HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. JEMBATAN FLY OVER RAWABUAYA 4.2. ANALISIS STRUKTUR

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS STRUKTUR BOX GIRDER JEMBATAN FLY OVER RAWA BUAYA SISI BARAT TERHADAP GEMPA

3.3. BATASAN MASALAH 3.4. TAHAPAN PELAKSANAAN Tahap Permodelan Komputer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan

Gambar III.1 Pemodelan pier dan pierhead jembatan

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PERHITUNGAN STRUKTUR BOX CULVERT

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR...iv. DAFTAR ISI...vi. DAFTAR GAMBAR...

TULANGAN GESER. tegangan yang terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus

MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4

PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC

OPTIMASI TEKNIK STRUKTUR ATAS JEMBATAN BETON BERTULANG (STUDI KASUS: JEMBATAN DI KABUPATEN PEGUNUNGAN ARFAK)

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG

PERILAKU DAN SISTEM STRUKTUR RANGKA BAJA JEMBATAN

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN GAYAM KABUPATEN BLITAR DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEVER

RESPONS STRUKTUR PIER DAN PIERHEAD JEMBATAN CAWANG PRIOK TERHADAP BEBAN GEMPA SESUAI SNI GEMPA 1726 TAHUN 2003 DAN TERHADAP BEBAN LALU LINTAS TESIS

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

PERHITUNGAN PILECAP JEMBATAN PANTAI HAMBAWANG - DS. DANAU CARAMIN CS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEKUATAN GIRDER AKIBAT KEMIRINGAN MEMANJANG JEMBATAN. Suyadi 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM

BAB II DASAR TEORI II.1 TEORI UMUM JEMBATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

T I N J A U A N P U S T A K A

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU 2014

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan penanganan yang serius, terutama pada konstruksi yang terbuat

BAB II LANDASAN TEORI

Soal 2. b) Beban hidup : beban merata, w L = 45 kn/m beban terpusat, P L3 = 135 kn P1 P2 P3. B C D 3,8 m 3,8 m 3,8 m 3,8 m

DAFTAR TABEL. Tabel 3.1 Koefisien-koefisien gesekan untuk tendon pascatarik

PERANCANGAN SLAB LANTAI DAN BALOK JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DALU-DALU, KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS FLY OVER SIMPANG BANDARA TANJUNG API-API, DENGAN STRUKTUR PRECAST CONCRETE U (PCU) GIRDER. Laporan Tugas Akhir

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Iswandi Imran (2014) konsep dasar perencanaan struktur

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DELI KECAMATAN MEDAN-BELAWAN TUGAS AKHIR GRACE HELGA MONALISA BAKARA NIM:

Mencari garis netral, yn. yn=1830x200x x900x x x900=372,73 mm

tegangan pada saat beban transfer dan layan. Saat transfer, ketika beton belum

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bab I - Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan dalam bidang ekonomi global menuntut adanya

PERENCANAAN JEMBATAN COMPOSITE GIRDER YABANDA JAYAPURA, PAPUA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh : RIVANDI OKBERTUS ANGRIANTO NPM :

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN

ANAAN TR. Jembatan sistem rangka pelengkung dipilih dalam studi ini dengan. pertimbangan bentang Sungai Musi sebesar ±350 meter. Penggunaan struktur

PERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS

DESAIN PENULANGAN SHEAR WALL, PELAT DAN BALOK DENGAN PEMROGRAMAN DELPHI

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG ABSTRAK

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. JEMBATAN Struktur Jembatan. A. Struktur Atas (Superstructures) B. Struktur Bawah (Substructures) C. Pondasi (Foundation)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

COVER TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA DENGAN PELAT LANTAI ORTOTROPIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14

BAB IV DESAIN STRUKTUR GUIDEWAY

DESAIN ALTERNATIF GEDUNG PARKIR UNIVERSITAS BINA NUSANTARA TANPA SISTEM PERKAKUAN DINDING GESER

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4

menggunakan ketebalan 300 mm.

STUDI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BETON BOX GIRDER PRATEGANG SEGMENTAL DENGAN METODE KESETIMBANGAN BEBAN (LOAD BALANCING)

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 ( ) ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB II DASAR DASAR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS. Secara umum struktur atas adalah elemen-elemen struktur bangunan yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERHITUNGAN GELAGAR JEMBATAN BALOK-T A. DATA STRUKTUR ATAS

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR YANG SUDAH BERDIRI DENGAN UJI ANALISIS DAN UJI BEBAN (STUDI KASUS GEDUNG SETDA KABUPATEN BREBES)

BAB III LANDASAN TEORI. jalan raya atau disebut dengan fly over/ overpass ini memiliki bentang ± 200

