air Bersih 4. Sektor Angkutan dan Komunikasi Tabel 4.4Distribusi Prosentase Sektor Dominan PDRBKabupaten Blora Tahun Sektor Usaha Harga Berlaku Peruba Harga Konstan han (%) Peruba han (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Pertanian 2. Perdagangan 3. Keuangan 4. Jasa-jasa 49,72 16,03 8,58 8,48 49,19 16,45 8,59 8,52-0,53 0,42 0,01 0,04 52,28 15,21 7,54 8,05 51,33 15,64 7,67 8,12-0,95 0,43 0,13 0,07 JUMLAH 82,81 82,75-0,06 83,08 82,76-0,32 Dilihat struktur perekonomian Kabupaten Blora dalam beberapa tahun terakhir, sepertinya pergeseran fundamental ekonomi tidak terjadi. Ketika beberapa suatu sektor menjadi sektor dominan, sepertinya akan tetap seperti itu dalam kurun waktu yang lama. Sehingga bisa dikatakan untuk bisa merubah struktur suatu perekonomian, dibutuhkan sumber daya yang cukup besar, baik sumber daya alam, sumber daya manusia, modal maupun teknologi. Sehingga ketika suatu sektor dikatakan memiliki kontribusi yang kecil terhadap total PDRB maka hal itu akan Tinjauan PDRB Kab. Blora

84 BAB IV ULASAN SINGKAT tetap demikian selama belum ada upaya yang luar biasa untuk menggerakkan roda sektor-sektor tersebut. Dari tabel 4.5 terlihat bahwa peranan sektor-sektor yang tidak begitu dominan dalam beberapa tahun juga tidak begitu mengalami perubahan struktur, artinya peran sektor-sektor tersebut terhadap fundamental ekonomi di Blora kemungkinan akan tetap sama dalam beberapa tahun ke depan. Tabel 4.5Distribusi Prosentase Sektor Produktif PDRB Kabupaten Blora Tahun Adh Berlaku (%) Adh Konstan(%) Perub Perub Sektor Usaha (%) (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Sektor Pertmb / Penggalian 2. Sektor Industri 3. Sektor Listrik & Air 4. Sektor Angkutan 4,36 5,38 1,00 3,13 4,31 5,41 0,99 3,18-0,05 0,03-0,01 0,05 3,45 6,16 0,54 3,02 3,53 6,22 0,54 3,07 0,08 0,06 0,00 0,05 J U M L A H 13,87 13,89 0,02 13,17 13,36 0,19 Disamping terbagi ke dalam 9 sektor, PDRB juga biasa dikelompokan berdasarkan atas output maupun input terjadinya proses produksi untuk masing-masing sektor ekonomi. Pengelompokan tersebut terdiri atassektor primer apabila output masih merupakan proses tingkat dasar, sektor sekunder yakni jika input berasal langsung dari sektor primer dan output sudah melalui proses lebih dari proses tingkat dasar, 52 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

85 BAB IV ULASAN SINGKAT sedangkan sektor tersier apabila output lebih dominan pada pelayanan/jasa. Pengelompokan sektor PDRB terhadap kelompoknya adalah: Kelompok primer : Sektor pertanian dan pertambangan/ penggalian. Kelompok sekunder : Sektor industri pengolahan, listrik/gas dan air bersih, bangunan/kontruksi. Kelompok tersier: Sektor perdagangan, pengangkutan/ komunikasi, bank dan lembaga keuangan lainnya, pemerintahan umum/hankam dan jasa-jasa. Dari ketiga kelompok sektor pada tabel 4.6 terlihat bahwa jika dibandingkan antara tahun 2012 terhadap tahun 2011 baik menurut harga berlaku maupun harga konstan, terlihat ada pergeseran kontribusi. Pada kelompok sektor primer baik dilihat adhberlaku maupun adhkonstan terjadi penurunan kontribusi terhadap total PDRB. Sebaliknya pada kelompok kelompok sekunder dan sektor tersier baik menurut harga berlaku maupun harga konstan mengalami mengalami kenaikan kontribusi terhadap total PDRB. Tinjauan PDRB Kab. Blora

86 BAB IV ULASAN SINGKAT Tabel 4.6 Distribusi Prosentase Kelompok Sektor PDRB Kabupaten Blora Tahun Sektor Usaha Harga Berlaku Peruba Harga Konstan Perub ahan han (%) (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1.Kelompok Primer 54,07 53,50-0,57 55,73 54,87-0,86 2.Kelompok Sekunder 9,72 9,75 0,03 10,46 10,63 0,17 3.Kelompok Tersier 36,21 36,75 0,54 33,81 34,50 0,69 Jumlah 100,00 100,00-100,00 100, PDRB Perkapita Meskipun belum dapat mencerminkan tingkat pemerataan, PDRB perkapita dapat dijadikan salah satu tolok ukur guna melihat keberhasilan pembangunan perekonomian khususnya tingkat kemakmuran penduduk pada suatu wilayah secara makro.pdrb perkapita menggambarkan rata-rata besarnya output barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap penduduk pada suatu daerah selama satu tahun. Semakin besar PDRB perkapita suatu daerah dapat menggambarkan semakin tinggi tingkat kemakmuran penduduk daerah tersebut. 54 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

87 BAB IV ULASAN SINGKAT Tabel : 4.7Produk Domestik Regional Bruto Perkapita Kabupaten Blora Tahun Tahun PDRB Perkapita Adhb Nilai (Rp) Pertumbuh an (%) PDRB Perkapita Adhk Nilai (Rp) Pertumbuh an (%) (1) (2) (3) (4) (5) , , , , , , , , , ,48 Menurut harga berlaku, kenaikan harga dan output dari berbagai barang dan jasa dari beberapa sektor ekonomi telah meningkatkan PDRB perkapita. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku selama ini selalu menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, PDRB perkapita Kabupaten Blora adh berlakutercatat sebesar 7,08 juta rupiah. Angka ini mengalami pertumbuhan sebesar 11,91 persen dibanding PDRB perkapita tahun 2012 yang tercatat sebesar 6,32juta rupiah.sedangkan menurut harga konstan, besarnya PDRB perkapita tahun 2013 telah mencapai sebesar 2,93 juta rupiah, mengalami pertumbuhan sebesar4,48 persen dibanding PDRB perkapita tahun 2012 yang tercatat sebesar 2,80juta rupiah. Tinjauan PDRB Kab. Blora

88 BAB IV ULASAN SINGKAT Gambar 4.5 Pertumbuhan PDRB Perkapita Kabupaten Blora Tahun Jika memperhatikan tabel dan gambar perkembangan PDRB perkapita tersebut di atas dapat diketahui bahwa nilai PDRB perkapitaakan berbanding lurus dengan besaran maupun pertumbuhan PDRB. Kondisi ini tidak lepas dari laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Blora yang cenderung stabil dari tahun ke tahun. Untuk PDRB perkapita khususnya adh berlaku akan cenderung naik, namun demikian belumlah dapat dikatakan bahwa angka tersebut menggambarkan kemakmuran yang sebenarnya, karena produk barang dan jasa yang dihasilkan di Kabupaten Blora tidak hanya dimiliki/dinikmati oleh warga Blora saja,akan tetapi ada juga yangdimiliki/dinikmati oleh penduduk luar Kabupaten Blora yang melakukan investasi di Kabupaten Blora.Dengan demikian, PDRB perkapita belum sepenuhnya dinikmati oleh warga masyarakat Blora, untuk itu perlu kajian khusus oleh pemerintah 56 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

89 BAB IV ULASAN SINGKAT Kabupaten Blora untuk meneliti sejauh mana tingkat pendapatan riil masyarakat Kabupaten Blora. 4.5 Indeks Perkembangan Indeks perkembangan adalah suatu indeks yang menggambarkan perkembangan angka PDRB yang dibandingkan dengan tahun dasar, yaitu membagi besaran PDRB pada suatu tahun t dengan besaran PDRB tahun Semakin besar angka suatu sektor berarti perkembangan sektor tersebut semakin cepat dan sebaliknya. Indeks perkembangan PDRB Kabupaten Blora pada tahun 2013 atas dasar harga berlaku tercatat sebesar 403,81 persen atau senilai ,26 juta rupiah, atau nilai tersebut telah meningkat 4kali dari tahun dasar (tahun 2000). Sedangkan indeks perkembangan PDRB atas dasar harga konstan tercatat sebesar 167,04persen atau senilai ,81juta rupiah atau 1,67 kalinya dari tahun dasar. Atas dasar hargaberlaku, pada tahun 2013 sektor yang mengalami perkembangan tertinggi adalah sektor listrik, gas dan air bersih dengan angka indeks sebesar 838,64 persen atau nilai tambah bruto tahun 2013 naik 8,39 kali dibandingkan dengan tahun dasar. Disusul sektor pertambangan/penggalian dengan indeks perkembangan sebesar 538,71 persen atau nilai tambah bruto di tahun 2013 naik 5,39kali dari tahun dasar. Disusul sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan dengan indek perkembangan sebesar 521,53 persen atau nilai tambah bruto sektor tersebut naik 5,21 kali dari tahun dasar. Sedangkan indeks perkembangan terendah adalah sektor pertanian yang tercatat 361,16 persen atau selama 13 tahun sektor pertanian ini nilai tambah brutonya hanya meningkat sebesar 3,61 kali. Tinjauan PDRB Kab. Blora

90 BAB IV ULASAN SINGKAT Tabel : 4.8. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Blora Tahun Tahun PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Indeks Nilai (juta) Perkemban gan (%) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Indeks Nilai (juta) Perkemban gan (%) (1) (2) (3) (4) (5) ,81 269, ,30 140, ,20 302, ,64 147, ,89 328, ,19 151, ,89 359, ,13 159, ,26 403, ,81 167,04 Untuk harga konstan, pada tahun 2013 sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan tercatat mempunyai indeks perkembangan tertinggi, yang tercatat sebesar 192,62persen atau nilai tambah bruto sektor ini meningkat 1,92 kali dibandingkan dengan nilai tambah bruto sektor tersebut pada tahun dasar. Kemudian disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertambangan/penggalian yang masing-masing tercatat sebesar 187,73persen dan 182,62 persen.sedangkan indeks perkembangan terendah adalah sektor pertanian, sama dengan harga berlakunya, nilai tambah bruto sektor pertanian perkembangannya paling lambat dari dari sembilan sektor lainnya, yang tercatat sebesar 155,91persen atau nilai tambah bruto sektor ini hanya sebesar 1,56 kalinya dari nilai tambah bruto sektor pertanian pada tahun dasar (tahun 2000). 58 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

91 4.6 Indeks Berantai BAB IV ULASAN SINGKAT Angka-angka PDRB juga dapat menunjukkan perkembangan per tahun baik secara agregat maupun per sektor yaitu dengan membuat tabel turunan yang berupa tabel indeks berantai baik menurut harga berlaku maupun menurut harga konstan. Secara umum nilai indeks berantai diperoleh dari perbandingan Nilai PDRB tahun berjalan dengan PDRB tahun sebelumnya. Bila nilai indeks berantai ini dikurangi 100 dikatakan sebagai laju pertumbuhan PDRB. Indeks berantai menurut harga berlaku diperoleh dengan cara membagi NTB adhberlaku tahun (t) dengan NTB adhberlaku tahun (t-1). Nilai Indeks berantai menurut harga berlaku ini menggambarkan besarnya perkembangan agregat atau sektoral yang dikarenakan oleh adanya perkembangan harga dan produksi.sedangkan Indeks berantai berdasarkan harga konstan diperoleh dengan cara membagi NTB adhk tahun (t) dengan NTB adhk tahun (t-1). Pergerakan indeks ini mencerminkan perkembangan nilai riil produksi masing-masing sektor, dengan demikian indeks berantai adalah juga merupakan laju pertumbuhan PDRB apabila indeks tersebut dikurangi 100. Untuk harga berlaku, indeks berantai PDRB Kabupaten Blora tahun 2013adalah sebesar 112,47 persen.indeks berantai tertinggi dicapai oleh sektor perdagangan hotel dan restoran yang tercatatsebesar 115,50 persen, disusul sektor angkutan komunikasi dan sektor jasa-jasa yang masing-masing tercatat sebesar 114,53 persen dan 113,14 persen dan terkecil adalah sektor pertambangan/penggalian yang tercatat sebesar 109,51 persen. Tinjauan PDRB Kab. Blora

92 BAB IV ULASAN SINGKAT Sedangkan menurut harga konstan, indeks berantai PDRB Kabupaten Blora tahun 2013 adalah sebesar 105,00 persen. Dengan indeks berantai tertinggi adalah sektor konstruksi/bangunan yang tercatat sebesar 107,95 persen, diikuti sektor perdagangan hotel dan restoran yang tercatat sebesar 107,93 persen danterkecil adalah sektor pertanian yang tercatat sebesar 103,10 persen. Gambar 4.6 Indeks Berantai PDRB Kabupaten Blora Tahun Indeks Berantai berlaku konstan 4.7 Inflasi Inflasi didefinisikan secara umum sebagai turunnya nilai mata uang (kebalikannya adalah deflasi). Jika terjadi inflasi tinggi akan berpengaruh terhadap daya beli konsumen, yakni turunnya tingkat daya beli masyarakat, sebaliknya jika tidak ada inflasi bahkan terjadi deflasi, hal ini juga tidak menguntungkan bagi para pelaku ekonomi dan bila terjadi 60 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

93 BAB IV ULASAN SINGKAT deflasi terus menerus akan menyebabkan terjadinya stagnasi ekonomi dan bahkan bisa menimbulkan resesi ekonomi. BPS biasa menghitung inflasi menggunakan dua metode, pertamadengan metode Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan menggunakan sampel lebih kurang 322 komoditi, yang dihitung baik setiap bulan maupun setiap tahun, seperti yang telah dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Blora.Kedua, inflasi dihitung dengan memakai indek implisit PDRB. Dari kedua metode tersebut hasilnya tidak akan sama, sebab komoditi yang diamati jumlahnya berbeda serta metodologinyapun berlainan. Untuk penghitungan inflasi dengan metode implisit dari PDRB dilakukan dengan rumus: Seperti yang sudah disampaikan pada bab sebelumnya, kenaikan harga bahan bakar minyak telah memicu inflasi PDRB yang cukup tinggi. Kondisi ini bisa dilihat dari pertumbuhan PDRB adh berlaku yang cukup melejit tinggi karena dipengaruhi faktor harga, tetapi disisi lain PDRB adh konstan pertumbuhannya malahan melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tinjauan PDRB Kab. Blora

94 BAB IV ULASAN SINGKAT Dari pertumbuhan indeks implisit PDRB, selama kurun waktu lima tahun terakhir perekonomian Kabupaten Blora selalu mengalami inflasi dengan pergerakan yang cukup berfluktuasi pada kisaran 3,91 persen di tahun 2012 sampai 7,11 persen pada tahun 2013, seperti terlihat pada gambar 4.7. Inflasi tahun 2013 melejit dibandingkan inflasi tahun 2012 yang tercatat sebesar 3,91 persen. Inflasi PDRB yang cukup tinggi menandakan perekonomian Kabupaten Blora bergerak dinamis walaupun disisi lain membuat kekuatiran bagi para pelaku ekonomi. Gambar 4.7 Inflasi PDRB Kabupaten Blora Tahun Indeks Williamson Indeks Williamson digunakan untuk mengetahui tingkat disparitas antar wilayah. Indeks Williamson memiliki range antara 0 dan 1. Semakin besar nilai Indeks Williamson (semakin mendekati 1) berarti semakin besar disparitas antar wilayah. Sebaliknya semakin kecil nilai Indeks Williamson (semakin mendekati 0) maka semakin 62 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

95 BAB IV ULASAN SINGKAT merata pendapatannya.indeks Wlliamson dihitung dengan rumusan sebagai berikut: = ( )2. / Keterangan: Iw = Indeks Williamson Yi = PDRB perkapita menurut kecamatan Y = PDRB perkapita kabupaten fi = Jumlah penduduk menurut kecamatan n = Jumlah penduduk kabupaten Selama kurun waktu lima tahun terakhir tingkat disparitas antar kecamatan di Kabupaten Blora cenderung mengalami peningkatan seperti terlihat pada gambar 4.8. Pada tahun 2009nilai Indeks Williamson tercatat sebesar 0,2490, kemudian naik menjadi 0,2459 pada tahun 2010dan terakhir di tahun 2013 tercatat sebesar 0,3047.Tingkat disparitas antar kecamatan di Kabupaten Blora memasuki fase sedang, yaitu diatas 0,3. Pada kondisi ini ketimpangan antar kecamatan mulai terlihat nyata. Disatu sisi ada kecamatan yang berkembang cukup maju, tetapi disisi lain ada kecamatan yang sepertinya jalan ditempat. Kondisi real di lapangan cukup kasat mata, terutama dilihat dari infrastruktur yang ada. Perkembangan kecamatan biasanya juga akan diikuti dengan pola hidup masyarakatnya. Tinjauan PDRB Kab. Blora

96 BAB IV ULASAN SINGKAT Gambar 4.8Indeks Williamson Kabupaten Blora Tahun Gini Rasio Angka Indeks Gini di Kabupaten Blora selama periode menunjukkan tingkat ketidakmerataan pendapatan yang cenderung terus meningkat. Pada tahun 2019tercatat sebesar 0,25 dan terus meningkat menjadi 0,41 di tahun 2013dan di kategorikan pada ketidakmerataan sedang.kondisi tersebut perlu diwaspadai terutama akibat lompatan yang cukup besar dari tahun sebelumnya. Dibawah ini di gambarkan selama periode pendapatan yang diterima masyarakat yang berasal dari berbagai kelompok pendapatan relatif tidak mempunyai perbedaan yang begitu tajam. Pada umumnya kondisi sosial ekonomi masyarakat relatif lebih homogen dan biasanya ditandai dengan banyaknya lapangan kerja yang memberikan pendapatan/upah gaji yang tidak terlalu berbeda untuk berbagai jenis pekerjaan. Sedangkan pada periode , mulai muncul kelompokkelompok masyarakat yang berpendapatan tinggi di satu sisi, tetapi disisi 64 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

97 BAB IV ULASAN SINGKAT lain kelompok-kelompok yang berpendapat rendah masih ada bahkan bertambah. Kelompok masyarakat yang berpendapatan tinggi akan dicirikan dengan pengeluaran atau konsumsi yang tinggi, dan sebaliknya mereka yang berpenghasilan rendah akan cenderung rendah pula tingkat konsumsinya. 5 Tabel 4.9 Indeks Gini Kabupaten Blora dan Jawa Tengah Tahun No. Tahun Blora Jawa Tengah (1) (2) (3) (4) ,25 0, ,26 0, ,33 0, ,38 0, ,41 0,39 Sumber: BPS Dari angka tersebut mengindikasikan bila tidak dilakukan perubahan terhadap orientasi pembangunan maka ketimpangan pendapatan akan semakin melebar. Penduduk yang kaya akan semakin kaya dan penduduk yang miskin akan semakin tertinggal. Pemberdayaan penduduk miskin dan usaha mikro kecil harus mendapat perhatian yang lebih besar dengan cara pengalokasian anggaran yang lebih memadai agar mereka dapat lebih meningkatkan usahanya dan pendapatan yang diterima akan menjadi lebih besar. Dengan demikian jumlah penduduk miskin semakin berkurang. Bila dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah,tingkat ketidakmerataan pendapatan Kabupaten Blora cenderung hampir sama. Pola pergerakan nilai Indeks Gini di kedua wilayah juga menunjukkan Tinjauan PDRB Kab. Blora

98 BAB IV ULASAN SINGKAT fluktuasi yang hampir sama, kenaikkan nilai Indeks Gini di Provinsi Jawa Tengah juga diikuti kenaikkan nilai Indeks Gini di Kabupaten Blora, demikian juga sebaliknya. Hal ini menggambarkan gejolak perubahan pendapatan masyarakat di Jawa Tengah berimbas juga pada perubahan pendapatan masyarakat Kabupaten Blora. Dalam beberapa tahun kedepan, diprediksi ketimpangan pendapatan akan naik seiring dengan pertumbuhan ekonomi atau tingkat kemakmuran masyarakat yang meningkat. Peningkatan tingkat kemakmuran cenderung akan semakin meningkatkan ketimpangan pendapatan antar masyarakat. Disini perlu dijelaskan pula bahwa pengukuran ketidakmerataan pendapatan dengan menggunakan data pengeluaran perkapita sebagai proxy data pendapatan perkapita memberikan hasil yang bias ke bawah atau underestimate. Ketidakmerataan pendapatan yang diperoleh akan lebih rendah dari yang seharusnya. Hal ini dikarenakan pendekatan pengeluaran perkapita hanya relevan untuk mengambarkan pendapatan kelompok penduduk dengan yang berpenghasilan rendah. Dalam jangka panjang pengeluaran perkapita penduduk berpenghasilan rendah akan mendekati pendapatan perkapitanya. Sedangkan pendapatan perkapita kelompok penduduk berpenghasilan menengah ke atas pada umumnya jauh lebih tinggi dibanding pengeluaran perkapitanya, karena komponen saving dan transfer keluar yang tidak tercakup didalamnya. Dengan demikian, ketidakmerataan pendapatan yang terjadi di Kabupaten Blora bisa jadi lebih tinggi bila dihitung berdasarkan pendapatan perkapitanya dibanding hasil yang diperoleh dalam penelitian ini. Ketidakmerataan pembagian pendapatan juga dapat dilihat berdasarkan kriteria dari Bank Dunia, khususnya yang terkait dengan kelompok penduduk yang berpendapatan rendah. Seperti halnya dengan nilai Gini Ratio, berdasarkan Kriteria Bank Dunia tingkat pemerataan 66 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

99 BAB IV ULASAN SINGKAT pendapatan di Kabupaten Blora menunjukkan hasil yang sama. Dari hasil Susenas 2013 menunjukkan, bahwa 40 persen penduduk berpendapatan rendah di Kabupaten Blora ternyata hanya menerima 18,86 persen dari total pendapatan. Angka ini sedikit lebih rendah jika dibanding tahun 2012 yang tercatat sebesar 20,34 persen. Sedangkan untuk 20 persen penduduk berpenghasilan tinggi, meningkat dari 48,02 persen di tahun 2012 menjadi 51,99 persen di tahun Hal ini berarti bahwa distribusi pendapatan di Kabupaten Blora menggambarkan adanya peningkatan ketimpangan pendapatan yang semakin melebar antara kelompok yang berpenghasilan rendah dengan kelompok yang berpenghasilan menengah ke atas. Tabel 4.10 Pemerataan Pendapatan Penduduk menurut Kriteria Bank Dunia Kabupaten Blora dan Jawa TengahTahun Tahun Kriteria Blora Jawa Tengah (1) (2) (3) (4) % I 20,34 18,78 40 % II 31,64 31,88 20 % III 48,02 49, % I 18,86 18,38 Sumber: BPS 40 % II 29,15 34,55 20 % III 51,99 47, Perkembangan PDRB Sektoral Sektor Pertanian Sektor pertanian merupakan penggerak utama perekonomian di Kabupaten Blora. Hal ini bisa dilihat dari sumbangan yang cukup besar dari sektor tersebut terhadap PDRB Kabupaten Blora.Di dalam Tinjauan PDRB Kab. Blora

100 BAB IV ULASAN SINGKAT penghitungan PDRB, sektor pertanian terbagi dalam beberapa sub sektor, yakni sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan. Pada tahun 2013 besarnya sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB tercatat sebesar 49,19 persen adhberlaku atau senilai ,04 juta rupiah, dan 51,33 persen adhkonstan atau senilai ,37 juta rupiah,dengan pertumbuhan sektor pertanian sebesar 11,35 persen adhberlaku dan 3,10 persen adhkonstan Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Berkurangnya luas lahan pertanian menjadi kendala bagi rencana peningkatan produk di sektor pertanian, terutama di sub sektor tanaman bahan makanan. Dengan kendala tersebut, strategi peningkatan hasil pertanian ditempuh melalui program intensifikasi pertanian. Program intensifikasi pertanian dilakukan salah satunya melalui program sapta usaha tani, yaitu: pengolahan tanah yang baik, pengairan yang teratur, pemilihan bibit unggul, pemupukan, pemberantasan hama, pengolahan pasca panen dan pemasaran. Walaupun muncul kendala-kendala sebagaimana diatas, tetapi luasnya lahan pertanian menjadifaktor pendukung besarnya andil sektor pertanian terhadap besaran PDRB Kabupaten Blora. Luas penggunaan lahan di Kabupaten Blora adalah sebagai berikut: 1. Lahan sawah : Ha. 2. Lahan tegal/kebun : Ha. 3. Hutan : Ha. Jumlah : Ha. 68 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

101 BAB IV ULASAN SINGKAT Luas lahan sawah yang mencapai 46 ribu hektar, setiap tahunnya bisa menghasilkan gabah sekitar 400 ribu ton. Sehingga peningkatan nilai tambah bruto sub sektor ini sangat dipengaruhi oleh kenaikan produksi gabah, walaupun hasil sektor pertanian lainnya tidak bisa diabaikan. Luas lahan akan berpengaruh terhadap luas tanam dan luas panen. Sedangkan besarnya produksi pertanian sangat ditentukan oleh besaran luas panen seperti pada tabel berikut : Tabel : 4.11.Luas panen (Ha), Produksi (Ton) Padi dan Palawija Utama Kabupaten Blora tahun Jenis Komoditi Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi (1) (2) (3) (4) (5) 1. Padi 2. Jagung 3. Ubi Kayu 4. Kc Hijau 5. Kc. Tanah 6. Kedelai Sumber: Dinas Pertananian,Perkebunan,Peternakan & Perikanan Kab. Blora, 2014 Tabel 4.11merupakanbeberapa komoditas dominan untuk tanaman bahan makanan seperti padi dan palawija.pada tahun 2013 produksi padi mengalami peningkatan, sedangkan produksi palawija ada yang naik dan ada yang turun produksinya.gabah kering giling pada tahun 2013 meningkat dari ton menjadi ton atau naik 3,03 persen. Kenaikan ini cukup mendorong sub sektor tanaman bahan Tinjauan PDRB Kab. Blora

102 BAB IV ULASAN SINGKAT makanan untuk tumbuh cukup baik, karena dari gabah sendiri memberikan share terhadap sub sektor ini lebih dari lima puluh persen.sedangkan produk palawija hampir sebagian besar turun, kecuali ubi kayu. Ubi kayu pada tahun 2013 produksinya naik ton. Produksi jagung turun 16,60 persen, kacang hijau turun hampir lima puluh persen dari tahun sebelumnya, kacang tanah turun sekitar tujuh persen dan kedelai turun hampir enam puluh peresen dari tahun sebelumnya. Tetapisecara agregat nilai tambah bruto pada sub sektor ini bisa tumbuh cukup baik, yaitu 3,87 persen. Disamping kenaikan produksi,harga jual produk pertanian khususnya tabama pada tahun 2013 ini relatif cukup baik danlebih tinggi dari tahun sebelumnya, yang berimbas pada pertumbuhan implisit yang mencapai 6,69 persen. Kenaikan volume akan berpengaruh terhadap pertumbuhan harga konstan, sedangkan kanaikan volume dan harga berimbas pada pertumbuhan atas dasar harga berlaku. Pada tahun 2013, sub sektor tanaman bahan makanan tumbuh sebesar 10,82 persen adh berlaku dan 3,87 persen adh konstan. Pertumbuhan sektor ini cukup fluktuatif pada setiap tahunnya, karena sektor pertanian pada umumnya, sangat dipengaruhi oleh faktor alam seperti musim, cuaca, atau ada tidaknya serangan hama dan penyakit. Andil sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) terhadap total PDRB kabupaten adalah sebesar 30,35 persen adhberlaku dan 31,56 persen adhkonstan. Sedangkan share sub sektor ini terhadap sektor tercatat sebesar 61,70 persen adh berlaku dan 61,48 persen adh konstan. Dengan nilai tambah bruto sebesar ,37 juta rupiah adh berlaku dan ,07 juta rupiah adh konstan. 70 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

103 Sub Sektor Tanaman Perkebunan BAB IV ULASAN SINGKAT Budidaya tanaman perkebunan di Kabupaten Blora cukup potensial, terlihat dari sumbangan sub sektor ini terhadap total PDRB. Komoditi yang dicakup adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti kelapa, kapuk, jambu mete, kapas, tebu rakyat, tembakau dan jarak. Di Kabupaten Blora jenis tanaman perkebunan lainnya belum diusahakan secara optimal, mengingat masih luasnya lahan perkebunan yang masih dapat tanami jenis komoditas lainnya misalnya jenis tanaman garut, kencur, empon-empon, yang sampai saat ini produksinya relatif masih sedikit. Tabel : 4.12 Luas/Jumlah Tanaman dan Produksi Tanaman Utama Perkebunan Di Kabupaten Bloratahun Komoditi Luas Tanam/Jml Tanaman Produksi (Ton) Luas Tanam/ Jml Tanaman Produksi (Ton) (1) (2) (3) (5) (6) 1. Kelapa 2. Kapuk 3. Jambu Mete 4. Kapas 5. Tebu rakyat 6. Tembakau 2.656,28 624,16 953,76 182, , ,50 123,40 100,98 225,89 13, , , ,52 552,40 856,85 44, ,60 273,00 283,94 106,11 305,23 9, ,00 245,11 Sumber: Dinas Pertananian, Perkebunan, Peternakan & Perikanan Kab. Blora, 2014 Pada tabel 4.12 terlihat beberapa produksi tanaman perkebunan yang mengalami kenaikanseperti kelapa, kapuk, jambu mete dan tebu,sedangkan lainnya mengalami penurunan seperti kapas dan tembakau. Yang paling besar kenaikannya adalah tebu, dimana Tinjauan PDRB Kab. Blora

104 BAB IV ULASAN SINGKAT produksinya meningkat sebesar 48,7 persen dari tahun sebelumnya, produksi tembakau turun drastis, yang tercatat turun lebih dari delapan puluh persen. Dari kondisi ini, pada tahun 2013 sub sektor perkebunan bisa tumbuh positif. Pada tahun 2013, sub sektor tanaman perkebunan memberikan andil terhadap PDRB sebesar 4,14 persen adhberlaku dan4,94 persen adhkonstan atauturun dari tahun sebelumnya. Sedangkan sumbangan sub sektor ini terhadap sektornya adalah 8,42 adh berlaku dan 9,63 persen adh konstan. Dengan nilai tambah brutosenilai ,17 juta rupiah adh berlaku dan ,05 juta rupiah adh konstan. Pertumbuhan sub sektor tanaman perkebunan tahun 2013 sedikit menurun dibanding tahun Tercatat sebesar 7,02 persen adh berlaku dan 0,14 persen adh konstan Sub Sektor Peternakan Blora dikenal sebagai daerah potensi peternakan khususnya sapi potong. Tetapi ternak lainnya juga cukup banyak dipelihara oleh masyarakat Blora, seperti: kambing, domba maupun ayam, baik ayam ras mapun bukan ras. Sedangkan hasil peternakan lainnya antara lain adalah susu dan telor. Pada tabel 4.13 terlihat hampir seluruh populasi ternak dan unggas populasinya mengalami penurunan pada tahun 2013 kecuali ayam ras pedaging. Tetapi produksi hasil-hasil peternakan yang terdiri dari telur ayam kampung, telur ayam ras, telur itik dan susu serta hasil peternakan lainnya mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan jumlah ternak berimbas pada meningkatnya produksi daging di Kabupaten Blora. Peningkatan jumlah daing dan produk 72 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

105 BAB IV ULASAN SINGKAT peternakan lainnya, berimbas pada peningkatan output di sektor peternakan. Pada tahun 2013 nilai tambah bruto sub sektor peternakan tercatat sebesar ,49 juta rupiah adh berlaku dan ,45 juta rupiah adh konstan, atau sub sektor ini tumbuh sebesar 9,65 persen adh berlaku dan 4,96 adh konstan. Memberikan andil terhadap PDRB Kabupaten sebesar 2,08 persen adhberlaku dan 2,56 persen adhkonstan. Sedangkan terhadap sektor pertanian, sub sektor peternakan ini memberikan share sebesar 4,24 persen adh berlaku dan 5,00 persen adh konstan. Tabel : Populasi Hewan Dan Hasil-hasil Utama Peternakan Di Kabupaten Blora tahun Jenis Komoditi Jumlah Dipotong Jumlah Dipotong (1) (4) (5) (6) (7) Hewan : 1. Sapi Potong 2. Kambing 3. Domba 4. Ayam Kampung 5. Ayam Ras Pedaging 6. I t i k Hasil Peternakan : 1. Susu (Liter) 2. Telur Ayam Kampung 3. Telur Ayam Ras 4. Telur Itik Sumber: Dinas Pertananian, Perkebunan, Peternakan & Perikanan Kab. Blora, Sub Sektor Kehutanan Potensi kehutanan di Kabupaten Blora didominasi oleh hutan negara yang tersebar dihampir seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Tinjauan PDRB Kab. Blora

106 BAB IV ULASAN SINGKAT Blora. Dalam beberapa tahun terakhir,beberapa areal hutan negara tidak/kurang produktif lagi sehingga kurang mampu meningkatkan output di sub sektor kehutanan. Terdapat tiga wilayah pemangkuan hutan yaitu KPH Randublatung, KPH Cepu dan KPH Blora. Ketiga KPH tersebut bertugas mengawasi lokasi hutan negara di kecamatan yang menjadi tugasnya. Wilayah Kabupaten Blora juga cocok dan cukup potensial untuk pengembangan hutan rakyat, karena struktur tanah dan iklimnya cukup mendukung. Kecamatan yang memiliki hutan rakyat antara lain: Jiken, Bogorejo, Jepon, Blora, Japah, Ngawen, Kunduran dan Todanan. Produk kehutanan yang tercakup dalam penghitungan PDRB antara lain kayu jati, kayu rimba dan kayu bakar baik produksi dari hutan negara maupun usaha budi daya masyarakat. Disamping kayu-kayuan termasuk produk kehutanan lainnya adalah bambu, arang, sarang burung walet maupun hasil kegiatan lainnya yang memanfaatkan hutan sebagai sarananya seperti penangkapan satwa liar di hutan maupun pengabilan daun jati oleh masyarakat. Pada tahun 2013, nilai tambah bruto sub sektor kehutanan tercatat sebesar ,01 juta rupiah adh berlaku, dengan andil terhadap PDRB Kabupaten sebesar 12,51 persen. Untuk harga konstannya nilai tambah brutonya tercatat sebesar ,99 juta rupiah dengan andil terhadap PDRB Kabupaten sebesar 12,14 persen. Sub sektor ini pada tahun 2013 tumbuh sebesar 14,53 persen adh berlaku dan 1,97 persen adh konstan. Nilai pertumbuhan tahun 2013 ini lebih besar dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,14 persen adh berlaku dan minus 2,13 persen adh konstan.terhadap sektornya, sub sektor kehutanan memberikan share sebesar 25,43 persen adh berlaku dan 23,65 persen adh konstan. 74 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

107 Sub Sektor Perikanan BAB IV ULASAN SINGKAT Selama ini sub sektor perikanan di Kabupaten Blora disumbang oleh budidaya perikanan kolam dan budidaya perikanan dari perairan umum, yang meliputi sungai, cek dam dan embung. Sedangkan sumbangan dari hasil budidaya perikanan dari waduk relatif masih sangat kecil karena hanya berasal dari Kecamatan Blora dan Tunjungan. Sumbangan sub sektor perikanan terhadap PDRB Blora masih cukup kecil. Pada tahun 2013 sumbangan yang diberikan dari sub sektor ini tercatat sebesar 0,10 persen adh berlaku dan 0,12 persen adh konstan. Dengan nilai tambah bruto tercatat sebesar 6.182,11 juta rupiah adh berlaku dan 3.017,44 juta rupiah adh konstan. Pertumbuhan sub sektor ini tahun 2013 tercatat sebesar 11,15 persen adh berlaku dan 4,83 persen adh konstan, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 14,62 persen adh berlaku dan 9,52 persen adh konstan. Terhadap sektornya, sub sektor perikanan memberikan share sebesar 0,21 persen adh berlaku dan 0,24 persen adh konstan Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian terdiri atas dua sub sektor, sub sektor pertambangan dan sub sektor penggalian. Sumbangan sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB Kabupaten Blora tahun 2013 tercatat sebesar 4,31 persen adhberlaku dan 3,53 persen adhkonstan, dengan nilai tambah sektor ini tercatat sebesar ,32 juta rupiah adh berlaku dan ,66 juta rupiah adh konstan. Sektor ini pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan adh berlaku sebesar 9,51 persen dan 7,52 persen adhkonstan. Tinjauan PDRB Kab. Blora

108 BAB IV ULASAN SINGKAT Sub sektor pertambangan outputnya adalah pertambangan minyak bumi, dan merupakan satu-satunya kabupaten di jawa tengah yang mempunyai kegiatan pertambangan minyak bumi. Selain minyak bumi, Kabupaten Blora juga memiliki potensi gas alam, tetapi sampai saat ini belum produksi secara komersial. Pada tahun 2013 adhberlakusub sektor inimemberikan sumbangan sebesar 4,31 persen dengan nilai tambah bruto sebesar ,00 juta rupiah, sedangkan sumbangan adh konstan tercatat sebesar 3,29 persen dengan nilai ,74 juta rupiah. Sedangkan share terhadap sektornya, sub sektor pertambangan memberikan andil sebesar 95,02 persen adh berlaku dan 93,19 persen adh konstan. Besarnya sub sektor pertambangan terhadap sektornya memberikan dampak bahwa sektor pertambangan dan penggalian sangat tergantung dari besarnya sub sektor ini. Berikutnya adalah sub sektor penggalian.sub sektor penggalian di wilayah Kabupaten Blora sebenarnya punya potensi yang cukup besar, tetapi pemanfaatan dan pengelolaannya belum sesuai apa yang diharapkan. Jenis bahan galian yang terkandung di wilayah Kabupaten Blora belum banyak dieksploitasi secara optimal dan diperkirakan mempunyai cadangan yang cukup besar dan potensi yang cukup tinggi. Beberapa jenis komoditi sub sektor penggalian tersebar di beberapa kecamatan dengan potensinya antara lain : Sirtu : Kecamatan Kradenan, Ngawen dan Cepu. Pasir kuarsa : Kecamatan Todanan, Japah, Tunjungan, Bogorejo, dan Kecamatan Jepon. Batu Pasir : Kecamatan Japah, Tunjungan dan Todanan Tanah liat : Kecamatan Blora dan Todanan Gipsum : Kecamatan Jati, Randublatung, Kradenan, Bogorejo 76 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

109 BAB IV ULASAN SINGKAT dan Kecamatan Cepu. Phospat : Kecamatan Todanan. Kalsit : Kecamatan Todanan. Ball Clay : Kecamatan Todanan, Tunjungan, Bogorejo. Batu Gamping : Kecamatan Randublatung, Kradenan, Sambong, Japah, Tunjungan, Bogorejo, Jepon, Jiken dan Kecamatan Todanan. Nilai tambah bruto sub sektor penggalian pada tahun 2013 tercatat sebesar ,32 juta rupiah adh berlaku, memberikan sumbangan terhadap PDRB sebesar 0,21 persen. Sedangkan adh konstan tercatat sebesar 5.946,92 juta rupiahdengan sumbangan terhadap PDRB sebesar 0,24 persen. Pertumbuhan sub sektor ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar14,27 persen adhberlaku dan 6,46 persen adhkonstan. Sumbangan sub sektor ini masih sangat kecil, karena yang di eksploitasi baru galian golongan C (pasir/batu/koral/tanah urug), padahal di sisi lain galian ini sumber daya alamnya sudah mulai menipis, bahkan sudah semakin sulit didapat Sektor Industri Pengolahan Industri: adalah suatu unit produksi yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar (bahan baku/bahan mentah) menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan atau dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya.untuk lebih memudahkan dalam memahami angka-angka yang ditampilkan dalam sektor ini, BPS Kabupaten Blora mengacu pada konsep dan definisi yang dibakukan oleh BPS Pusat, dimana konsep tentang Industri di kelompokkan atau digolongkan menjadi empat.kriteria industri sebagai berikut: Tinjauan PDRB Kab. Blora

110 BAB IV ULASAN SINGKAT 1. Industri Besar : adalah perusahaan industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja paling sedikit 100 orang. 2. Industri Sedang : adalah perusahaan industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja antara orang. 3. Industri Kecil : adalah perusahaan industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang. 4. Industri RT : adalah perusahaan industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja antara 1-4 orang. Mulai penerbitan tahun 2006, sub sektor industri pengolahan mengalami penyesuaian. Ini merupakan hasil perbaikan dengan menggunakan angka hasil Sensus Ekonomi 2006 yang salah satu diantaranya adalah munculnya rasio sub sektor industri pengolahan secara keseluruhan. Hasil Sensus Ekonomi 2006 merupakan data-data yang diharapkan dapat menjadi acuan mengenai gambaran kondisi perekonomian secara makro, sehingga khusus untuk sektor industri pengolahan disesuaikan dengan menggunakan data hasil Sensus ekonomi 2006 yang lalu. Ini dimaksudkan agar gambaran mengenai komposisi sub sektornya bisa menjadi lebih baik dan lengkap. Penyelarasan yang dilakukan di atas tidak merubah besaran nilai PDRB untuk sektor industri pengolahan, namun hanya memperbaiki cakupan dan level pada tingkat sub sektornya. Sektor industri pengolahan meliputi sub sektor industri migas dan sub sektor industri non migas. Namun untuk Kabupaten Blora hanya terdapat sub sektor industri non migas. Dari industri pengolahan non migas, terbagi menjadi 9 kelompok yaitu: industri makanan, minuman dan tembakau; industri 78 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

