INDONESIA SKRIPSI H

dokumen-dokumen yang mirip
INDONESIA SKRIPSI H

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Evaluasi Aktivitas Promosi

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR

ANALISIS STRATEGI PROMOSI PRODUK MAHKOTA DEWA DI PT. MAHKOTADEWA INDONESIA, JAKARTA. Oleh: Saur Costanius Simamora A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

I. PENDAHULUAN. kesehatan yang berbahan dasar air dan berbahan dasar susu skim.

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

ANALISIS STRATEGI PROMOSI SUSU FORMULA LANJUTAN (FOLLOW UP INFANT) MORINAGA CHILMIL PADA PT SANGHIANG PERKASA EKO RACHMAT PRIYADI A

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN KAPSUL HERBAL DR LIZA (Studi Kasus Hotel Salak The Heritage Bogor, Jawa Barat)

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA OBAT TRADISIONAL TAMAN SRINGANIS, BOGOR. Oleh : LUTHER MASANG A

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT (Studi Kasus:Koleksi Taman Obat Dan Spa Kebugaran SYIFA, Bogor)

1. BAB I PENDAHULUAN. Jahe (Zingiber officinale) dan kunyit (Curcuma longa) merupakan

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tampil cantik merupakan dambaan setiap orang terlebih lagi kaum wanita.

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS KEPUASAN, LOYALITAS, DAN PREFERENSI KONSUMEN MARTABAK AIR MANCUR BOGOR

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh :

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta

KARAKTERISTIK BAKSO KERING IKAN PATIN (Pangasius sp.) Oleh : David Halomoan Hutabarat C

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA

SKRIPSI ARDIANSYAH H

BAB VII. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYUSUN STRATEGI PROMOSI INSTITUT PERTANIAN ORGANIK (IPO) AIE ANGEK

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PANTAI LOMBANG DI KABUPATEN SUMENEP

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA EMPAT PERUSAHAAN NATA DE COCO DI KECAMATAN CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KUD (KOPERASI UNIT DESA) GIRI TANI (Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat)

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN COFFEESHOP WARUNG KOPI SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PEMASARAN SKRIPSI IVAN STENLEY H

SKRIPSI EVALUASI PRODUK GOOD TIME COOKIES DI PT. ARNOTT S INDONESIA SEBAGAI DASAR PENENTUAN NILAI TAMBAH PRODUK. Oleh : RINA DWI OKTAVIA F

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

ANALISIS STRATEGI BAURAN PEMASARAN (Studi Kasus : Liefde Cafe&Restaurant, Bogor)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini

GAMBARAN UMUM KEBUN UNIT KONSERVASI BUDIDAYA BIOFARMAKA (UKBB)

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

I. PENDAHULUAN. Negara lndonesia memiliki jenis tumbuhan beraneka ragam yang dapat

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmiati Tsaniah, 2016

ANALISIS PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS MANAJEMEN STRATEGIS PT. ANGGREK PERSADA INDAH DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN BISNIS ANGGREK DENDROBIUM. Oleh. MASTA HERAWATI br SINULINGGA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. impor yang serba mahal dan sebagainya. Mulai era 2000an pelan-pelan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

Pengembangan Marketing Mix untuk Mendukung Kinerja Pemasaran UKM

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SUMATERA UTARA

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR. Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan setiap kesempatan dan peluang pada beberapa pasar sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ROTI PADA BAGAS BAKERY, KABUPATEN KENDAL

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG MERAH GORENG PO MEKAR WANGI DESA TARAJU, KECAMATAN SINDANG AGUNG KABUPATEN KUNINGAN. Oleh UUM SUMIATI H

VI. PENERAPAN STRATEGI PROMOSI RESTORAN OBONK STEAK & RIBS BOGOR

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh : THOMSON BERUTU A

ANALISIS STRATEGI PROMOSI BEDAK Marcks VENUS PADA PT. KIMIA FARMA TBK. Oleh RIHZA SYAFRIZAL H

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI

PENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller)

STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100 PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : DIAN HERYANTO A

I. PENDAHULUAN. Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature)

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN CINCAU DRINK (Kasus pada CV. Citra Pangan Mandiri, Bogor) OLEH : CAHYADI ZULKHADI KHIROM A

ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango)

7- STRATEGI PEMASARAN SQUALENE SEBAGAI MAKANAN SEHAT ALAMI (NATURAL HEALTH FOOD) STUDI KASUS : PT COSWAYTAMA INDOMAS, JAKARTA

7- STRATEGI PEMASARAN SQUALENE SEBAGAI MAKANAN SEHAT ALAMI (NATURAL HEALTH FOOD) STUDI KASUS : PT COSWAYTAMA INDOMAS, JAKARTA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kembali ke alam (back to nature), kini menjadi semboyan masyarakat modern. Segala sesuatu yang selaras, seimbang

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan menggemanya semangat back to nature, banyak orang

ANALISIS EKONOMI KELEMBAGAAN PEMASARAN CPO PRODUKSI P.T. PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) (Kasus Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta)

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

2015 PROFIL LIPID MENCIT HIPERLIPIDEMIA SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi besar dalam pengembangan tanaman obat.

Lampiran 1. Daftar pertanyaan dan kuesioner wawancara penelitian. DAFTAR PERTANYAAN dan KUESIONER WAWANCARA PENELITIAN

Transkripsi:

STRATEGI PROMOSI PRODUK MINUMANN KESEHATAN CURMA (TEMULAWAK DAN MADU) DI PT BIOFARMAKA INDONESIA SKRIPSI CLARA LARASATI SIMORANGKIR H34052739 DEPARTEMEN AGRIBISNISS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 i

RINGKASAN CLARA LARASATI SIMORANGKIR. Strategi Promosi Produk Minuman Kesehatan Curma (Temulawak dan Madu) di PT Biofarmaka Indonesia. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ETRIYA). Perkembangan gaya hidup back to nature menarik masyarakat untuk memanfaatkan keanekaragamaan hayati yang dimiliki Indonesia. Potensi back to nature ini telah mengangkat kembali budaya Indonesia yaitu meracik jamu dan ramuan obat-obatan tradisional dari beragam tumbuhan, akar-akaran, dan bahan alami, termasuk diantaranya tanaman obat (biofarmaka). Produksi Tanaman obat di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2003 sampai tahun 2007. Jahe adalah komoditas terbesar yang diproduksi yang mengalami peningkatan sebesar 39,58 persen dari tahun 2005 sampai tahun 2007. Potensi tanaman obat yang dimiliki Indonesia ini telah dimanfaatkan sebagai komoditas ekspor dan bahan baku industri obat, jamu dan kosmetik dalam negeri seperti industri obat tradisional (IOT) dan industri kecil obat tradisional (IKOT). Menurut Deptan (2007), jumlah IKOT (Industri Kecil Obat Tradisional) dan IOT (Industri Obat Tradisional) yang tercatat dari tahun 1993 sampai tahun 2003 sudah mencapai 1100 perusahaan. Perkembangan jumlah industri ini dapat menimbulkan persaingan antar perusahaan dalam mempertahankan pangsa pasarnya. PT Biofarmaka Indonesia, merupakan salah satu perusahaan yang berada dalam industri kecil obat tradisional (IKOT), meluncurkan produk minuman kesehatan Curma pada tahun 2008 dengan sasaran konsumen remaja pada usia 16-17 tahun. Oleh sebab itu, perusahaan memerlukan strategi promosi yang tepat untuk mengkomunikasikan produk Curma tersebut kepada konsumen. Penelitian yang dilakukan di PT Biofarmaka Indonesia, Bogor pada bulan Maret sampai Mei 2009 ini bertujuan (1) Mengkaji bentuk kegiatan promosi produk minuman kesehatan Curma yang telah dilakukan PT Biofarmaka Indonesia, (2) Menganalisis faktor-faktor yang paling mempengaruhi penyusunan strategi promosi pada produk minuman kesehatan Curma PT Biofarmaka Indonesia, (3) Menyusun rekomendasi alternatif strategi promosi produk minuman kesehatan Curma yang paling tepat bagi PT Biofarmaka Indonesia sesuai dengan peluang dan kendala yang dihadapi. Responden penelitian adalah manajer pemasaran PT Biofarmaka Indonesia sebanyak 2 responden. Penelitian ini menggunakan Proses Hirarki Analitik (PHA) untuk menganalisis hirarki keputusan faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi dan pemilihan alternatif strategi promosi melalui matriks banding berpasangan di kuisioner. Data yang diperoleh melalui kuisioner diolah dengan menggunakan program komputer expert choice 2000. PT Biofarmaka Indonesia telah melakukan kegiatan promosi periklanan below the line (periklanan yang tidak mengharuskan adanya pembayaran komisi kepada biro iklan) melalui penyebaran brosur, leaflet, dan pembuatan stand kasa sebagai pajangan di tempat penjualan. Perusahaan juga telah melakukan promosi penjualan (sales promotion) dengan strategi tarik (pull strategy) melalui pemberian potongan harga (discount), pameran dagang (IPB fair 2008, Agrinex 2009, Moluska 2009, dan Halal science) dan pekan raya (Pekan Raya Jakarta). ii

