PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane)

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK

KUANTIFIKASI JASA LINGKUNGAN PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA DAS CISADANE HULU. Aji Winara dan Edy Junaidi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

KUANTIFIKASI JASA LINGKUNGAN DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

SIMULASI DAMPAK PENGGUNAAN LAHAN AGROFORESTRY BERBASIS TANAMAN PANGAN PADA HASIL AIR DAN PRODUKSI PANGAN (Studi Kasus DAS Cisadane, Jawa Barat)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan hidup menyediakan sumberdaya alam bagi kelangsungan

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September )

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

Erosi. Rekayasa Hidrologi

METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Degradasi lahan atau kerusakan lahan merupakan faktor utama penyebab

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK

KONDISI BEBERAPA KOMPONEN HIDROLOGI PADA TEGAKAN SENGON WURI HANDAYANI DAN EDY JUNAIDI

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

Lampiran 1. Kriteria Lahan Kritis di Kawasan Hutan Lindung (HL), Budidaya Pertanian (BDP) dan Kawasan Lindung di Luar Kawasan Hutan (LKHL)

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh adalah merupakan Daerah Aliran

KEADAAN UMUM WILAYAH

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan

MENENTUKAN LAJU EROSI

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

Program Studi Agro teknologi, Fakultas Pertanian UMK Kampus UMK Gondang manis, Bae, Kudus 3,4

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI EROSI LAHAN PADA DAS AIR DINGIN BAGIAN HULU DI KOTA PADANG. Skripsi APRIZON PUTRA 89059

EI 30 = 6,119 R 1,21 D -0,47 M 0,53 Tabel IV.1 Nilai Indeks Erosivitas Hujan (R)

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

(CoLUPSIA) Usulan revisi peta RTRW / Kawasan Hutan dan Perairan Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram. Yves Laumonier, Danan P.

BAB I PENDAHULUAN. DAS Serayu, terutama di bagian hulu DAS berkaitan dengan pemanfaatan lahan

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINGKAT KERUSAKAN DAN ARAHAN KONSERVASI LAHAN DI DAS CIKARO, KABUPATEN BANDUNG. Oleh: Gurniwan K. Pasya*), Jupri**), Hendro Murtianto***) Abstrak

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN. Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F

PREDIKSI EROSI DAN SEDIMENTASI DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

Gambar 3 Peta lokasi penelitian terhadap Sub-DAS Cisangkuy

KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

Lampiran 1. Curah Hujan DAS Citarum Hulu Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

Prosiding Seminar Nasional INACID Mei 2014, Palembang Sumatera Selatan

bio.unsoed.ac.id terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah aktivitas manusia, dan

Analisis Program Rehabilitasi DTA Saguling

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

RINGKASAN DISERTASI. Oleh : Sayid Syarief Fathillah NIM 06/240605/SPN/00217

penyebab terjadinya erosi tanah Posted by ariciputra - 29 May :25

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

Transkripsi:

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane) Oleh : Edy Junaidi Balai Penelitian Kehutanan Ciamis ABSTRAK Luasan penggunaan lahan di DAS Cisadane yang bisa dikatagorikan sebagai hutan rakyat menunjukkan potensi yang cukup besar. Sebagian besar keberadaan hutan rakyat di DAS Cisadane berada pada wilayah yang berpotensi menimbulkan erosi, sehingga apabila pengelolaan hutan rakyat tidak berdasarkan kaedah pengelolaan yeng benar, erosi yang terjadi menjadi semakin besar. Penerapan teknik konservasi tanah pada areal hutan rakyat harus memperhatikan aspek ekologi (biofisik) dan sosial budaya. Teknik konservasi tanah yang bisa diterapkan pada suatu areal hutan rakyat harus bersifat lokal spesifik. Penerapan teknik konservasi tanah lokal spesifik pada areal hutan rakyat di DAS Cisadane terbukti mampu mencegah degradasi tanah akibat erosi, memperbaiki degradasi tanah dan meningkatkan produktivitas tanah, sehingga produktivitas hutan rakyat menjadi meningkat. Kata kunci : Hutan rakyat, konservasi tanah lokal spesifik dan produktivitas. I. PENDAHULUAN DAS Cisadane secara geografis terletak pada 106 o 20 50-106 o 28 20 BT dan 6º0 59-6º47 02 LS dan secara administratif terletak pada 2 propinsi yaitu Jawa Barat dan Banten (BP DAS Citarum Ciliwung, 2002), merupakan salah satu DAS yang masuk DAS prioritas II dengan katagori erosi tinggi. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Junaidi (2009), jumlah erosi aktual yang terjadi pada DAS Cisadane sebesar 248,9 ton/ha/tahun. Nilai erosi ini melebihi rata-rata erosi yang diperbolehkan pada DAS Cisadane sebesar 47,26 ton/ha/tahun. Hasil analisis citra Landsat TM tahun 2005 oleh BP DAS Ciliwung- Cisadane, terdapat 9 penggunaan lahan pada DAS Cisadane, yaitu : hutan, kebun campuran (pertanian lahan kering), ladang/tegalan (pertanian lahan kering), lahan terbuka, pantai pasir, pemukiman kota, sawah, semak belukar dan tambak. Berdasarkan hasil kajian BPKH IX (2009), penggunaan lahan pada DAS Cisadane yang bisa dikatagorikan menjadi hutan rakyat adalah lahan ladang/tegalan (pertanian lahan kering), kebun campuran (pertanian lahan kering) dan semak belukar. Luasan hutan rakyat di DAS Cisadane adalah 80.911,3 ha atau hampir 51,85% dari luas DAS Cisadane. Berdasarkan luasannya, hutan rakyat di DAS Cisadane menunjukkan potensi yang cukup besar. Penelitian yang telah dilakukan oleh Junaidi (2009), rata-rata erosi yang dihasilkan oleh hutan rakyat yang dihitung pada outlet setiap penggunaan lahan pada DAS Cisadane sebesar 1.316 ton/ha/tahun jauh di atas erosi yang diperbolehkan (47,26 ton/ha/tahun). Erosi ini membawa serta unsur hara tanah yang ada pada setiap penggunaan lahan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata untuk unsur N organik yang hilang sebesar 90,2 kg/ha, unsur P organik sebesar 10,5 kg/ha dan P mineral sebesar 1,5 kg/ha. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur hara makro yang secara langsung bisa diserap oleh tanaman. Apabila unsur hara tersebut makin berkurang kandungannya pada suatu tanah menyebabkan kesuburan tanah menurun. Hal ini akan berakibat menurunnya produktivitas tanah yang berdampak pada penurunan produktivitas tanaman yang tumbuh di atasnya. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian 371