111 BAB IV ULASAN SINGKAT tekstil, barang dari kulit dan alas kaki; barang dari kayu dan hasil hutan lainnya; industri kertas dan barang cetakan; industri pupuk, kimia dan barang dari karet; industri semen dan barang galian bukan logam; industri logam dasar besi dan baja; industri alat angkutan, mesin dan peralatannya; dan industri barang lainnya yang belum masuk dalam kelompok diatas. Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor industri pengolahan pada tahun 2013tercatat sebesar ,17 juta rupiah adh berlaku, memberikan konstribusi terhadap PDRB sebesar 5,41 persen. Sedangkan menurut harga konstan nilai tambah brutonya tercatat sebesar ,78 juta rupiah dan memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 6,22. Jika dibandingkan dengan tahun 2011 sumbangan terhadap PDRB tahun 2013 mengalami sedikit peningkatan baik menurut harga berlaku maupun harga konstan. Sedangkan pertumbuhan sub sektor industri pengolahan tercatat sebesar 13,13 adh berlaku dan 6,15 adh konstan. Berikut ini adalah jenis industri yang cukup dominan di Kabupaten Blora, antara lain: industri makanan, minuman dan tembakau mempunyai kontribusi terhadap sektor industri pengolahan yang tercatat sebesar 39,60 persen adh berlaku dan 39,72 persen adh konstan. Kegiatan yang masuk dalam industri makanan minuman dan tembakau beberapa diantaranya adalah industri tahu tempe, industri rokok, indutri roti, industri krupuk dan lain sebagainya. Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya mempunyai kontribusi sektor industri non migas sebesar 39,78 persen adh berlaku dan 40,55 persen adh konstan. Dan Industri barang galian bukan logam mempunyai sumbangan sebesar 10,00 persen adh berlaku dan 9,98 persen adh konstan. Yang termasuk industri barang Tinjauan PDRB Kab. Blora

112 BAB IV ULASAN SINGKAT galian bukan logam antara lain: industri batu bata, genteng, gerabah dari tanah dan lain sebagainya Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih. Sektor ini terbagi atas tiga sub sektor, sub sektor listrik, sub sektor gas dan sub sektor air bersih, tetapi sub sektor gas belum ada kegiatan ekonominya.pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih pada tahun 2013 tercatat sebesar 12,32 persen adhberlaku dan 5,13 persen adhkonstan. Kontribusi sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Blora tahun 2013masih rendah, tercatat sebesar 0,99 persen adhberlaku dan 0,54 persen adhkonstan. Meskipun sumbangan dari sektor ini terhadap PDRB relatif kecil, tetapi merupakan sektor yang sangat vital untuk mendukung keberlangsungan hidup masyarakat. Tabel : Jumlah Pelanggan PDAM dan Listrik PLN Di Kabupaten Blora Tahun Tahun Jumlah Pelanggan (orang) P D A M Listrik PLN (1) (2) (3) Peningkatan jumlah pelanggan listrik berdampak positif pada pertumbuhan di sub sektor listrik.pada tahun 2013, nilai tambah sub sektor listrik adh berlaku tercatat sebesar ,93 juta rupiah dan 80 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

113 BAB IV ULASAN SINGKAT mengalami pertumbuhan sebesar 12,30 persen. Dan nilai untuk harga konstan tercatat sebesar ,99 juta rupiah dan tumbuh sebesar 4,82 persen. Kontribusi sub sektor listrik terhadap PDRB tercatat sebesar 0,93 persen adhberlaku dan 0,49 persen adhkonstan. Sedangkan sumbangan sub sektor listrik terhadap sektornya tercatat sebesar 93,21 persen adh berlaku dan 90,89 persen adh konstan. Pada tahun 2013, jumlah pelanggan PDAM meningkat cukup bagus yaitu 12,75 persen, yang berimbas pada nilai tambah di sub sektor ini. Sub sektor air bersih, pada tahun 2013mengalami pertumbuhan sebesar 12,46 persen adhberlaku dan sebesar 8,39persen adhkonstan. Sumbangan sub sektor air bersih terhadap PDRB jauh lebih kecil dibanding sub sektor listrik yaitu hanya sebesar 0,07 persen adhberlaku dan 0,05 persen adhkonstan. Untuk meningkatkan nilai tambah sektor listrik, gas dan air bersih salah satu caranya adalah dengan memperluas jaringan pada wilayahwilayah yang belum terjangkau khususnya oleh jaringan listrik dan air bersih. Khusus untuk sub sektor air bersih,perluasan jaringan diutamakan pada daerah yang sering dilanda kekurangan air bersih pada saat musim kemarau. Tetapi disisi lain sering muncul kendala terutama pada musim kemarau, dimana pada beberapa waduk di Kabupaten Blora yang menjadi air baku PDAM debit airnya menurun bahkan ada yang mengalami kekeringan, akibatnyajumlah pemakaian air oleh masyarakatjuga ikut menurun Sektor Bangunan/Konstruksi Pada dua tahun terakhir ini sektor bangunan bisa tumbuh cukup tinggi. Kondisi ini didorong oleh beberapa kegiatan pembangunan fisik Tinjauan PDRB Kab. Blora

114 BAB IV ULASAN SINGKAT baik yang anggarannya bersumber pada dana pemerintah maupun yang berasal dari dana masyarakat.pada tahun 2013 nilai tambah bruto sektor bangunan tercatat sebesar ,57 juta rupiah adh berlaku atau tumbuh sebesar 13,05 persen, sedangkan adhkonstan, pertumbuhan sektor ini tercatat sebesar 7,95 persenatau nilai tambah brutonya sebesar ,62 juta rupiah. Kontribusi sektor bangunan tahun 2013juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan jika dibanding tahun Kontribusi sektor ini tercatat sebesar 3,36 persen adhberlaku, meningkat dibanding tahun 2012 yang tercatat sebesar 3,34 persen. Sedangkan adhkonstan kontribusi terhadap PDRB meningkat dari 3,76 persen di tahun 2012 menjadi 3,87 persen pada tahun Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Perhitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) sub sektor Perdagangan ini memakai metode arus barang yaitu dengan cara menghitung besarnya nilai komoditi sektor pertanian, industri, penggalian dan barang/jasa yang diperdagangkan dari luar wilayah Kabupaten Blora. Metode arus barang yang digunakan pada saat ini masih dipertahankan karena belum ada metode lain yang lebih represetatif. Dari namanya sudah terlihat bahwa sektor ini terdiri atas tiga sub sektor, yaitu sub sektor perdagangan, sub sektor hotel dan sub sektor restoran/rumah makan. sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang cukup potensial karena kontribusi yang diberikan sektor ini menduduki peringkat kedua setelah sektor pertanian.kontribusi sektor initerhadap PDRB tahun 2013 tercatat sebesar 16,45 persen adhberlaku dengan nilai tambah brutonya sebesar ,97 juta 82 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

115 BAB IV ULASAN SINGKAT rupiah.untuk harga konstannya, kontribusi sektor ini terhadap PDRB tercatat sebesar 15,64 persen dengan nilai tambah bruto sebesar ,85 juta rupiah. Sedangkan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran tahun 2013 adalah 15,50 persen adhberlaku dan 6,84 persen adhkonstan. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa penghitungan nilai tambah bruto sub sektor perdagangan adalah margin perdagangan dari sektor pertanian, pertambangan penggalian dan industri, serta perdagangan atas barang impor dari luar daerah. Sehingga ketika sektor satu sampai tiga tumbuh positif, kemungkinan besar sektor perdagangan akan tumbuh positif juga, sedangkan barang dari luar daerah akan cenderung mengikuti pola permintaan barang dan jasa akibat pertambahan jumlah penduduk.nilai tambah bruto sub sektor perdaganganpada tahun 2013tercatat sebesar ,97 juta rupiah adh berlaku dan ,64 juta rupiah adh konstan. Kontribusi terhadap sektornya tercatat sebesar 86,94 persen adh berlaku dan 85,31 persen adh konstan. Sedangkan pada tahun 2013 sub sektor ini bisa tumbuh sebesar 15,84 adh berlaku dan 8,11 adh konstan. Jumlah hotel di Kabupaten Blora ada sekitar 32 hotel, yang terdiri atas 4 hotel berbintang dan 28 hotel non bintang. Nilai tambah brutonya dihitunh berdasarakan jumlah malam menginap tamu hotel. Nilai tambah bruto adh berlaku sub sektor hoteltercatat sebesar sebesar5.591,77 juta rupiah adh berlaku dan 2.036,14 juta rupiah adh konstan, dengan kontribusi terhadap sektornya tercatat sebesar 0,57 persen adh berlaku dan 0,53 persen adh konstan. Sedangkan pertumbuhan sub sektor ini tercatat sebesar 13,28 persen adh berlaku dan 6,78 persen adh konstan. Tinjauan PDRB Kab. Blora

116 BAB IV ULASAN SINGKAT Sub sektor ketiga adalah sub sektor restoran dan rumah makan, termasuk kegiatan perdagangan makanan lainnya.nilai tambah bruto sub sektor restoran rumah makan tercatat sebesar ,23 juta rupiah adh berlaku dan ,06 juta rupiah adh konstan, denga kontribusi terhadap sektornya tercatat sebesar 12,49 persen adh berlaku dan 14,16 persen adh konstan Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor angkutan dan komunikasi meliputi dua sub sektor, sub sektor angkutan yang terdiri dari angkutan rel, angkutan jalan raya dan jasa penunjang angkutan. Dan sub sektor komunikasiyang terdiri dari pos dan giro serta telekomunikasi. Nilai tambah bruto sektor ini pada tahun 2013 tercatat sebesar ,88 juta rupiah adh berlaku atau tumbuh sebesar 14,53 persen dan ,19 juta rupiah adh konstan atau tumbuh sebesar 6,84 persen. Sumbangan sektor ini terhadap PDRB tercatat sebesar 3,13 persen adh berlaku dan 3,02 persen adh konstan. Sub sektor angkutan terdiri atas angkutan orang dan barang seperti angkutan kereta api, angkutan bus/mini bus, angkutan truk dan angkutan orang dan barang lainnya. Sub sektor ini merupakan sub sektor yang paling merasakan akibat adanya kenaikan harga bahan bakar minyak.pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan positif, yaitu masingmasing sebesar 15,69persen adhberlaku dan 6,83 persen adhkonstan dengan nilai tambah bruto sebesar ,66 juta rupiah adh berlaku dan ,55 juta rupiah adh konstan. Sedangkan kontribusi terhadap sektornya tercatat sebesar 80,31 persen adhberlaku dan 78,64persen adhkonstan. Nilai tambah sub sektor angkutan didominasi oleh komoditi angkutan jalan raya, dengan nilai tambah bruto sebesar ,84 juta rupiah adh berlaku dan ,30 juta rupiah adh konstan. Sedangkan 84 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

117 BAB IV ULASAN SINGKAT angkutan kereta api atau jasa penunjang angkutan memberikan sumbangannya masih cukup kecil. Sub sektor Komunikasi terdiri atas jasa pos dan giro serta kegiatan telekomunikasi. Pada tahun 2013 memberikan kontribusi terhadap sektornya sebesar 19,69 persen adhberlaku dengan nilai tambah bruto sebesar ,23 juta rupiahserta21,36 persen adhkonstan dengan nilai tambah bruto sebesar ,64 juta rupiah. Sub sektor ini didominasi oleh kegiatantelekomunikasi dan jasa telekomunikasi,sedangkan kegiatan pos dan giro kontribusinya masih cukup kecil baik menurut adhb maupun adhk. Sub sektor komunikasi pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 10,04 persen adhberlaku dan 6,89 persen adhkonstan. Meskipun sektor angkutan dan komunikasi memberikan kontribusi relatif kecil terhadap total PDRB namun berperan cukup penting terhadap kelancaran kegiatan perekonomian Kabupaten Blora khususnya dalam kelancaran distribusi barang dan jasa dari produsen ke konsumen Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor ini terdiri dari beberapa sub sektor yaitu sub sektor perbankan, sub sektor lembaga keuangan bukan bank, sub sektor sewa bangunan dan sub sektor jasa perusahaan. Nilai tambah bruto sektor ini pada tahun 2013 tercatat sebesar ,36 juta rupiah adh berlaku dan ,98 juta rupiah adh konstan. Pertumbuhan sektor ini pada tahun tersebut sebesar 12,76persen adhberlaku dan 6,90 persen adhkonstan, sedangkan sumbangan terhadap PDRB sebesar 8,59 persen adhberlaku dan 7,67 persenadhkonstan. Tinjauan PDRB Kab. Blora

118 BAB IV ULASAN SINGKAT - Sub sektor perbankan, nilai tambah sektor ini adalah pendapatan bersih dari kegiatan perbankan. Pada tahun 2013nilai tambah bruto sub sektor ini tercatat sebesar ,08 juta rupiah adh berlaku dan ,35 juta rupiah adh konstan sehingga memberi kontribusi terhadap sektornya sebesar 19,64 adh berlaku dan 16,39 persen adh konstan. Dengan pertumbuhan yang cukup bagus, yaitu sebesar 12,76 persen adhberlaku dan 6,90 persen adhkonstan. Pertumbuhan sub sektor perbankan yang positif ini sebagai gambaran makin membaiknya roda perekonomian di Kabupaten Blora, yang terlihat dari besaran kredit yang dikeluarkan oleh perbankan yangterus meningkat. -Subsektorlembagakeuanganbukan bank, adalah kegiatan ekonomi yang bergerak di sektor keuangan tetapi bukan dalam bentuk bank. Sub sektor ini antara lain terdiri atas koperasi, asuransi dan pegadaian serta kegiatan lembaga keuangan lainnya. Pada tahun 2013mengalami pertumbuhan yaitu masing-masing sebesar 9,94 persen adhberlaku dan 5,34 persen adhkonstan. Dengan nilai tambah bruto sebesar ,38 juta rupiah adh berlaku dan 5.862,88 juta rupiah adh konstan. Kontribusi sub sektor ini terhadap sektornya tercatat sebesar 2,73 persen adh berlaku dan 3,09 persen adh konstan. - Sub sektor sewa bangunan. Sub sektor ini memiliki sumbangan terbesar di sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Kontribusi sub sektor ini terhadap sektornya tercatat sebesar 73,65 persen adh berlaku dan 76,24 persen adh konstan. Dengan nilai tambah bruto tercatat sebesar ,40 juta rupiah adh berlaku dan 86 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

119 BAB IV ULASAN SINGKAT ,48 juta rupiah adh konstan. Dan tumbuh sebesar 12,63 persen adh berlaku dan 6,98 persen adh konstan. - Sub sektor jasa perusahaan, terdiri atas kegiatan notaris, PPAT, advokat, persewaan alat-alat pesta dan jasa perusahaan lainnya.pada tahun 2013mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 9,63 persen adhberlaku dan 4,39 persen adhkonstan. Dengan nilai tambah bruto sub sektor ini sebesar ,51 juta rupiah adh berlaku dan 8.111,26 juta rupiah adh konstan, sehingga kontribusi sub sektor ini terhadap sektornya adalah sebesar 3,97 persen adh berlaku dan 4,28 persen adh konstan Sektor Jasa - Jasa Sektor jasa-jasa terdiri atas dua sub sektor, yaitu: sub sektor pemerintahan umum, sub sektor jasa swasta. Jasa swasta terdiri atas: jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan kebudayaan dan jasa perorangan & rumahtangga.pada tahun 2013, nilai tambah bruto dari sektor ini tercatat sebesar ,77 juta rupiah adh berlaku dan ,91 juta rupiah adh konstan. Pertumbuhan nilai tambah bruto sektor ini pada tahun 2013 tercatat sebesar13,14 persen adh berlaku dan 5,97 persen adh konstan. Meningkat dari tahun sebelumnya baik menurut harga berlaku ataupun konstan. Disisi lain sektor ini mampu memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 8,52 persen adh berlaku dan 8,12 persen adh konstan. Berikut gambaran sub sektor-sub sektor pada sektor jasa-jasa. Sub sektor Pemerintahan Umum,sub sektor ini cukup dominan di sektornya. Pada tahun 2013 sumbangan sub sektor ini terhadap sektornya tercatat sebesar 74,39 persen adh berlaku dan 68,60 Tinjauan PDRB Kab. Blora

120 BAB IV ULASAN SINGKAT persen adh konstan. Pada tahun yang samasub sektor ini tumbuh sebesar 13,46 persen adh berlaku dan 5,71 persen adh konstan. Dengan nilai tambah bruto sebesar ,44 juta rupiah adh berlaku dan ,49 juta rupiah adh konstan. Sub sektor Jasa Swasta, kegiatan sub sektorterdiri atas jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan kebudayaan dan jasa perorangan dan rumah tangga. a. Kegiatan jasa sosial kemasyarakatan yang utama adalah jasa pendidikan dan kesehatan yang diselenggarakan oleh swasta serta jasa sosial kemasyarakatan lainnya. Pada tahun 2013 pertumbuhannilai tambah kegiatan ini tercatat sebesar 10,31 persen adhberlakudan 5,60 persen adhkonstan,dengan nilai tambah bruto sebesar ,62 juta rupiah adh berlaku dan30.795,91 juta rupiah adh konstan. Sumbangan kegiatan ini terhadap total sub sektor jasa swasta adalah sebesar 56,55 persen adhberlaku dan 51,56 persen adhkonstan. b. Kegiatan jasa hiburan dan rekreasi, andalan yang dapat diunggulkan pada sub sektor ini bagi pemerintah Kabupaten Blora masih relatif kecil, karena masih terbatasnya kawasan wisata dan tempat hiburan, sehingga andil bagi PDRB Kabupaten Blora masih relatif kecil. Pada tahun 2013 nilai tambah bruto kegiatan ini tercatat sebesar 5.381,79 juta rupiah adh berlaku 2.579,64 juta rupiah adhkonstan. Sedangkanpertumbuhankegiatan ini pada tahun 2013 tercatat sebesar 11,23 persen adhberlaku dan 6,26 persen adhkonstan. c. Kegiatan jasa Perorangan dan Rumah Tangga,adalah kegiatan jasa yang bertujuan untuk melayani perorangan dan rumah 88 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

121 BAB IV ULASAN SINGKAT tangga, misalnya tukang semir, salon, bengkel dan lai sebaginya. Nilai tambah bruto kegiatan ini pada tahun 2013 tercatat sebesar ,92 juta rupiah adh berlaku dan ,65 juta rupiah adh konstan, dengan pertumbuhan sebesar15,23 persen adhberlaku dan 7,69 persen adhkonstan. Andil kegiatan ini terhadap total sub sektornya adalah sebesar 39,32 persen adhberlaku dan 44,34 persen adhkonstan Prediksi PDRB Tahun Prediksi PDRB digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan. Secara umum metode yang digunakan dalam membuat prediksi PDRB adalah melalui penggabungan metode trend pertumbuhan dan rata-rata pertumbuhan selama kurun waktu 10 tahun. Untuk prediksi PDRB pada tahun terdekat dilakukan perbaikan dengan mempertimbangkan data-data produksi awal tahun dan rencana pembangunan tahun tersebut. Besaran PDRB hasil prediksi tahun sebagai berikut: Tabel 4.15.Prediksi PDRB Adhb Kabupaten Blora Tahun Sektor Prediksi PDRB Adhb (1) (2) (3) (4) 1. Pertanian , , ,70 2. Pertambangan , , ,31 3. Industri Pengolahan , , ,01 4. Listrik, Gas dan Air , , ,75 Tinjauan PDRB Kab. Blora

122 BAB IV ULASAN SINGKAT Sektor Prediksi PDRB Adhb Bangunan , , ,85 6. Perdagangan , , ,10 7. Pengangkutan , , ,69 8. Keuangan , , ,95 9. Jasa-jasa , , ,60 PDRB , , ,96 Tabel 4.16.Prediksi PDRB Adhk Kabupaten Blora Tahun Sektor Prediksi PDRB Adhk (1) (2) (3) (4) 1. Pertanian , , ,48 2. Pertambangan , , ,00 3. Industri Pengolahan , , ,91 4. Listrik, Gas dan Air , , ,13 5. Bangunan , , ,89 6. Perdagangan , , ,31 7. Pengangkutan , , ,25 8. Keuangan , , ,51 9. Jasa-jasa , , ,48 PDRB , , ,98 90 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

123 BAB IV ULASAN SINGKAT Tabel 4.17.PrediksiPertumbuhan PDRB Adhk Kabupaten Blora Tahun Sektor Prediksi Pertumbuhan PDRB adhk (%) (1) (2) (3) (4) 1. Pertanian 3,31 3,22 3,27 2. Pertambangan 3,25 3,96 4,07 3. Industri Pengolahan 6,51 6,59 6,71 4. Listrik, Gas dan Air 7,74 5,92 5,62 5. Bangunan 6,16 6,62 6,92 6. Perdagangan 7,77 7,48 7,62 7. Pengangkutan 6,65 6,94 6,63 8. Keuangan 5,85 6,95 6,03 9. Jasa-jasa 7,98 7,41 7,57 PDRB 5,02 5,04 5, PDRB Kecamatan a. Pendahuluan Untuk kesekian kalinya BPS Kabupaten Blora menghitung dan menyajikan PDRB sampai tingkat kecamatan, yang tentu saja akan bermanfaat bagi para pengambil keputusan sehingga penyusunan perencanaan program maupun evaluasi pembangunan ekonomi akan lebih terarah dan tepat sasaran, terlebih pada era otonomi daerah seperti saat ini. Tersedianya data PDRB sampai pada tingkat kecamatan dapat dipergunakan untuk memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran tentang peranan atau posisi masing-masing wilayah dalam kehidupan ekonomi sosial secara keseluruhan. Manfaat PDRB Tinjauan PDRB Kab. Blora

124 BAB IV ULASAN SINGKAT Kecamatan diantaranya dapat diketahui kemajuan/pertumbuhan ekonomi masing-masing kecamatan, potensi kecamatan, tingkat kemakmuran kecamatan, tingkat kesenjangan ekonomi antar kecamatan / antar sektoral. Tujuan penyajian PDRB sampai pada tingkat kecamatan, yaitu : Untuk mengetahui peranan ekonomi masing-masing tingkat kecamatan terhadap perekonomian Kabupaten Blora. Untuk melihat peranan masing-masing sektor ekonomi disetiap kecamatan baik menurut harga berlaku maupun konstan terhadap perekonomian Kabupaten Blora. Untuk mengetahui perbandingan PDRB perkapita antar kecamatan. Metoda yang digunakan untuk menghitung PDRB Kecamatan adalah menggunakan metoda tidak langsung yaitu metoda penghitungan dengan menggunakan data yang bersumber masing-masing kecamatan namun hanya digunakan sebagai alokator untuk mengalokasikan PDRB Kabupaten. Secara umum metode penghitungan PDRB Kecamatan dengan cara alokasi dapat dirumuskan sebagai berikut : Q i NTB i n Σ i=1 Q i X NTB k Keterangan : NTBi = Nilai Tambah Bruto Kecamatan ke i 92 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

125 NTBk Qi NTBi n ΣQ I i=1 n = Nilai Tambah Bruto Kabupaten = Indikator (alokator) ke i = Nilai Tambah Bruto Kecamatan ke i =Jumlah Indikator (total alokator kabupaten) = Banyaknya Kecamatan BAB IV ULASAN SINGKAT b. Ulasan SingkatPDRB Kecamatan Besar kecilnya angka PDRB menggambarkan besar kecilnya potensi ekonomi suatu wilayah. Angka PDRB yang besar menunjukkan bahwa wilayah tersebut cukup berpotensi secara ekonomi dan sebaliknya. Karena kecamatan merupakan subsetdari kabupaten, maka semakin besar PDRB di suatu kecamatan maka peran kecamatan tersebut semakin besar dalam menggerakkan ekonomi di wilayah kabupaten. Beberapa kecamatan yang cukup berpotensi di Kabupaten Blora antara lain Kecamatan Blora, Kecamatan Cepu, Kecamatan Randublatung, Ngawen dan Kunduran. Kelima kecamatan tadi cukup berperan dalam menggerakkan ekonomi di Kabupaten Blora, karena sumbangan kelima kecamatan tadi lebih dari separoh dari angka-angka PDRB kabupaten. Atas dasar harga berlaku, pada tahun 2013, PDRB kecamatan tertinggi dicapai oleh Kecamatan Cepu yang tercatat sebesar ,39 juta rupiah diikuti Kecamatan Blora sebesar ,20 juta rupiah dan Kecamatan Randublatung sebesar ,28 juta rupiah. Sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Bogorejo yang tercatat sebesar ,63juta rupiah. Besarnya peran PDRB kecamatan Tinjauan PDRB Kab. Blora

126 BAB IV ULASAN SINGKAT terhadap PDRB Kabupaten dapat dilihat dari persentase distribusi PDRB kecamatan terhadap total PDRB Kabupaten Blora. Kontribusi terbesar disumbang oleh PDRB Kecamatan Cepu sebesar 16,98 persen disusul kemudian Kecamatan Blora sebesar 16,43 persen dan Kecamatan Randublatung sebesar 9,09 persen sedangkan kontribusi PDRB kecamatan lainnya memberikan andil berkisar antara 1,99 persen, yaitu Kecamatan Bogorejo hingga 7,94 persen, yaitu di Kecamatan Kunduran. Sedangkan PDRB menurut harga konstan memberikan sedikit angka yang berbeda, PDRB kecamatan tertinggi bergeser di Kecamatan Blora dengan nilai PDRB sebesar ,90 juta rupiah, kemudian diikuti PDRB Kecamatan Cepu dengan nilai sebesar ,04 juta rupiah, dan Kecamata Randublatung sebesar ,45 juta rupiah, sedangkan PDRB terendah adalah Kecamatan Bogorejo dengan nilai sebesar ,80 juta rupiah. Dengan andil terhadap PDRB kabupaten terbesar diberikan oleh Kecamatan Blora sebesar 15,56 persen, diikuti Kecamatan Cepu sebesar 13,77 persen dan Kecamatan Randublatung sebesar 9,20 persen, sedangkan terendah ditunjukkan oleh Kecamatan Bogorejo 2,28 persen. Laju pertumbuhan PDRB kecamatan tahun 2013, menunjukan angka yang bervariasi baik menurut harga berlaku maupun harga konstan. Menurut harga berlaku, laju pertumbuhan ekonomi kecamatan berkisar antara 10,89 persen sampai 13,45 persen. Laju pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh Kecamatan Blora dengan laju pertumbuhan sebesar 13,45 persen, diikuti oleh Kecamatan Jepon dan Ngawen yang masing-masing tumbuh sebesar 13,15 persen dan 13,04 persen. Sedangkan Kecamatan dengan laju pertumbuhan terkecil dialami oleh Kecamatan Jati yang tumbuh sebesar 10,89 persen. 94 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

127 BAB IV ULASAN SINGKAT Menurut harga konstan, laju pertumbuhan ekonomi kecamatan berkisar antara 6,56 persen sampai 3,39 persen. Laju pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh Kecamatan Cepu dengan pertumbuhan sebesar 6,56 persen, diikuti oleh Kecamatan Blora yang tumbuh sebesar 6,05 persen. Sedangkan Kecamatan dengan laju pertumbuhan terendah terjadi di Kecamatan Kradenan yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,39 persen. Untuk PDRB perkapita kecamatan menurut harga berlaku yang tertinggi dicapai oleh Kecamatan Cepu yakni sebesar Rp ,- disusul Kecamatan Blora yaitu sebesar Rp ,- dan Kecamatan Ngawen yang tercatat sebesar ,- juta rupiah, dan yang terendah adalah Kecamatan Banjarejo yakni sebesar Rp ,-. Besarnya PDRB perkapita tersebut perlu dicermati dengan hati-hati karena belum tentu angka yang besar tersebut merupakan kondisi pendapatan perkapita yang sebenarnya, dikarenakan angka PDRB perkapita tersebut masih termasuk output yang dimiliki oleh penduduk luar wilayah kecamatan yang bersangkutan. Sebagai ilustrasi di Kecamatan Cepu, PDRB perkapita yang dapat diartikan bahwa rata-rata nilai tambah produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap penduduk Kecamatan Cepu yang hampir mencapai 14 juta, belum tentu seluruhnya dinikmati oleh penduduk Kecamatan Cepu, namun nilai tambah tersebut juga dinikmati oleh investor luar daerah atau investor luar negeri yang turut mengelola perekonomian di Kecamatan Cepu.Untuk menggambarkan kondisi PDRB kecamatan, berikut gambaran masing-masing kecamatan: Tinjauan PDRB Kab. Blora

128 BAB IV ULASAN SINGKAT 1. Kecamatan Jati Pada tahun 2013, PDRB Kecamatan Jatitercatat sebesar ,15 juta rupiah adh berlaku dan ,38 juta rupiah adh konstan. Dari angka tersebut, PDRB perkapita adhberlakunya tercatat sebesar rupiah sedangkan adhkonstan sebesar rupiah. PDRB Kecamatan Jati memberikan kontribusi sebesar 3,90 persen terhadap PDRB Kabupaten adhberlakudan 4,09 persen terhadap PDRBKabupaten adh konstan. Sumbangan terbesar terhadap total PDRB Kecamatan Jatiadh berlaku adalah sektor pertanian sebesar 70,50 persen, diikuti sektor perdagangan sebesar 7,25 persen dan sektor keuangan, persewaan sebesar 7,01 persen, sedangkan sumbangan terkecil dari sektor pertambangan dan penggalian yang hanya sebesar 0,07 persen. Menurut harga konstan, sumbangan terbesar terhadap total PDRB Kecamatan Jati masih di sektor pertanian yang tercatat sebesar 69,55 persen, diikuti sektor perdagangan sebesar 7,50 persen dan sektor keuangan, persewaan sebesar 7,14 persen, sedangkan sumbangan terkecil dari sektor pertambangan dan penggalian yang hanya sebesar 0,08 persen. Pertumbuhan PDRB Kecamatan Jati adh konstan tahun 2013 adalah sebesar 3,49 persen, lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,25 persen. Dengan pertumbuhan sektoral tertinggi adalah sektor Bangunan yang mencapai 8,29 persen, diikuti oleh sektor Pertambangan dan Penggalian yang tercatat sebesar 7,51 persen dan terendah adalah sektor pertanianyang tumbuh sebesar 2,39 persen. 96 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

129 2. Kecamatan Randublatung BAB IV ULASAN SINGKAT Kontribusi PDRB adhberlaku Kecamatan Randublatung terhadap PDRB Kabupaten pada tahun 2013 tercatat sebesar 9,09 persen. Sedangkan menurut harga konstannya tercatat sebesar 9,20 persen. Dengan pertumbuhan PDRB adhberlaku adalah sebesar 11,76 persen, dari ,37 juta rupiah di tahun 2012 menjadi ,28 juta rupiah di tahun Apabila dinilai dengan harga konstan, maka nilai PDRB Kecamatan Randublatung tahun 2013tercatat sebesar ,45 rupiah, meningkat dibanding angka PDRB tahun 2012 yang tercatat sebesar ,11, sehingga terjadi pertumbuhan sebesar 4,20 persen. Pertumbuhan sektoral tertinggi adalah sektor bangunan yang tercatat sebesar 8,49 persen dan terendah sektor pertanianyang menunjukkan pertumbuhan sebesar 2,90 persen. Untuk PDRB perkapita, pada tahun 2013 tercatat sebesar rupiah adh berlaku dan adh konstan. Struktur PDRB Kecamatan Randublatung memperlihatkan adanya tiga sektor utama yang dominan yang dilihat dari sumbangannya. Sumbangan terbesar terhadap total PDRB kecamatan adh berlaku adalah sektor pertanian yang tercatat sebesar 67,62 persen, sektor perdagangan sebesar 9,77 persen dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 7,53 persen, sedangkan terkecil adalah sumbangan dari sektor pertambangan-penggalian yang hanya sebesar 0,05 persen. Menurut harga konstan, sumbangan terbesar terhadap total PDRB kecamatan adalah sektor pertanian yang tercatat sebesar 66,91 persen, disusul sektor perdagangan sebesar 8,82 persen dan sektor keuangan, persewaandan jasa perusahaan sebesar 8,01 persen, Tinjauan PDRB Kab. Blora

130 BAB IV ULASAN SINGKAT sedangkan terkecil adalah sumbangan dari sektor pertambanganpenggalian yang hanya sebesar 0,05 persen. 3. Kecamatan Kradenan Kecamatan Kradenan sebagai salah satu wilayah yang berlokasi di tapal batas dengan Propinsi Jawa Timur memiliki sumberdaya alam yang cukup memadai khususnya di bidang pertanian.dengan kondisi tersebut tentu saja Kecamatan Kradenan memiliki peran yang cukup penting dalam memberikan sumbangan terhadap perkembangan perekonomian di Kabupaten Blora. Pada tahun 2013, PDRB adhberlaku Kecamatan Kradenan tercatat sebesar ,86 juta rupiah atau naik sebesar 11,03 persen apabila dibandingkan dengan tahun 2012 yang tercatat sebesar ,84 juta rupiah, dan memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Blora sebesar 3,65 persen. Sumbangan sektoral terbesar PDRB kecamatan Kradenan adalah sektor pertanian yang tercatat sebesar 74,05 persen, sektor perdagangan sebesar 6,93 persen dan sektor keuangan sebesar 6,71 persen, sedangkan terkecil adalah sumbangan dari sektor pertambangan dan penggalian yang hanya sebesar 0,10 persen. Apabila dinilai dengan harga konstan, tahun 2013 PDRB Kecamatan Kradenan memberikan kontribusi terhadap total PDRB Kabupaten sebesar 4,04 persen,dengan nilai PDRBmencapai ,31 juta rupiah, naik dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar ,05 juta rupiah yang berarti mengalami pertumbuhan sebesar 3,39 persen. Pertumbuhan sektoral tertinggi adalah sektor bangunan, yang tumbuh sebesar 8,85 persen dan terendah adalah sektor pertanian yang tumbuh sebesar 2,18 persen. 98 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

131 BAB IV ULASAN SINGKAT Struktur PDRBKecamatan Kradenan adhkonstan memperlihatkan adanya tiga sektor yang dominan yaitu sektor pertanian sebesar 73,92 persen, sektor perdagangan sebesar 7,58 persen dan sektor keuangan sebesar 6,30 persen. Dan untuk melihat tingkat kemakmuran masyarakat secara kasar Kecamatan Kradenan dapat dilihat dari PDRB Perkapita yang mencapai rupiah adhberlaku dan rupiah adhkonstan. 4. Kecamatan Kedungtuban PDRB Kecamatan Kedungtuban adh berlaku pada tahun 2013, tercatat sebesar ,31 juta rupiah, meningkat 12,00 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar ,05 juta rupiah. Sedangkan PDRB perkapitanya pada tahun yang sama mencapai rupiah.sumbangan yang diberikan oleh Kecamatan Kedungtuban terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Blora adalah sebesar 6,68 persen adhberlaku. Struktur perekonomian di Kecamatan Kedungtuban sangat tergantung pada sektor pertanian dimana 74,90 persen PDRB Kecamatan Kedungtuban adh berlaku merupakan sumbangan dari kegiatan dari sektor ini, diikuti sektor perdagangan dan sektor keuangan yang masing-masing tercatat sebesar 5,91 persen dan 5,78 persen.dan sumbangan terkecil ada pada sektor pertambangan penggalian yang tercatat sebesar 0,20 persen. Menurut harga konstan, PDRB Kecamatan Kedungtuban pada tahun 2013 mencapai ,16 juta rupiah, lebih tinggi dari tahun 2012 yang tercatat sebesar ,52 juta rupiah, sehingga terjadi pertumbuhan sebesar 4,55 persen. Sedangkan kontribusi terhadap total PDRB Kabupaten malahan turun yang tercatat sebesar 6,80 persen. Pertumbuhan sektoral tertinggi adalah sektor bangunan yang tercatat Tinjauan PDRB Kab. Blora

132 BAB IV ULASAN SINGKAT sebesar 8,59 persen dan terendah adalah sektor pertanian yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,69 persen. Pertumbuhan adhkonstan tahun 2013lebih tinggi dibandingkantahun Struktur PDRB adhkonstan PDRB Kedungtuban memperlihatkan adanya tiga sektor utama yang dominan yaitu sektor pertanian sebesar 73,90 persen, sektor perdagangan sebesar 5,91 persen dan keuangan, persewaan sebesar 5,78 persen. Pendapatan perkapita menurut adhkonstan adalah sebesar rupiah. 5. Kecamatan Cepu Kecamatan Cepu merupakan wilayah yang istimewa jika ditinjau dari sumber daya alam dan sumber daya manusianya yang cukup potensial. Pada tahun 2013,adhberlaku PDRB Kecamatan Cepu memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten sebesar 16,98 persen atau sebesar ,39 juta rupiah, sedangkan struktur perekonomian didominasi oleh sektor perdagangan, dimana kontribusi sektor ini terhadap PDRB kecamatan tercatat sebesar33,98 persen, disusul sektor pertambangan 24,23 persen dan sektor pertanian 14,70 persen. PDRB perkapita adhberlakunya untuk tahun 2013 mencapai rupiah lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tahun2012yang tercatat sebesar rupiah. Berdasarkan harga konstan, tahun 2013 kontribusi PDRB kecamatan Cepu terhadap total Kabupaten Blora adalah sebesar 13,77 persen, atau senilai ,04 juta rupiah, dan tumbuh sebesar6,56 persen.secara sektoral pertumbuhan tertinggi adalah sektor bangunan yang tercatat sebesar8,49 persen, diikuti sektor perdagangan hotel dan restoran yang tumbuh sebesar 8,20 persen. 100 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

133 BAB IV ULASAN SINGKAT Tabel 4.18 Perbandingan PDRB dengan Migas dan Tanpa Migas Di Kecamatan Cepu Tahun DGN MIGAS INDIKATOR (1) (2) (3) (4) PDRB Adhb (juta rp) , , ,39 PDRB Adhk (juta rp) , , ,04 Kontribusi Thd adhb Kab (%) 17,21 16,85 16,98 Laju Pertumbuhan (%) 6,84 5,88 6,56 TANPA MIGAS PDRB Adhb (juta rp) , , ,39 PDRB Adhk (juta rp) , , ,30 Kontribusi Thd adhb Kab (%) 13,16 13,57 13,77 Laju Pertumbuhan (%) 4,44 8,58 6,27 SELISIH PDRB Adhb (juta rp) , , ,00 PDRB Adhk (juta rp) , , ,74 Adh konstan persentase distribusi PDRB Kecamatan Cepu tertinggi adalah sektor perdagangan sebesar 32,83 persen, sektor pertambangan 24,15 persen dan sektor pertanian 16,76 persen. Sedangkan PDRB perkapita adh konstan tercatat sebesar rupiah lebih besar apabila dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai rupiah, dimana ini merupakan angka PDRB perkapita kecamatan terbesar di tingkat kabupaten. Keberadaan pertambangan minyak sangat dominan di Kecamatan Cepu, hal ini terlihat dari sumbangan sub sektor pertambangan terhadap PDRB Kecamatan Cepu. Sehingga jika produksi sub sektor ini Tinjauan PDRB Kab. Blora

134 BAB IV ULASAN SINGKAT mengalami kenaikan secara signifikan maka dimungkinkan besaran PDRB juga akan mengalami kenaikan dan demikian juga sebaliknya. Dari tabel diatas terlihat nilai PDRB dengan migas lebih besar dibandingkan tanpa migas. Sedangkan jika dilihat laju pertumbuhannya, PDRB dengan migas cenderung fluktuatif sejalan dengan pertumbuhan PDRB sub sektor minyak dan gas. Pada PDRB tanpa migas laju pertumbuhannya menunjukkan kecenderungan terus meningkat. 6. Kecamatan Sambong Pada tahun 2013, PDRB Kecamatan Sambong adh berlaku mampu memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten sebesar 2,26 persen dengan nilai PDRB adh berlaku sebesar ,00 juta rupiah.pertumbuhan ekonomi menurut harga berlaku sebesar 11,32 persen sedangkan angka PDRB perkapita tercatat sebesar rupiah, relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan angka rata-rata kabupaten. Struktur perekonomian di Kecamatan Sambong lebih banyak tergantung pada sektor pertanian yang memberikan kontribusi sebesar 68,13 persen sehingga kondisi kemajuan perekonomian secara umum sangat dipengaruhi oleh produksi dari komoditi pertanian.urutansektor berikutnya yang memberikan sumbangan besar terhadap total PDRB Kecamatan Sambong adalah sektor perdagangan yang tercatat sebesar 7,34 persen dan sektor jasa-jasa sebesar 7,15 persen. Menurut harga konstan maka besarnya PDRB Kabupaten Sambong tahun 2013 adalah sebesar ,06 juta rupiah dengan laju pertumbuhan mencapai 3,98 persen. Secara sektoral pertumbuhan tertinggi adalah sektor perdaganganyang mencapai 7,71 persen, diikuti sektor keuangan persewaaan sebesar6,43 persen dan sektor bangunan 102 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