Humas/Publisitas (public relation) dilakukan perusahaan sebagai kegiatan promosi dengan memberikan konsultasi gratis di kios herbal PT Biofarmaka Indonesia dan pemberitaan mengenai produk Curma di website perusahaan. Pemasaran Langsung (direct marketing) di mall Botani Square Bogor, kios herbal Taman Kencana, Agrimart IPB, dan pemasaran online (di website dan space iklan) telah dilakukan sebagai kegiatan promosi produk minuman kesehatan Curma. Hasil pengolahan hirarki keputusan menunjukkan bahwa faktor anggaran dengan bobot 0,479 memiliki pengaruh terbesar dalam penyusunan strategi promosi produk Curma. Sub faktor anggaran, yaitu perputaran kas (cash) dengan bobot 0,303 dan penjualan sebelumnya (sale) dengan bobot 0,175, akan mempengaruhi faktor anggaran. Rasio inkonsistensi sebesar 0,03 menunjukkan bahwa data yang diperoleh untuk pengolahan hirarki tersebut dapat diterima dan dipercaya kebenarannya. Hasil pengolahan hirarki keputusan juga menunjukkan bahwa faktor dana (0,473) adalah faktor kendala utama yang menjadi penghambat dalam pemilihan strategi promosi produk Curma. Sedangkan faktor pendukung utama yang mampu meminimalisir kendala dalam pemilihan strategi promosi produk Curma adalah faktor produk dengan bobot 0,090. Berdasarkan kendala yang dihadapi dan pendukung yang dimiliki perusahaan, prioritas utama alternatif strategi promosi produk Curma yang tepat adalah menitikberatkan pada promosi penjualan (sales promotion) dengan bobot 0,263. Kegiatan promosi penjualan dapat dilakukan dengan strategi tarik (pull strategy) seperti pemberian potongan harga pembelian (discount), memberikan contoh produk, mengikuti pameran penjualan, bazar, pekan raya, pemberian hadiah berupa pin, stiker dan alat tulis yang berlogokan Curma. iii

STRATEGI PROMOSI PRODUK MINUMAN KESEHATAN CURMA (TEMULAWAK DAN MADU) DI PT BIOFARMAKA INDONESIA CLARA LARASATI SIMORANGKIR H34052739 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 iv

Judul Skripsi Nama NIM : Strategi Promosi Produk Minuman Kesehatan Curma (Temulawak dan Madu) di PT Biofarmaka Indonesia : Clara Larasati Simorangkir : H34052739 Disetujui, Pembimbing Etriya, SP. MM NIP. 19780805 200501 2 001 Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002 Tanggal Lulus: v

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Strategi Promosi Produk Minuman Kesehatan Curma (Temulawak dan Madu) di PT Biofarmaka Indonesia adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juni 2009 Clara Larasati Simorangkir H34052739 vi

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pematang Siantar pada tanggal 28 Maret 1987. Penulis adalah anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Bapak A. Simorangkir dan Ibunda M. Lumban Tobing. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 122360 P. Siantar pada tahun 1998 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTPN 7 P. Siantar. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 2 P. Siantar diselesaikan pada tahun 2004. Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif berpartisipasi dalam beberapa kegiatan organisasi serta berbagai kepanitiaan di kampus seperti: anggota Himpunan Mahasiswa Agribisnis (HIPMA) IPB, Wakil Koordinator bidang Pelayanan Komisi Literatur UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB, Bendahara II Natal Civitas Akademika IPB 2008. Pada tahun 2008, penulis juga aktif mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan. Selain itu, penulis juga merupakan penerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) selama dua periode berturut-turut, dan menjadi asisten mata kuliah Sosiologi Umum TPB IPB periode 2007-2008. vii

KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan anugerah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi Promosi Produk Minuman Kesehatan Curma (Temulawak dan Madu) di PT Biofarmaka Indonesia. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi produk minuman kesehatan Curma di PT Biofarmaka Indonesia dan alternatif strategi promosi yang tepat untuk produk minuman kesehatan Curma di PT Biofarmaka Indonesia sesuai dengan kendala yang dihadapi dan pendukung yang dimiliki. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Etriya, SP. MM atas bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Juni 2009 Clara Larasati Simorangkir H34052739 viii

UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pertamatama penulis hendak mengucapkan syukur kepada Allah Bapa di Surga, atas penyertaan dan perlindungan-nya dari awal penelitian hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjunya, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada: 1. Ayahanda A. Simorangkir, Ibunda M. L. Tobing, Abang (Windy dan Roy), Adik (Jojo, Ayu, Gita), dan William untuk setiap dukungan, cinta kasih, dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 2. Etriya, SP. MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 3. Ir. Burhanudin, MM selaku dosen penguji utama atas masukan dan saran yang diberikan kepada penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. 4. Ir. Narni Farmayanti, Msc selaku dosen penguji komisi akademik atas masukan dan saran yang diberikan kepada penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. 5. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen serta staf Departemen Agribsisnis. 6. Andhika Yudisthira selaku manajer pemasaran dan seluruh staf karyawan PT Biofarmaka Indonesia atas dukungan dan informasi yang telah diberikan untuk membantu menyelesaikan skripsi ini. 7. Teman-teman agribisnis 42 (Grace, Manda, Lenny, Ivan, Sandro, Desy N, Vica, Yusda, Tiara, Rina, dan ita), teman-teman komisi Literatur UKM PMK IPB, dan teman hidup di Bogor (Ava, Thesa, Esther, Wenny, Jane, Demak, dan Ninuk) untuk setiap dukungan, diskusi, kebersamaan, dan doa yang diberikan untuk membantu penyelesaian skripsi. 8. Institut Pertanian Bogor atas beasiswa PPA yang telah diberikan kepada penulis selama dua tahun terakhir ini. Bogor, Juni 2009 Clara Larasati Simorangkir ix