Pada umumnya, kehilangan hara yang berakibat penurunan kesuburan tanah ini sudah dirasakan, tetapi belum banyak disadari oleh petani hutan rakyat. Beberapa lokasi hutan rakyat di Jawa, tanamannya tidak lagi tumbuh secara optimal seperti periode sebelumnya. Hasil penelitian yang dilakukan pada beberapa lokasi sampel oleh Mile (2003) menemukan fakta bahwa tanaman sengon di Jawa Barat dan Jawa Tengah yang berumur 3 4 tahun saat ini tidak tumbuh secara optimal seperti 10 atau 15 tahun yang lalu walaupun tumbuh ditempat yang sangat sesuai ditinjau dari aspek pedoagroklimat. Kesimpulan yang diperoleh salah satu faktor penyebab hal tersebut adalah semakin menurunnya kesuburan tanah. Untuk mengurangi degradasi tanah pada hutan rakyat akibat penurunan produktivitas tanah oleh erosi, diperlukan tindakan untuk mengurangi erosi dengan melaksanakan pengelolaan lahan pada hutan raktyat yang tepat melalui teknik konservasi tanah. Konservasi tanah diperlukan untuk memperbaiki degradasi tanah akibat erosi, mencegah degradasi tanah dan meningkatkan produktivitas tanah. Penerapan teknik konservasi tanah pada areal hutan rakyat yang beragam harus memperhatikan aspek ekologi (biofisik) dan sosial budaya. Teknik konservasi tanah yang bisa diterapkan pada suatu areal hutan rakyat harus bersifat lokal spesifik. Teknik konservasi tanah lokal spesifik hanya mampu diterapkan pada suatu areal hutan rakyat tertentu dengan memperhatikan aspek ekologi (biofisik), ekonomi, sosial budaya dan potensi yang ada pada aral. Tujuan dari tulisan ini adalah memberikan gambaran manfaat penerapan beberapa alternatif teknologi konservasi tanah lokal spesifik di hutan rakyat pada DAS Cisadane dalam mencegah erosi. II. KONDISI BIOFISIK DAN PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA DAS CISADANE Analisis citra Landsat TM tahun 2005 yang dilakukan oleh BP DAS Ciliwung- Cisadane, ada 9 penggunaan lahan di DAS Cisadane (luas total 156.043,0 ha), yaitu : hutan dengan luas 33.452,6 ha, kebun campuran (perkebunan) mempunyai luas 6.743,1 ha, ladang/tegalan (pertanian lahan kering) luasnya 73.597,4 ha, lahan terbuka luasnya 1.570,7 ha, pantai pasir mempunyai luas 127,5 ha, pemukiman kota dengan luas 27.649,2 ha, sawah luasnya 7.839,3 ha, semak belukar mempunyai luas 570,8 ha dan tambak luasnya 4.992,6 ha. Menurut kajian yang dilakukan oleh BPKH IX (2009), dari 9 penggunaan lahan pada DAS Cisadane yang bisa dikatagorikan menjadi hutan rakyat ada 3 yaitu kebun campuran (pertanian lahan kering), ladang/tegalan (pertanian lahan kering) dan semak belukar. Sehingga luasan penggunaan lahan di DAS Cisadane yang bisa dikatagorikan sebagai hutan rakyat adalah 80.911,3 ha. Luasan hutan rakyat yang ada di DAS Cisadane mencapai 51,85 % dari luas DAS Cisadane. Potensi hutan rakyat di DAS Cisadane cukup besar ditinjau dari luasan wilayahnya. Kondisi biofisik keberadaan hutan rakyat di DAS Cisadane berdasarkan luasan menurut curah hujan, kepekaan tanah terhadap erosi dan kemiringan lerang dapat dilihat pada Tabel 1. Luasan keberadaan penggunaan lahan yang dikatagorikan sebagai hutan rakyat berdasarkan tingginya curah hujan, kepekaan tanah terhadap erosi dan kemiringan lahan, sebagian besar berada pada daeah yang mempunyai curah hujan tinggi dengan jenis tanah yang kepekaan terhadap erosi sedang dan kemiringan lereng yang miring. Hal ini dapat disimpulkan sebagian besar secara spasial, keberadaan hutan rakyat di DAS cisadane berada pada wilayah yang berpotensi menimbulkan erosi. Sehingga apabila pengelolaan hutan rakyat tidak berdasarkan kaedah pengelolaan yeng benar, erosi aktual yang terjadi menjadi semakin besar. 372 Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian

Tabel 1. Luasan hutan rakyat Di DAS Cisadane menurut curah hujan, kepekaan tanah terhadap erosi dan kemiringan lerang Penggunaan Lahan CH agak tinggi kepekaan tanah sedang KL landai KL miring CH sedang kepekaa n tanah sedang KL landai kepekaan tanah rendah KL miring KL agak miring CH tinggi kepekaan tanah sedang KL curam KL landai KL miring Luas Kebun Campuran (ha) 670.76 700.93 1379.34 1770.83 1221.19 Luas Ladang/Tegalan (ha) 1053.0 7 1757.7 5 809.24 5414.92 177.56 5710.06 19082.99 38591.74 Luas Semak Belukar (ha) 485.58 85.23 Sumber : hasil analisis overley peta tanah, curah hujan, kemiringan lereng dan penggunaan lahan Keterangan : CH = curah hujan KL = kemiringan lereng Hasil survei terhadap ketiga penggunaan lahan di DAS Cisadane yang dikatagorikan sebagai hutan rakyat, untuk manajemen pengelolaan kebun campuran pada umunya pengelolaan tanah kurang memperhatikan teknologi konservasi tanah. Sedangkan untuk ladang/tegalan manajemen pengelolaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengelolaan baik dan sedang didasarkan pada pengolahan tanah (penerapan teknik konservasi tanah), penanaman dan pemeliharaan. Hasil kajian yang dilakukan oleh Junaidi (2009), erosi rata-rata yang dihasilkan pada setiap outlet pada masing-masing penggunaan lahan di hutan rakyat yang ada pada DAS Cisadane jauh melebihi erosi rata-rata yang diperbolehkan di DAS Cisadane yaitu 47,26 ton/ha/tahun. Hasil menunjukkan, erosi rata-rata yang dihasilkan pada outlet kebun campuran sebesar 1.577,2 ton/ha/tahun, sedangkan outlet ladang/tegalan dengan pengelolaan baik adalah 46 ton/ha/tahun, outlet ladang/tegalan dengan pengelolaan sedang adalah 1.261,7 ton/ha/tahun dan pada outlet semak belukar yaitu 2.425,2 ton/ha/tahun. Untuk Erosi rata-rata terbesar disumbangkan oleh hutan rakyat dengan jenis penggunaan lahan berupa semak belukar. Erosi yang terjadi pada setiap penggunaan lahan membawa serta unsur hara tanah, berupa N organik, P organik dan P mineral. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur hara makro yang secara langsung bisa diserap oleh tanaman. Apabila unsur hara tersebut makin berkurang kandungannya pada suatu tanah menyebabkan kesuburan tanah menurun. Tabel 2. Kandungan hara yang terangkut oleh erosi Penggunaan lahan Kandungan dalam erosi (kg/ha) N organik P organik P mineral Kebun campuran 84,71 10,07 0,77 Ladang Pengelolaan baik 47,03 5,43 1,13 Ladang Pengelolaan sedang 115,88 13,35 2,10 Semak belukar 113,01 13,04 2,08 Sumber : Hasil analisis (Junaidi, 2007) Pada Tabel 2 terlihat, hutan rakyat dengan penggunaan lahan berupa ladang dengan menajemen pengelolaan lahan sedang mengalami kehilangan unsur hara yang paling besar dibandingkan penggunaan lahan lain yaitu N organik sebesar 115,88 kg/ha, P organik sebesar 13,35 kg/ha dan P mineral sebesar 2,10 kg/ha. Meskipun kebun campuran mengalami erosi yang cukup besar, tetapi kehilangan unsur hara yanag terbawa erosi lebih kecil dibandingkan penggunaan ladang dengan pengelolaan sedang. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian 373