135 BAB IV ULASAN SINGKAT sebesar 5,29 persen. Persentase distribusi PDRB Kecamatan Sambong tertinggi adalah sektor pertanian yang tercatat sebesar 67,82 persen, sektor perdagangan 7,58 persen dan sektor keuangan persewaan sebesar 6,91 persen, sedangkan persentase distribusi terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian 0,12 persen. 7. Kecamatan Jiken Pertumbuhan PDRB adhberlaku Kecamatan Jiken pada tahun 2013 tumbuh sebesar 11,50 persen,dari ,28 juta rupiah di tahun 2012 menjadi ,22 juta rupiah di tahun Dengan PDRB perkapita tercatat sebesar rupiah. Perekonomian Kecamatan Jiken seperti daerah lainnya masih tergantung pada sektor pertanian dengan distribusi persentase sebesar 61,42 persen, diikuti sektor keuangan, persewaan yang tercatat sebesar 9,43 dan sektor perdagangan yang tercatat sebesar 8,89 persen. Dengan demikian pengaruh produktivitas di sektor pertanian akan berperanan terhadap pertumbuhan perekonomian di Kecamatan Jiken. Persentase distribusi terendah adalah sektor pertambangan-penggalian yang hanya sebesar 0,10 persen. Sedangkan PDRB Kecamatan Jiken adhkonstanpada tahun 2013 besarnya adalah ,80 juta rupiah, tumbuh sebesar 4,12 persen, apabila dibandingkan dengan tahun 2012 yang tercatat sebesar ,21 juta rupiah.pertumbuhan sektoral tertinggiadalah sektor perdagangan yang mengalami pertumbuhan sebesar 7,41 persen diikuti sektor angkutan komunikasi. Tiga sektor yang berpengaruh dalam menggerakkan perekonomiankecamatan Jiken adalah sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor keuangan, persewaan. Persentase sektor pertanian adalah sebesar 61,88 persen dan terendah sektor Tinjauan PDRB Kab. Blora

136 BAB IV ULASAN SINGKAT pertambangan dan penggalian sebesar 0,10persen. Kontribusi PDRB adhkonstankecamatan Jiken terhadap PDRB Kabupaten adalah sebesar 2,79 persen. 8. Kecamatan Bogorejo PDRB adhberlaku Kecamatan Bogorejo tahun 2013 mencapai ,63 juta rupiah atau 1,99 persen terhadap total PDRB kabupaten dan merupakan kontribusi terkecil dibandingkan kecamatan lainnya.pertumbuhan PDRB adh berlaku tahun 2013 tercatat sebesar 12,18 persen, lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai 10,46 persen. Sebagai wilayah pertanian maka distribusi tertinggi dicapai oleh sektor pertanian yang mencapai 60,70 persen, disusul sektor perdagangan 13,58 persen sedangkan yang terendah adalah sektor pertambangan-penggalian yakni sebesar 0,20 persen. PDRB perkapita pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 11,62 persen yang dari rupiah ditahun 2012 menjadi rupiahdi tahun Pertumbuhan PDRB adhkonstankecamatan Bogorejo tahun 2013 menunjukkan adanya kenaikan sebesar 7,35 persen, dari senilai juta rupiah di tahun 2012 menjadi ,80 juta rupiah di tahun 2013, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor keuangan persewaan yang tumbuh sebesar 7,26 persen.dari distribusi sektoral memperlihatkan bahwa sektor pertanian menempati urutan tertinggi kontribusinya yaitu 61,72 persen disusul sektor perdagangan sebesar 13,78 persen, sedangkan yang terkecil adalah sektor pertambanganpenggalian 0,23 persen. 104 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

137 9. Kecamatan Jepon BAB IV ULASAN SINGKAT Kecamatan Jepon adalah salah satu kecamatan yang terletak dekat dengan pusat pemerintahan kabupaten, sehingga merupakan daerah penyangga ibukota Kabupaten.Kontribusi PDRB Kecamatan Jepon adh berlaku terhadap PDRB Kabupatentercatat sebesar 5,54 persen dengan nominal sebesar ,25 juta rupiah. Seperti kecamatan-kecamatan lainnya,share sektor pertanian terhadap PDRB adhberlaku masih tinggi yaitu mencapai 55,68 persen, disusul sektor perdagangan yang mencapai 14,12 persen dan sektor keuangan, persewaan sebesar 9,44 persen. Sedangkan pertumbuhan PDRB Kecamatan Jepon adhberlaku tahun 2013 tercatat sebesar 13,15 persen, danbesarnya PDRB perkapita adh berlaku adalah sebesar rupiah naik 12,58 persen jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai rupiah. Adhkonstan, PDRB Kecamatan Jepon pada tahun 2013tumbuh sebesar 5,48 persen, dari ,83 juta di tahun 2012 menjadi ,35 juta rupiah di tahun Andil terhadap total PDRB kabupaten sebesar 5,68 persen. Struktur perekonomian memperlihatkan bahwa sektor pertanian memiliki persentase distribusi terbesar yakni sebesar 54,14 persen, kemudian sektor perdagangan sebesar 15,41 persen, dandistribusi terkecil dari sektor listrik yaitu sebesar 0,17 persen. 10. Kecamatan Blora Kecamatan Blora sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Blora sudah barang tentu merupakan kecamatan yang maju dan dinamis dalam pengembangan dan pertumbuhan ekonomi. PDRB Kecamatan Blora adhberlaku tahun 2013 memberikan andil terhadap PDRB Tinjauan PDRB Kab. Blora

138 BAB IV ULASAN SINGKAT kabupaten sebesar 16,43 persen dan tumbuh sebesar 13,45 persen,atau senilai ,20 juta rupiah. Persentase sektoral terhadappdrb kecamatannya, tertinggi adalah sektor jasa-jasa yang tercatat sebesar 25,99 persen, disusul sektor perdagangan sebesar 22,18 persen dan selanjutnya sektor pertanian sebesar 22,04 persen. Sedangkan PDRB perkapitanya mencapai rupiah,- tumbuh sebesar 12,89 persen jika dibandingkan dengan keadaan tahun Adhkonstan tahun 2000, PDRB Kecamatan Blora tahun 2013 mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 6,05 persen dan memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten sebesar 15,56 persen dan merupakan kontribusi terbesar dibandingkan kecamatan lain.angka PDRB Kecamatan Blora adh konstan senilai ,90 juta rupiah. Persentase distribusi tertinggi adalah sektor jasa-jasa yang mencapai sebesar 25,40 persen, disusul sektor pertanian sebesar 23,42 persen dan sektor perdagangan mencapai sebesar 22,93 persen. 11. Kecamatan Banjarejo Kontribusi PDRB adhberlaku Kecamatan Banjarejo tahun 2013 terhadap PDRB kabupaten masih relatif kecil yakni sebesar 3,70 persen atau senilai ,89 juta rupiah.tahun 2013 PDRB adh berlakunya tumbuh sebesar12,74 persen, lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 8,46 persen.dilihar dari pembentukannya, persentase distribusi PDRB Kecamatan Banjarejoadh berlaku didominasi oleh tiga sektor, tertinggi adalah sektor pertanian dengan sumbangan yang mencapai 60,36 persen, disusul sektor perdagangan 11,837 persen dan sektor keuangan sebesar 9,47 persen, sedangkan yang terendah adalah sektor pertambangan-penggalian yakni sebesar 0,25 persen. Sedangkan PDRB perkapitanya pada tahun Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

139 BAB IV ULASAN SINGKAT menunjukkan adanya kenaikan sebesar 12,19 persen, yang semula di tahun 2012 sebesar Rp ,- menjadi Rp ,- di tahun Adhkonstan tahun 2000, pertumbuhan PDRB Kecamatan Banjarejo tercatat sebesar 4,93 persen, dimana pada tahun 2012 senilai ,03 juta rupiah menjadi ,74 juta rupiah, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor perdagangan yang tumbuhsebesar 8,00 persen dan terkecil adalah sektor pertanian sebesar 3,58 persen. Seiring dengan distribusi harga berlakunya, persentase distribusi memperlihatkan sektor pertanian menempati urutan tertinggi yaitu 60,16 persen disusul sektor perdagangan sebesar 12,14 persen, sedangkan yang terkecil adalah sektor pertambangan-penggalian sebesar 0,29 persen. 12. Kecamatan Tunjungan PDRB Kecamatan Tunjunganadhberlaku tahun 2013 memberikan andil terhadap PDRB Kabupaten sebesar 4,14 persen senilai ,09 juta rupiah rupiah dan mengalami kenaikan sebesar 12,74 persen. Persentase distribusi tertinggi adalah sektor pertanian sebesar 58,91 persen disusul kemudian sektor industri 10,45 persen. Produktivitas penduduk juga mengalami kenaikan terbukti PDRB perkapita yang tumbuh sebesar 12,12 persen, yakni yang semula sebesar Rp ,-. di tahun 2012menjadi Rp ,-di tahun Adhkonstan, tahun 2013 andil PDRB Kecamatan Tunjungan terhadap pembentukan PDRB kabupaten adalah sebesar 4,80 persen atau senilai ,44 juta rupiah dengan pertumbuhan 4,80 persen. Secara sektoral pertumbuhan tertinggi di sektor bangunan sebesar 8,39 Tinjauan PDRB Kab. Blora

140 BAB IV ULASAN SINGKAT persen, dan pertumbuhan terkecil adalah sektor pertanian yang tumbuh sebesar 3,42 persen. Sedangkan PDRB perkapita memperlihatkan kenaikansebesar 4,28persen, yaitu dari yang semula ditahun 2012 sebesar Rp ,-menjadi sebesar Rp ,- pada tahun Kecamatan Japah PDRB adhberlaku Kecamatan Japah tahun 2013 tercatat sebesar ,45 juta rupiah, dan tumbuh sebesar 11,11 persen.dengan PDRB perkapita adhberlaku tercatat sebesar rupiah lebih tinggi dari tahun sebelumnya atau tumbuh sebesar10,56 persen dimana PDRB perkapita adhberlaku tahun 2012 yang tercatat sebesar rupiah. Untuk sumbangan terhadap PDRBnya, persentase distribusi tertinggi adalah sektor pertanian sebesar 72,55 persen disusul kemudian sektor keuangan, persewaan sebesar 6,64 persen. Dan terendah adalah sektor pertambangan, penggalian sebesar 0,08 persen. Adh konstan, pertumbuhan PDRBKecamatan Japah tahun 2013 tercatat mencapai 3,48 persen, dengan pertumbuhan tertinggi ada di sektor pertambangan penggalian yang tumbuh sebesar 7,47 persen. Dengan nilai sebesar ,74 juta rupiah, kontribusi terhadap PDRB kabupaten adalah sebesar 3,07 persen. Sesuai dengan distribusi jika pertumbuhan ekonomi dijadikan prioritas pembangunan maka sektor pertanian haruslah dipertahankan jangan sampai mengalami penurunan produksi, karena kontribusi sektor pertanian menempati urutan pertama dalam pembentukan PDRB adhkonstan yakni mencapai 72,63 persen, diikuti oleh sektor keuangan, persewaan sebesar 6,54 persen. 108 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

141 14. Kecamatan Ngawen BAB IV ULASAN SINGKAT PDRB adh berlaku Kecamatan Ngawen mampu memberikan sumbangan sebesar 7,41 persen terhadap PDRB Kabupaten, atau senilai ,70 juta rupiah. Pertumbuhan PDRBnya pada tahun 2013 mencapai 13,04 persen, dengan PDRB perkapita mencapai Rp ,-. Persentase distribusi tertinggi adalah dari sektor pertanian yang mencapai sebesar 49,94 persen disusul kemudian dari sektor perdagangan sebesar 23,05 persen. Memperhatikan masih tingginya persentase distribusi sektor pertanian maka pengelolaan SDA dan SDM yang mengarah pada peningkatan produktivitas sektor pertanian mutlak diperlukan karena apabila salah pengelolaan maka akan semakin menambah beban kehidupan bagi warganya. Menurut harga konstan, pertumbuhan PDRB Kecamatan Ngawen di tahun 2013 mencapai angka5,33 persen atau senilai ,60 juta rupiah dan PDRB perkapita mencapai Rp ,-. Pertumbuhan tertinggi secara sektoral adalah dari sektor bangunan yang mencapai sebesar 8,11 persen. Sedangkan yang terkecil adalah sektor pertanian yang tercatat hanya sebesar 3,33 persen. 15. Kecamatan Kunduran Andil PDRB Kecamatan Kunduran adh berlaku tahun 2013terhadap PDRB Kabupaten sebesar 7,94 persen. Dengan nilai sebesar ,77 juta rupiah. Besarnya andil sektoral sebesar 66,50 persen merupakan dukungan dari sektor pertanian, disusul kemudian dari sektor perdagangan sebesar 8,29 persen dan sektor industri pengolahan sebesar 8,06 persen. Secara agregat pertumbuhan PDRB Kecamatan Kunduran adh berlaku mencapai 12,42 persen. Tinjauan PDRB Kab. Blora

142 BAB IV ULASAN SINGKAT Menurut harga konstan pertumbuhan PDRB kecamatan Kunduran tahun 2013tercatat sebesar 4,59 persen. Pertumbuhan sektor terkecil adalah sektor pertanian yang tercatatsebesar 3,41 persen dan pertumbuhan tertinggi adalah sektor bangunan sebesar 8,01 persen. Persentase distribusi adhkonstantertinggi adalah sektor pertanian sebesar 64,50 persen, disusul sektor industri pengolahan sebesar 11,35 persen dan terendah adalah pertambangan-penggalian sebesar 0,07 persen. Jika memperhatikan kondisi wilayah di Kecamatan Kunduran maka terdapat peluang pada sektor pertanian untuk pengembangan hortikultura, hutan rakyat, peternakan dan perikanan. 16. Kecamatan Todanan Seperti kecamatan-kecamatan lainnya di Kabupaten Blora, kegiatan perekonomian Kecamatan Todanan masih mengandalkan sektor pertanian, sehingga pertumbuhan perekonomian sangat dipengaruhi oleh produktivitas pada sektor tersebut. Pada tahun 2013PDRB Kecamatan Todanan adh berlaku mampu memberikan andil terhadap total PDRB Kabupaten sebesar 4,70 persenatau senilai ,05 juta rupiah, denganpertumbuhan PDRB adalah sebesar 11,80 persen.pada tahun yang sama PDRB perkapita Kecamatan Tondanansebesar Rp ,-. Persentase distribusi tertinggi adalah sektor pertanian sebesar 68,24 persen, kemudian disusul sektor keuangan 9,75 persen dan sektor perdagangan sebesar 7,37 persen. PDRB Kecamatan Todanan tahun 2013 berdasarkan harga konstan adalah ,57 juta rupiah dan memberikan andil terhadap PDRB kabupaten sebesar 5,14 persen, sedangkan pertumbuhan PDRB tercatat sebesar 4,37 persen.pdrb perkapita pada tahun 2013 sebesar Rp ,-. Persentase distribusi tertinggi adalah sektor pertanian 110 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

143 BAB IV ULASAN SINGKAT yang mencapai 68,10 persen dan terkecil berada di sektor pertambangan-penggalian 0,09 persen. Tinjauan PDRB Kab. Blora

144 BAB IV ULASAN SINGKAT 112 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

145 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Besaran PDRB menurut harga berlaku di Kabupaten Blora pada tahun 2013, tercatat sebesar ,26juta rupiah atau terjadi pertumbuhan sebesar 12,47 persen dibanding tahun sebelumnya. Sektor perdagangan hotel dan restoranmemiliki pertumbuhan tertinggi yang tercatat sebesar15,50 persen, kemudian disusul oleh sektor angkutan dan komunikasi yang mengalami pertumbuhan sebesar 14,53 persen dan sektor jasa-jasa yangmengalami pertumbuhan sebesar 13,14 persen. Selanjutnya pertumbuhan terendah terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yakni sebesar 9,51 persen. Atas dasar harga konstan, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Blora tahun 2013tercatat sebesar 5,00 persen, atau senilai ,81 juta rupiah. Sektor bangunan memiliki pertumbuhan tertinggiyakni sebesar7,95 persen, kemudian disusul oleh sektor perdagangan hotel dan restoran yang mengalami pertumbuhan sebesar 7,93 persen dan sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh sebesar 7,52 persen. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada sektor pertanian yang tumbuh sebesar 3,10 persen. Atas dasar harga berlaku, pada tahun 2012 sumbangan terbesar untuk PDRB masih dari sektor pertanian yang tercatat sebesar 49,19 persen, disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tercatat sebesar16,45 persen dan diikuti oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang memberikan andil sebesar Tinjauan PDRB Kab. Blora

146 BAB V PENUTUP 8,59persenserta sektor jasa-jasa sebesar 8,52 persen. Sedangkan sumbangan terkecil adalah dari sektor listrik, gas dan air bersih yakni sebesar 0,99 persen. Atas dasar harga konstan, andil terbesar pada PDRB tahun 2013masih dari sektor pertanian, tercatat sebesar 51,33 persen. Sumbangan terbesar kedua adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memberikan andil sebesar 15,64 persen, disusul sektor jasa-jasa yang memberikan sumbangan sebesar 8,12 persen. Andil terkecil diberikan oleh sektor listrik, gas dan air bersih yang hanya memberikan sumbangan sebesar 0,54 persen. Inflasi PDRB tahun 2013tercatat sebesar 7,11persen, lebih tinggidibandingkan inflasi tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,91 persen, bahkan merupakan inflasi tertinggi selama lima tahun terakhir. Hal ini menggambarkan kenaikan harga barang dan jasa yang cukup tinggi terjadi di tahun Kemudian pada tahun 2013, nilai Indeks Williamson meningkat menjadi 0,3047lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,2805, artinya tingkat kemajuan antar kecamatan di Kabupaten Blora mulai timpang.disatu sisi ada kecamatan yang begitu dinamis dalam gerak perekonomiannya, tetapi disisi lain ada kecamatan yang bergerak lambat karena keterbatasan sumber daya. Nilai indeks gini pada tahun 2013tercatat sebesar 0,41 perlu mendapatkan perhatian karena sudah lebih dari 0,3 dan mengalami peningkatan yang cukup berarti dibanding nilai indeks gini pada tahun 2012 yang tercatat sebesar 0, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

147 BAB V PENUTUP Pertumbuhan PDRB adh berlaku tertinggi tercatat di Kecamatan Blora yang tercatat sebesar 13,45 persen, disusul Kecamatan Jepon sebesar 13,15 persen dan terendah di Kecamatan Jatiyang mengalami pertumbuhan sebesar 10,89 persen. Pertumbuhan PDRB adh konstan tertinggi tercatat di Kecamatan Cepu yang tercatat sebesar 6,56 persen, disusul Kecamatan Blora sebesar 6,05 persen dan terendah di Kecamatan Kradenanyang mengalami pertumbuhan sebesar 3,39 persen. Dari nilai persentase distribusi adh berlaku diketahui Kecamatan Cepu dan Kecamatan Blora memberikan sumbangan terbesar masingmasing sebesar 16,98persen dan 16,43 persen. Sedangkan nilai persentase distribusi adh konstan diketahuitertinggi adalah Kecamatan Bloradiikuti Kecamatan Cepu yang memberikan sumbangan masing-masing sebesar 15,56 persen dan 13,77 persen. PDRB perkapita adh berlaku posisi yang paling tinggi ada di Kecamatan Cepu yang tercatat sebesar Rp ,- diikuti Kecamatan Blora sebesar Rp ,- dan terendah di Kecamatan Banjarejo sebesar Rp ,-. B. Saran Dari uraian diatas tampak bahwa Kabupaten Blora mempunyai potensi ekonomi yang besar untuk dapat dikembangkanterutama dalam peningkatan taraf hidup masyarakat serta kemajuan ekonomi untuk menuju kepada masyarakat yang lebih sejahtera. Dan diera keterbukaan dewasa ini, ke depan Kabupaten Blora harus mampu bersaing baik di tingkat lokal, regional maupun nasional. Untuk mencapai semua itu perlu langkah-langkah strategis dan terencana dengan baik, antara lain: Tinjauan PDRB Kab. Blora

148 BAB V PENUTUP 1. Sektor pertanian sebagai sektor yang dominan perlu mendapatkan perhatian yang serius. Kendala utama didalam pengelolaan pertanian, seperti keterbatasan air, benih dan pupuk semaksimal mungkin harus bisa diatasi. Ketersediaan air dapat diatasi melalui pemeliharaan irigasi, pembuatan embung, maupun eksplorasi sumber-sumber mata air baru.disisi lain pemerintahan harus mampu menjaga ketersediaan bibit, pupuk dan obat-obatan. Upaya berikutnya adalah penanggulangan OPT seperti wereng, tikus dan hama pengganggu lainnyadengan lebih cepat dan dini sehingga tidak meluas. 2. Perbaikan sarana prasarana seperti jalan yang representatif, bisa menjadi multiplier effectbagi perbaikan ekonomi di Blora. 3. Sektor industri perlu lebih diintensifkan melalui pengembanganpengembangan industri baru yang padat modal dan padat tenaga kerja. Pembinaan dan pengembangan kewirausahaanperlu diberikan kepada masyarakat untuk menumbuh kembangkan industri kecil dan rumah tangga. 4. Perbaikan citra clean governance Kabupaten Blora perlu lebih ditingkatkan dan pemberian insentif yang menarik agar investor lebih tertarik untuk berinvestasi. Serta perlunya kesadaran dan sikap terbuka seluruh elemen masyarakat akan pentingnya investor luar bagi pembangunan di Blora. 5. Perlu perubahan dalam orientasi pembangunan sehingga ketimpangan pendapatan tidak akan semakin lebar. 116 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

149

150

151 TABEL POKOK Tabel 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BLORA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN (JUTAAN RUPIAH) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN 2,036, ,258, ,431, ,639, ,939, a. Tanaman Bahan Makanan 1,233, ,389, ,474, ,636, ,813, b. Tanaman Perkebunan 180, , , , , c. Peternakan 87, , , , , d. Kehutanan 531, , , , , e. Perikanan 3, , , , , PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 168, , , , , a. Pertambangan Migas 160, , , , , b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 7, , , , , INDUSTRI PENGOLAHAN 230, , , , , a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 230, , , , , Makanan, Minuman dan Tembakau 91, , , , , Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 4, , , , , Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 90, , , , , Kertas dan Barang Cetakan 2, , , , , Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 8, , , , , Semen & Brg. Galian bukan logam 23, , , , , Logam Dasar Besi & Baja 8, , , , , Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 38, , , , , a Listrik 36, , , , , b. Gas c. Air Bersih 2, , , , , BANGUNAN 125, , , , , PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 609, , , , , a. Perdagangan 525, , , , , b. Hotel 3, , , , , c. Restoran 80, , , , , Tinjauan PDRB Kab. Blora

152 TABEL POKOK Tabel 1 (lanjutan) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 7. ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 129, , , , , a. Angkutan 104, , , , , Angkutan Rel 2, , , , , Angkutan Jalan Raya 102, , , , , Angkutan Sungai dan Danau Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 24, , , , , Pos Dan Giro 1, , , , , Telekomunikasi & Jasa Telekomunikasi 22, , , , , KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 336, , , , , a. Bank 61, , , , , b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 9, , , , , c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan 250, , , , , e. Jasa Perusahaan 13, , , , , JASA-JASA 319, , , , , a. Pemerintahan Umum 231, , , , , b. Swasta 87, , , , , Jasa Sosial Kemasyarakatan 49, , , , , Jasa Hiburan Dan Kebudayaan 3, , , , , Jasa Perorangan Dan Rumah Tangga 34, , , , , PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 3,993, ,472, ,868, ,313, ,976, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

153 TABEL POKOK Tabel 2. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BLORA ATAS DASAR HARGA KONSTAN (2000) TAHUN (JUTAAN RUPIAH) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN 1,122, ,179, ,187, ,230, ,269, a. Tanaman Bahan Makanan 674, , , , , b. Tanaman Perkebunan 110, , , , , c. Peternakan 50, , , , , d. Kehutanan 284, , , , , e. Perikanan 2, , , , , PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 71, , , , , a. Pertambangan Migas 67, , , , , b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 4, , , , , INDUSTRI PENGOLAHAN 131, , , , , a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 131, , , , , Makanan, Minuman dan Tembakau 52, , , , , Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 2, , , , , Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 53, , , , , Kertas dan Barang Cetakan 1, , , , , Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 4, , , , , Semen & Brg. Galian bukan logam 13, , , , , Logam Dasar Besi & Baja 4, , , , , Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 10, , , , , a Listrik 9, , , , , b. Gas c. Air Bersih , , , , BANGUNAN 69, , , , , PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 302, , , , , a. Perdagangan 258, , , , , b. Hotel 1, , , , , c. Restoran 42, , , , , Tinjauan PDRB Kab. Blora

154 TABEL POKOK Tabel 2 (lanjutan) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 7. ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 62, , , , , a. Angkutan 49, , , , , Angkutan Rel , , Angkutan Jalan Raya 48, , , , , Angkutan Sungai dan Danau Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 12, , , , , Pos Dan Giro 1, , , , , Telekomunikasi & Jasa Telekomunikasi 10, , , , , KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 151, , , , , a. Bank 23, , , , , b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 4, , , , , c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan 116, , , , , e. Jasa Perusahaan 6, , , , , JASA-JASA 155, , , , , a. Pemerintahan Umum 104, , , , , b. Swasta 51, , , , , Jasa Sosial Kemasyarakatan 26, , , , , Jasa Hiburan Dan Kebudayaan 2, , , , , Jasa Perorangan Dan Rumah Tangga 22, , , , , PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 2,078, ,182, ,241, ,354, ,472, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

155 TABEL POKOK Tabel 3. DISTRIBUSI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BLORA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN ( % ) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Pertambangan Migas b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet Semen & Brg. Galian bukan logam Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a Listrik b. Gas c. Air Bersih BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan b. Hotel c. Restoran Tinjauan PDRB Kab. Blora

156 TABEL POKOK Tabel 3 (lanjutan) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 7. ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Angkutan Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya Angkutan Sungai dan Danau Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi Pos Dan Giro Telekomunikasi & Jasa Telekomunikasi KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan Dan Kebudayaan Jasa Perorangan Dan Rumah Tangga PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

157 TABEL POKOK Tabel 4. DISTRIBUSI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BLORA ATAS DASAR HARGA KONSTAN (2000) TAHUN (%) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Pertambangan Migas b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet Semen & Brg. Galian bukan logam Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a Listrik b. Gas c. Air Bersih BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan b. Hotel c. Restoran Tinjauan PDRB Kab. Blora

158 TABEL POKOK Tabel 4 (lanjutan) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 7. ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Angkutan Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya Angkutan Sungai dan Danau Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi Pos Dan Giro Telekomunikasi & Jasa Telekomunikasi KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan Dan Kebudayaan Jasa Perorangan Dan Rumah Tangga PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

159 TABEL POKOK Tabel 5. INDEKS BERANTAI PDRB KABUPATEN BLORA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN ( Tahun sebelumnya = 100,00 ) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Pertambangan Migas b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet Semen & Brg. Galian bukan logam Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a Listrik b. Gas c. Air Bersih BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan b. Hotel c. Restoran Tinjauan PDRB Kab. Blora

160 TABEL POKOK Tabel 5 (lanjutan) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 7. ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Angkutan Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya Angkutan Sungai dan Danau Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi Pos Dan Giro Telekomunikasi & Jasa Telekomunikasi KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan Dan Kebudayaan Jasa Perorangan Dan Rumah Tangga PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

161 TABEL POKOK Tabel 6. INDEKS BERANTAI PDRB KABUPATEN BLORA ATAS DASAR HARGA KONSTAN (2000) TAHUN ( Tahun sebelumnya = 100,00 ) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Pertambangan Migas b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet Semen & Brg. Galian bukan logam Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a Listrik b. Gas c. Air Bersih BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan b. Hotel c. Restoran Tinjauan PDRB Kab. Blora

162 TABEL POKOK Tabel 6 (lanjutan) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 7. ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Angkutan Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya Angkutan Sungai dan Danau Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi Pos Dan Giro Telekomunikasi & Jasa Telekomunikasi KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan Dan Kebudayaan Jasa Perorangan Dan Rumah Tangga PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

163 TABEL POKOK Tabel 7. INDEKS PERKEMBANGAN PDRB KABUPATEN BLORA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Pertambangan Migas b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet Semen & Brg. Galian bukan logam Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a Listrik b. Gas c. Air Bersih BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan b. Hotel c. Restoran Tinjauan PDRB Kab. Blora

164 TABEL POKOK Tabel 7 (lanjutan) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 7. ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Angkutan Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya Angkutan Sungai dan Danau Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi Pos Dan Giro Telekomunikasi & Jasa Telekomunikasi KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan Dan Kebudayaan Jasa Perorangan Dan Rumah Tangga PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

165 TABEL POKOK Tabel 8. INDEKS PERKEMBANGAN PDRB KABUPATEN BLORA ATAS DASAR HARGA KONSTAN (2000) TAHUN (TAHUN 2000 = 100) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Pertambangan Migas b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet Semen & Brg. Galian bukan logam Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a Listrik b. Gas c. Air Bersih BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan b. Hotel c. Restoran Tinjauan PDRB Kab. Blora

166 TABEL POKOK Tabel 8 (lanjutan) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 7. ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Angkutan Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya Angkutan Sungai dan Danau Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi Pos Dan Giro Telekomunikasi & Jasa Telekomunikasi KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan Dan Kebudayaan Jasa Perorangan Dan Rumah Tangga PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

167 TABEL POKOK Tabel 9. LAJU PERTUMBUHAN PDRB KABUPATEN BLORA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN ( % ) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Pertambangan Migas b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet Semen & Brg. Galian bukan logam Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a Listrik b. Gas c. Air Bersih BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan b. Hotel c. Restoran Tinjauan PDRB Kab. Blora

168 TABEL POKOK Tabel 9 (lanjutan) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 7. ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Angkutan Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya Angkutan Sungai dan Danau Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi Pos Dan Giro Telekomunikasi & Jasa Telekomunikasi KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan Dan Kebudayaan Jasa Perorangan Dan Rumah Tangga PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

169 TABEL POKOK Tabel 10. LAJU PERTUMBUHAN PDRB KABUPATEN BLORA ATAS DASAR HARGA KONSTAN (2000) TAHUN ( % ) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Pertambangan Migas b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet Semen & Brg. Galian bukan logam Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a Listrik b. Gas c. Air Bersih BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan b. Hotel c. Restoran Tinjauan PDRB Kab. Blora

170 TABEL POKOK Tabel 10 (lanjutan) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 7. ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Angkutan Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya Angkutan Sungai dan Danau Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi Pos Dan Giro Telekomunikasi & Jasa Telekomunikasi KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan Dan Kebudayaan Jasa Perorangan Dan Rumah Tangga PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

171 TABEL POKOK Tabel 11. INDEKS IMPLISIT PDRB KABUPATEN BLORA TAHUN ( % ) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Pertambangan Migas b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet Semen & Brg. Galian bukan logam Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a Listrik b. Gas c. Air Bersih BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan b. Hotel c. Restoran Tinjauan PDRB Kab. Blora

172 TABEL POKOK Tabel 11 (lanjutan) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 7. ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Angkutan Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya Angkutan Sungai dan Danau Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi Pos Dan Giro Telekomunikasi & Jasa Telekomunikasi KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan Dan Kebudayaan Jasa Perorangan Dan Rumah Tangga PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

173 TABEL POKOK Tabel 12. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PER KAPITA KABUPATEN BLORA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB KABUPATEN BLORA (Juta Rupiah) 3,993, ,472, ,868, ,313, ,976, PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN (Jiwa) 826, , , , ,405 PDRB PER KAPITA (Rupiah) 4,829,453 5,381,019 5,825,393 6,324,536 7,077,772 Tabel 13. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PER KAPITA KABUPATEN BLORA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB KABUPATEN BLORA (Juta Rupiah) 2,078, ,182, ,241, ,354, ,472, PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN (Jiwa) 826, , , , ,405 PDRB PER KAPITA (Rupiah) 2,512,818 2,626,321 2,682,031 2,802,206 2,927,718 Tinjauan PDRB Kab. Blora

174 TABEL POKOK Tabel 14. INFLASI PDRB KABUPATEN BLORA TAHUN ( % ) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Pertambangan Migas b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet Semen & Brg. Galian bukan logam Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a Listrik b. Gas c. Air Bersih BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan b. Hotel c. Restoran Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

175 TABEL POKOK Tabel 12 (lanjutan) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 7. ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Angkutan Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya Angkutan Sungai dan Danau Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi Pos Dan Giro Telekomunikasi & Jasa Telekomunikasi KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan Dan Kebudayaan Jasa Perorangan Dan Rumah Tangga PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Tinjauan PDRB Kab. Blora

176 TABEL POKOK 144 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

177

178

179 LAMPIRAN I Tabel : 15 Pendapatan Regional Per Kapita Kabupaten Blora Tahun Rincian (1) (2) (3) (4) (5) (6) A. Harga Berlaku 1. PDRB Kabupaten Blora , , , , ,26 (Juta Rupiah) 2. Penyusutan , , , , ,63 (Juta Rupiah) 3. PDRN Kabupaten Blora , , , , ,63 (Juta Rupiah) 4. Pajak Tak Langsung , , , , ,99 (Juta Rupiah) 5. Pendapatan Regional , , , , ,64 (Juta Rupiah) 6. Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) 7. PDRB Per Kapita , , , , ,22 (Rupiah) 8. Pendapatan Regional Per Kapita , , , , ,68 (Rupiah) B. Harga Konstan PDRB Kabupaten Blora , , , , ,81 (Juta Rupiah) 2. Penyusutan , , , , ,15 (Juta Rupiah) 3. PDRN Kabupaten Blora , , , , ,66 (Juta Rupiah) 4. Pajak Tak Langsung , , , , ,89 (Juta Rupiah) 5. Pendapatan Regional , , , , ,76 (Juta Rupiah) 6. Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) 7. PDRB Per Kapita , , , , ,10 (Rupiah) 8. Pendapatan Regional Per Kapita , , , , ,43 (Rupiah) Tinjauan PDRB Kab. Blora

180 LAMPIRAN I Tabel : 16 Indeks Perkembangan Pendapatan Regional Per Kapita Kabupaten Blora Tahun (Tahun 2000 = 100,00) Rincian (1) (2) (3) (4) (5) (6) A. Harga Berlaku 1. PDRB Kabupaten Blora 269,85 302,18 328,98 358,55 403,81 2. Penyusutan 296,92 332,49 361,98 394,51 444,32 3. PDRN Kabupaten Blora 267,66 299,72 326,31 355,63 400,53 4. Pajak Tak Langsung 238,28 266,83 290,50 316,61 356,58 5. Pendapatan Regional 270,06 302,41 329,23 358,82 404,12 6. Penduduk Pertengahan Tahun 103,22 100,61 100,83 102,56 102,39 7. PDRB Per Kapita 261,42 300,34 326,28 349,60 394,38 8. Pendapatan Regional Per Kapita 261,63 300,58 326,53 349,87 394,69 B. Harga Konstan PDRB Kabupaten Blora 140,41 147,48 151,46 159,06 167,04 2. Penyusutan 145,10 152,42 156,53 164,38 172,62 3. PDRN Kabupaten Blora 140,03 147,09 151,05 158,63 166,58 4. Pajak Tak Langsung 134,32 141,10 144,90 152,17 159,80 5. Pendapatan Regional 140,49 147,57 151,56 159,16 167,14 6. Penduduk Pertengahan Tahun 100,61 100,83 100,83 102,56 102,39 7. PDRB Per Kapita 139,55 146,27 150,22 155,09 163,14 8. Pendapatan Regional Per Kapita 139,64 146,36 150,31 155,19 163, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

181 LAMPIRAN I Tabel : 17 Indeks Berantai Pendapatan Regional Per Kapita Kabupaten Blora Tahun (Tahun sebelumnya = 100,00) Rincian (1) (2) (3) (4) (5) (6) A. Harga Berlaku 1. PDRB Kabupaten Blora 109,82 111,98 108,87 108,99 112,63 2. Penyusutan 109,82 111,98 108,87 108,99 112,63 3. PDRN Kabupaten Blora 109,82 111,98 108,87 108,99 112,63 4. Pajak Tak Langsung 109,82 111,98 108,87 108,99 112,63 5. Pendapatan Regional 109,82 111,98 108,87 108,99 112,63 6. Penduduk Pertengahan Tahun 100,32 97,47 100,22 101,72 99,84 7. PDRB Per Kapita 109,47 114,89 108,63 107,15 112,81 8. Pendapatan Regional Per Kapita 109,47 114,89 108,63 107,15 112,81 B. Harga Konstan PDRB Kabupaten Blora 104,97 105,04 102,70 105,02 105,01 2. Penyusutan 104,97 105,04 102,70 105,02 105,01 3. PDRN Kabupaten Blora 104,97 105,04 102,70 105,02 105,01 4. Pajak Tak Langsung 104,97 105,04 102,70 105,02 105,01 5. Pendapatan Regional 104,97 105,04 102,70 105,02 105,01 6. Penduduk Pertengahan Tahun 97,47 100,22 100,00 101,72 99,84 7. PDRB Per Kapita 107,70 104,82 102,70 103,24 105,19 8. Pendapatan Regional Per Kapita 107,70 104,82 102,70 103,24 105,19 Tinjauan PDRB Kab. Blora

182 LAMPIRAN I Tabel : 18 Laju Pertumbuhan Pendapatan Regional Per Kapita Kabupaten Blora Tahun (Persen) Rincian (1) (2) (3) (4) (5) (6) A. Harga Berlaku 1. PDRB Kabupaten Blora 9,82 11,98 8,87 8,99 12,63 2. Penyusutan 9,82 11,98 8,87 8,99 12,63 3. PDRN Kabupaten Blora 9,82 11,98 8,87 8,99 12,63 4. Pajak Tak Langsung 9,82 11,98 8,87 8,99 12,63 5. Pendapatan Regional 9,82 11,98 8,87 8,99 12,63 6. Penduduk Pertengahan Tahun 0,32-2,53 0,22 1,72-0,16 7. PDRB Per Kapita 9,47 14,89 8,63 7,15 12,81 8. Pendapatan Regional Per Kapita 9,47 14,89 8,63 7,15 12,81 B. Harga Konstan PDRB Kabupaten Blora 4,97 5,04 2,70 5,02 5,01 2. Penyusutan 4,97 5,04 2,70 5,02 5,01 3. PDRN Kabupaten Blora 4,97 5,04 2,70 5,02 5,01 4. Pajak Tak Langsung 4,97 5,04 2,70 5,02 5,01 5. Pendapatan Regional 4,97 5,04 2,70 5,02 5,01 6. Penduduk Pertengahan Tahun -2,53 0,22 0,00 1,72-0,16 7. PDRB Per Kapita 7,70 4,82 2,70 3,24 5,19 8. Pendapatan Regional Per Kapita 7,70 4,82 2,70 3,24 5, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

183 LAMPIRAN I Tabel : 19 PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kelompok Sektor Tahun (Jutaan Rupiah) Rincian (1) (2) (3) (4) (5) (6) A. Harga Berlaku 1. Sektor Primer , , , , ,36 2. Sektor Sekunder , , , , ,90 3. Sektor Tersier , , , , ,99 Total PDRB , , , , ,26 B. Harga Konstan Sektor Primer , , , , ,03 2. Sektor Sekunder , , , , ,84 3. Sektor Tersier , , , , ,93 Total PDRB , , , , ,81 Tinjauan PDRB Kab. Blora

184 LAMPIRAN I Tabel : 20 Distribusi Prosentase PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kelompok Sektor Tahun (Persen) Rincian (1) (2) (3) (4) (5) (6) A. Harga Berlaku 1. Sektor Primer 55,20 54,87 54,81 54,11 53,50 2. Sektor Sekunder 9,88 9,75 9,45 9,71 9,76 3. Sektor Tersier 34,91 35,37 35,74 36,18 36,75 Total PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 B. Harga Konstan Sektor Primer 57,47 57,35 56,41 55,73 54,87 2. Sektor Sekunder 10,21 10,17 10,14 10,46 10,63 3. Sektor Tersier 32,32 32,48 33,45 33,81 34,50 Total PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

185 LAMPIRAN I Tabel : 21 Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kelompok Sektor Tahun (Tahun 2000 = 100,00) Rincian (1) (2) (3) (4) (5) (6) A. Harga Berlaku 1. Sektor Primer 255,84 284,77 309,68 333,63 371,01 2. Sektor Sekunder 265,18 293,05 309,08 346,64 391,76 3. Sektor Tersier 297,04 337,03 370,73 409,63 467,85 Total PDRB 269,85 302,18 328,98 359,04 403,81 B. Harga Konstan Sektor Primer 138,59 145,27 146,73 152,25 157,39 2. Sektor Sekunder 142,53 149,09 152,78 165,42 176,58 3. Sektor Tersier 143,07 151,04 159,73 169,60 181,71 Total PDRB 140,41 147,48 151,46 159,08 167,04 Tinjauan PDRB Kab. Blora

186 LAMPIRAN I Tabel : 22 Indeks Berantai PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kelompok Sektor Tahun (Tahun sebelumnya = 100,00) Rincian (1) (3) (4) (5) (6) A. Harga Berlaku 1. Sektor Primer 108,27 111,31 108,75 107,74 111,20 2. Sektor Sekunder 108,92 110,51 105,47 112,15 113,02 3. Sektor Tersier 112,62 113,46 110,00 110,49 114,21 Total PDRB 109,82 111,98 108,87 109,14 112,47 B. Harga Konstan Sektor Primer 104,69 104,82 101,01 103,76 103,38 2. Sektor Sekunder 104,55 104,60 102,48 108,28 106,75 3. Sektor Tersier 105,61 105,58 105,75 106,18 107,14 Total PDRB 104,97 105,04 102,70 105,03 105, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