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan... 8 1.4 Manfaat... 8 1.5 Ruang Lingkup... 9 II TINJAUAN PUSTAKA... 10 2.1 Tinjauan Teoritis... 10 2.1.1 Biofarmaka... 10 2.1.2 Temulawak... 11 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu... 12 III KERANGKA PEMIKIRAN... 18 3.1 Kerangka Teoritis... 18 3.1.1 Pengertian dan Konsep Pemasaran... 18 3.1.2 Strategi Bauran Pemasaran (marketing mix)... 20 3.1.3 Sistem Komunikasi Pemasaran... 22 3.1.4 Definisi Promosi dan Bauran Promosi... 23 3.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Bauran Promosi... 32 3.1.6 Metode Proses hirarki analitik (PHA)... 35 3.2 Kerangka Operasional... 37 IV METODOLOGI PENELITIAN... 40 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 40 4.2 Jenis Data... 40 4.3 Metode Pengumpulan Data... 40 4.4 Metode Pengolahan Data... 41 4.4.1 Analisis Deskriptif... 41 4.4.2 Analisis Hirarki Keputusan... 42 4.5 Defenisi Operasional... 48 4.5.1 Hirarki Pertama... 48 4.5.2 Hirarki Kedua... 49 4.5.3 Alternatif Strategi Promosi... 50 V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 52 5.1 Sejarah, Visi dan Misi PT Biofarmaka Indonesia... 52 5.1.1 Sejarah PT Biofarmaka Indonesia... 52 5.1.2 Visi dan Misi PT Biofarmaka Indonesia... 53 5.2 Lokasi PT Biofarmaka Indonesia... 54 5.3 Struktur Organisasi PT Biofarmaka Indonesia... 54 xii xiii xiv x

5.4 Produk-Produk PT Biofarmaka Indonesia... 56 5.5 Operasional Kegiatan PT Biofarmaka Indonesia... 58 5.5.1 Pengadaan Bahan Baku... 58 5.5.2 Proses Produksi... 58 5.5.3 Penjualan Produk... 60 5.6 Produk Minuman Kesehatan Curma... 61 VI STRATEGI PROMOSI PRODUK CURMA... 63 6.1 Strategi Promosi Produk Minuman Kesehatan Curma Oleh PT Biofarmaka Indonesia... 63 6.2 Analisis Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Strategi Promosi Produk Curma... 65 6.2.1 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Strategi Promosi... 66 6.2.2. Analisis Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Strategi Promosi. 68 6.3 Analisis Pemilihan Alternatif Strategi Promosi Produk Minuman Kesehatan Curma... 78 6.3.1 Kendala yang Dihadapi dan Pendukung yang Dimiliki oleh PT Biofarmaka Indonesia... 78 6.3.2. Analisis Model Pemilihan Alternatif Strategi Promosi Produk Curma... 83 VII KESIMPULAN DAN SARAN... 97 7.1 Kesimpulan... 97 7.2 Saran... 98 DAFTAR PUSTAKA... 100 LAMPIRAN... 102 xi

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Produksi Tanaman Obat di Indonesia 2003 2007... 2 2. Nilai dan Volume Ekspor Biofarmaka Indonesia (Januari 2002 Agustus 2007)... 3 3. Tingkat Penjualan Produk Minuman Kesehatan Curma PT Biofarmaka Indonesia bulan September 2008-Mei 2009... 7 4. Judul, Tujuan, dan Alat Analisis Penelitian Terdahulu... 17 5. Nilai Skala Banding Berpasangan... 44 6. Nilai Indeks Acak (RI) Matriks Berorde 2 sampai 8... 47 7. Daftar Produk PT Biofarmaka Indonesia... 57 8. Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal antar elemen pada tingkat 2 (Hirarki Pertama)... 70 9. Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal antar elemen pada tingkat 3(Hirarki Pertama)... 72 10. Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal antar elemen pada tingkat 4 (Hirarki Pertama)... 73 11. Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal antar elemen pada tingkat 2 (Hirarki Kedua)... 85 12. Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal antar elemen pada tingkat 3(Hirarki Kedua)... 85 13. Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal antar elemen pada tingkat 4 (Hirarki Kedua)... 87 14. Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horizontal antar elemen pada tingkat 5 (Hirarki Kedua)... 88 15. Program dan Waktu Pelaksanaan Strategi Promosi Produk Curma... 96 xii

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Perkembangan IKOT/IOT di Indonesia 1993-2003... 4 2. Lima M dalam Periklanan... 25 3. Perbandingan Antara Strategi Dorong (Push Strategy) dengan Strategi Tarik (Pull Strategy)... 33 4. Kerangka Operasional Penelitian... 39 5. Model Struktur Proses Hierarki Analitik... 43 6. Matriks Pendapat Individu... 45 7. Matriks Pendapat Gabungan... 46 8. Model Hirarki Keputusan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Strategi Promosi Produk Curma... 69 9. Hasil Pengolahan Vertikal Model Hirarki Keputusan Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Strategi Promosi... 76 10. Model Hirarki Keputusan Pemilihan Alternatif Stratetegi Promosi yang Tepat Untuk Produk Curma... 83 11. Hasil Pengolahan Vertikal Model Hirarki Keputusan Pemilihan Alternatif Stratetegi Promosi yang Tepat bagi Produk Curma.. 92 xiii

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Struktur Organisasi PT Biofarmaka Indonesia... 100 2. Gambar Media Promosi Produk Curma... 101 3. Kuisioner Matriks Banding Berpasangan... 102 xiv

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, obat-obatan, dan bahan kosmetik. Gaya hidup back to nature, yang berkembang saat ini, menarik masyarakat Indonesia untuk memanfaatkan keanekaragaman hayati tersebut. Hal ini dapat mengangkat kembali budaya Indonesia yaitu meracik jamu dan ramuan obat-obatan tradisional. Jamu dan obat-obatan tersebut diracik dengan menggunakan beragam tumbuhan, akar-akaran, dan bahan alami lainnya, termasuk diantaranya tanaman obat (biofarmaka). Potensi back to nature juga mengisyaratkan bahwa tanaman obat semakin penting peranannya dalam pola konsumsi makanan, minuman, dan obat-obatan masyarakat. Biofarmaka (tanaman obat) didefinisikan sebagai sumber daya alam (bioresources) yang mempunyai manfaat obat, makanan fungsional dan suplemen diet (obat dan nutraceuticals) untuk manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungannya. Berdasarkan hasil kajian yang pernah dilakukan sampai tahun 2000, ditemukan sebanyak 1.845 jenis tumbuhan biofarmaka yang tersebar di berbagai formasi hutan Indonesia dan ekosistem alam lainnya (Pusat Studi Biofarmaka IPB 2005). Potensi ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat tanaman obat (biofarmaka) di dunia. Tanaman obat (biofarmaka) telah dibudidayakan secara tradisional oleh masyarakat dalam jumlah besar maupun kecil. Adapun tanaman obat yang diproduksi di Indonesia adalah jahe, lengkuas, kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng, kejibeling, dringo, kapulaga, temukunci, mengkudu/pace, dan sambiloto. Pada Tabel 1 dapat dilihat produksi tanaman obat di Indonesia periode 2003 2007. Tanaman obat yang paling tinggi diproduksi di Indonesia adalah jahe yang mengalami peningkatan sebesar 39,58 persen dari tahun 2005 sampai tahun 2007 (Statistik Produksi Hortikultura 2008). Perubahan peningkatan produksi tanaman obat terbesar terjadi pada tahun 2005 sebesar 47,76 persen. Secara keseluruhan data produksi tanaman obat di Indonesia menunjukkan peningkatan jumlah produksi setiap tahunnya. 1