Hal ini dikarenakan keberadaan akar tanaman mampu menseleksi proses erosi yang terjadi sehingga hara yang terikut oleh erosi mampu ditahan. Jika erosi tidak dikurangi, makin lama kandungan hara pada tanah makin menurun dratis, sehingga berakibat pada penurunan kesuburan tanah. Pada umunya kehilangan hara yang besar akibat erosi ini kurang disadari petani. Petani baru sadar bila melakukan penanaman pada periode berikutnya, dimana pertumbuhan tanaman kurang optimal dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya. Hal ini disebabkan tanah yang ditanami mengalami penurunan kesuburan. III. TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK Konservasi tanah merupakan upaya mempertahankan fungsi tanah melalui pemanfaatan yang sesuai dengan kemampuan tanah dan memperlakukan sesuai dengan karakteristik tanah agar tidak mengalami kerusakan sifat karakteristik tanah, di samping untuk memperbaiki dan meningkatkan sifat karakteristik tanah. Berdasarkan pengertian tersebut, konservasi tanah tidak hanya bertujuan untuk melindungi tanah dari kerusakan, tetapi juga bertujuan memperbaiki tanah yang telah rusak bahkan meningkatkan produktivitas tanah (Arsyad, 2004). Tujuan umum konservasi tanah saat ini ada 3, yaitu : (1) untuk melindungi fungsi tanah dari kerusakan yang diakibatkan oleh faktor alami dan campur tangan manusia, (2) untuk memperbaiki fungsi tanah yang telah mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh faktor alami dan campur tangan manusia dan (3) untuk memelihara sekaligus meningkatkan kemampuan tanah agar dapat digunakan secara lestari. Berdasarkan ketiga tujuan tersebut, konsep konservasi tanah telah berkembang yang semula hanya bertujuan pencegahan menjadi perbaikan bahkan peningkatan kemampuan tanah dalam fungsinya. Secara umum berdasarkan metode yang digunakan, teknik konservasi tanah dapat digolongkan menjadi 3, yaitu : metode vegetaif, metode mekanik, dan metode kimiawi. Teknik konservasi tanah yang hanya bisa diterapkan disuatu area yang mempunyai ciri biofisik dan manajemen pengelolaan lahan tertentu disebut teknik konservasi tanah lokal spesifik. Sehingga setiap teknik konservasi tanah lokal spesifik yang diterapkan di suatu area harus memperhatikan aspek ekologi (biofisik), ekonomi, sosial budaya dan potensi yang ada pada area tersebut. IV. ALTERNATIF PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK PADA HUTAN RAKYAT DI DAS CISADANE Pada bab sebelumnya telah diterangkan mengenai besarnya erosi dan kehilangan unsur hara tanah yang terjadi di hutan rakyat di DAS Cisadane yang berakibat dengan penurunan kesuburan tanah. Semakin menurunnya kesuburan tanah menyebabakan produktivitas tanah berkurang sehingga pertumbuhan tanaman yang ada di hutan rakyat menjadi kurang optimal. Salah satu cara untuk mengurangi terjadinya erosi dengan melaksanakan pengelolaan lahan pada hutan raktyat yang tepat melalui teknik konservasi tanah. Konservasi tanah diperlukan untuk memperbaiki kerusakan tanah akibat erosi, mencegah terjadinya kerusakan tanah berulang lagi dan meningkatkan produktivitas tanah. Penerapan suatu metode teknik konservasi tanah pada areal hutan rakyat tidak bisa bersifat universal, karena sifat hutan rakyat yang beragam. Penerapan metode konservasi tanah pada areal hutan rakyat harus memperhatikan aspek ekologi (biofisik), sosial budaya dan potensi area. Sehingga teknik konservasi tanah yang bisa diterapkan pada suatu areal hutan rakyat harus bersifat lokal spesifik. Teknik konservasi tanah yang bersifat lokal spesifik hanya mampu diterapkan pada suatu areal hutan rakyat tertentu 374 Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian

dengan memperhatikan aspek ekologi (biofisik), ekonomi, sosial budaya dan potensi yang ada pada areal hutan rakyat tersebut. Pada kasus hutan rakyat yang terdapat di DAS Cisadane penerapan teknik konservasi tanah lokal spesifik yang akan diterapkan pada masing-masing penggunaan lahan disesuaikan dengan kondisi biofisik dan manajemen pengelolaan lahan yang telah diterapkan. Adapun teknik konservasi tanah lokal spesifik yang bisa diterapkan pada masing-masing penggunaan lahan di areal hutan rakyat dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3 menerangkan teknik konservasi tanah baik pengelolaan tanaman maupun pengelolaan tanahnya, sedangkan Tabel 4 menjelaskan komponen pengelolaan tanaman yang diterapkan. Tabel 3. Penerapan teknik konservasi tanah pada masing-masing areal hutan rakyat Penggunaan Lahan Teknik konsservasi tanah local spesifik Pengelolaan Tanaman Pengelolaan Tanah Semak belukar Agroforestry Teras gulud dan mulsa vertikal Ladang pengelolaan baik Agroforestry Teras gulud dan mulsa vertikal Ladang pengelolaan sedang Agroforestry Teras gulud dan mulsa vertikal Kebun campuran Kebun vegetasi permanen Rorak/mulsa vertikal Sumber : Junaidi, 2007 Pada areal hutan rakyat dengan penggunaan lahan semak belukar, ladang/tegalan diterapkan teknik konservasi tanah teras gulud dan mulsa vertikal untuk pengelolaan tanah. Manajemen pengelolaan tanaman menerapkan sistem agroforestry. Pada penggunaan lahan kebun campuran diterapkan teknik pengelolaan tanah rorak/mulsa vertikal dengan pengelolaan tanaman menerapkan penggunaan tanaman MPTS. Teknik konservasi tanah ini diterapkan berdasarkan kondisi biofisik, pengelolaan lahan dan sosial masyarakat yang terdapat pada DAS cisadane, serta potensi yang ada pada areal hutan rakyat. Tabel 4. Komponen agroforestry yang diterapkan Penggunaan lahan Tanaman semusim Prosentase penggunaan lahan Pohon Tanaman Penutup tanah Semak belukar 65 15 10 10 Ladang pengelolaan baik 75 15 10 Ladang pengelolaan sedang 70 20 10 Sumber : Junaidi, 2007 Rumput Kajian yang dilakukan oleh Junaidi (2009), penerapkan konservasi tanah pada areal hutan rakyat di masing-masing penggunaan lahan akan mengurangi terjadinya erosi. Sehingga unsur hara yang terbawa oleh erosi akan berkurang juga. Hasil kajian mengenai besarnya selisih konsentrasi sediment, selisih hara N organik, selisih hara P organik dan selisih hara P mineral dari masing-masing penggunaan lahan pada areal hutan rakyat antara sebelum penerapan teknik konservaasi tanah dan setelah penerapan dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian 375