187 LAMPIRAN I Tabel : 23 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kelompok Sektor Tahun (Persen) Rincian (1) (2) (3) (4) (5) (6) A. Harga Berlaku 1. Sektor Primer 8,27 11,31 8,75 7,74 11,20 2. Sektor Sekunder 8,92 10,51 5,47 12,15 13,02 3. Sektor Tersier 12,62 13,46 10,00 10,49 14,21 Total PDRB 9,82 11,98 8,87 9,14 12,47 B. Harga Konstan Sektor Primer 4,69 4,82 1,01 3,76 3,38 2. Sektor Sekunder 4,55 4,60 2,48 8,28 6,75 3. Sektor Tersier 5,61 5,58 5,75 6,18 7,14 Total PDRB 4,97 5,04 2,70 5,03 5,00 Tinjauan PDRB Kab. Blora

188 LAMPIRAN I 156 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

189

190

191 LAMPIRAN II Tabel : 1A PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Jutaan rupiah) No. Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Jati , , , , ,15 2 Randublatung , , , , ,28 3 Kradenan , , , , ,86 4 Kedungtuban , , , , ,31 5 Cepu , , , , ,39 6 Sambong , , , , ,00 7 Jiken , , , , ,22 8 Bogorejo , , , , ,63 9 Jepon , , , , ,25 10 Blora , , , , ,20 11 Banjarejo , , , , ,89 12 Tunjungan , , , , ,09 13 Japah , , , , ,45 14 Ngawen , , , , ,70 15 Kunduran , , , , ,77 16 Todanan , , , , ,05 Total , , , , ,24 Tinjauan PDRB Kab. Blora

192 LAMPIRAN II Tabel : 1B PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Jutaan rupiah) No. Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Jati , , , , ,38 2 Randublatung , , , , ,45 3 Kradenan , , , , ,31 4 Kedungtuban , , , , ,16 5 Cepu , , , , ,04 6 Sambong , , , , ,06 7 Jiken , , , , ,80 8 Bogorejo , , , , ,80 9 Jepon , , , , ,35 10 Blora , , , , ,90 11 Banjarejo , , , , ,74 12 Tunjungan , , , , ,44 13 Japah , , , , ,74 14 Ngawen , , , , ,60 15 Kunduran , , , , ,46 16 Todanan , , , , ,57 Total , , , , , Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

193 LAMPIRAN II Tabel : 2A Kontribusi PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Persen) No. Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Jati 4,01 3,99 3,99 3,95 3,90 2 Randublatung 9,09 9,18 9,25 9,14 9,09 3 Kradenan 3,92 3,90 3,71 3,70 3,65 4 Kedungtuban 6,86 6,74 6,75 6,71 6,68 5 Cepu 15,43 16,04 17,21 16,91 16,98 6 Sambong 2,42 2,43 2,26 2,29 2,26 7 Jiken 2,74 2,71 2,54 2,52 2,50 8 Bogorejo 2,05 2,02 1,97 1,99 1,99 9 Jepon 5,60 5,56 5,53 5,51 5,54 10 Blora 15,52 15,58 15,95 16,28 16,43 11 Banjarejo 4,03 3,96 3,72 3,69 3,70 12 Tunjungan 4,37 4,26 4,09 4,14 4,14 13 Japah 3,13 3,10 3,15 3,11 3,07 14 Ngawen 7,25 7,13 7,23 7,38 7,41 15 Kunduran 8,43 8,34 7,91 7,95 7,94 16 Todanan 5,15 5,06 4,74 4,73 4,70 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tinjauan PDRB Kab. Blora

194 LAMPIRAN II Tabel : 2B Kontribusi PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Persen) No. Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Jati 4,17 4,20 4,22 4,15 4,09 2 Randublatung 9,07 9,16 9,32 9,28 9,20 3 Kradenan 4,30 4,34 4,15 4,10 4,04 4 Kedungtuban 6,92 6,91 6,91 6,83 6,80 5 Cepu 13,10 12,94 13,46 13,57 13,77 6 Sambong 2,72 2,73 2,56 2,51 2,49 7 Jiken 2,96 2,99 2,83 2,81 2,79 8 Bogorejo 2,33 2,33 2,28 2,29 2,28 9 Jepon 5,59 5,64 5,70 5,65 5,68 10 Blora 14,52 14,69 15,21 15,40 15,56 11 Banjarejo 4,49 4,45 4,24 4,18 4,18 12 Tunjungan 4,94 4,90 4,76 4,81 4,80 13 Japah 3,43 3,43 3,51 3,52 3,47 14 Ngawen 7,55 7,44 7,66 7,78 7,80 15 Kunduran 8,37 8,35 7,98 7,96 7,93 16 Todanan 5,55 5,51 5,22 5,17 5,14 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

195 LAMPIRAN II Tabel : 3A Indeks Berantai PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Tahun sebelumnya = 100,00) No. Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Jati 108,38 111,41 108,80 108,26 110,89 2 Randublatung 108,17 113,05 109,78 107,85 111,76 3 Kradenan 108,87 111,53 103,65 108,66 111,03 4 Kedungtuban 109,71 110,06 108,92 108,57 112,00 5 Cepu 110,42 116,36 116,82 107,21 112,99 6 Sambong 108,20 112,33 101,55 110,17 111,32 7 Jiken 108,91 110,67 102,13 108,43 111,50 8 Bogorejo 109,23 110,82 105,78 110,46 112,18 9 Jepon 108,98 111,13 108,37 108,69 113,15 10 Blora 112,29 112,40 111,40 111,45 113,45 11 Banjarejo 109,97 110,09 102,19 108,46 112,74 12 Tunjungan 109,74 109,08 104,53 110,45 112,68 13 Japah 109,14 111,05 110,59 107,78 111,11 14 Ngawen 109,94 110,16 110,38 111,28 113,04 15 Kunduran 108,99 110,75 103,21 109,70 112,42 16 Todanan 109,61 110,04 102,11 108,75 111,80 Total 109,82 111,98 108,87 109,14 112,47 Tinjauan PDRB Kab. Blora

196 LAMPIRAN II Tabel : 3B Indeks Berantai PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Tahun sebelumnya = 100,00) No. Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Jati 104,13 105,79 103,19 103,25 103,49 2 Randublatung 103,77 106,12 104,43 104,54 104,20 3 Kradenan 104,38 106,03 98,25 103,75 103,39 4 Kedungtuban 103,94 104,87 102,76 103,71 104,55 5 Cepu 105,18 103,76 106,84 105,88 106,56 6 Sambong 104,01 105,30 96,18 103,34 103,98 7 Jiken 104,56 105,92 97,20 104,47 104,12 8 Bogorejo 104,91 104,71 100,59 105,57 104,50 9 Jepon 104,62 106,06 103,75 104,15 105,48 10 Blora 105,95 106,21 106,35 106,38 106,05 11 Banjarejo 105,32 104,24 97,73 103,63 104,93 12 Tunjungan 105,37 104,14 99,65 106,15 104,80 13 Japah 104,92 105,15 105,12 105,22 103,48 14 Ngawen 105,38 103,61 105,72 106,60 105,33 15 Kunduran 105,51 104,79 98,21 104,76 104,59 16 Todanan 105,43 104,36 97,32 103,95 104,37 Total 104,97 105,04 102,70 105,03 105, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

197 LAMPIRAN II Tabel : 4A Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Tahun 2000 = 100,00) No. Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Jati 232,49 259,01 281,80 305,08 338,31 2 Randublatung 269,42 304,58 334,38 360,64 403,06 3 Kradenan 238,93 266,48 276,22 300,13 333,24 4 Kedungtuban 265,29 291,98 318,02 345,29 386,72 5 Cepu 332,06 386,39 451,40 483,95 546,80 6 Sambong 226,71 254,65 258,61 284,92 317,18 7 Jiken 233,16 258,03 263,53 285,73 318,60 8 Bogorejo 234,82 260,23 275,28 304,07 341,10 9 Jepon 252,82 280,96 304,48 330,96 374,46 10 Blora 317,28 356,64 397,30 442,79 502,34 11 Banjarejo 240,33 264,59 270,39 293,27 330,64 12 Tunjungan 245,40 267,67 279,78 309,01 348,18 13 Japah 235,63 261,67 289,38 311,89 346,54 14 Ngawen 262,47 289,15 319,17 355,17 401,48 15 Kunduran 263,92 292,28 301,68 330,95 372,05 16 Todanan 242,64 267,00 272,63 296,49 331,48 Total 269,85 302,18 328,98 359,04 403,81 Tinjauan PDRB Kab. Blora

198 LAMPIRAN II Tabel : 4B Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Tahun 2000 = 100,00) No. Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Jati 125,77 133,05 137,29 141,75 146,70 2 Randublatung 139,91 148,47 155,05 162,09 168,90 3 Kradenan 136,38 144,61 142,07 147,41 152,40 4 Kedungtuban 139,20 145,98 150,02 155,59 162,67 5 Cepu 146,59 152,11 162,52 172,07 183,37 6 Sambong 132,71 139,74 134,40 138,89 144,41 7 Jiken 131,14 138,90 135,01 141,03 146,84 8 Bogorejo 139,39 145,96 146,82 154,99 161,96 9 Jepon 131,16 139,11 144,33 150,32 158,56 10 Blora 154,45 164,04 174,46 185,59 196,82 11 Banjarejo 139,28 145,18 141,89 147,04 154,28 12 Tunjungan 144,39 150,37 149,84 159,05 166,68 13 Japah 134,47 141,39 148,63 156,39 161,83 14 Ngawen 142,11 147,24 155,67 165,94 174,79 15 Kunduran 136,26 142,79 140,24 146,91 153,66 16 Todanan 136,07 142,01 138,21 143,67 149,95 Total 140,41 147,48 151,46 159,08 167, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

199 LAMPIRAN II Tabel : 5A Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Persen) No. Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Jati 8,38 11,41 8,80 8,26 10,89 2 Randublatung 8,17 13,05 9,78 7,85 11,76 3 Kradenan 8,87 11,53 3,65 8,66 11,03 4 Kedungtuban 9,71 10,06 8,92 8,57 12,00 5 Cepu 10,42 16,36 16,82 7,21 12,99 6 Sambong 8,20 12,33 1,55 10,17 11,32 7 Jiken 8,91 10,67 2,13 8,43 11,50 8 Bogorejo 9,23 10,82 5,78 10,46 12,18 9 Jepon 8,98 11,13 8,37 8,69 13,15 10 Blora 12,29 12,40 11,40 11,45 13,45 11 Banjarejo 9,97 10,09 2,19 8,46 12,74 12 Tunjungan 9,74 9,08 4,53 10,45 12,68 13 Japah 9,14 11,05 10,59 7,78 11,11 14 Ngawen 9,94 10,16 10,38 11,28 13,04 15 Kunduran 8,99 10,75 3,21 9,70 12,42 16 Todanan 9,61 10,04 2,11 8,75 11,80 Total 9,82 11,98 8,87 9,14 12,47 Tinjauan PDRB Kab. Blora

200 LAMPIRAN II Tabel : 5B Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Persen) No. Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Jati 4,13 5,79 3,19 3,25 3,49 2 Randublatung 3,77 6,12 4,43 4,54 4,20 3 Kradenan 4,38 6,03-1,75 3,75 3,39 4 Kedungtuban 3,94 4,87 2,76 3,71 4,55 5 Cepu 5,18 3,76 6,84 5,88 6,56 6 Sambong 4,01 5,30-3,82 3,34 3,98 7 Jiken 4,56 5,92-2,80 4,47 4,12 8 Bogorejo 4,91 4,71 0,59 5,57 4,50 9 Jepon 4,62 6,06 3,75 4,15 5,48 10 Blora 5,95 6,21 6,35 6,38 6,05 11 Banjarejo 5,32 4,24-2,27 3,63 4,93 12 Tunjungan 5,37 4,14-0,35 6,15 4,80 13 Japah 4,92 5,15 5,12 5,22 3,48 14 Ngawen 5,38 3,61 5,72 6,60 5,33 15 Kunduran 5,51 4,79-1,79 4,76 4,59 16 Todanan 5,43 4,36-2,68 3,95 4,37 Total 4,97 5,04 2,70 5,03 5, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

201 LAMPIRAN II Tabel : 6 Indeks Implisit PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Tahun (Persen) No. Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Jati 184,86 194,68 205,26 215,22 230,61 2 Randublatung 192,56 205,15 215,65 222,49 238,64 3 Kradenan 175,19 184,28 194,42 203,61 218,66 4 Kedungtuban 190,57 200,01 211,99 221,93 237,73 5 Cepu 226,52 254,02 277,75 281,25 298,20 6 Sambong 170,82 182,23 192,41 205,14 219,63 7 Jiken 177,79 185,76 195,19 202,60 216,97 8 Bogorejo 168,47 178,29 187,49 196,18 210,60 9 Jepon 192,76 201,97 210,96 220,17 236,16 10 Blora 205,43 217,40 227,73 238,58 255,22 11 Banjarejo 172,55 182,24 190,56 199,45 214,31 12 Tunjungan 169,95 178,00 186,72 194,28 208,90 13 Japah 175,24 185,07 194,70 199,43 214,14 14 Ngawen 184,70 196,38 205,03 214,04 229,70 15 Kunduran 193,70 204,70 215,12 225,27 242,13 16 Todanan 178,32 188,02 197,26 206,37 221,06 Total 192,19 204,89 217,20 225,70 241,75 Tinjauan PDRB Kab. Blora

202 LAMPIRAN II Tabel : 7 Inflasi PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Tahun (Persen) No. Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Jati 4,08 5,31 5,43 4,86 7,15 2 Randublatung 4,24 6,53 5,12 3,17 7,26 3 Kradenan 4,30 5,19 5,50 4,73 7,39 4 Kedungtuban 5,56 4,95 5,99 4,69 7,12 5 Cepu 4,98 12,14 9,34 1,26 6,03 6 Sambong 4,03 6,68 5,59 6,61 7,06 7 Jiken 4,16 4,48 5,08 3,79 7,09 8 Bogorejo 4,12 5,83 5,16 4,64 7,35 9 Jepon 4,17 4,78 4,45 4,37 7,27 10 Blora 5,99 5,83 4,75 4,77 6,97 11 Banjarejo 4,42 5,62 4,57 4,66 7,45 12 Tunjungan 4,15 4,74 4,90 4,05 7,52 13 Japah 4,02 5,61 5,20 2,43 7,38 14 Ngawen 4,33 6,32 4,41 4,40 7,32 15 Kunduran 3,31 5,68 5,09 4,71 7,48 16 Todanan 3,96 5,44 4,91 4,62 7,12 Total 4,62 6,61 6,01 3,91 7, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

203 LAMPIRAN II Tabel : 8 Banyaknya Penduduk Pertengahan Tahun Di Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Tahun (Jiwa) No. Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Jati Randublatung Kradenan Kedungtuban Cepu Sambong Jiken Bogorejo Jepon Blora Banjarejo Tunjungan Japah Ngawen Kunduran Todanan Total Tinjauan PDRB Kab. Blora

204 LAMPIRAN II Tabel : 9A PDRB Perkapita Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Rupiah) No. Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Jati Randublatung Kradenan Kedungtuban Cepu Sambong Jiken Bogorejo Jepon Blora Banjarejo Tunjungan Japah Ngawen Kunduran Todanan Total Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

205 LAMPIRAN II Tabel : 9B PDRB Perkapita Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Rupiah) No. Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Jati Randublatung Kradenan Kedungtuban Cepu Sambong Jiken Bogorejo Jepon Blora Banjarejo Tunjungan Japah Ngawen Kunduran Todanan Total Tinjauan PDRB Kab. Blora

206 LAMPIRAN II Tabel : 10 A PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2013 (Jutaan rupiah) Lapangan Usaha /Sektor No. Kecamatan PDRB (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Jati ,43 155, , , , , , , , ,15 2 Randublatung ,96 258, , , , , , , , ,28 3 Kradenan ,09 224, , , , , , , , ,86 4 Kedungtuban ,34 797, , , , , , , , ,31 5 Cepu , , , , , , , , , ,39 6 Sambong ,05 140, , , , , , , , ,00 7 Jiken ,17 146, , , , , , , , ,22 8 Bogorejo ,86 232, , , , , , , , ,63 9 Jepon , , , , , , , , , ,25 10 Blora , , , , , , , , , ,20 11 Banjarejo ,87 553, , , , , , , , ,89 12 Tunjungan ,02 388, , , , , , , , ,09 13 Japah ,88 144, , , , , , , , ,45 14 Ngawen , , , , , , , , , ,70 15 Kunduran ,34 444, , , , , , , , ,77 16 Todanan ,90 203, , , , , , , , ,05 Total , , , , , , , , , , Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

207 LAMPIRAN II Tabel : 10 B PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2013 (Jutaan rupiah) Lapangan Usaha /Sektor No. Kecamatan PDRB (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Jati ,98 81, ,23 593, , , , , , ,38 2 Randublatung ,43 112, , , , , , , , ,45 3 Kradenan ,28 116, ,48 553, , ,16 505, , , ,31 4 Kedungtuban ,84 383, , , , , , , , ,16 5 Cepu , , , , , , , , , ,04 6 Sambong ,74 73, ,18 426, , , , , , ,06 7 Jiken ,12 69, ,35 604, , , , , , ,80 8 Bogorejo ,18 129, ,81 845, , ,17 593, , , ,80 9 Jepon ,69 601, ,42 237, , , , , , ,35 10 Blora , , , , , , , , , ,90 11 Banjarejo ,23 295, ,78 552, , , , , , ,74 12 Tunjungan ,09 190, ,95 492, , , , , , ,44 13 Japah ,47 78, ,51 386, , ,55 960, , , ,74 14 Ngawen ,50 892, ,30 873, , , , , , ,60 15 Kunduran ,82 142, ,64 911, , , , , , ,46 16 Todanan ,95 117, ,99 624, , , , , , ,57 Total , , , , , , , , , ,80 Tinjauan PDRB Kab. Blora

208 LAMPIRAN II Tabel : 11 A PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2012 (Jutaan rupiah) Lapangan Usaha /Sektor No. Kecamatan PDRB (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Jati ,35 135, , , , , , , , ,34 2 Randublatung ,91 227, , , , , , , , ,10 3 Kradenan ,79 192, , , , ,26 946, , , ,84 4 Kedungtuban ,52 699, , , , , , , , ,25 5 Cepu , , , , , , , , , ,36 6 Sambong ,32 123, , , , , , , , ,84 7 Jiken ,62 129, , , , , , , , ,28 8 Bogorejo ,62 204, , , , , , , , ,36 9 Jepon , , , , , , , , , ,88 10 Blora , , , , , , , , , ,87 11 Banjarejo ,76 483, , , , , , , , ,88 12 Tunjungan ,18 339, , , , , , , , ,09 13 Japah ,91 126, , , , , , , , ,58 14 Ngawen , , , , , , , , , ,68 15 Kunduran ,97 390, , , , , , , , ,79 16 Todanan ,82 178, , , , , , , , ,13 Total , , , , , , , , , , Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

209 LAMPIRAN II Tabel : 11 B PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2012 (Jutaan rupiah) Lapangan Usaha /Sektor No. Kecamatan PDRB (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Jati ,67 76, ,15 570, , ,33 959, , , ,65 2 Randublatung ,15 105, , , , , , , , ,11 3 Kradenan ,47 108, ,20 521, , ,57 471, , , ,05 4 Kedungtuban ,11 356, ,14 995, , , , , , ,60 5 Cepu , , , , , , , , , ,62 6 Sambong ,96 69, ,06 405, , , , , , ,63 7 Jiken ,58 66, ,79 575, , ,03 973, , , ,21 8 Bogorejo ,00 121, ,19 802, , ,99 553, , , ,34 9 Jepon ,84 562, ,21 223, , , , , , ,83 10 Blora , , , , , , , , , ,48 11 Banjarejo ,65 275, ,59 525, , , , , , ,03 12 Tunjungan ,39 177, ,13 467, , , , , , ,24 13 Japah ,41 73, ,44 366, , ,63 908, , , ,64 14 Ngawen ,28 833, ,44 832, , , , , , ,07 15 Kunduran ,32 133, ,03 867, , , , , , ,99 16 Todanan ,06 109, ,54 592, , , , , , ,65 Total , , , , , , , , , ,13 Tinjauan PDRB Kab. Blora

210 LAMPIRAN II Tabel : 12 A PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011 (Jutaan rupiah) Lapangan Usaha /Sektor No. Kecamatan PDRB (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Jati ,85 118, , , , , , , , ,61 2 Randublatung ,46 198, , , , , , , , ,87 3 Kradenan ,61 171, , , , ,90 872, , , ,63 4 Kedungtuban ,24 590, , , , , , , , ,61 5 Cepu , , , , , , , , , ,76 6 Sambong ,33 112, , , , , , , , ,07 7 Jiken ,37 117, , , , , , , , ,54 8 Bogorejo ,31 186, , , , ,57 957, , , ,56 9 Jepon , , , , , , , , , ,85 10 Blora , , , , , , , , , ,37 11 Banjarejo ,73 434, , , , , , , , ,39 12 Tunjungan ,66 302, , , , , , , , ,58 13 Japah ,07 112, , , , , , , , ,00 14 Ngawen , , , , , , , , , ,72 15 Kunduran ,27 352, , , , , , , , ,06 16 Todanan ,76 159, , , , , , , , ,26 Total , , , , , , , , , , Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

211 LAMPIRAN II Tabel : 12 B PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2011 (Jutaan rupiah) Lapangan Usaha /Sektor No. Kecamatan PDRB (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Jati ,76 70, ,70 554, , ,14 922, , , ,55 2 Randublatung ,91 98, ,03 987, , , , , , ,60 3 Kradenan ,42 99, ,30 506, , ,83 450, , , ,75 4 Kedungtuban ,42 333, ,53 962, , , , , , ,45 5 Cepu , , , , , , , , , ,29 6 Sambong ,99 65, ,30 392, , , , , , ,13 7 Jiken ,69 62, ,03 545, , ,87 925, , , ,62 8 Bogorejo ,04 115, ,07 773, , ,38 525, , , ,34 9 Jepon ,79 533, ,45 215, , , , , , ,30 10 Blora , , , , , , , , , ,35 11 Banjarejo ,19 259, ,22 503, , , , , , ,44 12 Tunjungan ,65 167, ,98 451, , ,61 962, , , ,75 13 Japah ,19 68, ,68 355, , ,97 870, , , ,38 14 Ngawen ,62 784, ,02 798, , , , , , ,04 15 Kunduran ,85 125, ,90 839, , , , , , ,59 16 Todanan ,55 104, ,52 571, , , , , , ,61 Total , , , , , , , , , ,19 Tinjauan PDRB Kab. Blora

212 LAMPIRAN II Tabel : 13 A PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010 (Jutaan rupiah) Lapangan Usaha /Sektor No. Kecamatan PDRB (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Jati ,43 107, , , , , , , , ,58 2 Randublatung ,21 176, , , , , , , , ,27 3 Kradenan ,25 150, , , , ,35 855, , , ,45 4 Kedungtuban ,53 521, , , , , , , , ,53 5 Cepu , , , , , , , , , ,18 6 Sambong ,66 101, , , , , , , , ,49 7 Jiken ,60 107, , , , , , , , ,20 8 Bogorejo ,12 170, , , , ,59 931, , , ,39 9 Jepon ,74 892, , , , , , , , ,02 10 Blora , , , , , , , , , ,02 11 Banjarejo ,88 404, , , , , , , , ,37 12 Tunjungan ,72 273, , , , , , , , ,90 13 Japah ,67 104, , , , , , , , ,52 14 Ngawen , , , , , , , , , ,89 15 Kunduran ,55 316, , , , , , , , ,52 16 Todanan ,16 146, , , , , , , , ,85 Total , , , , , , , , , , Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

213 LAMPIRAN II Tabel : 13 B PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2010 (Jutaan rupiah) Lapangan Usaha /Sektor No. Kecamatan PDRB (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Jati ,58 68, ,02 502, , ,75 917, , , ,98 2 Randublatung ,94 94, ,48 888, , , , , , ,87 3 Kradenan ,86 95, ,63 459, , ,64 448, , , ,30 4 Kedungtuban ,06 318, ,47 884, , , , , , ,86 5 Cepu , , , , , , , , , ,08 6 Sambong ,25 63, ,26 360, , , , , , ,89 7 Jiken ,81 61, ,78 499, , ,32 922, , , ,70 8 Bogorejo ,40 114, ,68 705, , ,82 522, , , ,88 9 Jepon ,72 510, ,81 197, , , , , , ,02 10 Blora , , , , , , , , , ,40 11 Banjarejo ,90 258, ,67 459, , , , , , ,88 12 Tunjungan ,15 161, ,69 409, , ,50 959, , , ,79 13 Japah ,53 67, ,13 320, , ,57 865, , , ,48 14 Ngawen ,26 750, ,51 726, , , , , , ,63 15 Kunduran ,77 122, ,45 762, , , , , , ,73 16 Todanan ,22 103, ,53 514, , , , , , ,17 Total , , , , , , , , , ,64 Tinjauan PDRB Kab. Blora

214 LAMPIRAN II Tabel : 14 A PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 (Jutaan rupiah) Lapangan Usaha /Sektor No. Kecamatan PDRB (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Jati ,42 99, , , , , , , , ,53 2 Randublatung ,75 152, , , , , , , , ,56 3 Kradenan ,82 129, , , , ,78 787, , , ,75 4 Kedungtuban ,78 458, , , , , , , , ,82 5 Cepu , , , , , , , , , ,78 6 Sambong ,39 87, , , , , , , , ,90 7 Jiken ,58 90, , , , , , , , ,10 8 Bogorejo ,07 151, , , , ,03 856, , , ,74 9 Jepon ,71 749, , , , , , , , ,99 10 Blora , , , , , , , , , ,63 11 Banjarejo ,21 336, , , , , , , , ,18 12 Tunjungan ,79 236, , , , , , , , ,48 13 Japah ,97 91, , , , , , , , ,69 14 Ngawen , , , , , , , , , ,53 15 Kunduran ,57 273, , , , , , , , ,02 16 Todanan ,57 132, , , , , , , , ,11 Total , , , , , , , , , , Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

215 LAMPIRAN II Tabel : 14 B PDRB Kabupaten Blora Dirinci Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009 (Jutaan rupiah) Lapangan Usaha /Sektor No. Kecamatan PDRB (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Jati ,18 68, ,50 486, , ,61 888, , , ,17 2 Randublatung ,50 92, ,04 841, , , , , , ,26 3 Kradenan ,79 87, ,10 441, , ,58 433, , , ,73 4 Kedungtuban ,50 299, ,36 834, , , , , , ,99 5 Cepu , , , , , , , , , ,86 6 Sambong ,17 60, ,71 335, , , , , , ,78 7 Jiken ,02 59, ,82 482, , ,12 887, , , ,93 8 Bogorejo ,32 110, ,40 682, , ,20 501, , , ,96 9 Jepon ,74 480, ,25 193, , , , , , ,03 10 Blora , , , , , , , , , ,03 11 Banjarejo ,46 243, ,56 443, , , , , , ,72 12 Tunjungan ,06 155, ,35 398, , ,19 925, , , ,77 13 Japah ,12 67, ,15 309, , ,50 836, , , ,66 14 Ngawen ,04 692, ,45 698, , , , , , ,77 15 Kunduran ,51 117, ,77 697, , , , , , ,60 16 Todanan ,17 100, ,21 479, , , , , , ,04 Total , , , , , , , , , ,30 Tinjauan PDRB Kab. Blora

216 LAMPIRAN II 184 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

217

218

219 PDRB KECAMATAN JATI Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Jati Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 99,24 107,30 118,64 133,61 155, Industri Pengolahan 3.560, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 1.411, , , , , Bangunan 8.038, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Angkutan dan Komunikasi 1.446, , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh , , , , , Jasa - jasa 8.842, , , , ,60 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,15 Tabel 1.2. Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Jati Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 68,94 68,50 70,77 76,21 81, Industri Pengolahan 2.981, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 486,55 502,95 554,68 570,56 593, Bangunan 3.828, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran 6.490, , , , , Angkutan dan Komunikasi 888,65 917,09 922,39 959, , Keuangan, Persew. dan Js Persh 6.066, , , , , Jasa - jasa 4.634, , , , ,48 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,38 Tinjauan PDRB Kab. Blora

220 PDRB KECAMATAN JATI Tabel 1.3. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Jati Atas Dasar Harga Berlaku Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 70,49 70,72 71,73 70,89 70, Pertambangan dan Penggalian 0,06 0,06 0,06 0,06 0, Industri Pengolahan 2,22 2,19 2,06 2,07 2, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,88 0,88 0,91 0,91 0, Bangunan 5,02 4,84 4,75 5,18 5, Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,72 7,56 6,98 7,09 7, Angkutan dan Komunikasi 0,90 0,88 0,83 0,83 0, Keuangan, Persew. dan Js Persh 7,18 7,23 6,99 7,05 7, Jasa - jasa 5,52 5,64 5,68 5,92 6,01 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel 1.4. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Jati Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 70,63 71,09 71,21 70,30 69, Pertambangan dan Penggalian 0,08 0,07 0,07 0,08 0, Industri Pengolahan 3,44 3,36 3,24 3,27 3, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,56 0,55 0,59 0,58 0, Bangunan 4,42 4,36 4,36 4,83 5, Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,49 7,36 7,16 7,28 7, Angkutan dan Komunikasi 1,03 1,00 0,98 0,98 1, Keuangan, Persew. dan Js Persh 7,00 6,91 6,96 7,06 7, Jasa - jasa 5,35 5,30 5,44 5,62 5,71 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

221 PDRB KECAMATAN JATI Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Jati Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 3,89 6,49 3,35 1,94 2, Pertambangan dan Penggalian 6,73-0,63 3,32 7,68 7, Industri Pengolahan 4,91 3,14-0,50 4,43 6, Listrik, Gas dan Air Bersih 3,41 3,37 10,28 2,86 4, Bangunan 4,91 4,26 3,27 14,39 8, Perdagangan, Hotel dan Restoran 3,18 3,93 0,42 4,89 6, Angkutan dan Komunikasi 3,74 3,20 0,58 4,05 6, Keuangan, Persew. dan Js Persh 4,77 4,47 3,86 4,72 4, Jasa - jasa 6,91 4,73 6,06 6,53 5,31 Produk Domestik Regional Bruto 4,13 5,79 3,19 3,25 3,49 Tabel 1.6. Inflasi PDRB Kecamatan Jati Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 3,09 4,97 6,76 4,96 7, Pertambangan dan Penggalian 3,87 8,82 7,02 4,58 8, Industri Pengolahan 2,13 6,48 3,00 4,06 6, Listrik, Gas dan Air Bersih 3,56 7,09 2,67 5,30 6, Bangunan 8,74 3,08 3,26 3,36 4, Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,69 4,98 0,01 4,78 6, Angkutan dan Komunikasi 3,87 5,46 2,16 3,02 7, Keuangan, Persew. dan Js Persh 6,31 7,41 1,32 4,23 5, Jasa - jasa 4,89 8,58 3,48 5,80 6,87 Produk Domestik Regional Bruto 4,08 5,31 5,43 4,85 7,15 Tinjauan PDRB Kab. Blora

222 PDRB KECAMATAN JATI Tabel 1.7. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Jati Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Jati (Juta Rp) , , , , ,15 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tabel 1.8. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Jati Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Jati (Juta Rp) , , , , ,38 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

223

224

225 PDRB KECAMATAN RANDUBLATUNG Tabel 2.1. Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Randublatung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 152,51 176,49 198,89 223,88 258, Industri Pengolahan , , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 2.463, , , , , Bangunan , , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Angkutan dan Komunikasi , , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh , , , , , Jasa - jasa , , , , ,53 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,28 Tabel 2.2. Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Randublatung Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 92,42 94,70 98,34 105,43 112, Industri Pengolahan 6.959, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 841,69 888,50 987, , , Bangunan 6.307, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Angkutan dan Komunikasi 6.527, , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh , , , , , Jasa - jasa 8.807, , , , ,57 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,45 Tinjauan PDRB Kab. Blora

226 PDRB KECAMATAN RANDUBLATUNG Tabel 2.3. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Randublatung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 67,73 67,87 68,93 68,13 67, Pertambangan dan Penggalian 0,04 0,04 0,04 0,05 0, Industri Pengolahan 3,07 2,98 2,76 2,81 2, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,68 0,67 0,70 0,69 0, Bangunan 3,18 3,00 2,94 3,26 3, Perdagangan, Hotel dan Restoran 9,74 9,85 9,35 9,48 9, Angkutan dan Komunikasi 3,10 2,98 2,88 2,91 2, Keuangan, Persew. dan Js Persh 7,58 7,66 7,43 7,54 7, Jasa - jasa 4,87 4,95 4,96 5,13 5,20 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel 2.4. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Randublatung Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 67,91 68,28 68,38 67,76 66, Pertambangan dan Penggalian 0,05 0,05 0,05 0,05 0, Industri Pengolahan 3,69 3,64 3,48 3,52 3, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,45 0,44 0,47 0,47 0, Bangunan 3,35 3,22 3,24 3,59 3, Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,70 8,64 8,52 8,51 8, Angkutan dan Komunikasi 3,46 3,37 3,34 3,36 3, Keuangan, Persew. dan Js Persh 7,72 7,70 7,76 7,87 8, Jasa - jasa 4,67 4,67 4,75 4,87 4,96 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

227 PDRB KECAMATAN RANDUBLATUNG Tabel 2.5. Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Randublatung Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persew. dan Js Persh Jasa - jasa Produk Domestik Regional Bruto Tabel 2.6. Inflasi PDRB Kecamatan Randublatung Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persew. dan Js Persh Jasa - jasa Produk Domestik Regional Bruto Tinjauan PDRB Kab. Blora

228 PDRB KECAMATAN RANDUBLATUNG Tabel 2.7. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Randublatung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Randublatung (Juta Rp , , , , ,28 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tabel 2.8. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Randublatung Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Randublatung (Juta Rp , , , , ,45 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

229

230

231 PDRB KECAMATAN KRADENAN Tabel 3.1. Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Kradenan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 129,99 150,97 171,48 189,55 224, Industri Pengolahan 3.555, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 1.255, , , , , Bangunan 5.114, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Angkutan dan Komunikasi 787,10 855,94 872,24 946, , Keuangan, Persew. dan Js Persh , , , , , Jasa - jasa 6.500, , , , ,05 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,86 Tabel 3.2. Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Kradenan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 87,40 95,32 99,65 108,02 116, Industri Pengolahan 2.095, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 441,25 459,64 506,41 521,51 553, Bangunan 2.797, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran 6.262, , , , , Angkutan dan Komunikasi 433,15 448,62 450,25 471,68 505, Keuangan, Persew. dan Js Persh 5.380, , , , , Jasa - jasa 3.659, , , , ,72 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,31 Tinjauan PDRB Kab. Blora

232 PDRB KECAMATAN KRADENAN Tabel 3.3. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Kradenan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 75,50 75,35 75,03 74,54 74, Pertambangan dan Penggalian 0,08 0,09 0,09 0,10 0, Industri Pengolahan 2,27 2,24 2,22 2,22 2, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,80 0,80 0,88 0,87 0, Bangunan 3,27 3,45 3,46 3,82 3, Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,76 6,65 6,65 6,75 6, Angkutan dan Komunikasi 0,50 0,49 0,48 0,48 0, Keuangan, Persew. dan Js Persh 6,64 6,62 6,67 6,63 6, Jasa - jasa 4,16 4,31 4,53 4,59 4,66 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel 3.4. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Kradenan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 76,31 76,48 75,49 74,80 73, Pertambangan dan Penggalian 0,10 0,10 0,11 0,11 0, Industri Pengolahan 2,35 2,28 2,31 2,34 2, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,49 0,49 0,54 0,54 0, Bangunan 3,13 3,35 3,44 3,84 4, Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,01 6,89 7,19 7,29 7, Angkutan dan Komunikasi 0,49 0,47 0,48 0,49 0, Keuangan, Persew. dan Js Persh 6,03 5,82 6,03 6,09 6, Jasa - jasa 4,10 4,11 4,40 4,50 4,59 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

233 PDRB KECAMATAN KRADENAN Tabel 3.5. Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Kradenan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 4,35 6,28-3,03 2,80 2, Pertambangan dan Penggalian 2,11 9,06 4,55 8,39 8, Industri Pengolahan 4,47 3,08-0,39 4,78 5, Listrik, Gas dan Air Bersih 5,23 4,17 10,17 2,98 6, Bangunan 3,35 13,39 0,96 15,84 8, Perdagangan, Hotel dan Restoran 3,14 4,22 2,41 5,32 7, Angkutan dan Komunikasi 3,48 3,57 0,36 4,76 7, Keuangan, Persew. dan Js Persh 5,30 2,41 1,79 4,75 6, Jasa - jasa 6,62 6,42 5,19 6,05 5,36 Produk Domestik Regional Bruto 4,38 6,03-1,75 3,75 3,39 Tabel 3.6. Inflasi PDRB Kecamatan Kradenan Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 3,74 4,73 6,43 5,01 7, Pertambangan dan Penggalian 7,70 6,49 8,65 1,98 9, Industri Pengolahan 1,93 6,83 2,80 3,91 5, Listrik, Gas dan Air Bersih 3,77 6,45 3,61 4,41 6, Bangunan 8,20 3,85 3,00 3,36 4, Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,11 5,24 1,15 4,78 6, Angkutan dan Komunikasi 4,28 5,00 1,54 3,54 7, Keuangan, Persew. dan Js Persh 5,49 8,51 2,53 3,18 5, Jasa - jasa 4,66 8,73 3,43 3,99 6,82 Produk Domestik Regional Bruto 4,30 5,19 5,50 4,72 7,39 Tinjauan PDRB Kab. Blora

234 PDRB KECAMATAN KRADENAN Tabel 3.7. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Kradenan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Kradenan (Juta Rp) , , , , ,86 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tabel 3.8. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Kradenan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Kradenan (Juta Rp) , , , , ,31 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

235

236

237 PDRB KECAMATAN KEDUNGTUBAN Tabel 4.1. Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Kedungtuban Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 458,27 521,54 590,85 688,16 797, Industri Pengolahan 5.758, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 3.126, , , , , Bangunan 8.100, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Angkutan dan Komunikasi 6.932, , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh , , , , , Jasa - jasa , , , , ,68 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,31 Tabel 4.2. Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Kedungtuban Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 299,98 318,89 333,83 356,61 383, Industri Pengolahan 3.579, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 834,78 884,11 962,60 995, , Bangunan 4.472, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran 8.896, , , , , Angkutan dan Komunikasi 4.010, , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh 8.319, , , , , Jasa - jasa 5.690, , , , ,86 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,16 Tinjauan PDRB Kab. Blora

238 PDRB KECAMATAN KEDUNGTUBAN Tabel 4.3. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Kedungtuban Atas Dasar Harga Berlaku Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 75,14 74,85 75,71 75,22 74, Pertambangan dan Penggalian 0,17 0,17 0,18 0,19 0, Industri Pengolahan 2,10 2,15 2,03 2,02 2, Listrik, Gas dan Air Bersih 1,14 1,16 1,19 1,18 1, Bangunan 2,96 3,03 2,98 3,30 3, Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,04 5,99 5,73 5,79 5, Angkutan dan Komunikasi 2,53 2,50 2,35 2,35 2, Keuangan, Persew. dan Js Persh 5,98 6,03 5,73 5,74 5, Jasa - jasa 3,96 4,12 4,10 4,19 4,23 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel 4.4. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Kedungtuban Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 74,89 74,81 74,72 74,00 73, Pertambangan dan Penggalian 0,21 0,21 0,22 0,22 0, Industri Pengolahan 2,49 2,47 2,41 2,42 2, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,58 0,59 0,62 0,62 0, Bangunan 3,11 3,24 3,28 3,68 3, Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,19 6,27 6,36 6,42 6, Angkutan dan Komunikasi 2,79 2,76 2,70 2,73 2, Keuangan, Persew. dan Js Persh 5,79 5,68 5,66 5,75 5, Jasa - jasa 3,96 3,97 4,04 4,16 4,22 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

239 PDRB KECAMATAN KEDUNGTUBAN Tabel 4.5. Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Kedungtuban Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 3,61 4,76 2,64 2,71 3, Pertambangan dan Penggalian 2,83 6,30 4,68 6,82 7, Industri Pengolahan 3,82 4,11 0,08 4,39 5, Listrik, Gas dan Air Bersih 3,48 5,91 8,88 3,46 5, Bangunan 4,11 9,14 4,12 16,38 8, Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,47 6,21 4,24 4,72 7, Angkutan dan Komunikasi 2,93 3,83 0,39 4,97 6, Keuangan, Persew. dan Js Persh 4,89 3,05 2,29 5,40 7, Jasa - jasa 7,22 5,19 4,71 6,65 6,17 Produk Domestik Regional Bruto 3,94 4,87 2,76 3,71 4,55 Tabel 4.6. Inflasi PDRB Kecamatan Kedungtuban Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 5,46 4,67 7,33 5,03 7, Pertambangan dan Penggalian 6,68 7,06 8,22 9,03 7, Industri Pengolahan 1,51 8,37 2,46 3,84 6, Listrik, Gas dan Air Bersih 4,58 5,41 3,18 4,09 6, Bangunan 8,97 3,55 2,57 3,36 4, Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,61 2,78 0,06 4,78 6, Angkutan dan Komunikasi 4,77 4,60 2,17 3,54 6, Keuangan, Persew. dan Js Persh 5,90 7,69 1,26 3,18 5, Jasa - jasa 4,30 8,94 3,59 3,99 6,46 Produk Domestik Regional Bruto 5,56 4,95 5,99 4,68 7,13 Tinjauan PDRB Kab. Blora