Tabel 1. Produksi Tanaman Obat di Indonesia Periode 2003-2007 Produksi (Kg) Komoditi 2003 2004 2005 2006 2007 Jahe 125.386.480 104.788.634 125.827.413 177.137.949 178.502.542 Lengkuas 24.588.226 24.298.854 36.292.530 44.369.523 41.619.147 Kencur 19.527.111 22.609.057 35.478.405 47.081.020 48.366.947 Kunyit 30.707.451 40.467.232 82.107.401 112.897.776 117.463.680 Lempuyang 4.684.297 6.025.358 8.896.585 5.773.432 6.308.391 Temulawak 11.761.984 16.666.504 22.582.041 21.359.086 40.800.834 Temuireng 4.490.430 6.174.186 7.724.957 5.607.046 8.186.185 Kejibeling 710.998 699.695 1.348.438 1.902.692 869.599 Dringo 495.277 257.380 417.566 610.103 507.667 Kapulaga 3.563.118 4.218.038 7.179.325 13.144.127 14.526.505 Temukunci 654.864 1.438.138 2.562.532 2.034.690 2.445.674 Mengkudu 1.910.000 3.509.087 9.820.799 12.983.957 14.015.795 Sambiloto 231.024 566.956 2.150.885 2.656.234 1.298.974 Jumlah 228.711.260 231.719.119 342.388.877 447.557.634 474.911.940 Perubahan Peningkatan 1,32 % 47,76 % 30,72 % 6,11 % Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura (2008) Pemutakhiran Terakhir ( Selasa, 23 September 2008 ) Perkembangan produksi tanaman obat di Indonesia meningkatkan perkembangan penelitian untuk menciptakan produk baru yang berbahan baku alami dari tanaman obat. Peningkatan produksi ini juga menjadikan tanaman obat sebagai salah satu komoditas ekspor di Indonesia. Tanaman obat Indonesia telah diekspor ke berbagai negara seperti Jepang, Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, Saudi Arabia, dan United State. Tabel 2 menunjukkan nilai dan volume ekspor tanaman obat Indonesia dari Januari 2002 sampai Agustus 2007. Jahe segar adalah komoditi utama yang memiliki nilai dan volume ekspor terbesar. Nilai ekspor jahe meningkat dari tahun 2002 sampai tahun 2004, sedangkan tahun 2005 sampai tahun 2007 menurun seiring dengan menurunnya volume ekspor jahe segar tersebut. Hal ini disebabkan oleh penurunan harga untuk kategori bahan alam di industri farmasi secara global (Kirman C 2008). Berbeda dengan komoditi jahe, beberapa komoditi tanaman obat lainnya seperti Mixtures of spices (campuran rempah-rempah), Other spices (rempah-rempah lainnya), dan Liquorice roots mengalami peningkatan nilai ekspor setiap tahunnya. Akan tetapi, masih banyak komoditi tanaman obat yang belum mampu 2

menjaga kontinuitas ekspor sehingga nilai dan volume ekspor yang dihasilkan tidak ada. Tabel 2. Nilai dan Volume Ekspor Tanaman Obat (Biofarmaka) Indonesia [Januari 2002 Agustus 2007] N Nilai (US $ 000) Volume (Ton) Komoditi o 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2005 2006 2007 1 Daun Salam 0 2 2 3 8 294 2 10 243 2 Jahe Segar 3578 2880 6840 2175 1898 740 2399 1714 1498 3 Jahe kering 352 996 409 0 0 0 0 0 0 4 Kunyit segar 96 556 41 12 6 2 30 15 4 5 Kunyit lainnya 64 145 1 0 0 0 0 0 0 6 Kunir (curcuma) 26 17 8 0 0 0 0 0 0 segar 7 Campuran rempahrempah 29 241 577 749 748 252 47 53 139 8 Bumbu kare (curry) 255 34 84 77 61 43 50 83 28 9 Rempahrempah 965 1489 1947 3821 3854 2084 7922 4404 1398 lainnya 10 Akar Gingseng 0 23 113 118 7 71 523 48 446 11 Other turmeric 86 304 268 1090 1255 482 1329 2647 763 (curcuma) 12 Liquorice roots 54 55 423 469 225 648 572 286 236 13 Temulawak 38 103 12 0 0 0 0 0 0 14 Lada (Cubeb pepper) 186 128 47 0 0 0 0 0 0 Sumber : Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka (2009) Perkembangan nilai dan volume ekspor tanaman obat di Indonesia menunjukkan bahwa tanaman biofarmaka dapat semakin berkembang di masa yang akan datang. Potensi tanaman obat yang dimiliki Indonesia ini telah dimanfaatkan oleh beberapa industri obat, jamu dan kosmetik dalam negeri, seperti: PT Sido Muncul, Martha Tilaar Group, PT Ny Meneer, PT Mustika Ratu, GP Jamu, PT Jamu Jago, PT Air Mancur, dan PT Vitaher. Selain industri tersebut, tanaman obat juga dimanfaatkan oleh industri kecil obat tradisional (IKOT) dan industri obat tradisional (IOT) lainnya. Pada Gambar 1 dapat dilihat perkembangan IKOT/IOT di Indonesia yang tercatat pada tahun 1993-2003 telah mencapai 1.100 perusahaan (Deptan 2007). 3

Gambar 1. Perkembangan IKOT/IOT di Indonesia yang tercatat pada tahun 1993-2003 Sumber: Badan Penelitiann dan Pengembangan Pertanian, Deptan (2007) Perkembangan industri inii menunjukkan bahwaa tanaman obat dan keanekaragaman hayati lainnya telah dimanfaatkan untuk obat-obatan, jamu, dan bahan kecantikan. Perkembangan industri yang bergerak di bidang kesehatan, obat-obatan tradisional, dan kecantikan menunjukkan adanya suatu potensi ekonomi yang menguntungkan bagi perusahaan yang hendak bergerak dalam industri tersebut. Perkembangann IKOT dan IOT di Indonesia juga dapat menimbulkan terjadinya persaingan antar perusahaan dalam mempertahankan pangsa pasarnya. Oleh sebab itu, setiap perusahaan dalam industri tersebut dituntut untuk memiliki strategi pemasaran yang tepat untuk menghadapi persaingan. Strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan tidak hanya mengembangkan kualitas produk, penetapan harga yang menarik, dan penyediaan produk untuk pelanggan sasaran saja. Namun, perusahaan juga dapat mengkomunikasikan produk kepada konsumen melalui kegiatan promosi. Strategi promosi yang dijalankan perusahaan merupakan saluran komunikasi antara perusahaan dan konsumen untuk menyampaikan tawaran produk dari perusahaan. Strategi promosi sangat dibutuhkan perusahaan untuk menghadapi persaingan yang timbul, terutama bagi perusahaan yang baru. 4