Tabel 5. Selisih konsentrasi sedimen (erosi) dan beberapa unsur hara pada areal hutan rakyat antara sebelum penerapan teknik konservaasi tanah dan setelah penerapan No Penggunaan lahan Selisih konsentrasi sedimen (mg/l) Selisih N orgnik (kg) Selisih P organik (kg) Selisih P mineral (kg) 1 Kebun vegetasi permanen -71,24-1159,40-148,91-13,47 2 Ladang baik dengan tekhik agroforestry -0,47-7.931,77-691,22-199,97 3 Ladang sedang dengan tekhik agroforestry -90,47-18.060,92-1.863,92-137,42 4 Ladang dengan tekhik agroforestry (bekas semak belukar) -135,52-136,73-14,20-2,44 Sumber : Hasil analisis (Junaidi, 2007) Keterangan : - = terjadi pengurangan Berdasarkan Tabel 5 terlihat, penerapan teknik konservasi tanah pada masingmasing pengunaan lahan di areal hutan rakyat akan mengurangi terjadinya erosi. Hal ini berdampak memperbaiki kerusakan tanah, sehingga kesuburan tanah dapat diperbaiki terlihat dari selisih hara (N organik, P organik dan P mineral) antara sebelum penerapan teknik konservasi tanah dan setelah penerapan teknik konservasi tanah terjadi pengurangan hara yang terbawa erosi. Penerapan teknik konservasi tanah bertujuan untuk mengurangi erosi yang terjadi, sehingga dapat melindungi tanah dari kerusakan. Disamping itu penerapan konservasi tanah juga bertujuan memperbaiki tanah yang telah rusak bahkan meningkatkan produktivitas tanah. Hal ini didukung kajian yang telah dilakukan Junaidi (2009), dengan penerapan konservasi tanah lokal spesifik pada masing-masing penggunaan lahan di areal hutan rakyat (khususnya penggunaan lahan ladang/tegalan) mampu meningkatkan produksi tanaman semusim yang ditanam (Tabel 6). Tabel 6. Hasil Panen tanaman semusim pada areal hutan rakyat sebelum dan sesudah penerapan konservasi tanah Penggunaan lahan Sebelum Penerapan Konservasi Tanah Hasil panen (ton) Setelah Penerapan Konservasi Tanah Ladang Pengelolaan baik 1.957,11 2.202,09 Ladang Pengelolaan sedang 1.477,53 1.639,18 Semak belukar 16,15 Sumber : Analisis hasil V. KESIMPULAN Penerapan konservasi tanah lokal spesifik pada areal hutan rakyat di masingmasing penggunaan lahan terbukti mampu memperbaiki degradasi tanah akibat erosi, mencegah degradasi tanah dan meningkatkan produktivitas tanah. Hal ini terlihat dari semakin berkurangnya erosi yang terjadi pada masing-masing penggunaan lahan. Demikian juga beberapa unsur hara yang terbawa oleh erosi makin berkurang. Pengurangan unsur hara yang terbawa oleh erosi akibat penerapan konservasi tanah lokal spesifik, mampu meningkatkan kesuburan tanah sehingga produktivitas tanah meningkat. Dengan meningkatnya produktivitas tanah mampu meningkatkan hasil panen. 376 Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian

DAFTAR PUSTAKA Arsyad. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. Balai Pengelolaan DAS Ciliwung Cisadane. 2002. RTL RLKT DAS Cisadane. Balai Pengelolaan DAS Ciliwung Cisadane. Bogor. (Tidak dipublikasikan). Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Jawa dan Madura. 2009. Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arahan Kebijakan Hutan Rakyat di Pulau Jawa. Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Jawa dan Madura dan Forest Governance And Multistake Holder Forestry Programme (MFP II). Yogyakarta. Junaidi, E. 2009. Kajian Berbagai Alternatif Perencanaan Pengelolaan DAS Cisadane Menggunakan Model SWAT. Thesis Pascasarjana IPB. Bogor. (Tidak dipublikasikan). Mile, Y. 2003. Penilaian Tingkat Produktifitas dan Kelestarian Hutan Rakyat Sengon di Desa Hanum Kec. Majenang. Prosiding Seminar Sehari, Loka Litbang Hutan Monsoon, Departemen Kehutanan. Ciamis. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian 377