240 PDRB KECAMATAN KEDUNGTUBAN Tabel 4.7. PDRB Per Kapita Kecamatan Kedungtuban Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kec. Kedungtuban (Juta Rp) , , , , ,31 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tabel 4.8. PDRB Per Kapita Kecamatan Kedungtuban Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kec. Kedungtuban (Juta Rp) , , , , ,16 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

241

242

243 PDRB KECAMATAN CEPU Tabel 5.1. Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Cepu Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian , , , , , Industri Pengolahan , , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 7.790, , , , , Bangunan , , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Angkutan dan Komunikasi , , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh , , , , , Jasa - jasa , , , , ,05 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,39 Tabel 5.2. Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Cepu Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian , , , , , Industri Pengolahan , , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 1.473, , , , , Bangunan 6.531, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Angkutan dan Komunikasi , , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh , , , , , Jasa - jasa , , , , ,32 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,04 Tinjauan PDRB Kab. Blora

244 PDRB KECAMATAN CEPU Tabel 5.3. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Cepu Atas Dasar Harga Berlaku Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 16,42 15,49 14,42 14,96 14, Pertambangan dan Penggalian 26,17 26,11 27,24 24,73 24, Industri Pengolahan 7,35 6,68 6,10 6,27 6, Listrik, Gas dan Air Bersih 1,26 1,26 1,20 1,21 1, Bangunan 2,11 1,95 1,83 2,06 2, Perdagangan, Hotel dan Restoran 28,75 31,31 32,04 33,20 33, Angkutan dan Komunikasi 4,86 4,58 4,29 4,28 4, Keuangan, Persew. dan Js Persh 8,89 8,53 8,93 9,16 9, Jasa - jasa 4,20 4,09 3,95 4,13 4,12 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel 5.4. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Cepu Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 19,06 18,84 17,83 17,50 16, Pertambangan dan Penggalian 24,89 24,13 23,94 23,92 24, Industri Pengolahan 7,90 7,73 7,51 7,49 7, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,54 0,59 0,59 0,59 0, Bangunan 2,40 2,36 2,37 2,60 2, Perdagangan, Hotel dan Restoran 30,17 31,03 32,18 32,34 32, Angkutan dan Komunikasi 4,91 4,96 4,89 4,79 4, Keuangan, Persew. dan Js Persh 5,93 6,13 6,41 6,42 6, Jasa - jasa 4,20 4,22 4,28 4,35 4,33 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

245 PDRB KECAMATAN CEPU Tabel 5.5. Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Cepu Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 6,51 2,55 1,15 3,89 2, Pertambangan dan Penggalian 1,92 0,58 6,00 5,82 7, Industri Pengolahan 4,59 1,60 3,70 5,58 5, Listrik, Gas dan Air Bersih 2,13 13,02 7,75 4,27 4, Bangunan 8,12 1,85 7,44 16,26 8, Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,01 6,73 10,80 6,39 8, Angkutan dan Komunikasi 5,84 4,89 5,27 3,83 6, Keuangan, Persew. dan Js Persh 9,17 7,40 11,65 6,12 7, Jasa - jasa 7,01 4,36 8,15 7,69 6,03 Produk Domestik Regional Bruto 5,18 3,76 6,84 5,88 6,56 Tabel 5.6. Inflasi PDRB Kecamatan Cepu Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 2,58 7,06 7,49 6,68 9, Pertambangan dan Penggalian 4,32 15,44 15,00-8,39 3, Industri Pengolahan 3,12 4,07 2,88 3,96 6, Listrik, Gas dan Air Bersih 4,78 2,92 3,37 2,62 6, Bangunan 7,59 5,69 1,77 3,36 4, Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,09 18,74 7,90 4,01 7, Angkutan dan Komunikasi 4,57 4,44 4,04 2,59 7, Keuangan, Persew. dan Js Persh 6,19 3,99 9,51 3,18 5, Jasa - jasa 5,00 8,75 4,31 3,62 6,78 Produk Domestik Regional Bruto 4,98 12,14 9,34 0,84 6,46 Tinjauan PDRB Kab. Blora

246 PDRB KECAMATAN CEPU Tabel 5.7. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Cepu Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Cepu (Juta Rp) , , , , ,39 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tabel 5.8. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Cepu Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Cepu (Juta Rp) , , , , ,04 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

247

248

249 PDRB KECAMATAN SAMBONG Tabel 6.1. Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Sambong Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 87,77 101,66 112,66 121,90 140, Industri Pengolahan 3.402, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 1.758, , , , , Bangunan 3.199, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.363, , , , , Angkutan dan Komunikasi 1.752, , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh 5.916, , , , , Jasa - jasa 6.187, , , , ,65 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,00 Tabel 6.2. Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Sambong Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 60,18 63,62 65,98 69,42 73, Industri Pengolahan 1.909, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 335,46 360,75 392,36 405,31 426, Bangunan 1.997, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran 4.001, , , , , Angkutan dan Komunikasi 1.127, , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh 3.615, , , , , Jasa - jasa 3.307, , , , ,92 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,06 Tinjauan PDRB Kab. Blora

250 PDRB KECAMATAN SAMBONG Tabel 6.3. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Sambong Atas Dasar Harga Berlaku Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 69,30 69,45 68,51 68,63 68, Pertambangan dan Penggalian 0,09 0,09 0,10 0,10 0, Industri Pengolahan 3,52 3,48 3,50 3,43 3, Listrik, Gas dan Air Bersih 1,82 1,87 2,05 2,00 2, Bangunan 3,31 3,47 3,55 3,71 3, Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,62 7,32 7,19 7,13 7, Angkutan dan Komunikasi 1,81 1,76 1,78 1,77 1, Keuangan, Persew. dan Js Persh 6,12 6,03 6,25 6,15 6, Jasa - jasa 6,40 6,53 7,06 7,09 7,15 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel 6.4. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Sambong Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 71,09 71,12 69,34 68,60 67, Pertambangan dan Penggalian 0,11 0,11 0,12 0,12 0, Industri Pengolahan 3,38 3,38 3,49 3,51 3, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,59 0,61 0,68 0,68 0, Bangunan 3,53 3,74 3,96 4,26 4, Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,07 6,99 7,25 7,32 7, Angkutan dan Komunikasi 1,99 1,96 2,06 2,10 2, Keuangan, Persew. dan Js Persh 6,39 6,15 6,59 6,70 6, Jasa - jasa 5,85 5,94 6,52 6,71 6,79 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

251 PDRB KECAMATAN SAMBONG Tabel 6.5. Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Sambong Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persew. dan Js Persh Jasa - jasa Produk Domestik Regional Bruto Tabel 6.6. Inflasi PDRB Kecamatan Sambong Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persew. dan Js Persh Jasa - jasa Produk Domestik Regional Bruto Tinjauan PDRB Kab. Blora

252 PDRB KECAMATAN SAMBONG Tabel 6.7. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Sambong Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Sambong (Juta Rp) , , , , ,00 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tabel 6.8. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Sambong Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Sambong (Juta Rp) , , , , ,06 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

253

254

255 PDRB KECAMATAN JIKEN Tabel 7.1. Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Jiken Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 90,20 107,13 117,05 127,74 146, Industri Pengolahan 3.396, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 1.894, , , , , Bangunan 5.192, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Angkutan dan Komunikasi 1.415, , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh 9.532, , , , , Jasa - jasa 8.516, , , , ,65 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,22 Tabel 7.2. Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Jiken Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 59,18 61,79 62,52 66,28 69, Industri Pengolahan 2.379, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 482,95 499,50 545,44 575,00 604, Bangunan 3.096, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran 6.072, , , , , Angkutan dan Komunikasi 887,70 922,91 925,09 973, , Keuangan, Persew. dan Js Persh 4.717, , , , , Jasa - jasa 4.378, , , , ,62 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,80 Tinjauan PDRB Kab. Blora

256 PDRB KECAMATAN JIKEN Tabel 7.3. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Jiken Atas Dasar Harga Berlaku Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 62,65 63,24 62,76 61,92 61, Pertambangan dan Penggalian 0,08 0,09 0,09 0,10 0, Industri Pengolahan 3,10 3,20 3,17 3,21 3, Listrik, Gas dan Air Bersih 1,73 1,72 1,89 1,88 1, Bangunan 4,75 4,65 4,73 5,01 5, Perdagangan, Hotel dan Restoran 9,89 9,01 8,51 8,65 8, Angkutan dan Komunikasi 1,29 1,28 1,28 1,29 1, Keuangan, Persew. dan Js Persh 8,71 8,96 9,27 9,40 9, Jasa - jasa 7,78 7,85 8,29 8,54 8,62 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel 7.4. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Jiken Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 64,12 64,84 63,59 62,76 61, Pertambangan dan Penggalian 0,10 0,09 0,10 0,10 0, Industri Pengolahan 3,87 3,81 3,92 3,96 4, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,78 0,77 0,86 0,87 0, Bangunan 5,03 4,79 5,03 5,35 5, Perdagangan, Hotel dan Restoran 9,87 9,75 9,58 9,66 9, Angkutan dan Komunikasi 1,44 1,42 1,46 1,47 1, Keuangan, Persew. dan Js Persh 7,67 7,62 8,07 8,23 8, Jasa - jasa 7,12 6,91 7,40 7,60 7,68 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

257 PDRB KECAMATAN JIKEN Tabel 7.5. Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Jiken Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 4,19 7,10-4,68 3,10 2, Pertambangan dan Penggalian 3,54 4,40 1,19 6,02 5, Industri Pengolahan 3,81 4,45-0,23 5,68 6, Listrik, Gas dan Air Bersih 4,02 3,43 9,20 5,42 5, Bangunan 5,54 0,76 2,07 11,18 6, Perdagangan, Hotel dan Restoran 4,63 4,66-4,51 5,28 7, Angkutan dan Komunikasi 3,37 3,97 0,24 5,24 7, Keuangan, Persew. dan Js Persh 6,18 5,31 2,89 6,58 6, Jasa - jasa 6,16 2,78 4,09 7,39 5,22 Produk Domestik Regional Bruto 4,56 5,92-2,80 4,47 4,12 Tabel 7.6. Inflasi PDRB Kecamatan Jiken Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 3,69 4,30 6,33 3,75 7, Pertambangan dan Penggalian 4,30 13,76 7,97 2,94 9, Industri Pengolahan 1,62 9,20 1,39 3,99 7, Listrik, Gas dan Air Bersih 4,14 6,49 2,67 2,26 7, Bangunan 5,64 7,69 1,73 3,36 5, Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,10-3,63 1,01 4,70 6, Angkutan dan Komunikasi 4,27 4,98 2,49 3,54 6, Keuangan, Persew. dan Js Persh 5,48 8,01 2,71 3,18 4, Jasa - jasa 5,12 8,54 3,63 3,99 6,96 Produk Domestik Regional Bruto 4,16 4,48 5,08 3,79 7,10 Tinjauan PDRB Kab. Blora

258 PDRB KECAMATAN JIKEN Tabel 7.7. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Jiken Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Jiken (Juta Rp) , , , , ,22 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tabel 7.8. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Jiken Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Jiken (Juta Rp) , , , , ,80 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

259

260

261 PDRB KECAMATAN BOGOREJO Tabel 8.1. Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Bogorejo Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 151,46 170,57 186,04 201,28 232, Industri Pengolahan 3.107, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 2.245, , , , , Bangunan 3.752, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Angkutan dan Komunikasi 856,24 931,58 957, , , Keuangan, Persew. dan Js Persh 6.122, , , , , Jasa - jasa 4.342, , , , ,12 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,63 Tabel 8.2. Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Bogorejo Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 110,18 114,09 115,01 121,28 129, Industri Pengolahan 2.216, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 682,02 705,37 773,91 802,46 845, Bangunan 2.180, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran 6.832, , , , , Angkutan dan Komunikasi 501,35 522,38 525,41 553,57 593, Keuangan, Persew. dan Js Persh 3.402, , , , , Jasa - jasa 2.273, , , , ,99 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,80 Tinjauan PDRB Kab. Blora

262 PDRB KECAMATAN BOGOREJO Tabel 8.3. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Bogorejo Atas Dasar Harga Berlaku Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 60,04 59,89 61,06 61,13 60, Pertambangan dan Penggalian 0,19 0,19 0,19 0,19 0, Industri Pengolahan 3,80 3,85 3,67 3,61 3, Listrik, Gas dan Air Bersih 2,75 2,73 2,90 2,83 2, Bangunan 4,59 4,66 4,74 4,92 4, Perdagangan, Hotel dan Restoran 14,78 14,63 13,36 13,32 13, Angkutan dan Komunikasi 1,05 1,03 1,00 0,99 1, Keuangan, Persew. dan Js Persh 7,49 7,50 7,39 7,27 7, Jasa - jasa 5,31 5,52 5,69 5,74 5,78 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel 8.4. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Bogorejo Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 62,48 62,42 62,67 62,51 61, Pertambangan dan Penggalian 0,23 0,22 0,23 0,22 0, Industri Pengolahan 4,57 4,56 4,51 4,46 4, Listrik, Gas dan Air Bersih 1,41 1,39 1,51 1,49 1, Bangunan 4,49 4,61 4,79 5,03 5, Perdagangan, Hotel dan Restoran 14,08 14,19 13,49 13,43 13, Angkutan dan Komunikasi 1,03 1,03 1,03 1,03 1, Keuangan, Persew. dan Js Persh 7,01 6,78 6,76 6,74 6, Jasa - jasa 4,69 4,80 5,01 5,09 5,15 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

263 PDRB KECAMATAN BOGOREJO Tabel 8.5. Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Bogorejo Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 5,08 4,61 1,00 5,30 3, Pertambangan dan Penggalian 6,24 3,55 0,81 5,45 6, Industri Pengolahan 3,26 4,61-0,59 4,39 6, Listrik, Gas dan Air Bersih 4,02 3,42 9,72 3,69 5, Bangunan 5,48 7,38 4,46 10,92 6, Perdagangan, Hotel dan Restoran 3,67 5,48-4,38 5,10 7, Angkutan dan Komunikasi 3,15 4,20 0,58 5,36 7, Keuangan, Persew. dan Js Persh 6,38 1,17 0,41 5,21 7, Jasa - jasa 5,90 7,21 5,00 7,24 5,65 Produk Domestik Regional Bruto 4,91 4,71 0,59 5,57 4,50 Tabel 8.6. Inflasi PDRB Kecamatan Bogorejo Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 3,61 5,68 6,78 5,03 7, Pertambangan dan Penggalian 3,10 8,76 8,20 2,60 8, Industri Pengolahan 1,50 7,32 1,26 4,33 6, Listrik, Gas dan Air Bersih 4,30 6,33 2,67 3,73 7, Bangunan 7,25 4,82 2,95 3,36 6, Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,52 3,99 1,00 4,78 6, Angkutan dan Komunikasi 4,80 4,42 2,15 3,54 6, Keuangan, Persew. dan Js Persh 4,19 9,63 3,88 3,18 4, Jasa - jasa 5,11 7,33 3,82 3,99 6,90 Produk Domestik Regional Bruto 4,12 5,83 5,16 4,63 7,35 Tinjauan PDRB Kab. Blora

264 PDRB KECAMATAN BOGOREJO Tabel 8.7. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Bogorejo Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Bogorejo (Juta Rp) , , , , ,63 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tabel 8.8. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Bogorejo Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Bogorejo (Juta Rp) , , , , ,80 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

265

266

267 PDRB KECAMATAN JEPON Tabel 9.1. Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Jepon Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 749,05 892, , , , Industri Pengolahan , , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 1.206, , , , , Bangunan 8.185, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Angkutan dan Komunikasi 5.841, , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh , , , , , Jasa - jasa , , , , ,06 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,25 Tabel 9.2. Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Jepon Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 480,14 510,26 533,70 562,12 601, Industri Pengolahan 8.410, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 193,58 197,63 215,23 223,31 237, Bangunan 5.152, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Angkutan dan Komunikasi 3.122, , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh , , , , , Jasa - jasa 6.621, , , , ,18 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,35 Tinjauan PDRB Kab. Blora

268 PDRB KECAMATAN JEPON Tabel 9.3. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Jepon Atas Dasar Harga Berlaku Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 55,86 56,18 56,82 56,03 55, Pertambangan dan Penggalian 0,33 0,36 0,38 0,38 0, Industri Pengolahan 7,53 7,49 7,22 7,36 7, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,54 0,53 0,55 0,55 0, Bangunan 3,66 3,75 3,69 3,94 3, Perdagangan, Hotel dan Restoran 14,44 13,87 13,65 13,85 14, Angkutan dan Komunikasi 2,61 2,54 2,48 2,49 2, Keuangan, Persew. dan Js Persh 9,47 9,58 9,37 9,48 9, Jasa - jasa 5,56 5,70 5,84 5,94 5,93 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel 9.4. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Jepon Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 55,90 56,45 56,14 55,01 54, Pertambangan dan Penggalian 0,41 0,41 0,42 0,42 0, Industri Pengolahan 7,25 7,09 6,91 7,06 7, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,17 0,16 0,17 0,17 0, Bangunan 4,44 4,43 4,46 4,81 4, Perdagangan, Hotel dan Restoran 14,75 14,57 14,81 15,06 15, Angkutan dan Komunikasi 2,69 2,63 2,59 2,62 2, Keuangan, Persew. dan Js Persh 8,69 8,57 8,66 8,85 9, Jasa - jasa 5,71 5,69 5,85 6,00 6,04 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

269 PDRB KECAMATAN JEPON Tabel 9.5. Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Jepon Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 4,26 7,11 3,18 2,04 3, Pertambangan dan Penggalian 1,88 6,27 4,59 5,32 6, Industri Pengolahan 4,30 3,85 1,03 6,47 7, Listrik, Gas dan Air Bersih 4,37 2,09 8,91 3,75 6, Bangunan 6,96 5,73 4,62 12,32 8, Perdagangan, Hotel dan Restoran 4,57 4,75 5,46 5,91 8, Angkutan dan Komunikasi 3,28 3,62 2,16 5,24 7, Keuangan, Persew. dan Js Persh 5,24 4,63 4,86 6,49 7, Jasa - jasa 6,82 5,72 6,69 6,91 6,15 Produk Domestik Regional Bruto 4,62 6,06 3,75 4,15 5,48 Tabel 9.6. Inflasi PDRB Kecamatan Jepon Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 3,60 4,35 6,23 5,03 8, Pertambangan dan Penggalian 5,72 12,09 8,44 3,23 8, Industri Pengolahan 1,95 6,35 3,39 4,14 6, Listrik, Gas dan Air Bersih 3,09 7,57 2,67 3,97 6, Bangunan 5,50 7,70 1,85 3,36 4, Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,81 1,88 1,18 4,07 6, Angkutan dan Komunikasi 4,79 4,53 3,51 3,54 7, Keuangan, Persew. dan Js Persh 5,81 7,49 1,12 3,18 4, Jasa - jasa 5,31 7,81 4,09 3,34 6,49 Produk Domestik Regional Bruto 4,17 4,78 4,45 4,36 7,27 Tinjauan PDRB Kab. Blora

270 PDRB KECAMATAN JEPON Tabel 9.7. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Jepon Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Jepon (Juta Rp) , , , , ,25 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tabel 9.8. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Jepon Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Jepon (Juta Rp) , , , , ,35 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

271

272

273 PDRB KECAMATAN BLORA Tabel Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Blora Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 2.985, , , , , Industri Pengolahan , , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 5.711, , , , , Bangunan , , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Angkutan dan Komunikasi , , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh , , , , , Jasa - jasa , , , , ,49 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,20 Tabel Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Blora Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 1.538, , , , , Industri Pengolahan , , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 1.627, , , , , Bangunan 8.695, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Angkutan dan Komunikasi , , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh , , , , , Jasa - jasa , , , , ,70 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,90 Tinjauan PDRB Kab. Blora

274 PDRB KECAMATAN BLORA Tabel Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Blora Atas Dasar Harga Berlaku Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 23,14 22,63 22,35 22,35 22, Pertambangan dan Penggalian 0,48 0,48 0,49 0,49 0, Industri Pengolahan 6,53 6,35 6,09 6,03 5, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,92 0,97 0,97 0,93 0, Bangunan 2,57 2,58 2,47 2,66 2, Perdagangan, Hotel dan Restoran 21,30 21,99 21,69 21,78 22, Angkutan dan Komunikasi 7,68 7,63 7,56 7,45 7, Keuangan, Persew. dan Js Persh 11,76 11,72 12,41 12,30 12, Jasa - jasa 25,62 25,65 25,96 26,02 25,99 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Blora Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 25,93 25,63 24,57 24,03 23, Pertambangan dan Penggalian 0,51 0,49 0,48 0,48 0, Industri Pengolahan 7,49 7,29 7,09 7,06 7, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,54 0,57 0,57 0,56 0, Bangunan 2,88 2,86 2,86 3,12 3, Perdagangan, Hotel dan Restoran 21,71 22,00 22,42 22,50 22, Angkutan dan Komunikasi 6,51 6,56 6,58 6,53 6, Keuangan, Persew. dan Js Persh 9,95 9,84 10,28 10,34 10, Jasa - jasa 24,48 24,76 25,15 25,39 25,40 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

275 PDRB KECAMATAN BLORA Tabel Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Blora Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 5,09 5,01 1,93 4,04 3, Pertambangan dan Penggalian 2,82 2,42 4,69 5,12 5, Industri Pengolahan 4,38 3,26 3,46 5,96 5, Listrik, Gas dan Air Bersih 1,77 11,82 7,62 3,77 4, Bangunan 5,56 5,50 6,24 15,94 7, Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,16 7,60 8,39 6,74 8, Angkutan dan Komunikasi 5,56 7,11 6,69 5,56 6, Keuangan, Persew. dan Js Persh 7,41 5,09 11,01 7,04 7, Jasa - jasa 6,03 7,42 8,03 7,39 6,10 Produk Domestik Regional Bruto 5,95 6,21 6,35 6,38 6,05 Tabel Inflasi PDRB Kecamatan Blora Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 4,16 4,68 7,94 7,10 8, Pertambangan dan Penggalian 4,32 10,41 8,36 4,56 7, Industri Pengolahan 2,31 5,94 3,24 4,00 5, Listrik, Gas dan Air Bersih 4,11 5,71 3,50 3,49 7, Bangunan 7,86 6,74 0,52 3,36 4, Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,44 7,86 1,39 4,82 6, Angkutan dan Komunikasi 5,15 4,23 3,51 4,09 6, Keuangan, Persew. dan Js Persh 7,79 6,61 6,23 3,18 6, Jasa - jasa 6,69 4,76 4,38 3,99 6,82 Produk Domestik Regional Bruto 5,99 5,83 4,75 4,76 6,98 Tinjauan PDRB Kab. Blora

276 PDRB KECAMATAN BLORA Tabel Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Blora Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Blora (Juta Rp) , , , , ,20 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tabel Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Blora Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Blora (Juta Rp) , , , , ,90 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

277

278

279 PDRB KECAMATAN BANJARREJO Tabel Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Banjarejo Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 336,14 404,98 434,44 475,63 553, Industri Pengolahan 5.183, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 1.591, , , , , Bangunan 7.302, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Angkutan dan Komunikasi 2.465, , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh , , , , , Jasa - jasa 9.694, , , , ,70 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,89 Tabel Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Banjarejo Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 243,02 258,34 259,70 275,21 295, Industri Pengolahan 3.323, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 443,78 459,00 503,67 525,83 552, Bangunan 4.199, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Angkutan dan Komunikasi 1.520, , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh 8.119, , , , , Jasa - jasa 5.255, , , , ,79 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,74 Tinjauan PDRB Kab. Blora

280 PDRB KECAMATAN BANJARREJO Tabel Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Banjarejo Atas Dasar Harga Berlaku Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 61,69 61,43 61,41 60,70 60, Pertambangan dan Penggalian 0,21 0,23 0,24 0,24 0, Industri Pengolahan 3,22 3,26 3,25 3,24 3, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,99 0,99 1,10 1,09 1, Bangunan 4,54 4,81 4,92 5,25 5, Perdagangan, Hotel dan Restoran 12,67 12,09 11,44 11,57 11, Angkutan dan Komunikasi 1,53 1,52 1,53 1,53 1, Keuangan, Persew. dan Js Persh 9,13 9,40 9,43 9,47 9, Jasa - jasa 6,03 6,27 6,68 6,89 6,91 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Banjarejo Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 63,29 62,80 61,87 60,94 60, Pertambangan dan Penggalian 0,26 0,27 0,27 0,28 0, Industri Pengolahan 3,56 3,60 3,68 3,69 3, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,48 0,47 0,53 0,53 0, Bangunan 4,50 4,73 4,96 5,35 5, Perdagangan, Hotel dan Restoran 11,93 11,97 11,68 11,79 12, Angkutan dan Komunikasi 1,63 1,62 1,67 1,70 1, Keuangan, Persew. dan Js Persh 8,71 8,80 9,18 9,36 9, Jasa - jasa 5,64 5,75 6,16 6,35 6,41 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

281 PDRB KECAMATAN BANJARREJO Tabel Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Banjarejo Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 5,74 3,43-3,72 2,07 3, Pertambangan dan Penggalian 3,44 6,30 0,53 5,97 7, Industri Pengolahan 3,18 5,42-0,36 4,14 6, Listrik, Gas dan Air Bersih 4,02 3,43 9,73 4,40 5, Bangunan 5,55 9,37 2,49 11,97 6, Perdagangan, Hotel dan Restoran 3,12 4,57-4,61 4,63 8, Angkutan dan Komunikasi 3,59 3,28 1,21 5,15 6, Keuangan, Persew. dan Js Persh 5,54 5,40 1,92 5,59 7, Jasa - jasa 6,89 6,25 4,79 6,86 5,91 Produk Domestik Regional Bruto 5,32 4,24-2,27 3,63 4,93 Tabel Inflasi PDRB Kecamatan Banjarejo Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 3,58 6,00 6,11 5,03 8, Pertambangan dan Penggalian 2,10 13,34 6,71 3,31 8, Industri Pengolahan 2,43 5,83 2,09 3,84 6, Listrik, Gas dan Air Bersih 3,67 6,98 2,67 3,34 7, Bangunan 6,27 6,69 2,07 3,36 6, Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,26 0,47 1,37 4,78 6, Angkutan dan Komunikasi 3,82 5,54 1,71 3,54 6, Keuangan, Persew. dan Js Persh 4,77 7,57 0,62 3,18 5, Jasa - jasa 4,98 7,80 3,87 4,81 6,66 Produk Domestik Regional Bruto 4,42 5,62 4,57 4,66 7,45 Tinjauan PDRB Kab. Blora

282 PDRB KECAMATAN BANJARREJO Tabel Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Banjarejo Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Banjarejo (Juta Rp) , , , , ,89 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tabel Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Banjarejo Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Banjarejo (Juta Rp) , , , , ,74 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

283

284

285 PDRB KECAMATAN TUNJUNGAN Tabel Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Tunjungan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 102, , , , , Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan 24, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 1, , , , , Bangunan 5, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran 19, , , , , Angkutan dan Komunikasi 1, , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh 12, , , , , Jasa - jasa 7, , , , , Produk Domestik Regional Bruto 174, , , , , Tabel Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Tunjungan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 66, , , , , Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan 10, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan 3, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran 10, , , , , Angkutan dan Komunikasi , , Keuangan, Persew. dan Js Persh 6, , , , , Jasa - jasa 3, , , , , Produk Domestik Regional Bruto 102, , , , , Tinjauan PDRB Kab. Blora

286 PDRB KECAMATAN TUNJUNGAN Tabel Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Tunjungan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 58,51 58,83 59,16 59,32 58, Pertambangan dan Penggalian 0,14 0,14 0,15 0,15 0, Industri Pengolahan 14,14 13,75 13,49 13,25 13, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,85 0,85 0,92 0,90 0, Bangunan 3,07 3,24 3,26 3,39 3, Perdagangan, Hotel dan Restoran 10,99 10,56 10,29 10,23 10, Angkutan dan Komunikasi 0,87 0,86 0,84 0,83 0, Keuangan, Persew. dan Js Persh 7,07 7,17 7,14 7,12 7, Jasa - jasa 4,37 4,59 4,76 4,80 4,82 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Tunjungan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 64,32 64,43 63,70 63,76 62, Pertambangan dan Penggalian 0,15 0,15 0,16 0,16 0, Industri Pengolahan 10,69 10,40 10,37 10,21 10, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,39 0,38 0,42 0,41 0, Bangunan 3,24 3,42 3,50 3,67 3, Perdagangan, Hotel dan Restoran 10,48 10,41 10,59 10,46 10, Angkutan dan Komunikasi 0,90 0,90 0,90 0,89 0, Keuangan, Persew. dan Js Persh 6,08 6,06 6,33 6,37 6, Jasa - jasa 3,75 3,84 4,02 4,06 4,12 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

287 PDRB KECAMATAN TUNJUNGAN Tabel Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Tunjungan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 5,93 4,33-1,49 6,24 3, Pertambangan dan Penggalian 2,82 3,54 4,10 5,44 7, Industri Pengolahan 4,92 1,35-0,68 4,46 6, Listrik, Gas dan Air Bersih 4,16 2,86 10,30 3,43 5, Bangunan 5,42 9,83 2,18 11,18 8, Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,04 3,45 1,35 4,89 7, Angkutan dan Komunikasi 3,44 3,61 0,37 5,15 6, Keuangan, Persew. dan Js Persh 5,98 3,85 4,06 6,87 7, Jasa - jasa 6,35 6,58 4,33 7,24 6,27 Produk Domestik Regional Bruto 5,37 4,14-0,35 6,15 4,80 Tabel Inflasi PDRB Kecamatan Tunjungan Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 3,28 5,12 6,69 4,23 8, Pertambangan dan Penggalian 2,51 11,50 6,32 4,68 7, Industri Pengolahan 3,26 4,65 3,22 3,84 6, Listrik, Gas dan Air Bersih 3,86 6,78 2,67 4,09 7, Bangunan 7,25 4,91 2,86 3,36 4, Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,68 1,29 0,47 4,78 6, Angkutan dan Komunikasi 4,33 4,98 1,44 3,54 7, Keuangan, Persew. dan Js Persh 6,54 6,46 0,01 3,18 4, Jasa - jasa 5,39 7,53 3,81 3,99 6,47 Produk Domestik Regional Bruto 4,15 4,74 4,90 4,05 7,52 Tinjauan PDRB Kab. Blora

288 PDRB KECAMATAN TUNJUNGAN Tabel Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Tunjungan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Tunjunganungan (Juta Rp , , , , ,09 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tabel Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Tunjungan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Tunjunganungan (Juta Rp , , , , ,44 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

289

290

291 PDRB KECAMATAN JAPAH Tabel Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Japah Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 91,09 104,32 112,68 124,36 144, Industri Pengolahan 4.678, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 1.162, , , , , Bangunan 4.560, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran 8.474, , , , , Angkutan dan Komunikasi 1.339, , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh 8.651, , , , , Jasa - jasa 6.134, , , , ,17 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,45 Tabel Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Japah Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 67,32 67,23 68,46 73,19 78, Industri Pengolahan 3.113, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 309,48 320,06 355,19 366,74 386, Bangunan 2.621, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran 4.652, , , , , Angkutan dan Komunikasi 836,26 865,42 870,60 908,67 960, Keuangan, Persew. dan Js Persh 4.745, , , , , Jasa - jasa 3.274, , , , ,84 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,74 Tinjauan PDRB Kab. Blora

292 PDRB KECAMATAN JAPAH Tabel Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Japah Atas Dasar Harga Berlaku Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 71,90 71,78 73,61 72,99 72, Pertambangan dan Penggalian 0,07 0,08 0,07 0,08 0, Industri Pengolahan 3,75 3,71 3,43 3,46 3, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,93 0,93 0,95 0,95 0, Bangunan 3,65 3,80 3,64 3,91 3, Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,79 6,49 5,82 5,91 6, Angkutan dan Komunikasi 1,07 1,05 0,96 0,96 0, Keuangan, Persew. dan Js Persh 6,93 7,08 6,53 6,57 6, Jasa - jasa 4,91 5,09 4,99 5,17 5,24 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Japah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 72,46 72,54 73,61 73,37 72, Pertambangan dan Penggalian 0,09 0,09 0,09 0,09 0, Industri Pengolahan 4,37 4,26 4,04 4,02 4, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,43 0,43 0,45 0,44 0, Bangunan 3,68 3,86 3,77 4,02 4, Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,53 6,37 5,94 5,90 6, Angkutan dan Komunikasi 1,17 1,16 1,11 1,10 1, Keuangan, Persew. dan Js Persh 6,66 6,63 6,35 6,34 6, Jasa - jasa 4,60 4,67 4,64 4,72 4,81 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

293 PDRB KECAMATAN JAPAH Tabel Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Japah Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 4,96 5,27 6,67 4,88 2, Pertambangan dan Penggalian 3,66-0,12 1,82 6,91 7, Industri Pengolahan 5,68 2,47-0,20 4,67 5, Listrik, Gas dan Air Bersih 4,02 3,42 10,98 3,25 5, Bangunan 4,37 10,29 2,77 12,13 7, Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,44 2,54-1,94 4,44 6, Angkutan dan Komunikasi 3,54 3,49 0,60 4,37 5, Keuangan, Persew. dan Js Persh 6,33 4,68 0,68 5,11 6, Jasa - jasa 6,18 6,87 4,43 7,09 5,31 Produk Domestik Regional Bruto 4,92 5,15 5,12 5,22 3,48 Tabel Inflasi PDRB Kecamatan Japah Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 3,51 5,33 6,31 1,90 7, Pertambangan dan Penggalian 2,51 14,66 6,07 3,24 8, Industri Pengolahan 1,53 7,21 2,53 3,84 6, Listrik, Gas dan Air Bersih 3,90 6,74 2,67 4,09 6, Bangunan 7,27 4,82 2,92 3,36 5, Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,76 3,51 1,13 4,78 6, Angkutan dan Komunikasi 4,60 4,72 0,68 3,54 7, Keuangan, Persew. dan Js Persh 5,63 8,39 1,33 3,18 5, Jasa - jasa 5,28 7,72 3,78 4,32 6,87 Produk Domestik Regional Bruto 4,02 5,61 5,20 2,43 7,38 Tinjauan PDRB Kab. Blora

294 PDRB KECAMATAN JAPAH Tabel Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Japah Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Japah (Juta Rp) , , , , ,45 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tabel Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Japah Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Japah (Juta Rp) , , , , ,74 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

295

296

297 PDRB KECAMATAN NGAWEN Tabel Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Ngawen Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 1.055, , , , , Industri Pengolahan , , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 1.790, , , , , Bangunan 8.998, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Angkutan dan Komunikasi 8.740, , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh , , , , , Jasa - jasa , , , , ,65 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,70 Tabel Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Ngawen Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 692,45 750,56 784,17 833,38 892, Industri Pengolahan , , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 698,66 726,62 798,25 832,24 873, Bangunan 5.152, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Angkutan dan Komunikasi 4.556, , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh , , , , , Jasa - jasa 6.499, , , , ,28 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,60 Tinjauan PDRB Kab. Blora

298 PDRB KECAMATAN NGAWEN Tabel Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Ngawen Atas Dasar Harga Berlaku Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 48,11 48,31 50,58 50,55 49, Pertambangan dan Penggalian 0,36 0,40 0,41 0,41 0, Industri Pengolahan 9,01 9,04 8,38 8,27 8, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,62 0,62 0,64 0,62 0, Bangunan 3,11 3,30 3,12 3,32 3, Perdagangan, Hotel dan Restoran 23,87 23,41 22,51 22,56 23, Angkutan dan Komunikasi 3,02 2,96 2,77 2,72 2, Keuangan, Persew. dan Js Persh 7,23 7,14 6,75 6,70 6, Jasa - jasa 4,67 4,83 4,84 4,86 4,86 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Ngawen Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 49,57 49,25 50,35 50,27 49, Pertambangan dan Penggalian 0,44 0,46 0,46 0,46 0, Industri Pengolahan 10,85 10,76 10,21 10,11 10, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,45 0,45 0,46 0,45 0, Bangunan 3,29 3,47 3,37 3,61 3, Perdagangan, Hotel dan Restoran 21,69 21,96 21,79 21,76 22, Angkutan dan Komunikasi 2,91 2,89 2,75 2,72 2, Keuangan, Persew. dan Js Persh 6,67 6,54 6,35 6,33 6, Jasa - jasa 4,14 4,22 4,26 4,29 4,33 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

299 PDRB KECAMATAN NGAWEN Tabel Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Ngawen Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 6,35 2,94 8,07 6,43 3, Pertambangan dan Penggalian 1,96 8,39 4,48 6,28 7, Industri Pengolahan 3,93 2,77 0,32 5,50 6, Listrik, Gas dan Air Bersih 4,31 4,00 9,86 4,26 4, Bangunan 5,39 9,47 2,55 14,38 8, Perdagangan, Hotel dan Restoran 3,68 4,89 4,91 6,45 8, Angkutan dan Komunikasi 4,65 2,92 0,90 5,36 7, Keuangan, Persew. dan Js Persh 6,02 1,70 2,56 6,24 7, Jasa - jasa 6,79 5,46 6,86 7,33 6,17 Produk Domestik Regional Bruto 5,38 3,61 5,72 6,60 5,33 Tabel Inflasi PDRB Kecamatan Ngawen Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 2,15 7,44 6,95 4,48 8, Pertambangan dan Penggalian 3,70 11,26 8,21 4,51 8, Industri Pengolahan 2,02 7,53 2,02 4,03 7, Listrik, Gas dan Air Bersih 3,87 6,76 2,80 3,89 7, Bangunan 6,28 6,86 1,90 3,36 4, Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,92 2,98 1,19 4,78 6, Angkutan dan Komunikasi 4,14 5,11 2,27 3,54 6, Keuangan, Persew. dan Js Persh 6,24 6,86 1,76 4,07 5, Jasa - jasa 5,22 8,14 3,58 3,99 6,56 Produk Domestik Regional Bruto 4,33 6,32 4,41 4,39 7,32 Tinjauan PDRB Kab. Blora

300 PDRB KECAMATAN NGAWEN Tabel Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Ngawen Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Ngawen (Juta Rp) , , , , ,70 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tabel Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Ngawen Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Ngawen (Juta Rp) , , , , ,60 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

301

302

303 PDRB KECAMATAN KUNDURAN Tabel Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Kunduran Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 273,54 316,42 352,31 383,85 444, Industri Pengolahan , , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 1.799, , , , , Bangunan 9.366, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Angkutan dan Komunikasi 4.733, , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh , , , , , Jasa - jasa , , , , ,09 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,77 Tabel Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Kunduran Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 117,15 122,69 125,89 133,04 142, Industri Pengolahan , , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 697,38 762,54 839,12 867,06 911, Bangunan 5.198, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Angkutan dan Komunikasi 2.107, , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh , , , , , Jasa - jasa 6.356, , , , ,79 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,46 Tinjauan PDRB Kab. Blora

304 PDRB KECAMATAN KUNDURAN Tabel Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Kunduran Atas Dasar Harga Berlaku Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 67,41 67,41 67,24 66,81 66, Pertambangan dan Penggalian 0,08 0,08 0,09 0,09 0, Industri Pengolahan 8,32 8,07 7,99 7,99 8, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,53 0,57 0,62 0,61 0, Bangunan 2,78 2,97 2,97 3,27 3, Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,43 8,29 8,06 8,11 8, Angkutan dan Komunikasi 1,41 1,38 1,39 1,38 1, Keuangan, Persew. dan Js Persh 7,12 7,16 7,30 7,31 7, Jasa - jasa 3,92 4,06 4,34 4,43 4,44 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Kunduran Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 67,08 67,12 65,86 65,24 64, Pertambangan dan Penggalian 0,07 0,07 0,07 0,07 0, Industri Pengolahan 11,02 10,89 11,13 11,17 11, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,40 0,42 0,47 0,46 0, Bangunan 2,99 3,13 3,24 3,60 3, Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,24 7,30 7,39 7,44 7, Angkutan dan Komunikasi 1,21 1,20 1,24 1,24 1, Keuangan, Persew. dan Js Persh 6,33 6,20 6,62 6,68 6, Jasa - jasa 3,66 3,68 3,98 4,09 4,14 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

305 PDRB KECAMATAN KUNDURAN Tabel Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Kunduran Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 5,82 4,84-3,63 3,78 3, Pertambangan dan Penggalian 3,80 4,73 2,61 5,68 6, Industri Pengolahan 3,85 3,56 0,46 5,13 6, Listrik, Gas dan Air Bersih 2,37 9,34 10,04 3,33 5, Bangunan 6,22 9,63 1,60 16,70 8, Perdagangan, Hotel dan Restoran 4,71 5,58-0,46 5,42 7, Angkutan dan Komunikasi 3,18 3,91 1,17 4,97 6, Keuangan, Persew. dan Js Persh 5,55 2,62 4,82 5,74 6, Jasa - jasa 6,94 5,60 6,20 7,53 5,81 Produk Domestik Regional Bruto 5,51 4,79-1,79 4,76 4,59 Tabel Inflasi PDRB Kecamatan Kunduran Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 2,34 5,63 6,84 5,03 8, Pertambangan dan Penggalian 3,20 10,45 8,51 3,10 8, Industri Pengolahan 3,57 3,74 1,70 4,34 6, Listrik, Gas dan Air Bersih 3,46 7,18 2,84 4,09 7, Bangunan 5,46 7,81 1,79 3,36 4, Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,65 3,16 0,80 4,78 6, Angkutan dan Komunikasi 4,35 4,88 2,43 3,54 7, Keuangan, Persew. dan Js Persh 6,24 8,60 0,29 4,00 5, Jasa - jasa 4,60 8,76 3,80 3,99 6,66 Produk Domestik Regional Bruto 3,31 5,68 5,09 4,71 7,49 Tinjauan PDRB Kab. Blora