Strategi promosi dapat mempertahankan pangsa pasar yang ada dan bahkan mampu meningkatkan pangsa pasar serta memperkuat merek perusahaan di pasar. Bagi perusahaan yang baru, strategi promosi dapat menjadi alat untuk memperkenalkan produk ke dalam pasar sehingga konsumen tertarik untuk melakukan pembelian terhadap produknya. Selain itu, promosi yang dilakukan perusahaan dapat merangsang konsumen untuk menyadari kebutuhan akan produk yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut. Keberhasilan strategi promosi akan menentukan besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan dan posisi produk dibenak konsumen. Oleh karena itu, penelitian mengenai strategi promosi perlu dilakukan di perusahaan yang bergerak dalam industri obat tradisional untuk menghadapi persaingan. 1.2. Perumusan Masalah PT Biofarmaka Indonesia (Biofarindo) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi dan pemasaran produk-produk biofarmaka (tanaman obat) dan layanan jasa untuk produk herbal. PT Biofarmaka Indonesia (Biofarindo) merupakan Satuan Usaha Akademik (SUA) yang berada dibawah Pusat Studi Biofarmaka-Institut Pertanian Bogor. PT Biofarmaka Indonesia didirikan pada tahun 2005 sebagai Badan Usaha Komersial berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang merupakan pengembangan dari Divisi Produk PSB (Pusat Studi Biofarmaka). PT Biofarmaka Indonesia (Biofarindo) mengembangkan bibit tanaman obat, simplisia, serbuk, ekstrak dan produk olahan lain dalam bentuk minuman instant, kapsul obat-obatan, rebusan dan permen herbal. Semua produk PT Biofarmaka Indonesia mendapat pengawasan penuh dari Pusat Studi Biofarmaka-IPB dengan kelengkapan laboratorium pendukung untuk uji kualitas. PT Biofarmaka Indonesia merupakan salah satu Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) yang telah melakukan pengembangan tanaman biofarmaka menjadi produk herbal (bibit tanaman obat, simplisia, serbuk, ekstrak dan produk olahan lain dalam bentuk minuman instant, kapsul obat-obatan, rebusan dan permen herbal) sejak tahun 2005. PT Biofarmaka Indonesia mengalami ketatnya persaingan dalam industri obat tradisional, jamu, dan minuman kesehatan di kota Bogor. Persaingan yang terjadi itu menuntut PT Biofarmaka Indonesia untuk 5

mampu bersaing dengan perusahaan lain di Bogor seperti Dr. Liza, PT Lisna Agung, CV Taman Syifa, dan CV Fatimah. PT Biofarmaka Indonesia juga bersaing dengan perusahaan yang menjadi market leader di pasar obat, jamu, dan minuman kesehatan seperti PT Sidomuncul, PT Nyonya Meneer, PT Mustika Ratu dan lain sebagainya. Persaingan yang dihadapi PT Biofarmaka Indonesia mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam memasarkan produk-produk yang dihasilkan PT Biofarmaka Indonesia ke konsumen. Hal ini terjadi karena belum banyak konsumen yang mengenal produk yang dihasilkan PT Biofarmaka Indonesia dengan baik. Selain itu, karakteristik produk yang dihasilkan PT Biofarmaka Indonesia bersifat obat-obatan berkala mengakibatkan perputaran produk berlangsung dalam jangka waktu lama. Kendala tersebut menyebabkan PT Biofarmaka Indonesia sulit memilih saluran distribusi yang tepat untuk produkproduknya. PT Biofarmaka Indonesia berusaha mengatasi masalah tersebut dengan meluncurkan produk baru pada September 2008 yaitu produk minuman kesehatan Curma dengan konsumen sasaran remaja (16-17 tahun) dari kalangan menengah ke atas. Minuman kesehatan Curma terbuat dari ekstrak temulawak dan madu murni yang secara khusus diformulasikan untuk menjaga kesehatan hati dan pencernaan, menambah nafsu makan, meningkatkan daya tahan tubuh, baik untuk panas dalam dan sariawan. PT Biofarmaka Indonesia juga meluncurkan produk minuman kesehatan Curma ini sebagai perwujudan simposium internasional temulawak 2008 yang mengangkat temulawak sebagai ikon jamu Indonesia. Hal ini akan mendukung perkembangan produk minuman kesehatan Curma di masa yang akan datang. Dimana, produk Curma memiliki peluang sebagai salah satu produk yang dihasilkan dari ikon jamu Indonesia. Gaya hidup back to nature juga merupakan potensi besar yang dimanfaatkan PT Biofarmaka Indonesia dalam menawarkan produk minuman kesehatan Curma kepada konsumen. Bahan baku produk minuman kesehatan Curma yang berasal dari tanaman obat merupakan bahan alami yang dibutuhkan dalam gaya hidup back to nature. Pada tahun 2009, produk minuman kesehatan 6

Curma ini diharapkan dapat menembus pasar sehingga penjualan perusahaan meningkat. Selain itu, perusahaan berharap produk Curma dapat membawa produk-produk PT Biofarmaka Indonesia yang telah ada selama ini semakin dikenal oleh masyarakat. PT Biofarmaka Indonesia telah melakukan kegiatan promosi untuk memperkenalkan produk minuman kesehatan Curma kepada konsumen pada saat peluncuran produk. Akan tetapi, sebesar 96,67 persen konsumen sasaran (remaja usia 16-17 tahun) produk minuman kesehatan Curma yang diwawancarai belum mengetahui keberadaan produk tersebut (wawancara pada 30 orang responden, Maret 2009). Berdasarkan wawancara pada Maret 2009 diketahui bahwa 80,33 persen konsumen sasaran menyukai rasa produk Curma. Hal ini membuktikan bahwa produk Curma dapat diterima oleh konsumen sasaran produk tersebut. Tabel 3 menunjukkan bahwa kondisi penjualan produk minuman kesehatan Curma pada bulan September 2008-Mei 2009 sangat berfluktuasi. Penjualan produk Curma terbesar adalah pada bulan Januari 2009 yaitu sebesar 269 botol. Hal ini juga menunjukkan bahwa penjualan produk Curma belum stabil sehingga PT Biofarmaka Indonesia perlu melakukan kegiatan promosi yang tepat agar konsumen sasaran (remaja usia 16-17 tahun) mengetahui keberadaan produk minuman kesehatan Curma. Strategi promosi yang akan dijalankan tidak terlepas dari unsur-unsur marketing mix (bauran pemasaran) lainnya yaitu produk, harga, dan distribusi. Pelaksanaan promosi juga perlu mempertimbangkan anggaran yang dimiliki perusahaan dan kemampuan perusahaan mengidentifikasi kriteria produk yang diinginkan konsumen. Tabel 3. Tingkat Penjualan Produk Minuman Kesehatan Curma PT Biofarmaka Indonesia bulan September 2008-Mei 2009 Waktu Penjualan (Botol) September 138 Oktober 193 2008 November 81 Desember 215 Januari 269 Februari 32 2009 Maret 75 April 81 Mei 23 Sumber: PT Biofarmaka Indonesia (2009) 7

Strategi promosi yang dapat diterapkan melipusti bauran promosi antara lain periklanan (advertising), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (public relation), penjualan pribadi (personal selling) serta pemasaran langsung (direct marketing). Penyusunan strategi promosi yang akan diterapkan PT Biofarmaka Indonesia dipengaruhi oleh anggaran promosi yang disediakan perusahaan, karakteristik produk, keadaan pasar, karakteristik konsumen, dan bauran pemasaran lainnya. Melalui analisis strategi promosi dan faktor yang mempengaruhinya, diharapkan PT Biofarmaka Indonesia dapat menentukan strategi promosi yang tepat bagi produk Curma untuk mencapai tujuan perusahaan dan sesuai dengan kendala yang dihadapi serta pendukung yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan hal di atas dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana bentuk kegiatan promosi produk minuman kesehatan Curma yang telah dilakukan oleh PT Biofarmaka Indonesia? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi minuman kesehatan Curma di PT Biofarmaka Indonesia? 3. Bagaimana alternatif strategi promosi yang tepat untuk diterapkan oleh PT Biofarmaka Indonesia terhadap produk minuman kesehatan Curma? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengidentifikasi bentuk kegiatan promosi produk minuman kesehatan Curma yang telah dilakukan PT Biofarmaka Indonesia 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi pada produk minuman kesehatan Curma PT Biofarmaka Indonesia 3. Menyusun alternatif strategi promosi produk minuman kesehatan Curma yang tepat bagi PT Biofarmaka Indonesia. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan berguna bagi perusahaan, penulis, dan pembaca. Penelitian ini diharapkan berguna untuk : 8