306 PDRB KECAMATAN KUNDURAN Tabel Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Kunduran Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Kunduran (Juta Rp) 336, , , , , Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) 62,883 62,077 62,427 62,755 63,068 PDRB Per Kapita (Rp) 5,354,965 6,007,444 6,165,730 6,728,428 7,526,596 Tabel Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Kunduran Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Kunduran (Juta Rp) 173, , , , , Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) 62,883 62,077 62,427 62,755 63,068 PDRB Per Kapita (Rp) 2,764,621 2,934,742 2,866,134 2,986,927 3,108, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

307

308

309 PDRB KECAMATAN TODANAN Tabel Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Todanan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 132,19 146,86 159,38 175,91 203, Industri Pengolahan 5.554, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 1.857, , , , , Bangunan 7.693, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Angkutan dan Komunikasi 2.501, , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh , , , , , Jasa - jasa 9.247, , , , ,12 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,05 Tabel Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Todanan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian , , , , , Pertambangan dan Penggalian 100,82 103,54 104,32 109,87 117, Industri Pengolahan 3.650, , , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 479,33 514,35 571,34 592,89 624, Bangunan 4.280, , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Angkutan dan Komunikasi 1.603, , , , , Keuangan, Persew. dan Js Persh 8.530, , , , , Jasa - jasa 5.278, , , , ,42 Produk Domestik Regional Bruto , , , , ,57 Tinjauan PDRB Kab. Blora

310 PDRB KECAMATAN TODANAN Tabel Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Todanan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 69,05 69,05 68,98 68,62 68, Pertambangan dan Penggalian 0,06 0,06 0,07 0,07 0, Industri Pengolahan 2,70 2,69 2,65 2,63 2, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,90 0,93 1,05 1,05 1, Bangunan 3,74 4,05 4,10 4,37 4, Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,42 7,62 7,17 7,19 7, Angkutan dan Komunikasi 1,22 1,20 1,19 1,19 1, Keuangan, Persew. dan Js Persh 9,40 9,70 9,71 9,73 9, Jasa - jasa 4,50 4,70 5,06 5,14 5,19 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Todanan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 70,50 70,31 69,40 68,81 68, Pertambangan dan Penggalian 0,09 0,09 0,09 0,09 0, Industri Pengolahan 3,17 3,18 3,24 3,25 3, Listrik, Gas dan Air Bersih 0,42 0,43 0,49 0,49 0, Bangunan 3,71 4,03 4,18 4,51 4, Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,74 8,44 8,26 8,27 8, Angkutan dan Komunikasi 1,39 1,38 1,42 1,44 1, Keuangan, Persew. dan Js Persh 7,40 7,45 7,78 7,90 8, Jasa - jasa 4,58 4,70 5,13 5,24 5,31 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100, Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

311 PDRB KECAMATAN TODANAN Tabel Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Todanan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 5,86 4,07-3,93 3,07 3, Pertambangan dan Penggalian 4,29 2,70 0,76 5,32 7, Industri Pengolahan 3,08 4,67-0,55 4,16 6, Listrik, Gas dan Air Bersih 3,52 7,31 11,08 3,77 5, Bangunan 3,38 13,35 0,97 12,13 8, Perdagangan, Hotel dan Restoran 3,27 0,75-4,71 4,06 7, Angkutan dan Komunikasi 3,55 3,36 0,56 4,97 6, Keuangan, Persew. dan Js Persh 6,12 5,14 1,51 5,59 6, Jasa - jasa 6,14 7,04 6,35 6,09 5,71 Produk Domestik Regional Bruto 5,43 4,36-2,68 3,95 4,37 Tabel Inflasi PDRB Kecamatan Todanan Tahun ( % ) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian 3,32 5,72 6,18 4,96 7, Pertambangan dan Penggalian 4,54 8,18 7,71 4,80 8, Industri Pengolahan 2,49 4,73 1,25 3,56 7, Listrik, Gas dan Air Bersih 4,06 5,97 3,17 4,56 6, Bangunan 7,50 4,99 2,53 3,36 4, Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,04-1,13 0,88 4,78 6, Angkutan dan Komunikasi 4,63 4,72 1,36 3,54 7, Keuangan, Persew. dan Js Persh 5,74 7,98 0,74 3,18 5, Jasa - jasa 5,49 7,40 3,46 4,14 6,60 Produk Domestik Regional Bruto 3,96 5,44 4,91 4,62 7,12 Tinjauan PDRB Kab. Blora

312 PDRB KECAMATAN TODANAN Tabel Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Todanan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Todanan (Juta Rp) , , , , ,05 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tabel Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kecamatan Todanan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB Kecamatan Todanan (Juta Rp) , , , , ,57 Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

313 BAGIAN II PDRB KAB BLORA 2013 MENURUT PENGGUNAAN

314

315 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Pendekatan lain dalam penyusunan PDRB adalah melalui pendekatan pengeluaran, atau yang biasa dikenal sebagai PDRB menurut penggunaan, yaitu PDRB yang didekati dari Komponen Pengeluaran, Komponen Investasi dan Ekspor Neto. Komponen Pengeluaran terdiri atas pengeluaran rumah tangga, pengeluaran pemerintah dan pengeluaran lembaga non profit. Komponen Investasi terdiri atas pembentukan modal tetap bruto dan perubahan inventori. Dan Ekspor Neto merupakan selisih antara ekspor dan impor barang dan jasa. Ketersediaan PDRB menurut Penggunaan dapat menggambarkan pola dan besaran konsumsi rumah tangga, lembaga nirlaba dan konsumsi pemerintah, serta besaranpembentukan modal tetap brutoyang terbentuk selama tahun perhitungan. Selain itu juga dapat diperoleh informasi tentang surplus/defisit neraca perdagangan barang dan jasa dengan wilayah lain. Dari komponen PDRB menurut penggunaan ini dapat diturunkan beberapa indikator makro di antaranya tingkat kecenderungan konsumsi marjinal (marginal propensity to consume), ICOR (incremental capital output ratio), rasio pembentukan modal tetap terhadap konsumsi, dan sebagainya. Sampai saat ini pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan faktor yang paling dominan dari PDRB sisi penggunaan, sehingga pertumbuhanpdrbnyajuga cukup tergantung dari pertumbuhan positif pengeluaran konsumsi rumah tangga. Secara umum faktor utama yang Tinjauan PDRB Kab. Blora

316 BAB I PENDAHULUAN mempengaruhi besaran konsumsi rumah tangga adalah faktor pendapatan, semakin tinggi pendapatan biasanya akan diikuti dengan semakin meningkatnya konsumsi dan sebaliknya. Konsumsi rumah tangga terdiri atas konsumsi makanan dan non makanan yang dihitung selama kurun waktu satu tahun. Sampai saat ini peran pemerintah dalam pembentukan PDRB masih cukup signifikan. Pengeluaran pemerintah dalam bentuk belanja rutin dan gaji menjadi komponen utama dari konsumsi pemerintah. WW Rostow dan RA Musgrave menghubungkan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi. Pada tahap awal pembangunan ekonomi, menurut mereka, rasio investasi pemerintah memiliki prosentase cukup besar terhadap investasi total, dengan perkataan lain rasio pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan nasional relatif besar, karena pemerintah harus menyediakan berbagai sarana dan prasarana. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan guna memacu pertumbuhan agar dapat lepas landas. Bersamaan dengan itu porsi investasi pihak swasta juga meningkat. Tahap berikutnya, besar investasi atau peranan pemerintah masih diperlukan karena pada tahap ini banyak terjadi kegagalan pasar yang ditimbulkan oleh perkembangan ekonomi itu sendiri. Sampai saat ini pengukuran PDRB dengan menggunakan pendekatan nilai tambah (PDRB sektoral) sudah lebih maju dan lebih baik jika dibandingkan dengan pendekatan penggunaan. Hal ini terjadi antara lain karena kendala-kendala di lapangan, terutama ketidaktersediaan data sekunder maupun keterbatasan dalam mendapatkan data primer, disamping teknik penghitungan maupun sumberdaya penghitungnya yang masih terbatas. 284 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

317 BAB I PENDAHULUAN Seperti yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 mengalami sedikit perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu tumbuh sebesar 5,00 persen, dimana pada tahun 2012 tercatat sebesar 5,03 persen. Angka pertumbuhan ekonomi tersebut menunjukkan bahwa kinerja pembangunan di Blora pada tahun tersebut cukup menggembirakan, karena di tahun itu tantangan-tantangan di bidang ekonomi cukup besar salah satunya adalah adanya kenaikan harga bahan bakar minyak yang diikuti dengan angka inflasi yang cukup tinggi.keberhasilan ini tidak bisa lepas dari peran serta seluruh masyarakat, termasuk para pelaku ekonomi, yang ditopang oleh kebijakan pemerintah yang berada pada jalur yang benar. Diharapkan dengan pertumbuhan yang cukup baik tersebut hasil pembangunan akan dirasakan terutama oleh masyarakat luasdi Kabupaten Blora Maksud dan Tujuan Hasil dari pelaksanaan pembangunan tentu saja diharapkan dapat dievaluasi dan ditindak lanjuti serta dapat dijadikan sebagai awal penyusunan perencanaan berikutnya sehingga pelaksanaan pembangunan kedepan lebih terarah, baik sasaran maupun manfaatnya. Berangkat dari situlah buku PDRB ini disajikan, dengan tujuan dapat dijadikan sebagai salah satu sarana tolok ukur untuk menilai kinerja pelaksanaan pembangunan khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam buku ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran kondisi perekonomian ditinjau dari sisi penggunaan. Hasil-hasil penyajian angka-angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut penggunaan ini sangat berguna dalam Tinjauan PDRB Kab. Blora

318 BAB I PENDAHULUAN pengambilan kebijaksanaan di bidang ekonomi antara lain: memberikan gambaran fenomena ekonomi tentang perilaku konsumsi masyarakat, pengeluaran konsumsi pemerintah pada umumnya serta investasi (fisik) pada khususnya. Selain itu juga dapat diperoleh informasi tentang surplus atau defisitnya neraca perdagangan barang dan jasa dengan wilayah lain. Dan berguna juga sebagai salah satu bahan untuk analisa tingkat kemakmuran masyarakat, sebagai alat kontrol dalam pelaksanaan pembangunan dan sebagai alat evaluasi hasil-hasil pembangunan, serta sebagai bahan kebijaksanaan di bidang pembangunan dan pengarahan investasi Sasaran Sasaran yang akan dicapai dari penyusunan publikasi PDRB menurut Penggunaan ini adalah : 1. Tersedianya data statistik konsumsi barang dan jasa oleh rumah tangga, lembaga LNPRT, dan pemerintah. 2. Tersedianya data Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan data perubahan inventori. 3. Tersedianya data arus perdagangan barang dan jasa antar wilayah Manfaat Penyusunan PDRB Penggunaan Kabupaten Blora tahun 2011 sangat bermanfaat bagi pemerintah daerah pada umumnya dan pengambil kebijakan pada khususnya dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan dalam: 1. Mengetahui pola konsumsi makanan dan non makanan masyarakat/rumah tangga, konsumsi pemerintah dan konsumsi 286 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

319 BAB I PENDAHULUAN LNPRT. 2. Mengetahui pola investasi. 3. Mengetahui surplus atau defisitnya neraca perdagangan Kabupaten Blora. Dengan demikian pemerintah punya dasar/pijakan yang kuat dalam membuat perencanaan pembangunan dengan lebih baik. Selain itu, pemerintah juga dapat melakukan intervensi baik secara langsung maupun tidak langsung agar proporsi pola konsumsi, pola investasi dan neraca perdagangan lebih berimbang sehingga mampu menggerakan percepatan pembangunan ekonomi di Kabupaten Blora. Tinjauan PDRB Kab. Blora

320 BAB I PENDAHULUAN 288 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

321 BAB II KONSEP DEFINISI Aktivitas yang terjadi dalam masyarakat secara umum didasarkan pada dua motivasi pokok yaitu motif ekonomi dan motif non ekonomi. Kedua motif tersebut akan menimbulkan interaksi dalam masyarakat yang pada akhirnya akan berpengaruh pada arus ekonomi. Interaksi maupun transaksi yang terjadi dalam masyarakat terutama yang dilakukan pelaku ekonomi baik berbentuk tindakan produksi, konsumsi maupun akumulasi (investasi) akan membentuk suatu proses ekonomi yang panjang dan berkaitan. Interaksi dalam masyarakat akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan tersebut terjadi sebagai akibat dari perkembangan jumlah penduduk, perubahan gaya hidup dan perilaku konsumsi dari sebagian besar masyarakat. Permintaan akan produkproduk ekonomi untuk memenuhi kebutuhan akan lebih banyak dan lebih bervariasi. Hal ini tentu akan direspon para produsen dengan meningkatkan produksinya baik secara kuantitas maupun kualitas. Para produsen akan mengoptimalkan dan mengefisienkan sumber daya yang dimilikinya dalam memproduksi barang dan jasa dengan meningkatkan tehnologi produksinya. Proses peningkatan produksi barang dan jasa inilah yang disebut sebagai proses pembangunan ekonomi. 2.1 Siklus Kegiatan Ekonomi Konsep ekonomi klasik secara sederhana menjelaskan bahwa transaksi ekonomi (makro) yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, dibedakan menjadi dua kelompok pelaku utama Tinjauan PDRB Kab. Blora

322 BAB II KONSEP DEFINISI yaitu produsen dan konsumen. Kelompok produsen menggunakan faktorfaktor produksi yang dimiliki oleh kelompok konsumen bagi kepentingan proses produksinya dengan tujuan untuk menghasilkan berbagai produk barang dan jasa, atau lazimnya disebut sebagai output. Di sisi lain kelompok konsumen memiliki atau menguasai faktor-faktor produksi berupa tanah (land), tenaga kerja (labor), modal (capital) dan kewiraswastaan (entrepreneurshipl) yang digunakan oleh produsen sebagai input untuk mendukung kegiatan proses produksinya. Sebagai kompensasinya, konsumen akan menerima balas jasa dari produsen berupa sewa tanah,upah dan gaji, bunga modal, dividen serta bentuk keuntungan lainnya. Balas jasa yang diterima oleh konsumen ini merupakan sumber pendapatan masyarakat, yang selanjutnya akan digunakan untuk membeli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhirnya. Pada sisi yang berbeda, barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen tadi akan dibeli kembali oleh konsumen untuk digunakan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hubungan antara penyediaan produk di satu sisi serta penggunaan (permintaan) di sisi lainnya ini disebut sebagai titik keseimbangan umum (general equilibrium) antara Supply dan Demand. Bahkan interaksi yang terjadi antara kedua kelompok besar pelaku ekonomi ini terjadi secara terus menerus dan berkelanjutan membentuk suatu siklus perekonomian. Pada proses ini produsen berfungsi sebagai penghasil produk, sedangkan konsumen sebagai pemakai produk akhir. Dari siklus makro tersebut dapat dilihat gambaran tentang struktur ekonomi serta perubahan-perubahan yang terjadi, pertumbuhan ekonomi maupun beberapa data agregat lainnya. Pada sisi lain ada peran pemerintah dalam mengatur sistem ekonomi suatu wilayah. Peran utama pemerintah tersebut adalah sebagai 290 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

323 BAB II KONSEP DEFINISI regulator, fasilitator maupun stabilitator antara pihak produsen dengan konsumen dalam menjaga keberlangsungan aktivitas ekonomi, agar sistem ekonomi dapat berjalan dengan tertib dan lancar. Untuk melihat siklus (perputaran) sistem perekonomian suatu wilayah atau negara secara sederhana adalah dengan menggunakan model perekonomian tertutup di mana diasumsikan tidak ada transaksi ekonomi antara wilayah tersebut dengan wilayah/negara lain (seperti halnya transaksi ekspor dan impor). Wilayah yang menganut sistem ekonomi tertutup tidak menggunakan produk yang dihasilkan oleh negara lain, begitu juga sebaliknya, negara lain juga tidak menggunakan produk yang dihasilkan oleh wilayah tersebut. Gambar 2.1. Siklus Kegiatan Ekonomi Tertutup a. Faktor-faktor produksi (arus faktor) b. Balas jasa faktor produksi (arus uang) Produsen (Perusahaan) Konsumen (Rumah tangga) c. Pengeluaran konsumsi (arus uang) d. Barang dan jasa (arus produk) Berdasarkan siklus makro tersebut, secara sederhana dapat dijelaskan beberapa arus transaksi yang terjadi antara produsen dengan konsumen sebagaimana berikut ini: a. arus penyediaan faktor produksi yang terdiri dari unsur tanah, tenaga kerja, kapital, kewirausahaan; Tinjauan PDRB Kab. Blora

324 BAB II KONSEP DEFINISI b. arus balas jasa faktor produksi atau pendapatan yang terdiri atas unsur sewa tanah, upah dan gaji, bunga, deviden, serta keuntungan; c. arus pengeluaran untuk kebutuhan konsumsi; d. arus barang dan jasa yang menjadi konsumsi. Gambar di atas menunjukkan adanya hubungan secara langsung antara arus produk dengan arus uang (moneter). Apabila seluruh transaksi dikonversikan kedalam satu satuan moneter (rupiah) maka keempat alur transaksi tersebut akan memberikan besaran nilai yang sama. Aliran faktor produksi dari rumah tangga ke produsen akan menyebabkan terjadinya arus balik dari produsen ke rumah tangga dalam bentuk pendapatan atau yang disebut sebagai balas jasa faktor produksi. Pendapatan faktor yang dibayarkan oleh produsen tersebut merupakan sumber penerimaan bagi rumah tangga yang pada gilirannya akan digunakan untuk membiayai kebutuhan konsumsinya. Konsumsi tersebut meliputi penggunaan berbagai produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen (perusahaan); Atau dengan kata lain pendapatan di satu sisi akan sama dengan penggunaan di sisi yang lain. Dengan demikian maka aliran produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen akan sama dengan aliran uang yang dibayarkan oleh rumah tangga untuk membeli barang dan jasa tersebut. Dalam kenyataannya, barang dan jasa yang digunakan baik untuk konsumsi maupun barang modal, tidak semuanya berasal dari dalam negeri tetapi bisa juga sebagian dari luar negeri (import). Juga sebaliknya barang dan jasa yang dihasilkan didalam negeri tidak semuanya digunakan di dalam negeri tetapi sebagian digunakan oleh luar negeri (export). Seluruh aktivitas dan transaksi perdagangan tersebut akan tergambar dalam sistem perekonomian terbuka yang strukturnya sedikit 292 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

325 BAB II KONSEP DEFINISI lebih rumit dibandingkan dengan perekonomian sistem tertutup. Interaksi perdagangan antara pelaku ekonomi domestik dengan luar negeri akan menyebabkan terjadinya aliran devisa baik masuk maupun keluar wilayah. Dalam hal pendapatan regional, pengertian luar negeri bisa juga mencakup luar daerah atau luar wilayah. Gambar 2.2. Siklus Transaksi Ekonomi Terbuka Luar Negeri Produsen Rumahtangga Berdasarkan siklus ekonomi terbuka tersebut, Produk Domestik Regional Bruto, dapat dideskripsikan secara lebih jauh sebagai berikut: a. Kalau ditinjau dari segi produksi (arus nilai tambah) disebut sebagai Produk Regional, yang merupakan penjumlahan komponen nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh unit-unit produksi (produsen) di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. b. Kalau ditinjau dari segi pengeluaran atau penggunaan disebut sebagai pengeluaran/penggunaan atas produk regional (regional expenditure), yang merupakan penjumlahan dari pengeluaran konsumsi akhir yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga nirlaba, pemerintah, maupun produsen dalam bentuk konsumsi akhir, Tinjauan PDRB Kab. Blora

326 BAB II KONSEP DEFINISI pembentukan modal tetap bruto, perubahan inventori serta ekspor dan impor suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. c. Kalau ditinjau dari segi pendapatan disebut sebagai pendapatan regional (regional income) yang merupakan jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki atau dikuasai oleh penduduk suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. 2.2 Siklus Pendapatan dan Penerimaan Regional Tujuan akhir dari pengukuran PDRB adalah untuk menghitung besarnya pendapatan yang diterima oleh masyarakat di suatu wilayah. Pendapatan yang diterima inilah yang akan menjadi dasar ukuran kemakmuran suatu wilayah, karena dengan adanya pendapatan tersebut menyebabkan masyarakat dapat membiayai kebutuhannya. Analoginya, bahwa pendapatan tercipta akibat dari adanya proses produksi, dimana kemudian pendapatan tersebut akan digunakan oleh masyarakat sebagai sumber pembiayaan konsumsinya. Pendapatan yang berasal dari kompensasi faktor produksi ini akan di-redistribusikan kembali diantara kelompok masyarakat dalam bentuk hibah atau transfer, atau pemberian dalam bentuk lain (natura) secara cuma-cuma yang bersifat tidak mengikat. Dalam kenyataannya, pendapatan yang dihasilkan oleh suatu wilayah belum tentu seluruhnya dapat dinikmati dan digunakan oleh masyarakat di wilayah tersebut. Ada sebagian pendapatan yang mengalir keluar wilayah lain, begitu pula sebaliknya, ada pula pendapatan yang berasal dari wilayah lain yang dinikmati oleh masyarakat di wilayah tersebut. Implikasi dari kondisi tersebut adalah terjadinya aliran 294 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

327 BAB II KONSEP DEFINISI pendapatan antar wilayah, atau timbulnya arus pendapatan yang mengalir dari suatu daerah ke daerah lainnya, sebagaimana dijelaskan pada diagram berikut ini: Gambar 2.3. Arus Pendapatan Faktor Regional Luar Negeri Produsen Transfer Konsumen Pendapatan yang mengalir antar wilayah tersebut dapat berupa pendapatan faktor itu sendiri (distribusi primer) atau redistribusi pendapatan (distribusi sekunder), antar pelaku ekonomi maupun antar wilayah dalam bentuk pemberian atau penerimaan hibah atau transfer. Dengan demikian maka untuk memperoleh gambaran penerimaan masyarakat yang sesungguhnya (pendapatan disposabel) harus diperhitungkan pula dengan aliran pendapatan yang mengalir keluar maupun yang masuk di wilayah tersebut, baik dalam bentuk pendapatan faktor netto maupun transfer/hibah netto. Pendapatan masyarakat yang berupa balas jasa faktor produksi, baik yang berasal dari wilayah tersebut maupun yang berasal dari wilayah lain dikurangi dengan pendapatan yang dibayarkan ke wilayah lain (faktor produksi dimiliki oleh wilayah lain), disebut sebagai pendapatan regional. Kemudian pendapatan regional yang ditambahkan Tinjauan PDRB Kab. Blora

328 BAB II KONSEP DEFINISI dengan transfer yang diterima dikurangi dengan transfer yang dibayar ke wilayah lain ini disebut penerimaan disposibel regional. Penerimaan atas pendapatan faktor milik sendiri maupun yang diterima dari pendapatan faktor pihak lain ini digambarkan sebagai penerimaan masyarakat yang benar-benar dapat dibelanjakan dan dinikmati masyarakat di wilayah tersebut (disposable income). Transfer merupakan proses pendistribusian atau pengalokasian kembali pendapatan faktor yang diberikan oleh pemilik faktor produksi kepada pihak lain secara cuma-cuma, atau tanpa adanya suatu kewajiban. Diartikan juga sebagai pemberian yang bersifat tidak mengikat yang digambarkan sebagai proses redistribusi pendapatan masyarakat sebagai akibat dari adanya dorongan, motivasi serta tindakan sosial. Transfer yang dimaksud disini adalah transfer berjalan (current transfer) seperti halnya sumbangan bencana alam, sumbangan pendidikan, sumbangan kesehatan dan sebagainya. Dilihat dari lalu lintasnya maka transfer dapat terjadi antar rumah tangga, antara rumah tangga dengan pemerintah, antar pemerintah, antara rumah tangga dengan perusahaan, antar perusahaan serta antara perusahaan dengan pemerintah. Dengan demikian pendapatan yang diterima masyarakat yang diterima dari berbagai sektor ekonomi produksi, akan didistribusikan atau dialokasikan kembali kepada pihak-pihak lain di dalam wilayah maupun antar wilayah. Relokasi pendapatan dalam bentuk transfer akan menyebabkan terjadinya transaksi penerimaan bagi kelompok penerima pendapatan dan kelompok pemilik faktor produksi. Sebagai contoh ada orang yang mempunyai pendapatan sebagai pemilik faktor produksi tetapi juga menerima bagian dari pendapatan milik pihak lain dalam bentuk hadiah atau sumbangan. PDRB menurut sektor produksi (pendekatan nilai tambah) lebih 296 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

329 BAB II KONSEP DEFINISI mencerminkan tentang tingkat produktivitas suatu daerah/wilayah; Data tersebut menjelaskan tentang kemampuan suatu wilayah dalam menghasilkan output (produk) serta dalam menciptakan nilai tambah. PDRB menurut penggunaan lebih menggambarkan tentang bagian dari produk regional yang digunakan untuk keperluan konsumsi akhir, pembentukan modal serta yang dieskpor. Untuk melihat peran ekonomi domestik maka total PDRB menurut sektor tersebut harus dikurangi dengan impor. PDRB menurut penggunaan dapat pula diartikan sebagai kemampuan masyarakat dalam menggunakan pendapatannya untuk keperluan konsumsi maupun untuk tabungan, dimana tabungan tersebut merupakan sumber investasi domestik (dilihat dari aspek moneter). Sementara itu transaksi ekspor dan impor lebih menggambarkan tentang kemampuan daerah dalam menciptakan pendapatan yang berasal dari transaksi perdagangan dengan wilayah lain, termasuk luar negeri. Sedangkan PDRB menurut pendekatan pendapatan lebih menekankan tentang aspek pemerataan pendapatan. Tipikal arus transaksi yang sama berlaku pula bagi kegiatan dalam proses distribusi (primary distribution) serta redistribusi pendapatan (pengalokasian kepada pihak lain atau disebut sebagai transfer). Proses ini bisa juga terjadi antar daerah atau antar wilayah, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap struktur pendapatan atau penerimaan daerah. Dengan demikian sebenarnya data agregat makro pendapatan disposabel regional (regional disposabel income) dapat lebih menggambarkan informasi tentang tingkat kemakmuran atau kesejahteraan sebagai dampak pembangunan, yang benar-benar potensi untuk dinikmati atau diakses oleh masyarakat. Apabila dilihat dari ukuran pemerataan orang-perorang (nilai ratarata), maka PDRB perkapita yang disebut sebagai ukuran produktivitas Tinjauan PDRB Kab. Blora

330 BAB II KONSEP DEFINISI tersebut sebenarnya menggambarkan tingkat kemampuan potensial setiap individu di wilayah tersebut untuk menghasilkan produk atau menciptakan nilai tambah; Sedangkan pendapatan regional perkapita yang disebut sebagai ukuran kemakmuran menggambarkan tingkat kesejahteraan potensial yang dapat dinikmati oleh setiap individu di wilayah tersebut, tanpa perlu membedakan faktor jabatan, usia, jenis kelamin, suku bangsa, ataupun aspek sosial ekonomi lainnya Klasifikasi Kegiatan Pelaku kegiatan (aktivitas), transaksi maupun produk ekonomi yang terjadi di suatu wilayah sangat beraneka ragam dilihat dari sifat maupun jenisnya. Maka untuk kepentingan analisis, berbagai kategori atau karakteristik yang sangat beragam tersebut perlu dikelompokkelompokkan ke dalam bagian-bagaian yang lebih kecil. Maksud utama pengelompokan melalui proses klasifikasi ini adalah untuk menghimpun data/informasi yang sangat heterogen ke dalam golongan yang sesuai sehingga karakteristiknya menjadi relatif sama (homogen). Keseragaman dalam konsep, definisi serta klasifikasi diperlukan dalam rangka keterbandingan data yang dihasilkan, sehingga gambaran mengenai perkembangan dan perbedaan antar daerah/wilayah, antar waktu atau antar karakteristik tertentu menjadi lebih baik dan lebih tepat. Penggolongan yang paling sederhana adalah menurut pelaku ekonomi yang secara garis besar terbagi atas konsumen, produsen, pemerintah dan luar negeri. Penggolongan ini tentunya didasarkan pada fungsi dan tujuan utama masing-masing pelaku ekonomi tersebut. SNA 93 menggolongkan pelaku-pelaku ekonomi (actors) menjadi korporasi (finansial dan non-finansial), rumah tangga, lembaga non-profit yang melayani rumah tangga, pemerintah, serta luar negeri (rest of the 298 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

331 BAB II KONSEP DEFINISI world). Konsep konsumen selama ini dipakai identik dengan rumah tangga sedangkan yang dimaksud dengan produsen adalah pelakupelaku ekonomi produksi. Lingkup ini tentunya sangat berbeda dengan klasifikasi yang digunakan dalam SNA 93 yang lebih cenderung membuat klasifikasi berdasarkan institusi atau kelembagaan. Institusi ini bisa dalam bentuk perorangan atau pun kolektif. Dalam kaitannya dengan penyusunan PDRB maka secara garis besar struktur dan perilaku ekonomi tersebut, suatu wilayah dapat dikelompokkan atau dibedakan menurut: a. Lapangan usaha/sektoral (production approach) b. Penggunaan/pengeluaran (expenditure approach) c. Pendapatan atau balas jasa faktor produksi (income approach) Penggolongan atau klasifikasi yang telah dipakai dalam penyusunan PDRB sektoral selama ini adalah Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI). Penetapan klasifikasi ini didasarkan pada batasan kegiatan atau perilaku ekonomi produksi, yang menekankan pada aspek proses produksi dengan sektor-sektor ekonomi yang menghasilkannya. Penggolongan kegiatan ekonomi ke dalam suatu sektor/lapangan usaha ini didasarkan pada kesamaan dan kebiasaan satuan ekonomi dalam cara berproduksi, sifat maupun jenis produk (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh sektor-sektor tersebut. Lebih lanjut yang dimaksud dengan konsep produksi dalam penyusunan klasifikasi ini adalah yang berkaitan dengan proses, tekonologi dan organisasi dalam menghasilkan barang dan jasa tersebut. Perlu diingat bahwa ada sedikit perbedaan antara konsep produksi dengan konsep produk, berkaitan dengan kharakteristik dari masing-masing variabel tersebut. Tinjauan PDRB Kab. Blora

332 BAB II KONSEP DEFINISI Dalam klasifikasi lapangan usaha secara internasional tersebut, lapangan usaha dibagi kedalam 10 (sepuluh) sektor ekonomi produksi sebagaimana telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya. Akan halnya klasifikasi di Indonesia, BPS telah menerbitkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) yang menjadi pegangan bagi kegiatan pengumpulan data atau penyusunan statistik di Indonesia. Dalam penyusunan pendapatan nasional atau pun pendapatan regional, klasifikasi sektor produksi yang dipakai terdiri dari sembilan sektor utama sebagaimana telah dijelaskan di atas (tidak termasuk kegiatan yang tidak jelas batasannya). Sedangkan Klasifikasi atau penggolongan PDRB menurut sisi penggunaan dapat dibedakan atas 2 (dua) kategori utama, yaitu menurut pelaku ekonomi dan menurut jenis transaksi. Pelaku ekonomi terdiri atas rumah tangga (RT), lembaga non-profit pelayan rumah tangga (LNPRT), pemerintah (pusat dan daerah), investor (pelaku investasi fisik), serta luar daerah/wilayah dan luar negeri (eksportir dan importir); Sedangkan jenis transaksinya digolongkan menurut pengeluaran untuk penggunaan berbagai produk sebagai konsumsi akhir serta untuk investasi (PMTB). Kemudian pada transaksi eksternal perlu dibedakan dengan pihak mana transaksi tersebut dilakukan (domestik atau luar negeri). Pada umumnya transaksi ekspor dan impor (antar-wilayah/negara) digolongkan hanya berdasarkan sifat dan jenis produk. Penggolongan menurut transaksi yang dilakukan oleh berbagai pelaku ekonomi dalam wilayah ini disebut sebagai pengeluaran atau penggunaan konsumsi akhir. Dengan demikian maka untuk selanjutnya transaksi-transaksi tersebut yang akan menjadi dasar penggolongan PDRB menurut permintaan/penggunaan akhir ini akan dibedakan sebagaimana berikut: 300 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

333 BAB II KONSEP DEFINISI 1. Konsumsi akhir Rumah Tangga (RT) Lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) Pemerintah (Pem) 2. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Rumah tangga Pemerintah Badan usaha milik negara/daerah (BUMN/BUMD) Perusahaan swasta 3. Inventori (persediaan) 4. Perdagangan antar-wilayah Keluar (domestik, outflow) Masuk (domestik, inflow) 5. Perdagangangan antar-negara Ekspor (luar negeri, outflow) Impor (luar negeri, inflow) 6. Diskrepansi statistik Dengan demikian maka penggolongan tersebut merupakan kombinasi antara jenis transaksi, pelaku transaksi, serta wilayah transaksi yang dirinci sesuai dengan kepentingan analisis. Sementara itu meskipun sangat dimungkinkan tetapi komponen inventori tidak digolongkan secara rinci karena pertimbangan teknis semata. Penilaian PDRB menurut pengeluaran/penggunaan lazim dilakukan dengan pendekatan arus komoditi (commodity flow), yang dengan kata lain disebut sebagai pendekatan tidak langsung (indirect method). Sampai sekarang, pendekatan dengan cara konvensional ini Tinjauan PDRB Kab. Blora

334 BAB II KONSEP DEFINISI masih digunakan oleh hampir seluruh negara di dunia karena dianggap sebagai cara yang relatif mudah, praktis dan efisien. Pendekatan arus komoditi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap berbagai produk barang dan jasa (komoditi) baik yang berasal dari produk domestik maupun impor yang dikonsumsi oleh pelaku-pelaku ekonomi bersangkutan. Karena informasi yang dapat diperoleh dari masing-masing segmen pelaku konsumsi akhir bersangkutan belum memadai (kelengkapan, akurasi dan kesinambungan) menyebabkan metode ini masih direkomendasikan sampai saat ini. Perlu ditambahkan bahwa sebagian besar data konsumsi akhir ini diperoleh dari hasil sistem pencatatan administrasi Konsep Secara Umum Telah dijelaskan sebelumnya bahwa data PDRB ini sebagian besar diturunkan dari data neraca produksi. Khusus bagi PDRB menurut penggunaan penggolongan dilihat dari struktur sisi keluaran (output). Pada sisi ini dapat ditelusuri lebih jauh penggunaan atas produk barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah tersebut. Dengan demikian maka seluruh transaksi yang ada dipastikan mempunyai keterkaitan dengan transaksi pada neraca-neraca lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung (articulated). Neraca produksi merupakan neraca yang pertama kali terbentuk dalam perangkat data sistem neraca nasional (SNN) yang pada gilirannya akan menurunkan neraca-neraca berikutnya. Dari neraca produksi inilah pengukuran komponen PDRB melalui kedua pendekatan tadi dapat disajikan. Beberapa konsep dasar yang melatarbelakangi penyusunan neraca nasional pada umumnya serta PDRB diuraikan di bawah ini. 302 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

335 BAB II KONSEP DEFINISI Wilayah ekonomi Wilayah ekonomi adalah wilayah geografi yang secara administrasi dikelola oleh suatu pemerintahan (negara), di mana manusia, barang dan modal bebas berpindah, yang meliputi: wilayah udara, daratan dan perairan. Selain itu wilayah ekonomi ini juga mencakup wilayah khusus seperti kedutaan, konsulat dan pangkalan militer, serta zona bebas aktif (lepas pantai). Ekonomi Domestik Ekonomi domestik adalah kegiatan ekonomi yang terjadi dalam wilayah domestik suatu daerah, yang dibedakan dengan luar daerah berdasarkan konsep residen, bukan karena unsur kedaerahan yang dilakukan oleh unit-unit institusi ekonomi yang dikelola oleh residen. Residen Residen adalah unit institusi yang mempunyai pusat kegiatan ekonomi dalam batas ekonomi suatu daerah (centre of economic interest). Peran penting ini ditandai dengan dua faktor penting yaitu tempat tinggal (dwelling) dan tempat aktivitas berproduksi dalam jangka waktu yang relatif panjang, biasanya satu tahun. Tujuannya untuk membedakan batas teritorial suatu daerah terhadap daerah-daerah lainnya. Unit ekonomi yang bukan merupakan residen suatu daerah dianggap sebagai sektor luar daerah/luar negeri/asing (non-resident). Produk Produk adalah output (keluaran) yang dihasilkan oleh suatu proses produksi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi di wilayah domestik, pada satu waktu tertentu. Produk yang dalam istilah lain disebut sebagai komoditi ini menurut sifatnya dibedakan atas produk dalam bentuk barang (goods) serta jasa (services). Tinjauan PDRB Kab. Blora

336 BAB II KONSEP DEFINISI Produk Domestik Produk domestik adalah nilai akhir produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor produksi dalam sistem ekonomi domestik, setelah diperhitungkan dengan nilai barang dan jasa yang berasal dari impor. Total penyediaan produk yang berasal dari produk domestik dan impor disebut sebagai total penyediaan (supply). Neraca Produksi Neraca produksi adalah neraca dasar yang disajikan dalam format T yang berisikan data tentang perilaku dan proses produksi, yang alur prosesnya terdiri dari input, transformasi serta keluaran (output). Pada lajur kiri neraca disajikan data struktur input yang menggambarkan pengeluaran dari kegiatan produksi, yang secara garis besar dibedakan atas input antara dan input primer (nilai tambah bruto); Sedangkan pada lajur kanan diuraikan struktur keluaran yang bisa digolongkan lebih jauh menurut sifat produk, jenis produk, serta tujuan penggunaan produk. Domestik Batas domestik adalah batas teritorial kegiatan ekonomi yang hampir mendekati konsep wilayah teritorial suatu negara secara hukum (batas administrasi), merupakan terminologi baku yang digunakan dalam penyusunan statistik neraca nasional yang memberikan batasan jelas tentang kawasan ekonomi penduduk, baik residen maupun non-residen. Nasional dan Regional Produk domestik regional bruto (PDRB) adalah segmen PDB nasional berdasarkan wilayah kegiatan ekonomi, yang mengacu pada pembagian wilayah administrasi pemerintah yang berlaku. Secara hirarkhi tingkat agregasi produk terdiri dari tingkat nasional (Indonesia), propinsi dan kabupaten/kota. Sesuai dengan kepentingan analisis maka 304 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

337 BAB II KONSEP DEFINISI batasan regional bisa pula dibuat menurut kelompok lain, seperti pengelompokkan menurut pulau atau kepulauan atau pengelompokan menurut wilayah pembangunan. PDRB dan PDRN PDRB merupakan produk yang dihasilkan di wilayah ekonomi domestik yang dibedakan dengan PDRN karena unsur penyusutan. Produk domestik regional bruto (PDRB) dikurangi dengan penyusutan sama dengan produk domestik regional neto (PDRN). Dalam pengukuran PDRB baik menurut sektor maupun menurut penggunaan unsur penyusutan harus diperhitungkan untuk menghindari terjadinya pencatatan yang tumpang tindih. Penghitungan atau pengukuran PDRB menurut lapangan usaha (nilai tambah sektor produksi) maupun PDRB menurut pengeluaran/penggunaan dilakukan dengan metode dan tatacara penghitungan yang berbeda, meskipun keduanya mempunyai tujuan akhir yang sama yaitu mengukur tingkat kemakmuran masyarakat. Apabila penghitungan dari sisi lapangan usaha lebih menekankan pada proses penciptaan (distribusi primer) oleh berbagai sektor ekonomi maka penghitungan PDRB menurut penggunaan lebih menekankan pada bagaimana pendapatan masyarakat digunakan atau dikeluarkan untuk kepentingan konsumsi akhir. Konsumsi akhir produk barang dan jasa bisa berasal dari produk domestik bisa pula dari wilayah lain (termasuk impor). Pada umumnya cara pengukuran PDRB menurut pengeluaran menggunakan metode arus komoditi (commodity flow method), yaitu dengan cara menelusuri alokasi barang dan jasa yang tersedia (supply) yang menjadi konsumsi akhir masyarakat di suatu wilayah, pada satu kurun waktu tertentu. Barang dan jasa tersebut bisa berasal dari produk Tinjauan PDRB Kab. Blora

338 BAB II KONSEP DEFINISI domestik maupun impor (baik yang berasal dari wilayah lain maupun negara lain). Melalui pendekatan ini dapat dilihat konsistensi dan keterkaitan antara transaksi supply dengan demand berbagai pelaku ekonomi. Salah satu parameter atau data agregat pokok yang dapat diturunkan dari perhitungan PDRB ini adalah pertumbuhan ekonomi atau yang biasanya disebut sebagai pertumbuhan riil. Parameter ini memberikan indikasi tentang perubahan kuantitas produk atau volume yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi produksi. Apabila pertumbuhan dari masing-masing sektor ekonomi produksi tersebut diagregasikan maka akan membentuk pertumbuhan ekonomi. Lazimnya metode harga konstan yang digunakan untuk menghitung pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan metode yaitu i) revaluasi, ii) ekstrapolasi dan iii) deflasi. Tentu saja pendekatan mana dari ketiga metode tersebut yang dipakai harus disesuaikan dengan tingkat ketersediaan data (volume dan harga) pada masingmasing komoditi komponen PDRB. Khusus bagi PDRB menurut pengeluaran metode deflasi merupakan pendekatan yang sangat direkomendasikan untuk digunakan karena pertimbangan praktis, yaitu tidak tersedianya data volume konsumsi akhir pada masing-masing komoditi komponen PDRB. Deflasi adalah cara menghitung nilai PDRB atas dasar harga konstan (adhk) yang diturunkan dari PDRB atas dasar harga berlaku (adhb). Apabila perhitungan PDRB adhb memberikan gambaran tentang perubahan volume maupun harga, maka PDRB adhk hanya menggambarkan tentang perubahan volume saja (perubahan harga sudah dieliminasi). 306 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