1. Menentukan strategi kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan promosi produk minuman kesehatan Curma di PT Biofarmaka Indonesia 2. Penerapan ilmu yang diperoleh penulis selama masa perkuliahan 3. Sumber informasi bagi pembaca mengenai strategi promosi di perusahaan obat tradisional dan sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini terbatas pada perusahaan selaku pemasar. Penelitian ini dibatasi pada bidang pemasaran yang spesifik yaitu bidang promosi produk minuman kesehatan Curma tanpa memperdalam masalah medis, proses produksi produk minuman kesehatan Curma secara detail, serta tidak menganalisis bauran pemasaran lainnya seperti harga, produk, dan distribusi secara detail pula. Hal ini disebabkan permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah penentuan strategi promosi yang tepat sesuai dengan kondisi perusahaan dalam industri obat tradisional saat ini. Selain itu, peneliti juga mengalami keterbatasan untuk memperoleh data keuangan (volume penjualan produk PT Biofarmaka Indonesia secara keseluruhan dan keuntungan) karena bersifat internal bagi perusahaan. Metode yang digunakan adalah metode proses hirarki analitik (PHA) dan diolah dengan program expert choice 2000. Responden adalah para pengambil keputusan mengenai pemilihan dan pelaksanaan strategi promosi. Penentuan responden didasarkan pada kemampuan responden dan aktivitas mereka yang bersentuhan langsung dengan pengembangan produk minuman kesehatan Curma. 9

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1 Biofarmaka Biofarmaka didefinisikan sebagai sumber daya alam (bioresources) yang mempunyai manfaat obat, makanan fungsional dan suplemen diet (obat dan nutraceuticals) untuk manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungannya. Sehingga berdasarkan definisi tersebut, jika dilihat dari kelompok komoditasnya, biofarmaka sangat bervariasi dan kaya akan keragaman, yaitu dapat berupa hewan, mikroorganisme, tumbuhan liar hutan, tanaman pangan, tanaman perkebunan, tanaman hortikultura, atau organisme yang terdapat di lautan, seperti terumbu karang, dan sebagainya (PSB IPB 2005). Biofarmaka yang banyak digunakan saat ini adalah berupa tumbuhan yang memiliki khasiat dan manfaat bagi manusia, dalam bentuk obat tradisional (jamu) serta makanan dan minuman sebagai pangan fungsional maupun obat luar. Biofarmaka yang biasa digunakan sebagai ramuan jamu dan obat-obatan adalah dari famili Zingiberaceae seperti kunyit, temulawak, jahe, kencur, lempuyang, lengkuas, dan temu-temuan lainnya. Disamping itu, ada beberapa jenis tanaman rempah famili Piperaceae, Apiaceae, Liliaceae, dan Solanoceae (Darusman et al 2003, diacu dalam Yuliawati 2008). Potensi pengembangan biofarmaka di Indonesia masih terbuka lebar. Indonesia adalah negara yang kaya akan jumlah jenis biofarmaka dan yang merupakan negara kedua terbesar setelah Brazil, Indonesia memiliki 40.000 spesies tanaman dan 940 diantaranya berkhasiat obat. Namun demikian, dari 646 biofarmaka yang diteliti baru sekitar 465 jenis yang dimanfaatkan oleh Industri Obat Tradisional, sehingga prospek biofarmaka untuk lebih dieksplorasi dan dikembangkan seiring kemajuan ilmu dan teknologi terbuka lebar (PSB IPB 2005). Pemanfaatan potensi biofarmaka tersebut masih menghadapi beberapa kendala antara lain: (1) Penelitian ilmiah terhadap obat tradisional khususnya biofarmaka masih kurang intensif; (2) Produk-produk berbahan baku biofarmaka dari luar negeri yang membanjiri pasar dalam negeri; (3) Biofarmaka masih digunakan untuk pengobatan keluarga; (4) Tidak ada jaminan manfaat dan 10

khasiatnya; (5) Komitmen dan dorongan dari pemerintah dalam pengembangan biofarmaka masih rendah; (6) Pengujian biofarmaka pada manusia masih sulit mendapat legalitas, dan (7) masih mahalnya biaya pengujian biofarmaka hingga menjadi fitofarmaka yang terbukti secara klinis berkhasiat dan terjamin keamanannya (Furnawanthi 2002, diacu dalam Yuliawati 2008). 2.1.2 Temulawak Temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu dari familia (jenis) Zingiberaceae. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) banyak ditemukan di hutan-hutan daerah tropis. Temulawak juga berkembang biak di tanah tegalan sekitar pemukiman, terutama pada tanah gembur, sehingga buah rimpangnya mudah berkembang menjadi besar. Temulawak termasuk jenis tumbuh-tumbuhan herbal yang batang pohonnya berbentuk batang semu dan tingginya dapat mencapai 2 meter. Daunnya lebar dan pada setiap helaian dihubungkan dengan pelapah dan tangkai daun yang agak panjang. Temulawak mempunyai bunga yang berbentuk unik (bergerombol) dan berwarna kuning tua. Rimpang temulawak sejak lama dikenal sebagai bahan ramuan obat. Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging buahnya berwarna kekuning-kuningan. Daerah tumbuhnya selain di dataran rendah juga dapat tumbuh baik sampai pada ketinggian tanah 1500 meter di atas permukaan laut (Ditjen Hortikultura 2006). Rimpang temulawak Rimpang ini mengandung 48-59,64 persen zat tepung, 1,6-2,2 persen kurkumin, dan 1,48-1,63 persen minyak asiri. Tepung merupakan kandungan utama, jumlahnya bervariasi antara 48 59,64 persen tergantung dari ketinggian tempat tumbuhnya, makin tinggi tempat tumbuhnya makin rendah kadar tepungnya. Selain tepung, temulawak juga mengandung zat gizi antara lain karbohidrat, protein dan lemak serta serat kasar mineral seperti kalium (K), natrium (Na), magnesium (Mg), zat besi (Fe), mangan (Mn) dan Kadmium (Cd). Komponen utama kandungan zat yang terdapat dalam rimpang temulawak adalah zat kuning yang disebut kurkumin dan juga protein, pati, serta zat zat minyak atsiri. Minyak atsiri temulawak mengandung phelandren, 11