339 2.5. Komponen PDRB Menurut Penggunaan BAB II KONSEP DEFINISI Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan pengeluaran rumah tangga atas barang dan jasa untuk tujuan konsumsi. Rumah tangga dalam hal ini berfungsi sebagai konsumen akhir (final demand) dari berbagai jenis barang dan jasa yang tersedia. Rumah tangga didefinisikan sebagai seorang atau sekelompok orang yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal. Mereka secara bersama mengumpulkan pendapatan, memiliki harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang dan jasa yang utamanya berupa kelompok makanan dan perumahan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup pengeluaran konsumsi rumah tangga atas barang dan jasa baik dengan cara membeli, menerima transfer, atau memproduksi sendiri dengan tujuan untuk dikonsumsi atau tidak diproses lebih lanjut menjadi produk baru, dikurangi hasil penjualan neto barang bekas atau apkiran pada periode waktu tertentu. Barang dan jasa yang dimaksud antara lain dalam bentuk: makanan dan minuman, baik dalam bentuk bahan mentah maupun makanan jaditermasuk minuman beralkohol, tembakau, dan rokok ; perumahan dan fasilitasnya, seperti biaya sewa atau kontrak rumah, bahan bakar,rekening telepon, listrik, dan air, biaya pemeliharaan dan perbaikan rumah, termasukimputasi sewa rumah milik sendiri (owner occupied dwellings) ; Tinjauan PDRB Kab. Blora

340 BAB II KONSEP DEFINISI segala jenis bahan pakaian, pakaian jadi, alas kaki, dan penutup kepala ; barang tahan lama seperti mobil, meubeler, perabot dapur, TV, perhiasan, alat olah raga,binatang peliharaan, tanaman hias ; barang lain seperti bahan kebersihan (sabun mandi, sampo dsj.), bahan kecantikan(kosmetik, bedak, lipstik dsj.), obatobatan, vitamin, buku, alat tulis, surat kabar, dansebagainya; serta jasa-jasa seperti jasa kesehatan (biaya rumah sakit, dokter, imunisasi dsj.), jasa pendidikan (biaya sekolah, kursus dsj.), ongkos transportasi, perbaikan kendaraan, biaya hotel, tiket tempat rekreasi, biaya pembantu rumah tangga. Barang dan jasa yang dibeli langsung (direct purchase) oleh penduduk di luar wilayah atau di luar negeri diperlakukan sebagai transaksi impor, sebaliknya pembelian langsung oleh bukan penduduk di suatu wilayah diperlakukan sebagai ekspor dari wilayah yang bersangkutan. Termasuk dalam konsumsi rumah tangga adalah pembelian barang yang tidak ada duplikatnya (tidak diproduksi kembali) seperti hasil karya seni dan barang antik (yang dihitung nilai marjinnya). Meskipun barang tersebut sudah dinilai pada saat diproduksi, tetapi karena nilainya cenderung naik maka umumnya dari waktu ke waktu harga barang tersebut relatif lebih mahal. Pembelian atas produk lama semacam ini diperlakukan sebagai pembelian produk baru. Begitu pula dengan imputasi sewa rumah. Alasan diperhitungkannya nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri, karena dalam hal ini rumah tangga pemilik dianggap menghasilkan jasa sewa rumah bagi diri sendiri. Imputasi sewa 308 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

341 BAB II KONSEP DEFINISI rumah adalah perkiraan nilai sewa atas dasar harga pasar meskipun status rumah tersebut adalah milik sendiri. Apabila rumah tangga benar-benar menyewa rumah, maka yang diperhitungkan adalah nilai sewa yang sebenarnya dibayar, baik dibayar secara penuh maupun tidak (karena mendapat subsidi). Dalam komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga termasuk imputasi atas jasa layanan lembaga keuangan (seperti bank) yang disebut sebagai FISIM (Financial Intermediation Services Indirectly Measured). Pengeluaran tersebut berupa perkiraan nilai jasa layanan lembaga keuangan atas tabungan dan pinjaman yang dinyatakan dalam bentuk transaksi bunga. Transaksi pembayaran maupun penerimaan bunga oleh rumah tangga tidak digolongkan sebagai aktivitas produksi, tetapi sebagai bagian dari transaksi penerimaan lain (property income). Penggunaan peralatan kerja yang terkait dengan aktivitas pekerjaannya, tidak digolongkan sebagai konsumsi rumah tangga. Contoh apabila buruh tambang membeli peralatan sekop, linggis, lampu senter untuk mendukung pekerjaannya (dengan biaya ditanggung perusahaan), maka pengeluaran ini tidak termasuk sebagai konsumsi rumah tangga buruh tambang, tetapi merupakan biaya antara dari perusahaan tambang tempat buruh bekerja Pembentukan Modal Tetap Bruto Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) merupakan bagian dari suatu proses investasi fisik secara keseluruhan. PMTB dalam SNN merupakan bagian dari Pembentukan Modal Bruto (PMB). PMTB didefinisikan sebagai pengadaan, pembuatan, pembelian barang modal baru dari dalam negeri dan barang modal baru Tinjauan PDRB Kab. Blora

342 BAB II KONSEP DEFINISI maupun bekas dari luar negeri, dikurangi penjualan neto barang modal bekas. Diperhitungkannya barang modal bekas dari luar negeri sebagai barang modal baru di dalam negeri, karena nilainya secara ekonomi belum diperhitungkan. Barang modal juga dapat diartikan sebagai barang atau peralatan yang digunakan dalam proses produksi secara berulang-ulang dan mempunyai umur pemakaian satu tahun atau lebih. PMTB yang terdiri dari berbagai jenis dan wujud barang modal (kapital) ini dapat dibedakan menjadi tiga penggolongan atau klasifikasi pokok yaitu : menurut jenis barang, menurut sektor penguasa/pemilik (holder) dan menurut institusi. Penggolongan tersebut didasarkan pada jenis barang modal, perilaku pemilikan/ penguasaan barang modal serta institusi atau kelembagaan yang menguasainya, dengan uraian masing-masing sebagai berikut. 1. PMTB menurut jenis barang terdiri dari: i. penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) tetap baik baru maupun bekasyang dirinci menurut jenis aset seperti: bangunan tempat tinggal, bangunan bukantempat tinggal, bangunan lainnya, mesin & peralatannnya, kendaraan dan ternak; ii. perbaikan besar aset berwujud; dan iii. biaya transfer kepemilikan aset. 2. PMTB menurut Sektor /Lapangan Usaha Yang dimaksud di sini adalah barang modal yang dimiliki atau dikuasai oleh sektor sektor ekonomi produksi (produsen) yang digunakan dalam proses produksinya. Sektor-sektor ekonomi yang secara garis besar terdiri dari sektor primer, 310 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

343 BAB II KONSEP DEFINISI sekunder dan tertier ini secara rinci terdiri atas sektor-sektor: Pertanian; Pertambangan & penggalian; Industri pengolahan; Listrik, gas & Air bersih; Bangunan/Konstruksi; Perdagangan, Hotel & Restoran; Pengangkutan & Komunikasi; Bank & lembaga keuangan; Pemerintahan umum serta Jasa-jasa. Rincian PMTB pada setiap lapangan usaha adalah sebagai berikut: i. di sektor pertanian mencakup semua bangunan bukan tempat tinggal yang digunakanoleh para petani untuk menyimpan hasil produksi, bangunan dan saluran air untukirigasi, peningkatan mutu tanah, penanaman dan perluasan perkebunan, mesin-mesindan alat-alat perlengkapan untuk pertanian serta perbaikan besarbesaran atas mesintersebut, dan pembelian ternak perah dan ternak yang dipelihara untuk diambil susuatau telurnya serta alat-alat penangkapan ikan dan tempat pemeliharaannya; ii. di sektor pertambangan terdiri dari perluasan areal pertambangan dan bangunannya,mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan pertambangan serta perbaikannya,kendaraan/alat pengangkut yang dipakai dalam usaha pertambangan dan barang-barangmodal lainnya yang digunakan sebagai alat dalam berproduksi di sektorpertambangan; iii. di sektor industri pengolahan adalah semua barang-barang modal seperti gedung-gedung,kendaraan, mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan yang dipakai dalamusaha industri pengolahan termasuk perbaikannya; Tinjauan PDRB Kab. Blora

344 BAB II KONSEP DEFINISI iv. di sektor listrik, gas dan air bersih mencakup pembuatan proyek pembangkit tenagalistrik, transmisi dan gardu distribusi beserta kantorkantornya,danpembelian/penambahan prasarana produksi di sektor gas dan air minum. v. di sektorbangunan atau konstruksi adalah semua pembelian/penambahan prasarana produksiyang diperlukan dalam kegiatan konstruksi. Termasuk di sini kantor besertaperalatannya, alat-alat besar dan kendaraan yang digunakan dalam menunjangkegiatan sektor konstruksi; vi. di sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah semua barang modal yang dimilikidan digunakan dalam kegiatan usaha yang meliputi bangunan bukan tempat tinggalbeserta peralatan produksi yang ada, alat-alat transpor dan mesinmesin yangdipakai. Termasuk juga asrama yang disediakan perusahaan untuk tempat tinggalpegawainya; vii. di sektor transport dan komunikasi modal adalah semua kendaraan yang dioperasikan antara lain: bus, truk, sado, bajay, becak, dan lain-lain, alat-alat angkutan di sungai, laut dan udara, kereta api termasuk kantor-kantor perusahaan jawatan kereta api serta pembuatan jalan-jalan kereta api, dan stasiun-stasiun dengan rambu-rambunya, bangunan bukan tempat tinggal dan kendaraan-kendaraan yang digunakan untuk menunjang usaha angkutan. Di sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, real estate dan jasa perusahaan mencakup bangunan bukan tempat tinggal yang dimiliki dan digunakan untuk operasi perbankan, kendaraan yang dimiliki dan dipakai untuk menunjang kegiatan 312 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

345 viii. ix. BAB II KONSEP DEFINISI perbankan. Termasuk juga kantor-kantorperwakilan perbankan beserta peralatan yang digunakan; di sektor pemerintahan hanya barang-barang modal yang dibeli, dibuat ataudiadakan oleh pemerintah untuk menunjang terlaksananya kegiatan administrasipemerintahan saja. Barang-barang modal yang dimaksud adalah seperti gedunggedung/ kantor-kantor pemerintah, pembelian mobil pemadam kebakaran beserta peralatannya dan sebagainya, yang semuanya digunakan sebagai alat dari instansi-instansi pemerintah dalam memberikan jasa/pelayanan kepada masyarakat. Termasuk di sini pembuatan jalan-jalan baik oleh pemerintah pusat maupun olehpemerintah daerah. Pembelian barang-barang modal oleh pemerintah untukperusahaan-perusahaan negara dalam rangka bantuan pemerintah tidak termasukdalam pembentukan modal sektor pemerintah melainkan merupakan pembentukanmodal oleh perusahaan-perusahaan yang menerima sumbangan tersebut, misalnyapemerintah menyediakan anggaran untuk memperluas pabrik semen maka semuapengeluaran baik untuk pembuatan bangunannya maupun untuk pembelian mesin-mesin adalah merupakan pembentukan modal di sektor industri pengolahan; dan di sektor jasa-jasa, berupa gedung bioskop, ternak sirkus atau taman hiburan,peralatan kantor, kendaraan dan sebagainya. Tinjauan PDRB Kab. Blora

346 BAB II KONSEP DEFINISI 3. PMTB menurut institusi Penggolongan ini menjelaskan tentang barang modal yang dimiliki atau dikuasai oleh pelaku-pelaku ekonomi (institusi) untuk digunakan dalam proses produksinya baik secara langsung maupun tidak langsung. Institusi di sini dibedakan menurut Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) & Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) serta usaha swasta lainnya (termasuk usaha rumah tangga) yang meliputi: i. pemerintah mencakup pengeluaran untuk barang modal oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang berupa, pembuatan gedung atau bangunan kantor, perumahan dinas, bangunan sekolah, bangunan puskesmas, jalan & jembatan dan infrastruktur lainnya; ii. BUMN/D, barang modalnya antara lain: lapangan terbang, pelabuhan,telekomunikasi, kereta api, pesawat terbang dan sebagainya; dan iii. swasta dan rumah tangga, barang modal yang dikuasai dapat berupa bangunan,mesin-mesin, kendaraan dan sebagainya Perubahan Inventori Bersamaan dengan saat terjadinya perubahan tahun dasar pada tingkat nasional dari tahun dasar 1993 ke tahun dasar 2000 yaitu pada triwulan I tahun 2004 komponen perubahan inventori mulai diperkenalkan. Komponen perubahan inventori sendiri pengertiannya sama seperti perubahan stok yang sebelumnya digunakan sebagai komponen penyeimbang/sisa pada PDB menurut penggunaan. 314 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

347 BAB II KONSEP DEFINISI Inventori merupakan persediaan barang (jadi maupun setengah jadi) pada unit institusi yang tidak terpakai pada proses produksi atau belum selesai diproses atau belum terjual, sedangkan perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode pencatatan dengan nilai inventori pada awal periode pencatatan. Perubahan inventori menjelaskan tentang perubahan posisi barang inventori yang bisa bermakna pertambahan (tanda positif) atau pengurangan (bertanda negatif) Secara umum Inventori ini meliputi: Barang yang dibeli tetapi belum terpakai untuk proses produksi Barang yang belum selesai dalam proses produksi Barang yang belum terjual Ternak potong Barang tahan lama yang masih dalam proses penyelesaian: seperti mesin-mesin,pesawat udara, kapal laut dan sejenisnya Pada prinsipnya inventori merupakan persediaan barang setengah jadi maupun barang jadi yang dikuasai oleh berbagai pelaku ekonomi produksi maupun konsumsi. Barang-barang inventori ini akan digunakan lebih lanjut dalam proses produksi baik sebagai input antara maupun input akhir. Klasifikasi inventori menurut jenis barang dapat dibedakan atas: i. barang inventori menurut sektor penghasilnya seperti produk atau hasil dari:perkebunan, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri pengolahan, gas kota, airbersih, serta konstruksi/bangunan; Tinjauan PDRB Kab. Blora

348 BAB II KONSEP DEFINISI ii. berbagai jenis bahan baku & penolong (material & supplies), yaitu semua bahan,komponen atau persediaan yang diperoleh untuk diproses lebih lanjut menjadibarang jadi; iii. barang jadi, yaitu barang yang telah selesai diproses tapi belum terjual atu belumdigunakan, termasuk barangbarang yang dijual dalam bentuk yang sama sepertipada waktu dibeli; iv. barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau belumselesai (tidak termasuk konstruksi yang belum selesai). v. ternak untuk tujuan dipotong; vi. barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun pedagangeceran untuk tujuan dijual; vii. pengadaan barang-barang oleh unit perdagangan untuk tujuan dijual atau dipakaisebagai bahan bakar atau persediaan; dan viii. stok pada pemerintah yang mencakup barang-barang strategis, seperti beras, kedelai,gula pasir, dan gandum Transaksi Eksternal (Perdagangan antar-wilayah) Transaksi eksternal atau transaksi ekonomi yang mencakup perdagangan barang dan jasa antar-wilayah/daerah ini menjelaskan tentang proses atau alur distribusi produk domestik yang mengalir ke luar wilayah serta yang masuk ke dalam wilayah (domestik) tersebut. Karena lebih menekankan pada aspek riil maka yang dimaksud dengan produk di sini adalah berbagai jenis barang dan 316 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

349 BAB II KONSEP DEFINISI jasa atau yang disebut pula sebagai komoditas. Sedangkan yang dimaksud dengan wilayah di sini adalah wilayah negara lain (luar negeri) maupun wilayah atau daerah lain (propinsi maupun kabupaten), diluar wilayah domestik. Pada prinsipnya meskipun transaksi antar-negara dan antar-daerah sama dalam pengertian perilaku (perdagangan antar-wilayah) namun sebenarnya maknanya agak berbeda. Transaksi antar-negara selain menunjukkan ketergantungan ekonomi suatu wilayah pada negara lain juga menyebabkan terjadinya aliran devisa (masuk maupun ke luar), sementara di sisi lain perdagangan antar-daerah hanya menyebabkan terjadinya aliran mata uang lokal (rupiah) antardaerah. Dilihat dari kegiatan ekspor, dengan ke luarnya sebagian produk domestik ke negara lain maka akan menciptakan arus masuknya mata uang asing, sedangkan sebaliknya kegiatan impor akan menyebabkan mengalirnya pendapatan nasional (regional) ke luar negeri, sebagai akibat dari masuknya produk-produk negara lain. Pada akhirnya kedua model transaksi tersebut akan mempengaruhi struktur pendapatan nasional (regional). Pembedaan transaksi antar-wilayah ini utamanya dibatasi oleh konsep wilayah ekonomi yang terdiri dari dua unsur yaitu residen dan kegiatan ekonomi. Pengelompokan residen dan non-residen berkaitan dengan kepentingan ekonomi (economic interest) yang dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi sebagai residen atau non-residen tersebut meliputi penduduk atau rumah tangga, perusahaan atau korporasi, pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya seperti lembaga nirlaba atau lembagalembaga internasional lainnya seperti ILO, UNHCR, World Bank (Bank Dunia), IMF dan lain Tinjauan PDRB Kab. Blora

350 BAB II KONSEP DEFINISI sebagainya.konsep dan definisi yang digunakan dalam transaksi eksternal antara lain: 1. Antar-negara (Ekspor dan Impor) Transaksi perdagangan antar-negara ini dicirikan melalui 2 (dua) aktivitas yang berlawanan, disebut ekspor apabila produk barang dan jasa dikirim ke luar negeri sebaliknya disebut impor apabila produk tersebut masuk ke dalam wilayah ekonomi (domestik). Meskipun secara garis besar penggolongannya terbagi atas barang dan jasa tetapi jenis-jenis komoditas yang diekspor bisa berbeda dengan komoditas impor, tergantung kepada kebutuhan pasar di negara lain maupun di wilayah tersebut. Ekspor barang dan jasa merupakan transaksi ekonomi penjualan, pertukaran (barter), atau hadiah (gifts) atau hibah (grants) yang dilakukan oleh penduduk residen suatu negara/wilayah (region) dengan non-residen atau pihak luar negeri atau wilayah (region) lain; Sedangkan impor merupakan transaksi ekonomi berupa pembelian, pertukaran (barter), penerimaan hadiah (gifts), hibah (grants), berbagai jenis barang dan jasa oleh residen dari non-residen. Konsep residen yang berkaitan dengan kegiatan ekspor dan impor suatu negara meliputi transaksi ekonomi yang dilakukan antara unit-unit institusi atau pelaku ekonomi suatu negara dengan unit-unit ekonomi negara lain. 2. Antar-daerah Sebenarnya sampai sekarang belum ada satu pun panduan resmi yang menjelaskan tentang tata cara pencatatan 318 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

351 BAB II KONSEP DEFINISI kegiatan antar-daerah di dalam wilayah domestik suatu negara, sehingga pada prakteknya setiap negara mempunyai pendekatan sendiri yang berbeda-beda dalam upaya mengukur jenis transaksi perdagangan yang mendominasi peta ekonomi di setiap daerah di dalam negaranya. Lemahnya sistem administrasi pemerintahan dalam menyusun jenis statistik ini berdampak terhadap kualitas pengumpulan data transaksi yang sangat berarti dalam konteks mikro atau semi mikro ini. Dengan demikian dalam kaitannya dengan penyusunan statistik PDRB di sini, untuk selanjutnya yang dimaksud dengan transaksi eksternal antar-wilayah adalah sistem perdagangan barang dan jasa antara suatu wilayah dengan wilayah-wilayah domestik lainnya (tidak termasuk transaksi dengan luar negeri). Hampir seluruh wilayah di Indonesia mempunyai ketergantungan yang sangat kuat dengan wilayah-wilayah lainnya. Perbedaan struktur dan aktivitas ekonomi menyebabkan lalulintas perdagangan barang dan jasa menjadi subur dan menjadi kian dominan. Produk barang dan jasa yang diperdagangkan antar-daerah ini bisa berupa produk yang sejenis atau yang berbeda, tergantung pada kebutuhan masyarakat. Perdagangan produk ke luar suatu wilayah akan menyebabkan terjadinya aliran dana yang masuk ke wilayah tersebut, sedangkan sebaliknya produk masuk ke wilayah tersebut akan menyebabkan aliran dana ke luar wilayah. Kedua perilaku transaksi ekonomi tersebut pada akhirnya akan berpengaruh pula pada pendapatan wilayah (regional), dan pada gilirannya pada sistem pembangunan ekonominya. Tinjauan PDRB Kab. Blora

352 BAB II KONSEP DEFINISI 320 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

353 BAB III METODE PENGHITUNGAN PDRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai golongan dalam masyarakat. Penggunaan tersebut secara garis besar ada dua macam yaitu Konsumsi Antara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam proses produksi dan Konsumsi Akhir yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Barang dan jasa yang termasuk dalam konsumsi antara akan habis dalam proses produksi, sedangkan barang dan jasa yang termasuk konsumsi akhir meliputi: a. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga b. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba c. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah dan Pertahanan d. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) e. Perubahan Stok f. Ekspor g. Impor PDRB menurut penggunaan di substitusikan ke dalam persamaan: Y = C h + C n + C g + I f + I s + X M Dimana: C h = Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga C n = Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba C g = Pengeluaran Konsumsi Pemerintah dan Pertahanan I f = Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Tinjauan PDRB Kab. Blora

354 BAB III METODE PENGHITUNGAN I s = Perubahan Stok X = Ekspor M = Impor 3.1 Pengeluran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga terdiri dari semua pengeluaran atas pembelian barang dan jasa dikurangi dengan hasil penjualan neto dari barang bekas atau afkiran. Termasuk pengeluaran untuk pembelian barang-barang yang tidak dapat diproduksi kembali (kecuali tanah) seperti hasil karya seni, barang-barang antik. Pengeluran juga termasuk pembelian barang tahan lama seperti mebel, mobil dan barang elektronik dan juga nilai barang dan jasa yang dihasilkan untuk konsumsi sendiri seperti hasil kebun, peternakan, serta biaya hidup lainnya Metode Penghitungan Penghitungan pengeluaran konsumsi rumah tangga dilakukan dengan konsep bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga penduduk suatu daerah baik dilakukan di daerahnya maupun di luar, tetapi tidak termasuk penduduk luar yang mengkonsumsi di wilayah domestik. a. Konsumsi Rumah Tangga Kelompok Makanan Model yang digunakan untuk kelompok ini adalah fungsi eksponensial. Model ini dipilih berdasarkan asumsi bahwa setiap penambahan pendapatan akan menyebabkan pertambahan konsumsi, tetapi pada suatu saat (titik jenuh) 322 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

355 BAB III METODE PENGHITUNGAN konsumsi tersebut mulai menurun, dengan bentuk kurva seperti parabola. Bentuk fungsi eksponensial tersebut adalah: b Q i = a. Y i Dimana: Q i = Rata-rata konsumsi perkapita sebulan (kuantum) a = konstanta Y i = Pendapatan per kapita sebulan b = Koefisien elastisitas Koefisien elastisitas (b) pada dasarnya merupakan elastisitas pendapatan perkapita dari kuantum konsumsi (Income Elasticity of Consumption). b. Konsumsi Rumah Tangga Kelompok Non Makanan Perkiraan konsumsi rumah tangga untuk kelompok bukan makanan mengikuti fungsi linier, artinya setiap kenaikan pendapatan akan selalu diikuti oleh penambahan permintaan konsumsi bukan makanan. Dengan kata lain konsumsi bukan makanan tidak akan pernah sampai pada titik jenuh. Pola hubungan linier ini dapat diformulasikan sebagai: C i = a + by i Dimana: C i = Rata-rata nilai pengeluaran konsumsi perkapita sebulan untuk kelas/kelompok pendaptan rumah tangga ke i a = konstanta Y i = Pendapatan per kapita sebulan untuk kelas/kelompok pendapatan rumah tangga ke i b = Koefisien fungsi linier Tinjauan PDRB Kab. Blora

356 BAB III METODE PENGHITUNGAN 3.2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Lembaga Swasta Nirlaba adalah lembaga swasta yang dalam operasinya tidak bertujuan mencari keuntungan. Lembaga Swasta Nirlaba terdiri dari lembaga/badan swasta yang memberikan pelayanan atau jasa kepada masyarakat, seperti badan keagamaan, lembaga penelitian, lembaga pendidikan formal maupu non formal, badan kesehatan, rumah yatim piatu/ panti asuhan, penyantunan orang cacat dan lainnya yang tidak mementingkan keuntungan. Lembaga Swasta Nirlaba ini mungkin berbadan hukum atau tidak berbadan hukum, dan tidak sepenuhnya dikelola oleh pemerintah Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran Konsumsi Pemerintah meliputi belanja pegawai (upah dan gaji), penyusutan barang-barang modal pemerintah, dan belanja barang dan jasa yang habis dipakai/dikonsumsi sendiri (belanja perjalanan dinas, biaya pemeliharaan dan pengeluaran lain yang bersifat rutin). Pengeluaran tersebut mencakup yang dilakukan oleh pemerintah daerah, dikurangi penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan. Penghitungan pengeluaran konsumsi Pemerintah Pusat didasarkan realisasi pengeluaran pemerintah, baik yang berupa pengeluaran rutin maupun pembangunan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) meliputi berbagai macam pengeluaran untuk pengadaan, pembuatan dan pembelian barang modal baru yang dihasilkan di domestik/region dan barang modal baru atau bekas yang berasal dari domestik/region lain atau dari luar negeri (impor). 324 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

357 BAB III METODE PENGHITUNGAN Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dapat dihitung berdasarkan pengeluaran untuk pembelian barang modal oleh masing-masing lapangan usaha. Pembentukan modal juga dapat dihitung berdasarkan arus barang Perubahan Stok Perubahan Stok merupakan selisih antara persediaan barang pada akhir tahun terhadap awal tahun. Persediaan barang-barang ini berasal dari pembelian atau yang diproduksi pemerintah. Khusus stok di pemerintah biasanya merupakan penyediaan barang-barang pokok atau barang strategis, antara lain beras, jagung, tepung terigu dan gula yang dihasilkan sendiri dan belum digunakan atau dijual lagi. Persediaan barang ini ada di produsen, pedagang atau distributor Ekspor dan Impor Ekspor barang dan jasa merupakan suatu komponen dari permintaan akhir. Impor merupakan sumber suplay barang dan jasa. Impor bukan asli produk domestik, sehingga harus dikurangi dari total penggunaan dalam PDRB. Ekspor dan Impor barang dan jasa meliputi angkutan dan komunikasi, jasa asuransi serta barang dan jasa lain seperti jasa perdagangan yang diterima pedagang suatu daerah karena mengadakan transaksi penjualan di luar daerah dan pembayaran biaya kantor pusat perusahaan induk oleh cabang dan anak perusahaan di luar daerah. Pembelian langsung di pasar suatu daerah oleh bukan penduduk termasuk ekspor barang dan jasa, serta pembelian di luar daerah oleh penduduk daerah dikategorikan sebagai impor. Yang tidak termasuk ekspor dan impor barang adalah barang milik penduduk atau bukan Tinjauan PDRB Kab. Blora

358 BAB III METODE PENGHITUNGAN penduduk suatu daerah yang melintasi batas geografir suatu daerah karena tempat persinggahan saja, barang untuk peragaan, barang contoh dan barang untuk keperluan sehari-hari wisatawan mancanegara/ domestik. Ekspor jasa dinilai pada saat jasa tersebut diberikan ke bukan penduduk, sedangkan impor jasa dinilai pada saat jasa diterima oleh penduduk. 326 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

359 BAB IV ULASAN PDRB PENGGUNAAN KABUPATEN BLORA TAHUN 2013 Proses pembangunan ekonomi jangka panjang biasanya akan membawa dampak perubahan struktur ekonomi suatu wilayah. Dari sisi produksi perubahan struktur ekonomi umumnya terjadi dari wilayah berbasis sektor pertanian menjadi wilayah berbasis sektor industri, yang tergambar dari peran industri manufaktur yang besar. Sedangkan dari sisi permintaan, perubahan struktur ekonomi terjadi terutama didorong oleh peningkatan pendapatan yang terefleksi dalam perubahan konsumsinya. Proporsi yang besar pada pengeluaran makanan berangsur-angsur mengecil, selanjutnya proporsi non makanan akan lebih besar dari pengeluaran untuk makanan, yang merupakan ciri-ciri masyarakat di negara-negara yang sudah maju. Kenaikan harga bahan bakar minyak pada pertengahan tahun 2013, sedikit banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB menurut penggunaan. Pertumbuhan di tahun 2013 sedikit melambat dibanding tahun sebelumnya, salah satunya terlihat denganmelambatnya pertumbuhan komponen investasi. Tetapi pada komponen pengeluaran, malahan cenderung terus meningkat. Sayangnya meningkatkan komponen pengeluaran, khususnya pengeluaran rumah tangga dipenuhi dari barang dan jasa yang berasal dari luar wilayah Blora atau dikatakan sebagai impor barang dan jasa, sehingga malah cenderung mengurangi besaran PDRB menurut Penggunaan. Ada tiga komponen utama yang membentuk PDRB penggunaan, yaitu Komponen Pengeluaran (pengeluaran konsumsi rumah tangga, Tinjauan PDRB Kab. Blora

360 BAB IV ULASAN PDRB pengeluaran konsumsi lembaga non profit dan pengeluaran konsumsi pemerintah), Komponen Investasi (PMTB + Inventori) dan Ekspor Neto (selisih antara ekspor dan impor). Kabupaten Blora yang memiliki penduduk sekitar 844 ribu jiwa pada tahun 2013, merupakan pangsa pasar yang sangat potensial yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Blora pada tahun 2013 yang mencapai 5,00 persen,dari sisi penggunaan, laju pertumbuhan ekonomi ini tampaknya lebih dipacu oleh pergerakan konsumsi, baik konsumsi rumah tangga, pemerintah maupun lembaga swasta nirlaba, yang memiliki andil terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Blora. Dari sisi penggunaan, PDRB Kabupaten Blora atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 menunjukan pergerakan yang cukup baik, tumbuh sebesar 12,47 persen, dari 5.313,94 milyar rupiah di tahun 2012 menjadi 5.976,51 milyar rupiah di tahun Angka tersebut merupakan agregat dari tiga komponen utama PDRB penggunaan. Komponen Pengeluaran meningkat dari 5.716,35milyar rupiah pada tahun 2012 menjadi 6.447,56 milyar rupiah di tahun 2013, atau naik sebesar 12,79 persen. Komponen Investasi (PMTB+ Inventori) juga mengalami peningkatan dari 428,57 milyar rupiah pada tahun 2012 menjadi 492,48 milyar rupiah pada tahun 2013, atau naik sebesar 14,91 persen. Sedangkan Ekspor Neto menunjukan peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari minus 830,98 milyar rupiah pada tahun 2012 menjadi minus 963,54 milyar rupiah pada tahun 2013, atau naik sebesar 15,95 persen. Nilai negatif pada komponen ekspor netto menunjukkan bahwa nilai barang dan jasa yang diimpor oleh wilayah Blora lebih besar daripada nilai barang dan jasa yang diekspor dari wilayah Blora. 328 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

361 BAB IV ULASAN PDRB Tabel 4.1. Komponen Pembentuk PDRB Penggunaan Kabupaten Blora adh Berlaku Tahun (Juta Rupiah) KOMPONEN PENGGUNAAN Komponen Pengeluaran , , ,82 2. Komponen Investasi , , ,95 3. Ekspor Neto ( ,94) ( ,20) ( ,51) PDRB , , ,26 Teori Keynesian menyatakan bahwa pertumbuhan pendapatan nasional ditentukan oleh besarnya pengeluaran konsumsi, pengeluaran pemerintah, investasi dan net ekspor. Jadi menurut Keynes untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diukur pada peningkatan pendapatan nasional maka diperlukan peningkatan permintaan konsumsi, permintaan pengeluaran pemerintah, permintaan investasi, serta permintaan ekspor dan impor. Pada skala perekonomian makro daerah, pertumbuhan ekonomi diukur melalui pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB). Berdasar pada pendekatan Keynes tersebut bahwa pertumbuhan pendapatan ditentukan oleh peningkatan permintaan pengeluaran faktorfaktor penentunya yaitu konsumsi, pengeluaran pemerintah, investasi dan ekspor dan impor. Hubungan antara pengeluaran konsumsi, pengeluaran pemerintahan terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi menarik untuk dikaji ketika hasil kajian Solow mengatakan bahwa investasi bukanlah satu-satunya kunci penentu pertumbuhan ekonomi. Menurut harga konstan, PDRB Kabupaten Blora menurut penggunaan tahun 2013 tumbuh sebesar 5,00 persen, dari 2.354,44 milyar rupiah di tahun 2012 menjadi 2.472,18 milyar rupiah di tahun Komponen Pengeluaran meningkat sebesar 5,09 persen, dari 2.470,39 Tinjauan PDRB Kab. Blora

362 BAB IV ULASAN PDRB milyar rupiah pada tahun 2012 menjadi 2.596,02 milyar rupiah pada tahun Sedangkan Komponen Investasi (PMTB+ Inventori) juga mengalami peningkatan dari 160,65 milyar rupiah pada tahun 2012 menjadi 173,87 milyar rupiah pada tahun 2013, atau naik sebesar 8,22 persen. Sedangkan Ekspor Neto meningkat, dari minus 276,60 milyar rupiah pada tahun 2012 menjadi minus 297,70 milyar rupiah pada tahun 2013, atau tumbuh sebesar 7,63 persen. Tabel 4.2. Komponen Pembentuk PDRB Penggunaan Kabupaten Blora adh Konstan Tahun (Juta Rupiah) KOMPONEN PENGGUNAAN Komponen Pengeluaran , , ,37 2. Komponen Investasi , , ,12 3. Ekspor Neto ( ,34) ( ,46) ( ,67) PDRB , , ,81 Dengan melihat hubungan antara pendapatan dan permintaan, dimana nilai PDRB merupakan nilai seluruh pengeluaran akhir dikurangi nilai total impor, maka dapat diterjemahkan bahwa semua barang dan jasa yang dibeli suatu wilayah berasal dari produk wilayah itu sendiri dan dari produk luar wilayah (impor). Oleh karena itu persentase impor terhadap total pembelian barang dan jasa dapat dijadikan indikator ketergantungan akan barang dan jasa suatu wilayah. Dilihat dari distribusi PDRB Kabupaten Blora atas dasar harga berlaku, pada tahun 2013 menunjukan bahwa Komponen Pengeluaran yang meliputi pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah dan konsumsi lembaga non profit nilainya melebihi dari total PDRB, dengan share tercatat sebesar 107,88 persen, angka ini 330 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

363 BAB IV ULASAN PDRB menunjukkan bahwa seluruh nilai PDRB tidak cukup digunakan untuk Komponen Pengeluaran. Sedangkan Komponen Investasi memberikan share sebesar 8,24 persen dan Ekspor Neto sebesar -16,12 persen. Tabel 4.3. Distribusi Komponen Pembentuk PDRB Penggunaan Kabupaten Blora adh Berlaku Tahun (Persen) KOMPONEN PENGGUNAAN Komponen Pengeluaran 107,73 107,57 107,88 2. Komponen Investasi 7,77 8,06 8,24 3. Ekspor Neto -15,50-15,64-16,12 PDRB 100,00 100,00 100,00 Dari angka ini menggambarkan bahwa ternyata total angka PDRB sektoral, tidak mencukupi untuk pengeluran konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Kondisi ini berimbas pada kecilnya angka investasi. Sehingga kajian Solow yang menyatakan bahwa investasi bukan satu-satunya penentu besarnya pertumbuhan ekonomi cukup terbukti. Sejalan dengan harga berlakunya, distribusi PDRB Kabupaten Blora tahun 2013 atas dasar harga konstan menempatkan Komponen Pengeluaran merupakan komponen terbesar pembentuk PDRB penggunaan. Distribusi Komponen Pengeluaran tercatat sebesar 105,01persen dari total nilai PDRB, diikuti Komponen Investasi yang tercatat sebesar 7,03 persen dan Ekspor Neto yang tercatat sebesar - 12,04 persen. Proporsi Pengeluaran yang melebihi angka PDRB total diimbangi dengan masuknya barang dan jasa yang cukup besar dari luar daerah. Sehingga kebutuhan akan Konsumsi dan Investasi berakibat pada nilai Ekspor Neto yang negatif. Sehingga Komponen Tinjauan PDRB Kab. Blora

364 BAB IV ULASAN PDRB Pengeluaran/Konsumsi dan Investasi merupakan total PDRB ditambah dengan Ekspor Neto. Tabel 4.4. Distribusi Komponen Pembentuk PDRB Penggunaan Kabupaten Blora adh Konstan Tahun (Persen) KOMPONEN PENGGUNAAN Komponen Pengeluaran 105,19 104,92 105,01 2. Komponen Investasi 6,59 6,82 7,03 3. Ekspor Neto -11,78-11,75-12,04 PDRB 100,00 100,00 100,00 PDRB atas dasar harga berlaku cenderung mempunyai angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan PDRB atas dasar harga konstan, termasuk pertumbuhannya, hal ini terjadi karena harga barang dan jasa yang cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan harga barang dan jasa ini biasa kita sebut sebagai inflasi PDRB, yang merupakan perubahan indeks implisitnya. Tabel 4.5. Pertumbuhan Komponen Pembentuk PDRB Penggunaan Kabupaten Blora adh Berlaku Tahun (Persen) KOMPONEN PENGGUNAAN Komponen Pengeluaran 11,74 8,98 12,79 2. Komponen Investasi 9,08 13,23 14,91 3. Ekspor Neto 32,74 10,11 15,95 PDRB 8,87 9,14 12,47 Pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 tercatat sebesar 12,47 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 9,14 persen. Komponen Pengeluaran tumbuh sebesar 12,79 persen, Komponen Investasi tumbuh sebesar 332 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

365 BAB IV ULASAN PDRB 14,91 persen dan Ekspor Netto tumbuh sebesar 15,95 persen. Beberapa hal yang cukup menggembirakan pada tahun ini adalah Komponen Investasi yang tumbuh cukup tinggi dari tahun sebelumnya. Tabel 4.6. Pertumbuhan Komponen Pembentuk PDRB Penggunaan Kabupaten Blora adh Konstan Tahun (Persen) KOMPONEN PENGGUNAAN Komponen Pengeluaran 5,39 4,77 5,09 2. Komponen Investasi 3,92 8,70 8,22 3. Ekspor Neto 34,22 4,76 7,63 PDRB 2,70 5,03 5,00 Sedangkan atas dasar harga konstan, pertumbuhan pada tahun 2013 tercatat sebesar 5,00 persen, melambat dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,03 persen. Pertumbuhan pada tahun 2013 tidak lepas dari permintaan konsumsi masyarakat yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya dan PMTB yang tumbuh cukup baik Tabel 4.7. Inflasi PDRB Penggunaan Kabupaten Blora Tahun (Persen) KOMPONEN PENGGUNAAN Komponen Pengeluaran 6,03 4,02 7,33 2. Komponen Investasi 4,96 4,17 6,18 3. Ekspor Neto -1,11 5,11 7,73 PDRB 6,01 3,91 7,11 Kenaikan harga BBM bersubsidi pada pertengahan Mei 2013, berimbas pada kenaikan harga barang dan jasa, sehingga pertumbuhan PDRB adh berlaku seolah-olah berlari tetapi pertumbuhan PDRB adh Tinjauan PDRB Kab. Blora

366 BAB IV ULASAN PDRB konstan seolah berjalan pelan. Kondisi ini berimbas pada pertumbuhan implisit PDRB yang tinggi. Pada tahun 2013, perubahan indeks implisit/ inflasi PDRB penggunaan Kabupaten Blora tercatat sebesar 7,11 persen, dimana inflasi dari masing-masing komponennya adalah: Komponen Pengeluaran mengalami inflasi sebesar 7,33 persen, Komponen Investasi mengalami inflasi sebesar 6,18 persen dan Ekspor Neto tercatat mengalami inflasi sebesar 7,73 persen Pengeluaran/Konsumsi RumahTangga Konsumsi Rumah Tangga sering kali dijadikan barometer kesejahteraan masyarakat suatu wilayah. Peningkatan konsumsi dan perubahan proporsi pola konsumsi dari makanan ke non makanan dijadikan indikator peningkatan pendapatan, kemampuan daya beli yang pada akhirnya dianggap sebagai peningkatan kesejahteraan masyarakat. Secara teoritis peningkatan konsumsi rumah tangga dipacu oleh pertambahan penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan menjadi mutlak bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Peningkatan permintaan atau konsumsi merupakan pangsa pasar yang dapat menggerakan roda perekonomian dapat berjalan lebih cepat dan akan menggerakan sektor-sektor usaha lainnya untuk memenuhi permintaan tersebut. Pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku di Kabupaten Blora pada tahun 2013 mengalami peningkatan dari 4.089,14 milyar rupiah pada tahun 2012 menjadi 4.580,50 milyar di tahun 2013, atau tumbuh sebesar 12,02 persen, sehingga memberikan andil terhadap pembentukan PDRB penggunaan sebesar 76,64 persen, lebih rendah 334 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

367 BAB IV ULASAN PDRB bila dibandingkan kontribusi tahun sebelumnya yang mencapai 76,95 persen. Tabel 4.8. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga adh Berlaku Tahun (Juta Rupiah) KOMPONEN PENGGUNAAN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 3,776, ,089, ,580, Makanan 2,114, ,268, ,514, Non Makanan 1,662, ,820, ,066, PDRB 4,868, ,313, ,976, Prosentase (%) Fluktuasi pengeluaran konsumsi rumah tangga ini terpengaruh oleh tingkat harga (inflasi) dan pendapatan rumah tangga. Besarnya proporsi tersebut merupakan modal yang positif dalam mempertahankan atau meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, apalagi dengan jumlah penduduk Blora yang lumayan besar sekitar 844 ribu jiwa merupakan pangsa pasar yang cukup menarik. Bila dilihat dari pembentuknya komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga dapat dikelompokan menjadi dua, konsumsi makanan dan konsumsi non makanan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan total penjumlahan dari seluruh konsumsi masyarakat di suatu wilayah, jika dibagi dengan jumlah penduduk akan merupakan konsumsi rata rata perkapita. Pada tahun 2013, konsumsi makanan masih menunjukan peran yang dominan, yaitu sebesar 54,89 persen atau turun dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 55,47 persen, sedangkan konsumsi non makanan perannya menguat dari 44,53 persen pada tahun 2012 menjadi 45,11 persen pada tahun Secara teori pergerakan ini menunjukan perubahan pola konsumsi yang menggambarkan Tinjauan PDRB Kab. Blora

368 BAB IV ULASAN PDRB peningkatan kesejahteraan, yaitu dari pemenuhan kebutuhan untuk makanan menuju pemenuhan kebutuhan non makanan. Grafik 4.1 Distribusi Konsumsi Makanan dan Non Makanan terhadap Konsumsi Rumah Tangga adh berlaku Tahun 2013 Konsumsi Makanan 54,89% Konsumsi Non Makanan 45,11% Untuk harga konstan, pada tahun 2013 pengeluaran konsumsi rumah tangga mencatat pertumbuhan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 4,39 persen dari 1.815,64milyar rupiah di tahun 2012 menjadi 1.895,30 milyar rupiah pada tahun Dengan pertumbuhan konsumsi makanan sebesar 2,68 persen dan non makanan sebesar 6,30 persen. Sehingga memberikan andil terhadap PDRB Kabupaten sebesar 76,67 persen. Tabel 4.9. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga adh Konstan Tahun (Juta Rupiah) KOMPONEN PENGGUNAAN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 1,744, ,815, ,895, Makanan 932, , , Non Makanan 811, , , PDRB 2,241, ,354, ,472, Prosentase (%) Laju pertumbuhan konsumsi non makanan tidak lepas dari beberapa kondisi, antara lain: meningkatnya pendapatan masyarakat, 336 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

369 BAB IV ULASAN PDRB perkembangan budaya di dalam masyarakat seperti perkembangan masyarakat yang semakin modern, disamping itu ada faktor lainnya seperti kemudahan rumah tangga untuk mendapatkan barang-barang konsumsi, seperti kendaraan bermotor, barang-barang elektronik atau barang keperluan rumah tangga lainnya melalui kredit perbankan, lembaga keuangan lainnya atau bahkan melalui pinjaman perorangan ataupun arisan tampaknya menjadi trend saat ini. Secara ekonomi kegiatan semacam ini akan meningkatkan gerak roda perekonomian. Dengan berbagai kemudahan tersebut masyarakat dipacu untuk meningkatkan pengeluaran konsumsi rumah tangganya, akan tetapi dilihat dari segi pemanfaatan oleh rumah tangga belum tentu barangbarang yang dibeli akan menjadi alat penggerak ekonomi rumah tangga. Bila penggunaan barang yang didapat dengan mudah ini menjadi alat peningkatan ekonomi rumah tangga maka dampak dari hal tersebut akan menghidupkan kekuatan grass root dalam meningkatan pendapatannya, bahkan akan menggerakan roda pembangunan ekonomi yang pesat Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit Pengertian lembaga Non Profit secara umum adalah setiap lembaga nirlaba yang independen dan tidak terpengaruh oleh institusi pemerintah. Secara khusus Bank Dunia mendefinisikan lembaga nirlaba sebagai Non Government Organization (NGO) atau kemudian juga diterjemahkan sebagai organisasi swasta yang pada umumnya bergerak dalam kegiatan-kegiatan pengentasan kemiskinan, mengangkat dan menyuarakan berbagai kepentingan orang miskin atau pihak yang terpinggirkan, memberikan pelayanan sosial dasar, atau melakukan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Pada umumnya Tinjauan PDRB Kab. Blora

370 BAB IV ULASAN PDRB lembaga ini selalu mendapat dukungan dari pemerintah dan berbagai lembaga donor internasional. Walaupun pemerintah cukup mendukung kegiatan-kegiatan yang dikembangkan oleh lembaga ini, namun dalam perkembangannya lembaga non profit tersebut belum mampu mendongkrak atau berperan banyak di dalam menggerakkan roda perekonomian khususnya di Kabupaten Blora. Hal ini bisa dilihat dari kontribusi pengeluaran konsumsi lembaga tersebut terhadap PDRB. Secara agregat peran ekonomi lembaga Non Profit masih sangat kecil jika dibandingkan dengan komponen-komponen penyusun PDRB yang lain. Dilihat dari kontribusinya, pada tahun 2013 kontribusi pengeluaran konsumsi lembaga non profit tercatat sebesar 2,13 persen dari total nilai PDRB atas dasar harga berlaku, artinya ada kenaikan sedikit dari tahun sebelumnya. Sedangkan untuk harga konstannya, juga terjadi peningkatan kontribusi, yaitu dari 2,16 persen di tahun 2012 menjadi 2,19 persen pada tahun Nilai konsumsi lembaga Non Profit adh berlaku pada tahun 2013 sebesar 127,31 milyar rupiah, lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 111,96 milyar rupiah, atau terjadi laju pertumbuhan sebesar 13,71 persen. Tabel Persentase Konsumsi Lembaga Non Profit Terhadap PDRB adh Berlaku Kabupaten Blora Tahun KOMPONEN PENGGUNAAN Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 100, , , PDRB 4,868, ,313, ,976, Prosentase (%) Sedangkan untuk harga konstan, pengeluaran Lembaga Non Profit pada tahun 2013 tercatat sebesar 54,07 milyar rupiah, meningkat dari 338 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

371 BAB IV ULASAN PDRB tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 50,78 milyar rupiah atau terjadi pertumbuhan sebesar 6,47 persen. Tabel Persentase Konsumsi Lembaga Non Profit Terhadap PDRB adh Konstan Kabupaten Blora Tahun KOMPONEN PENGGUNAAN Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 47, , , PDRB 2,241, ,354, ,472, Prosentase (%) Mengingat peran lembaga ini lebih banyak berorientasi pada pelayanan masyarakat serta pembiayaannya ditanggung baik oleh masyarakat sendiri, lembaga donor maupun oleh pemerintah, maka dapat diasumsikan bahwa peran lembaga ini khususnya di negeri ini masih belum berkembang, hal ini bisa dipahami karena memang lembaga tersebut tidak berorientasi kepada profit sehingga tidak banyak masyarakat yang mau terjun pada kegiatan tersebut. Di sisi lain, tampaknya pemerintah belum bisa mengoptimalkan peran lembaga Non Profit ini untuk membantu dalam pelayanan masyarakat, hal bisa dilihat bahwa aliran dana untuk pelayanan masyarakat masih banyak yang bersifat langsung dari pemerintah kepada masyarakat, atau tidak melalui lembaga non profit. Sebagai contoh bantuan pelayanan langsung dari pemerintah kepada masyarakat penerima manfaat seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), Biaya Operasional Sekolah (BOS), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan lain sebagainya Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran konsumsi Pemerintah meliputi konsumsi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Pusat meliputi seluruh Tinjauan PDRB Kab. Blora

372 BAB IV ULASAN PDRB Instansi Negara, baik yang ada di pusat maupun kantor wilayah (vertikal) nya di daerah. Sedangkan Pemerintah Daerah Provinsi meliputi Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Pemerintahan Desa beserta perangkat dinasnya di masing-masing tingkat pemerintahan tersebut. Pengeluaran konsumsi Pemerintah Kabupaten/Kota mencakup Pemerintah Kabupaten/Kota, konsumsi Pemerintah Desa, ditambah dengan konsumsi Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat yang masih dalam lingkup Kabupaten/Kota tersebut. Pengeluaran pemerintah secara nominal selalu semakin membesar dari tahun ke tahunnya sesuai dengan peningkatan pada APBD dan atau APBN. Kontribusi pengeluaran konsumsi pemerintah terhadap PDRB cukup besar, pada tahun 2013 adh berlaku, dengan pengeluaran sebesar 1.739,75 milyar rupiah memberikan kontribusi sebesar 29,11 persen terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku, lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1.515,25 milyar rupiah dengan kontribusi mencapai 28,51 persen. Tabel Persentase Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Terhadap PDRB adh Harga Berlaku Kabupaten Blora Tahun KOMPONEN PENGGUNAAN Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,367, ,515, ,739, PDRB 4,868, ,313, ,976, Prosentase (%) Dana pengeluaran konsumsi pemerintah berasal baik dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dari Pemerintah Pusat (DAU, DAK) maupun dari sumber pendapatan lain yang sah. PAD sebagai sumber pembiayaan atau belanja Pemerintah salah satunya berasal dari pajak 340 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

373 BAB IV ULASAN PDRB yang diambil dari masyarakat, yang berarti peningkatan pendapatan berkaitan dengan kemampuan masyarakat membayar pajak. Pola proporsi pengeluaran konsumsi pemerintah pada tahun terhadap PDRB menunjukan kesamaan, tampaknya pembiayaan pemerintah relatif stabil proporsinya. Pertumbuhan pengeluaran konsumsi pemerintah pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 14,82 persen atas dasar harga berlaku dan 7,07 persen atas dasar harga konstan. Tabel Persentase Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Terhadap PDRB adh Harga Konstan Tahun KOMPONEN PENGGUNAAN Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 566, , , PDRB 2,241, ,354, ,472, Prosentase (%) Peningkatan pengeluaran konsumsi pemerintah dapat digunakan sebagai akselerator pembangunan ekonomi, walaupun pada saat ini tampaknya masih diarahkan pada hal-hal yang bersifat pelayanan secara langsung pada masyarakat baik untuk pelayanan pendidikan, kesehatan maupun ekonomi. Dalam teori ekonomi, tingkat pajak akan mempengaruhi mutiplier regional. Tingkat pajak yang tinggi akan menurunkan multiplier regional, akan tetapi pajak pada akhirnya akan menjadi pengeluaran pemerintah yang tentunya akan meningkatkan pendapatan regional. Dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, pemerintah membutuhkan anggaran yang digunakan untuk keperluan belanja rutin pegawai dan keperluan pembiayaan pembangunan. Besar kecilnya pengeluaran konsumsi Tinjauan PDRB Kab. Blora

374 BAB IV ULASAN PDRB pemerintah dipengaruhi oleh komponen belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal serta belanja pemerintah lainnya. Peran yang dimiliki oleh pemerintah ini digunakan terutama untuk membiayai kegiatankegiatan pelayanan yang tidak dapat dilakukan oleh pihak swasta. Jumlah pengeluaran pemerintah ini merupakan salah satu komponen penting dari PDRB. Secara teoritis kenaikan pengeluaran pemerintah merupakan salah satu kebijakan untuk meningkatkan pembangunan lewat instrumen kebijakan fiskal. Instrumen ini diambil untuk meningkatkan daya beli masyarakat sehingga dapat meningkatkan kehidupan perekonomian Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Para pakar ekonomi sependapat bahwa untuk mendorong roda perekonomian salah satu mesin penggeraknya adalah investasi. Dalam konteks PDRB Penggunaan, investasi dikenal sebagai Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ditambah dengan inventori. PMTB menggambarkan adanya proses penambahan dan pengurangan barang modal pada tahun tertentu. PMTB disebut sebagai bruto karena di dalamnya masih terkandung unsur penyusutan, atau nilai barang modal sebelum diperhitungkan nilai penyusutannya. PMTB adalah semua pengadaan barang modal untuk digunakan/dipakai sebagai alat yang tetap (fixed assets). Sumber dana investasi dapat berasal dari tabungan domestik atau pinjaman luar negeri yang meningkatkan tingkat tabungan suatu daerah. Perkembangan lembaga keuangan juga mempengaruhi tingkat tabungan karena berhubungan dengan kemungkinan investor asing untuk melakukan investasi. Bagi wilayah yang memiliki tingkat tabungan domestik tidak memadai untuk menjalankan negara sekaligus berinvestasi, maka alternatif yang dilakukan umumnya adalah melalui 342 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

375 BAB IV ULASAN PDRB pinjaman luar negeri atau mengundang investor untuk berinvestasi. Dilihat dari institusi pelaku PMTB terbagi empat yaitu Swasta, Rumah Tangga, BUMN dan BUMD dan Pemerintah. Belanja pemerintah dalam bentuk barang modal (terutama Infrastruktur) menjadi stimulus yang mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi pembangunan ekonomi. Korelasi antara laju pertumbuhan ekonomi dengan investasi dikenal dengan Incremental Capital Output Ratio (ICOR). ICOR menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi relatif akibat adanya investasi. Dengan ICOR kita dapat melihat efisiensi penggunaan modal yang secara signifikan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah pada tahun tertentu. Kabupaten Blora yang memiliki potensi sumber daya alam, tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga harga konstan Kabupaten Blora pada tahun 2012 mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya, untuk PMTB atas dasar harga berlaku bergerak dari 478,21 milyar rupiah pada tahun 2012 menjadi 541,34 milyar rupiah di tahun 2013, atau mengalami pertumbuhan sebesar 13,20 persen, sedangkan untuk harga konstan bergerak dari 181,21 milyar rupiah di tahun 2012 menjadi 194,24 milyar rupiah di tahun 2013, atau tumbuh sebesar 7,20 persen. Tabel Persentase PMTB terhadap PDRB Kabupaten Blora adh Berlaku Tahun KOMPONEN PENGGUNAAN Pembentukan Modal Tetap Bruto 425, , , PDRB 4,868, ,313, ,976, Prosentase (%) Tinjauan PDRB Kab. Blora

376 BAB IV ULASAN PDRB Dilihat dari proporsinya terhadap PDRB pada tahun 2013, yaitu tercatat sebesar 9,06 persen atas dasar harga belaku, lebih tinggi dibandingkan proporsi pada tahun 2012 yang tercatat sebesar 9,00 persen. Sedangkan menurut harga konstan, kontribusi PMTB terhadap PDRB Kabupaten Blora tercatat sebesar 7,70 persen di tahun 2012 dan 7,86 persen di tahun Tabel Persentase PMTB terhadap PDRB Kabupaten Blora adh Konstan Tahun KOMPONEN PENGGUNAAN Pembentukan Modal Tetap Bruto 167, , , PDRB 2,241, ,354, ,472, Prosentase (%) Terkadang PMTB yang terbentuk belum tentu langsung meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi karena ada kalanya PMTB yang dibentuk bersifat investasi jangka panjang yang baru terlihat hasilnya pada tahun-tahun berikutnya, seperti investasi dalam bentuk sarana dan prasarana, juga investasi pada sektor-sektor yang membutuhkan waktu lebih dari satu tahun untuk dapat memulai berproduksinya. Menurut berbagai pendapat pelaku usaha, investasi yang terjadi pada tahun 2012, sangat sedikit yang menyalurkannya pada sektor industri, hal itu terjadi karena para investor masih dalam posisi menunggu keluarnya rancangan undang-undang penanaman modal yang tengah digodok pemerintah bersama DPR. Mengingat pentingnya PMTB dalam menggerakan perekonomian, juga dapat memberi dampak peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja, maka kinerja PMTB ini harus dapat dipertahankan terus dan berkesinambungan. Secara teori ekonomi terdapat beberapa kebijakan 344 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

377 BAB IV ULASAN PDRB yang dijadikan rujukan dalam meningkatkan kinerja PMTB atau investasi secara umum. Beberapa pendapat tersebut adalah : 1. Mengusahakan sarana dan prasarana perhubungan yang baik dan lancar, serta perbaikan arus komunikasi dan penyebar luasan informasi potensi wilayah. 2. Mengusahakan masuknya dana investasi dari pemerintah pusat atau luar negeri sebanyak-banyaknya, termasuk investasi swasta dalam dan luar negeri, dengan cara menawarkan program-program yang bisa dibiayai atau menarik untuk dibiayai. 3. Memantau kebutuhan wilayah lain atau luar negeri untuk melihat potensi wilayah yang dapat dikembangkan untuk memberikan penawaran. Pentingnya menarik investor untuk menanamkan modal baik berupa investasi untuk kegiatan baru atau perluasan dari usaha yang telah ada, karena dapat berdampak pada penambahan lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan menggerakkan roda perekonomian secara umum. Hal yang perlu mendapat perhatian tentunya adalah investasi diarahkan pada basis ekonomi yang banyak menggunakan komponen lokal dengan daya saing yang tinggi serta dapat bersinergi dengan usaha yang telah terbentuk. Kendala yang menghambat masuknya para investor baik berupa stabilitas sosial, peraturan-peraturan dan jaminan penanaman modal harus mendapat perhatian dan kemudahan tanpa mengorbankan kualitas sumber daya alam dan usaha tingkat bawah yang telah ada dan berkembang Ekspor dan Impor Peran ekspor maupun impor sangat berpengaruh didalam besaran PDRB menurut penggunaan ini. Apabila ekspor dikurangi impor Tinjauan PDRB Kab. Blora

378 BAB IV ULASAN PDRB dinamakan sebagai Ekspor Netto. Ketika ekspor lebih besar daripada impor, maka nilai Ekspor Nettonya positif dan sebaliknya. Kondisi tersebut tercemin dari Ekspor Netto Kabupaten Blora yang bernilai negatif, yang artinya nilai barang dan jasa yang masuk ke Blora lebih besar dari nilai barang dan jasa yang keluar Blora. Kondisi tersebut terjadi karena tidak semua barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat Blora bisa dihasilkan sendiri di wilayah Blora. Barang-barang konsumsi seperti kendaraan bermotor, mesin-mesin, alat-alat elektronik, bahan bakar, maupun barang konsumsi lainnya sebagian besar masih didatangkan dari luar wilayah Blora. Pada tahun 2013 adh berlaku, ekspor barang dan jasa dari Kabupaten Blora senilai 2.563,68 milyar rupiah, atau lebih besar dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2.306,58 milyar rupiah, sehingga terjadi pertumbuhan sebesar 11,15 persen. Sedangkan nilai impornya, pada tahun yang sama tercatat sebesar 3.527,22 milyar rupiah, atau naik sebesar 12,42 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3.137,56 milyar rupiah. Pertumbuhan nilai ekspor lebih besar daripada nilai impor, sehingga Ekspor Neto masih bernilai negatif karena nilai impor lebih besar daripada ekspornya. Tabel Nilai Ekspor dan Impor adh Berlaku Kabupaten BloraTahun (Juta Rupiah) KOMPONEN PENGGUNAAN Ekspor Barang dan Jasa 2,049, ,306, ,563, Dikurangi Impor Barang dan Jasa 2,803, ,137, ,527, NET EKSPOR (754,662.94) (830,982.20) (963,539.51) PDRB 4,868, ,313, ,976, Prosentase (%) (15.50) (15.64) (16.12) 346 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

379 BAB IV ULASAN PDRB Persentase ekspor terhadap PDRB Kabupaten Blora menunjukan penurunan, dari 43,41 persen di tahun 2012, menjadi 42,90 persen di tahun Sedangkan nilai impornya mengalami penurunan prosentase, dari 59,04 persen di tahun 2012 menjadi 59,02 persen di tahun 2013, sehingga ekspor netonya semakin membesar. Adh konstan, ekspor barang dan jasa tahun 2013 dari Kabupaten Blora senilai 867,63 milyar rupiah, lebih besar dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 817,64 milyar rupiah, sehingga terjadi pertumbuhan sebesar 6,12 persen. Sedangkan nilai impornya, pada tahun yang sama tercatat sebesar 1.165,34 milyar rupiah, atau naik sebesar 6,50 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1.094,24 milyar rupiah. Pertumbuhan nilai ekspor lebih kecil daripada nilai impornya, sehingganilai negatih Ekspor Neto bertambah besar. Tabel Nilai Ekspor dan Impor adh Konstan Kabupaten BloraTahun KOMPONEN PENGGUNAAN Ekspor Barang dan Jasa 764, , , Dikurangi Impor Barang dan Jasa 1,028, ,094, ,165, NET EKSPOR (264,030.34) (276,600.46) (297, ) PDRB 2,241, ,354, ,472, Prosentase (%) (11.78) (11.75) (12.04) Guna dapat meningkatkan pola ekspor yang dapat meningkatkan pendapatan daerah secara berkesinambungan maka perlu kiranya pemerintah membuat kebijakan umum dan rencana strategis ke depan. Berdasarkan beberapa teori ekonomi ada beberapa kebijakan umum yang dapat dilakukan guna dapat mempertahankan pembangunan ekonomi yang berkesinambungan, khususnya untuk pemenuhan Tinjauan PDRB Kab. Blora

380 BAB IV ULASAN PDRB kebutuhan wilayah secara Regional dan Nasional dapat dikemukan beberapa pola kebijakan sebagai berikut : 1. Mendorong usaha dan mengarahkan pada sektor basis orientasi ekspor, khususnya meningkatkan mutu agar dapat bersaing dengan produk luar negeri, dengan memanfaatkan UKM yang diarahkan untuk berorientasi ekspor. 2. Mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi produk lokal dan mendorong industri untuk lebih banyak memakai komponen atau bahan baku lokal, serta mendorong pembangunan industri berorientasi ekspor dan industri substitusi impor. 3. Menentukan sektor dan komoditi basis yang diperkirakan bisa tumbuh cepat dan orientasi ekspor secara berksinambungan dan besarbesaran, serta dapat bersinergi dengan sektor lain dan mendorong sektor lain juga turut tumbuh Prediksi PDRB Menurut Penggunaan Tahun Prediksi PDRB digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan. Secara umum metode yang digunakan dalam membuat prediksi PDRB adalah melalui penggabungan metode trend pertumbuhan dan rata-rata pertumbuhan selama kurun waktu 10 tahun. Untuk prediksi PDRB pada tahun terdekat dilakukan perbaikan dengan mempertimbangkan data-data produksi awal tahun dan rencana pembangunan tahun tersebut. Besaran PDRB hasil prediksi tahun sebagai berikut: 348 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

381 BAB IV ULASAN PDRB Tabel 4.18.Prediksi PDRB Kabupaten Blora Mnrt Penggunaan Adhberlaku Tahun (Juta Rupiah) KOMPONEN PENGGUNAAN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,040, ,565, ,223, Makanan 2,738, ,998, ,288, Non Makanan 2,302, ,566, ,859, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 138, , , Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,897, ,133, ,376, Pembentukan Modal Tetap Bruto 614, , , Perubahan Inventori (57,118.18) (63,585.46) (70,308.91) 6. Diskrepansi Statistik Ekspor Barang dan Jasa 2,848, ,170, ,531, Dikurangi Impor Barang dan Jasa 3,844, ,298, ,804, NET EKSPOR (995,424.27) (1,128,350.39) (1,273,725.35) PDRB 6,638, ,349, ,130, Tabel 4.19.Prediksi PDRBKabupaten Blora Mnrt Penggunaan Adh konstan Tahun KOMPONEN PENGGUNAAN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Makanan Non Makanan Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Diskrepansi Statistik Ekspor Barang dan Jasa Dikurangi Impor Barang dan Jasa NET EKSPOR PDRB Tinjauan PDRB Kab. Blora

382 BAB IV ULASAN PDRB Tabel 4.20.PrediksiPertumbuhan PDRB Kabupaten Blora Menurut Penggunaan Adh konstan Tahun (Persen) KOMPONEN PENGGUNAAN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Makanan Non Makanan Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Diskrepansi Statistik Ekspor Barang dan Jasa Dikurangi Impor Barang dan Jasa NET EKSPOR (0.3692) PDRB Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

383 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Disamping PDRB menurut sektor (PDRB sektoral) yang dihitung melalui pendekatan nilai tambah, tersedianya data PDRB menurut penggunaan secara baik, lengkap dan berkesinambungan dapat memberikan gambaran fenomena ekonomi tentang perilaku konsumsi Masyarakat, Pemerintah dan Lembaga Non Profit, serta Investasi. Selain itu diperoleh juga informasi tentang surplus atau defisit neraca perdagangan barang dan jasa dengan pihak atau wilayah lain. Dari sisi penggunaan, PDRB Kabupaten Blora atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 tumbuh sebesar 12,02 persen, dari 5.313,94 milyar rupiah di tahun 2012 menjadi 5.976,51 milyar rupiah di tahun Angka tersebut merupakan agregat dari tiga komponen utama PDRB penggunaan, yaitu Komponen Pengeluaran sebesar 6.447,56 milyar rupiah, komponen Investasi (PMTB+ Inventori) sebesar 492,48 milyar rupiah dan Ekspor Neto minus 963,54 milyar rupiah, nilai negatif pada komponen ekspor neto menunjukkan bahwa nilai barang dan jasa yang diimpor oleh wilayah Blora lebih besar daripada nilai barang dan jasa yang diekspor dari wilayah Blora. Menurut harga konstan, PDRB Kabupaten Blora menurut penggunaan tahun 2013 tumbuh sebesar 5,00 persen, dari 2.354,44 milyar rupiah di tahun 2012 menjadi 2.472,18 milyar rupiah di tahun 2013, yang terdiri dari Komponen Pengeluaran sebesar 2.596,02 milyar rupiah, Komponen Investasi (PMTB+ Inventori) sebesar 173,87 milyar, sedangkan Ekspor Neto tercatat sebesar minus 297,70 milyar rupiah. Tinjauan PDRB Kab. Blora

384 BAB V PENUTUP Pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 mengalami peningkatan dari 4.089,14 milyar rupiah pada tahun 2012 menjadi 4.580,50milyar di tahun 2012, atau tumbuh sebesar 12,02 persen, dengan andil terhadap pembentukan PDRB penggunaan sebesar 76,64 persen. Untuk harga konstan, pengeluaran konsumsi rumah tangga mencatat pertumbuhan sebesar 4,39 persen dari 1.815,64 milyar rupiah di tahun 2012 menjadi 1.895,30 milyar rupiah pada tahun 2013, sehingga memberikan andil terhadap PDRB Kabupaten sebesar 76,67 persen. Nilai konsumsi lembaga Non Profit adh berlaku pada tahun 2013 sebesar 127,31 milyar rupiah, lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 111,96 milyar rupiah, sehingga laju pertumbuhannya tercatat sebesar 13,71 persen. Untuk harga konstannya tercatat sebesar 54,07 milyar rupiah, meningkat dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 50,78 milyar rupiah atau terjadi pertumbuhan sebesar 6,47 persen. Pengeluaran konsumsi pemerintah terhadap PDRB cukup besar, pada tahun 2013 adh berlaku, dengan pengeluaran sebesar 1.739,75 milyar rupiah memberikan kontribusi sebesar 29,11 persen terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku, lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1.515,25 milyar rupiah dengan kontribusi mencapai 28,51 persen. PMTB atas dasar harga berlaku bergerak dari 478,21 milyar rupiah pada tahun 2012 menjadi 541,34 milyar rupiah di tahun 2013, atau mengalami pertumbuhan sebesar 13,20 persen, sedangkan untuk harga konstan bergerak dari 181,21 milyar rupiah di tahun 2012 menjadi 194,24 milyar rupiah di tahun 2013, atau tumbuh sebesar 7,20 persen. Untuk sumbangan PMTB terhadap PDRB Kabupaten pada tahun 2013, yaitu 352 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

385 BAB V PENUTUP tercatat sebesar 9,06 persen atas dasar harga belaku, dan 7,86 persen menurut harga konstan. Pada tahun 2013 adh berlaku, ekspor barang dan jasa dari Kabupaten Blora senilai 2.563,68 milyar rupiah, dengan pertumbuhan sebesar 11,15 persen. Sedangkan nilai impornya, pada tahun yang sama tercatat sebesar 3.527,22 milyar rupiah, atau naik sebesar 12,42 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3.137,56 milyar rupiah. Pertumbuhan nilai ekspor lebih rendah daripada nilai impor, sehingga Ekspor Neto makin bernilai negatif karena nilai impor yang lebih besar daripada ekspornya. Persentase ekspor terhadap PDRB Kabupaten Blora pada tahun 2013 tercatat sebesar 42,90 persen. Sedangkan persentase nilai impornya sebesar minus59,02 persen, sehingga ekspor netonya semakin membesar. Atas dasar harga konstan, ekspor barang dan jasa tahun 2013 dari Kabupaten Blora senilai 867,63 milyar rupiah, lebih besar dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 817,64 milyar rupiah, sehingga terjadi pertumbuhan sebesar 6,12 persen. Sedangkan nilai impornya, pada tahun yang sama tercatat sebesar 1.165,34 milyar rupiah, atau naik sebesar 6,50 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1.094,24 milyar rupiah Saran Berdasarkan uraian tersebut di atas, beberapa saran yang perlu dilakukan supaya terjadi pertumbuhan ekonomi lebih cepat dan lebih dapat membawa kemakmuran bagi seluruh penduduk antara lain : Tinjauan PDRB Kab. Blora

386 BAB V PENUTUP 1. Mendorong tumbuhnya pembentukan modal tetap bruto/investasi, dengan memberikan kemudahan perijinan, pemangkasan waktu dan biaya investasi serta perbaikan infrastruktur jalan dan air di Kabupaten Blora. 2. Mendorong sektor-sektor ekonomi yang ada untuk meningkatkan produksi dengan memberikan kemudahan kredit modal berbunga rendah dan optimalisasi penyuluhan/bimbingan, serta menggalakkan pemakaian produksi lokal sehingga defisit perdagangan bisa berkurang. 3. Konsumsi pemerintah dalam hal ini APBD yang diserap terutama belanja publik diarahkan untuk kegiatan/proyek yang menggerakkan perekonomian pada sektor-sektor yang mempunyai tingkat produktivitas tinggi seperti sektor pertanian, sektor perdagangan, dan sektor industri. Khususnya di sektor pertanian, Kabupaten Blora memiliki potensi sumber daya yang besar untuk produksi padi, jagung, kehutanan serta hasil-hasil peternakan. 354 Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

387 LAMPIRAN TABEL

388

389 TABEL TABEL 1. PDRB KABUPATEN BLORA MENURUT PENGGUNAAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN (JUTA RUPIAH) KOMPONEN PENGGUNAAN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 3,776, ,089, ,580, Makanan 2,114, ,268, ,514, Non Makanan 1,662, ,820, ,066, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 100, , , Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,367, ,515, ,739, Pembentukan Modal Tetap Bruto 425, , , Perubahan Inventori (47,096.30) (49,647.03) (48,852.68) 6. Diskrepansi Statistik 7. Ekspor Barang dan Jasa 2,049, ,306, ,563, Ekspor Luar Negeri 128, , , Ekspor Antar Daerah 1,920, ,163, ,406, Dikurangi Impor Barang dan Jasa 2,803, ,137, ,527, Impor Luar Negeri 148, , , Impor Antar Daerah 2,655, ,974, ,344, NET EKSPOR (754,662.94) (830,982.20) (963,539.51) PDRB 4,868, ,313, ,976, PDRB SEKTORAL 4,868, ,313, ,976, TABEL 2. PDRB KABUPATEN BLORA MENURUT PENGGUNAAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN (JUTA RUPIAH) KOMPONEN PENGGUNAAN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 1,744, ,815, ,895, Makanan 932, , , Non Makanan 811, , , Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 47, , , Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 566, , , Pembentukan Modal Tetap Bruto 167, , , Perubahan Inventori (20,113.06) (20,551.52) (20, ) 6. Diskrepansi Statistik 7. Ekspor Barang dan Jasa 764, , , Ekspor Luar Negeri 65, , , Ekspor Antar Daerah 699, , , Dikurangi Impor Barang dan Jasa 1,028, ,094, ,165, Impor Luar Negeri 64, , , Impor Antar Daerah 964, ,026, ,093, NET EKSPOR (264,030.34) (276,600.46) (297, ) PDRB 2,241, ,354, ,472, PDRB SEKTORAL 2,241, ,354, ,472, Tinjauan PDRB Kab. Blora

390 TABEL TABEL 3. PERTUMBUHAN PDRB KABUPATEN BLORA MENURUT PENGGUNAAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN ( PERSEN ) KOMPONEN PENGGUNAAN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Makanan Non Makanan Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Diskrepansi Statistik Ekspor Barang dan Jasa Ekspor Luar Negeri Ekspor Antar Daerah Dikurangi Impor Barang dan Jasa Impor Luar Negeri Impor Antar Daerah NET EKSPOR PDRB PDRB SEKTORAL KABUPATEN/KOTA TABEL 4. PERTUMBUHAN PDRB KABUPATEN BLORA MENURUT PENGGUNAAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN ( PERSEN ) KOMPONEN PENGGUNAAN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Makanan Non Makanan Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori (0.84) 6. Diskrepansi Statistik Ekspor Barang dan Jasa Ekspor Luar Negeri Ekspor Antar Daerah Dikurangi Impor Barang dan Jasa Impor Luar Negeri Impor Antar Daerah NET EKSPOR PDRB PDRB SEKTORAL KABUPATEN/KOTA Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

391 TABEL TABEL 5. DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB KABUPATEN BLORA MENURUT PENGGUNAAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN ( PERSEN ) KOMPONEN PENGGUNAAN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Makanan Non Makanan Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Diskrepansi Statistik Ekspor Barang dan Jasa Ekspor Luar Negeri Ekspor Antar Daerah Dikurangi Impor Barang dan Jasa Impor Luar Negeri Impor Antar Daerah NET EKSPOR PDRB TABEL 6. DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB KABUPATEN BLORA MENURUT PENGGUNAAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN ( PERSEN ) KOMPONEN PENGGUNAAN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Makanan Non Makanan Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Diskrepansi Statistik Ekspor Barang dan Jasa Ekspor Luar Negeri Ekspor Antar Daerah Dikurangi Impor Barang dan Jasa Impor Luar Negeri Impor Antar Daerah NET EKSPOR PDRB Tinjauan PDRB Kab. Blora

392 TABEL TABEL 7.INDEK IMPLISIT PDRB KABUPATEN BLORA MENURUT PENGGUNAAN TAHUN KOMPONEN PENGGUNAAN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Makanan Non Makanan Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Diskrepansi Statistik Ekspor Barang dan Jasa Ekspor Luar Negeri Ekspor Antar Daerah Dikurangi Impor Barang dan Jasa Impor Luar Negeri Impor Antar Daerah NET EKSPOR PDRB PDRB SEKTORAL KABUPATEN/KOTA TABEL 8. PERUBAHAN INDEK IMPLISIT PDRB KABUPATEN BLORA MENURUT PENGGUNAAN TAHUN (PERSEN) KOMPONEN PENGGUNAAN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Makanan Non Makanan Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Diskrepansi Statistik Ekspor Barang dan Jasa Ekspor Luar Negeri Ekspor Antar Daerah Dikurangi Impor Barang dan Jasa Impor Luar Negeri Impor Antar Daerah NET EKSPOR PDRB PDRB SEKTORAL KABUPATEN/KOTA Tinjauan PDRB Kab. Blora 2013

393

394

BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN

BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN PEMERINTAH KABUPATEN BLORA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 ii Analisa Data PDRB Kab. Blora Tahun 2015 BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Sebagaimana kita ketahui bersama

Lebih terperinci

BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN

BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN ii Tinjauan PDRB Kabupaten Blora Tahun 2014 BUPATI BLORA KATA SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa selalu kita lahirkan di setiap kesempatan atas karunia yang diberiakan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi. Kabupaten Magelang 2013

Tinjauan Ekonomi. Kabupaten Magelang 2013 Tinjauan Ekonomi Kabupaten Magelang 2013 Judul Buku : TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN MAGELANG 2013 Nomor Publikasi : Ukuran Buku : Kwarto (21 x 28 cm) Jumlah Halaman : vi+74 hal Naskah : Seksi Statistik Neraca

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Gambaran Produk Domestik

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2014 i ii Tinjauan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Gambaran Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI 1. KONSEP DAN DEFINISI Konsep-konsep yang digunakan dalam penghitungan Produk Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut : Domestik A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan pada dasarnya merupakan perkiraan atau dugaan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu yang akan datang. Peramalan juga dapat

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat mendorong BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan proses yang menyebabkan pendapatan penduduk suatu wilayah meningkat dalam jangka panjang, sehingga dikatakan bahwa pembangunan

Lebih terperinci

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu sasaran rencana pembangunan nasional adalah pembangunan disegala bidang dan mencakup seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan peningkatan

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang BAB III TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN BERAU 3.1. Tinjauan Umum Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan, dan tingkat pengangguran (Todaro, 2000:93). Maka dari itu

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan, dan tingkat pengangguran (Todaro, 2000:93). Maka dari itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses yang menyebabkan pendapatan penduduk suatu wilayah meningkat dalam jangka panjang. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembangunan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2015 i SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA Puji syukur

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN 2002-2010 Katalog BPS : 9302008.7101 ISSN 0215 6432 Ukuran Buku : 16,5 Cm X 21,5 Cm Jumlah Halaman : ix + 115 Halaman Naskah : Badan

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jambi, September 2011 KEPALA BAPPEDA PROVINSI JAMBI. Ir. H. AHMAD FAUZI.MTP Pembina Utama Muda NIP

SAMBUTAN. Jambi, September 2011 KEPALA BAPPEDA PROVINSI JAMBI. Ir. H. AHMAD FAUZI.MTP Pembina Utama Muda NIP SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA PROVINSI JAMBI Ketersediaan data yang tepat dan akurat serta pada Time leg yang tidak terlalu jauh sangat dibutuhkan dalam penyusunan pembangunan daerah dan ini sesuai dengan amanat

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO 1. PERKEMBANGAN KABUPATEN BUNGO merupakan penghitungan atas nilai tambah yang timbul akibat adanya berbagai aktifitas ekonomi dalam suatu daerah/wilayah. Data

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/31/Th. XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV/2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto Tabel 9.1 : PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2007 2010 (Rp. 000) 1. PERTANIAN 193.934.273 226.878.977 250.222.051 272176842 a. Tanaman bahan makanan 104.047.799 121.733.346 134.387.261

Lebih terperinci

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan manusia seutuhnya selama ini, telah diimplementasikan pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 52/ V / 15 Nopember 2002 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA INDONESIA TRIWULAN III TAHUN 2002 TUMBUH 2,39 PERSEN Indonesia pada triwulan III tahun 2002 meningkat sebesar 2,39 persen terhadap triwulan II

Lebih terperinci

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) 10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Lapangan Usaha memberikan gambaran tentang nilai tambah yang dibentuk dalam suatu daerah sebagai akibat dari adanya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI

PERKEMBANGAN INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI No. 13/12/33/16/Th.VIII, 15 Desember 2016 PERKEMBANGAN INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI KABUPATEN BLORA TAHUN 2016 SEBESAR 94,13 Pada tahun 2016, Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008 No.05/02/33/Th.III, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008 PDRB Jawa Tengah triwulan IV/2008 menurun 3,7 persen dibandingkan dengan triwulan III/2007 (q-to-q), dan bila dibandingkan

Lebih terperinci

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan Kabupaten Sleman memuat tentang hasil-hasil analisis dan prediksi melalui metode analisis ekonomi

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 KABUPATEN TRENGGALEK Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006-2010 Gross Regional Domestic Product Of Trenggalek Regency By Industrial Origin

Lebih terperinci

Profile Daerah Kabupaten Sumedang Tahun

Profile Daerah Kabupaten Sumedang Tahun B A B PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH 6.1 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Beberapa penjelasan mengenai pengertian PDRB yaitu PDRB atas dasar harga berlaku, PDRB atas dasar harga konstan, pendapatan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 23/05/61/Th. XIII, 10 Mei 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I TAHUN 2010 Kinerja perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan I-2010 dibandingkan triwulan IV-2009,

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 27/05/61/Th. XVII, 5 Mei PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I- EKONOMI KALIMANTAN BARAT TUMBUH 4,69 PERSEN Perekonomian Kalimantan Barat yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 26/05/61/Th. XV, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I-2012 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TUMBUH 6,0 PERSEN Perekonomian Kalimantan Barat yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah pada periode

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 08/02/Th.XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN IV TAHUN Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan IV- secara triwulanan (q-to-q) mencapaai

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 38/08/61/Th. XIII, 5 Agustus 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II TAHUN 2010 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Barat triwulan II-2010 menurun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/08/34/Th. X, 14 Agustus 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 34/08/34/Th. XIII, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2011 SEBESAR -3,89 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012 No. 09/02/91/Th. VII, 05 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012 Ekonomi Papua Barat tahun 2012 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 15,84

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Tahun 2012-2013...8 Kontribusi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 % No, 11/02/13/Th.XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 % Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2013 meningkat sebesar 6,2 persen terhadap 2012, terjadi pada semua

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER PDRB KABUPATEN PASER TAHUN 2011 Rata rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Paser kembali menembus angka dua digit sejak tahun 2010. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 TUMBUH MENINGKAT 5,7 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Pendapatan Pendapatan merupakan jumlah dari seluruh uang yang diterima seorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 24/05/14/Th.XV, 5 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun 2014, yang diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, mengalami

Lebih terperinci