kamfer, borneol, xanthorrizol, tumerol dan sineal. Kandungan kurkumin berkisar antara 1,6% - 2,22% dihitung berdasarkan berat kering. Secara empirik dan ilmiah zat aktif uji klinik, temulawak mempunyai 7 manfaat yaitu memperbaiki nafsu makan, memperbaiki fungsi pencernaan, memelihara kesehatan fungsi hati, mengurangi nyeri sendi dan tulang, menurunkan lemak darah, antioksidan, membantu memelihara kesehatan, dan membantu menghambat penggumpalan darah. Menurut ahli jamu, temulawak dapat dipakai untuk penyakit ginjal, demam, penyakit kuning, gangguan pada getah empedu, dan beberapa masalah lain. Menurut Prof. Dr. Suwijiyo Pramono, Apt dari fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada temulawak ampuh mengatasi kolesterol. Pada uji klinis yang melibatkan 80 pasien kolesterol tinggi hiperlipidemia, pemberian 2 kapsul ekstrak temulawak selama 2 kali sehari dalam 4 minggu dapat menurunkan kadar kolesterol 18,25%. Doktor Fitokimia dari Universitas Toulouse Perancis itu juga mendapati kadar LDL (low density lipoprotein) dikenal sebagai kolesterol jahat turun 25,98% (PT Biofarmaka Indonesia 2008). 2. 2. Hasil Penelitian Terdahulu Simamora S (2005) menganalisis promosi produk mahkota dewa di PT Mahkota Dewa Indonesia Jakarta dengan menggunakan proses hirarki analitik (PHA). Peneliti menyatakan promosi perusahaan PT Mahkota Dewa Indonesia bertujuan untuk menciptakan kesadaran merek sehingga konsumen dapat mengenal produk-produk PT Mahkota Dewa Indonesia dan tidak beralih kepada produk kesehatan tradisional pesaing. Dari hasil penelitian dirumuskan alternatif strategi yang tepat bagi PT Mahkota Dewa Indonesia Jakarta adalah menitikberatkan promosi pada periklanan (advertising). Analisis strategi promosi suplemen kesehatan Curfos pada PT Interbat dengan proses hirarki analitik (PHA) oleh Zulhiyardi (2007) mengidentifikasi bahwa faktor penyusun strategi promosi PT Interbat didasarkan pada pemilihan kendala yang dihadapi olehnya secara berturut-turut adalah faktor pesaing diikuti oleh faktor manajemen perusahaan. Sedangkan subfaktor promosi diikuti oleh 12

subfaktor merek produk pesaing. Alternatif strategi promosi yang disarankan adalah meningkatkan aktivitas promosi yang dilakukan saat ini, menitikberatkan pada hubungan masyarakat dan publisitas, menitikberatkan pada personal selling dan pemasaran langsung. Rachmat E (2008) menganalisis strategi promosi susu formula lanjutan (follow up infant) Morinaga Chilmil pada PT Sanghiang Perkasa menggunakan alat proses hirarki analitik (PHA). Dari penelitian yang dilakukan oleh Rachmat pada susu formula lanjutan Morinaga Chilmil ditemukan bahwa strategi promosi yang telah dijalankan oleh PT Sanghiang Perkasa adalah periklanan strategi above the line (secara langsung) dan below the line (secara tidak langsung). Strategi yang dijalankan dititikberatkan pada periklanan strategi below the line karena lebih tepat sasaran serta anggaran yang dikeluarkan dapat seminimal mungkin atau jauh lebih kecil dibandingkan strategi above the line. Faktor anggaran merupakan bagian yang penting bagi PT Sanghiang Perkasa dalam pengambilan keputusan promosi. Hal ini disebabkan oleh perhitungan biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan pada setiap kegiatan promosi yang dilakukan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, alternatif strategi yang disarankan untuk dilaksanakan perusahaan adalah strategi promosi penjualan dimana anggaran biaya yang akan dikeluarkan kecil dan tidak melanggar peraturan pemerintah. Selain itu, PT Sanghiang Perkasa berpendapat bahwa strategi promosi penjualan merupakan saluran promosi yang paling efektif dan efisien. Berdasarkan penelitian diatas mengenai strategi promosi, dapat disimpulkan bahwa rumusan alternatif strategi promosi setiap perusahaan memiliki prioritas (titikberat) yang berbeda-beda. PT Mahkota Dewa Indonesia menitikberatkan alternatif strategi promosinya pada periklanan karena PT Mahkota Dewa Indonesia ingin menciptakan kesadaran merek konsumen dan mengenalkan produknya. Sedangkan PT Interbat menitikberkan alternatif strategi promosi pada hubungan masyarakat dan publisitas. Hal ini disebabkan karena masyarakat belum mengetahui bahwa perusahaan farmasi juga memproduksi suplemen kesehatan berbahan baku biofarmaka dan sebelumnya masyarakat hanya mengenal perusahaan farmasi sebagai produsen obat berbahan baku kimia 13

murni. PT Interbat memilih alternatif strategi promosi melalui hubungan masyarakat dan publisitas karena adanya sistem pemasaran perusahaan yang lebih diarahkan kepada konsumen perantara yaitu dokter yang menangani kasus medis pada anak. Berbeda dengan kedua perusahaan tersebut, PT Sanghiang Perkasa berpendapat bahwa strategi promosi penjualan merupakan saluran promosi yang paling efektif dan efisien. PT Sanghiang Perkasa merupakan perusahaan yang telah menggunakan saluran iklan above the line untuk memperkenalkan produknya kepada konsumen. Hal ini akan mendukung strategi promosi yang dipilih oleh PT Sanghiang Perkasa yaitu promosi penjualan. Strategi promosi penjualan ini dilakukan karena PT Sanghiang Perkasa mengetahui bahwa produk yang dihasilkan perusahaan telah dikenal oleh masyarakat sehingga dilakukan promosi penjualan agar konsumen lebih memilih membeli produknya dibandingkan produk pesaing. Abdulloh A (2008) melakukan analisis strategi pemasaran minuman jamu instant Langsing Ramping PT Biofarmaka Indonesia dengan menggunakan proses hirarki analitik (PHA). Peneliti mengidentifikasi bahwa PT Biofarmaka Indonesia telah melakukan strategi pemasaran yaitu; strategi produk, yang masih menyentuh manfaat inti dari produk; strategi harga, dengan menetapkan harga dibawah harga pesaing; strategi promosi, melalui media cetak, pameran, dan penjualan dengan pemberian discount; strategi distribusi, langsung di kios herbal dan bekerjasama dengan perusahaan distributor. Prioritas strategi pemasaran secara berurutan yang dipilih perusahaan adalah distribusi karena secara simultan dapat meningkatkan penjualan dan pangsa pasar secara langsung, harga merupakan indikator yang akan dapat memposisikan produk diantara pesaing, promosi merupakan alat komunikasi keberadaan dan keunggulan produk, produk yang baik akan dipilih pelanggan. Prasetiawan E (2005) melakukan penelitian pengembangan usaha minuman instant di sub divisi PSB (Pusat Studi Biofarmaka) IPB. Alternatif strategi yang disarankan adalah meningkatkan diferensiasi produk minuman instant berbahan baku biofarmaka yang alami, bermutu, dan berkualitas yang dapat dikonsumsi masyarakat luas guna menghadapi pesaing dan pendatang baru. 14

Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa kualitas produk yang dihasilkan sub divisi PSB (Pusat Studi Biofarmaka) IPB bermutu karena bahan baku yang digunakan memiliki kualitas dan kuantitas yang baik serta telah menjadi stakeholder dalam pengembangan minuman instant berbahan baku biofarmaka. Akan tetapi, inovasi program pemasaran dan kegiatan promosi masih rendah. Analisis pengembangan usaha minuman instant berbahan baku biofarmaka pada home industri Lisna Agung Kabupaten Bogor dilakukan oleh Widia Apriani pada tahun 2007. Penelitian ini mengidentifikasi bahwa produk Lisna Agung berbahan baku biofarmaka yang telah mendapatkan sertifikat produk dan harga produk sama untuk semua jenis produk yang dihasilkan dan relatif murah. Kelemahan Lisna agung adalah kualitas sumberdaya manusianya masih rendah, belum memiliki karyawan khusus di pemasaran dan Reseach and Development, proses produksi sederhana, pemasaran dan promosi masih pasif. Alternatif strategi yang terbaik untuk dilakukan Lisna Agung adalah memperluas jaringan distribusi dan pemasaran. Berdasarkan penelitian Abdulloh A (2008) dan Prasetiawan E (2005), dapat disimpulkan bahwa PT Biofarmaka Indonesia yang merupakan pengembangan sub divisi produk PSB (Pusat Studi Biofarmaka) IPB memiliki kualitas produk yang bermutu dan berkualitas dengan harga yang relatif murah serta memiliki kekuatan instansi yang berada di bawah Pusat Studi Biofarmaka IPB. Akan tetapi, pemasaran dan promosi yang dilakukan oleh PT Biofarmaka Indonesia belum terdistribusi dengan baik. Oleh sebab itu, alternatif strategi pemasaran yang disarankan adalah pendistribusian yang secara simultan dapat meningkatkan penjualan dan pangsa pasar secara langsung serta diferensiasi produk pada pengembangan usaha minuman instan berbahan baku biofarmaka. Lisna Agung, yang menjadi pesaing PT Biofarmaka Indonesia di Bogor, juga bergerak dalam bidang pengembangan minuman instan berbahan baku biofarmaka memiliki kekuatan yang dapat menyaingi PT Biofarmaka Indonesia dengan penetapan harga yang sama untuk semua produk. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Widia A (2007), dapat dilihat bahwa pemasaran dan promosi 15

Lisna Agung masih pasif. Hal ini berbeda dengan PT Biofarmaka Indonesia yang telah melakukan beberapa kegiatan promosi seperti pameran, dan penjualan dengan pemberian discount. Sehingga PT Biofarmaka Indonesia harus mampu meningkatkan pemasaran dan promosi agar Lisna Agung tidak merebut pasarnya dengan melakukan pemasaran dan promosi yang gencar. Penelitian yang akan dilakukan tidak jauh berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Topik penelitian yang akan dilakukan adalah strategi promosi sehingga tidak berbeda dengan penelitian terdahulu mengenai strategi promosi. Namun, produk yang dianalisis, minuman kesehatan Curma (berbahan baku biofarmaka), berbeda dengan produk penelitian terdahulu mengenai strategi promosi. Tempat penelitian yang akan dilakukan di PT Biofarmaka Indonesia-Bogor yang merupakan tempat yang sama dengan penelitian terdahulu [Abdulloh A 2008 dan Prasetiawan E 2005]. Akan tetapi, topik dan produk yang akan diteliti berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian mengenai analisis strategi promosi sampai saat ini belum pernah dilakukan di PT Biofarmaka Indonesia-Bogor. Sehingga penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian terdahulu dan layak untuk dilaksanakan pada produk minuman kesehatan Curma PT Biofarmaka Indonesia-Bogor. 16

Tabel 4. Judul, Tujuan, dan Alat Analisis Penelitian Terdahulu Nama Judul Tujuan Penelitian Alat Analisis Promosi - PHA Produk Mahkota Dewa di PT Saur Contanius Simamora (2005) M. Zulhiyardi (2007) M. Aliy Abdulloh (2008) Eko Rachmat (2008) Eko Prasetiawan (2005) Widia Apriani (2007) Mahkota Dewa Indonesia Jakarta Analisis Strategi Promosi Suplemen Kesehatan Curfos Pada PT Interbat Analisis Strategi Pemasaran Minuman Jamu Instan Langsing Ramping PT Biofarmaka Indonesia Analisis Strategi Promosi Susu Formula Lanjutan (Follow Up Infant) Morinaga Chilmil Pada PT Sanghiang Perkasa Analisis Strategi Pengembangan Usaha Minuman Instan (Studi Kasus Pada Sub Divisi Produk Pusat Studi Biofarmaka IPB) Analisis Strategi Pengembangan Usaha Minuman Kesehatan Instan Berbahan Baku Biofarmaka pada Home Industri Lisna Agung Kab. Bogor 1. Menganalisis tujuan utama kegiatan promosi yang dilakukan oleh PT mahkota Dewa Indonesia 2. Mengkaji bentuk kegiatan promosi yang dilakukan oleh PT Mahkota Dewa Indonesia 3. Menganalisis faktor-faktor yang paling berpengaruh dan menjadi unsur penyusun strategi promosi PT Mahkota Dewa Indonesia 4. Menyusun rekomendasi alternative strategi promosi yang paling tepat bagi PT Mahkota Dewa Indonesia sesuai dengan peluang dan kendala yang dihadapi 1. Mengidentifikasi faktor penyusun strategi promosi pada PT Interbat 2. Merumuskan strategi alternatif promosi PT Interbat 1. Mengidentifikasi strategi pemasaran yang telah diterapkan oleh PT Biofarmaka Indonesia untuk minuman jamu instan Langsing Ramping 2. Menentukan prioritas strategi pemasaran yang tepat untuk dijalankan PT Biofarmaka Indonesia untuk minuman jamu instan Langsing Ramping 1. Mengetahui startegi promosi Susu Formula Lanjutan Morinaga Chilmil yang dilakukan oleh PT Sanghiang Perkasa 2. Mengidentifikasikan factor-faktor yang menjadi penyusun strategi promosi yang akan dilakukan 3. Merumuskan alternatif strategi promosi Susu Formula Lanjutan Morinaga Chilmil yang efektif dan efisien di PT Sanghiang Perkasa 1. Mengkaji kondisi kegiatan usaha minuman instan berbahan baku biofarmaka pada sub divisi produk PSB (Pusat Studi Biofarmaka) 2. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan; peluang dan ancaman dalam pengembangan usaha minuman instan berbahan baku biofarmaka 3. Menentukan alternatif strategi perusahaan dan prioritas strategi usaha minuman instan berbahan baku biofarmaka 1. Mengidentifikasi faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap aktivitas LIsna Agung 2. Mengidentifikasi faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan Lisna Agung dalam mencapai tujuannya. - PHA - PHA - PHA - IFE - EFE - IE - SWOT - QSPM - IE - SWOT - QSPM 17

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Pengertian dan Konsep Pemasaran 3.1.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan serta inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain (Kotler 1997). Tujuan pemasaran adalah membuat penjualan berlebihan dengan melakukan pendekatan konsep inti pemasaran seperti kebutuhan, keinginan, dan permintaan; produk; nilai, kepuasan dan mutu; pertukaran, transaksi, dan hubungan; dan pasar. Menurut Boyd dan Harper W (2000), pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain untuk mengembangkan hubungan pertukaran. Pemasaran yang baik dapat pula membantu pertukaran antara orang, perusahaan, dan Negara. Salah satu karakteristik penting dari pemasaran adalah fokus pada pelanggan dan kebutuhan mereka. Apabila pemasaran dilakukan dengan tepat, pemusatan perhatian semacam itu memungkinkan perusahaan menikmati keberhasilan sepanjang waktu dengan mengeksploitasi perubahan-perubahan pasar, dengan mengembangkan produk yang lebih unggul dibandingkan dengan apa yang ada saat ini. Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan target pembeli untuk tujuan mencapai obyektif organisasi (Kotler & Amstrong 1997). Jadi, manajemen pemasaran termasuk menata olah permintaan, yang akhirnya termasuk menata olah hubungan dengan pelanggan. Manajemen pemasaran adalah proses menganalisis, merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan programprogram yang mencakup pengkonsepan, penetapan harga, promosi, dan distribusi dari produk, jasa, dan gagasan yang dirancang untuk menciptakan dan memelihara 18