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

ANALISIS BEBAN JEMBATAN

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. JEMBATAN FLY OVER RAWABUAYA Jembatan fly over Rawabuaya dibangun untuk memperlancar arus lalu lintas jalur Cengkareng-Kembangan khususnya di daerah Rawabuaya, dimana pada daerah tersebut sering terjadi kemacetan akibat adanya jalur perlintasan kereta api dengan frekuensi yang cukup tinggi. Tidak hanya itu, intensitas kendaraan yang melalui jalur ini sangat padat. Karena jalur ini tidak hanya menjadi jalur distribusi barang, tetapi juga menjadi jalur alternatif menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan sebagai jalur utama untuk aktivitas penduduk setempat. Selain itu, jalur ini juga ramai dipenuhi oleh pemukiman-pemukiman penduduk, baik pemukiman penduduk yang telah ada sejak lama maupun pemukiman penduduk yang sedang atau akan dibuat. Oleh karena itu, Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV Jakarta memberikan solusi berupa jembatan fly over Rawabuaya yang pembangunannya dimulai sejak 11 Oktober 2010 hingga 1 Juni 2012. Jembatan fly over Rawabuaya ini didanai oleh APBN murni multiyears dengan PT. Jaya Konstruksi MP Tbk sebagai pelaksana pembangunan dan PT. Perentjana Djaja serta PT. Jakarta Rencana Selaras sebagai pengawas pekerjaan. Jembatan fly over Rawabuaya ini memiliki panjang total di kedua sisi barat dan timur sepanjang 2.389 m dengan lebar total jalan pada kedua sisi barat dan timur selebar 16 m. Untuk menahan beban kendaraan yang akan melintas pada struktur atas (superstructure), digunakan kombinasi antara U-girder dan box girder dengan penambahan redaman pada struktur bawah (substructure) berupa bantalan karet (bearing pad) yang bersifat elastomer pada ujung-ujung bawah U-girder yang diletakan di atas pier, yaitu pada pier head. Pada box girder, digunakan redaman berupa pot bearing untuk menambah ruang gerak dari box girder sehingga struktur atas tidak kaku dan pecah ketika menerima beban maupun mendistribusikannya ke struktur bawah (pier). sebagai substructure digunakan untuk menahan superstructure dari jembatan fly over Rawabuaya. Selain itu, pier ini juga berfungsi untuk mendistribusikan beban-beban yang bekerja pada superstructure ke tanah (pondasi). yang digunakan berjumlah total 23 buah di sepanjang jembatan fly over Rawabuaya sisi barat dan sisi timur dengan jarak tertentu. Untuk jarak antar pier yang lebih dari 50 m, digunakan box girder sebagai superstructure. Sedangkan untuk jarak antar pier yang kurang dari 50 m, digunakan U-girder sebagai superstructure. 4.2. ANALISIS STRUKTUR Pada penelitian ini, dilakukan analisis struktur terhadap jembatan fly over Rawabuaya sisi barat terhadap gempa berdasarkan Standar Pembebanan Untuk Jembatan RSNI T-02-2005 dengan tambahan peraturan mengenai beban gempa berdasarkan Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung RSNI 03-1726-2010 dan Peta Zonasi Gempa Indonesia 2010. Tujuannya adalah untuk membandingkan hasil analisis struktur gaya dalam nominal dengan hasil analisis struktur gaya dalam maksimum. Sehingga dapat diketahui kerusakan-kerusakan atau deformasi yang terjadi pada saat kondisi kombinasi beban ultimit bekerja pada jembatan fly over Rawabuaya, khususnya beban ultimit akibat gempa.

Terdapat tujuh titik analisis struktur di sepanjang struktur atas box girder jembatan fly over Rawabuaya. Tumpuan 1 memiliki jarak 0 m pada Span 1, Lapangan 2 memiliki jarak 20,5 m pada Span 1, Tumpuan 2 memiliki jarak 41 m pada Span 1. Lapangan 2 memiliki jarak 66 m pada Span 2 dan Tumpuan 3 memiliki jarak 91 m pada Span 2. Sedangkan Lapangan 3 memiliki jarak 111,5 m pada Span 3 dan Tumpuan 4 memiliki jarak 132 m pada Span 3. Sehingga terdapat tujuh nilai gaya dalam maksimum dari setiap kombinasi beban ultimit yang bekerja pada struktur atas box girder jembatan fly over Rawabuaya. Hasil analisis struktur pada tujuh titik struktur atas box girder jembatan fly over Rawabuaya ini dapat dilihat pada Lampiran 28. Dari analisis struktur atas box girder jembatan fly over Rawabuaya di tujuh titik analisis, dapat diambil nilai gaya dalam maksimum untuk nilai gaya aksial (P), gaya geser (V), dan momem (M) serta kombinasi beban ultimit yang bekerja pada setiap titik analisis. Nilai gaya dalam maksimum dan kombinasi beban ultimit tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 14. Nilai gaya dalam maksimum pada kombinasi beban ultimit (box girder) Titik Analisis Axial Force (P) KN Shear Force (V) KN Moment (M) KN-m Tumpuan 1 75279,58 55925,01 261686,81 Lapangan 1 74168,14 24786,08 263331,10 Tumpuan 2 191132,00 26578,53 515526,86 Lapangan 2 137227,00 13192,50 220886,14 Tumpuan 3 122712,03 39357,70 262230,88 Lapangan 3 104655,47 10018,18 127753,51 Tumpuan 4 73378,55 16902,36 109354,23 Max 191132,00 55925,01 515526,86 Point Max Tumpuan 2 Tumpuan 1 Tumpuan 2 Kombinasi COMB5 (1,2,3,4) COMB5 (1,2,3,4) COMB5a (1,2,3,4) Dari tabel nilai gaya dalam maksimum pada kombinasi beban ultimit di atas, dapat diketahui bahwa Tumpuan 1 dan Tumpuan 2 adalah bagian dari struktur atas box girder jembatan fly over Rawabuaya yang memliki nilai gaya dalam terbesar. Hal ini dapat terjadi karena semua beban yang bekerja sepanjang struktur atas box girder jembatan fly over Rawabuaya didistribusikan ke pier P8B (Tumpuan 1) dan pier P7B (Tumpuan 2) yang untuk selanjutnya didistribusikan ke dalam tanah melalui pondasi. Selain itu, pengaruh dari pot bearing yang digunakan pada struktur atas box girder jembatan fly over Rawabuya ini juga menyebabkan beban yang bekerja pada pier lebih besar. Akan tetapi beban yang bekerja pada struktur atas box girder jembatan fly over Rawabuaya lebih kecil, khususnya pada daerah bentang pada setiap span. Sedangkan untuk kombinasi beban ultimit yang bekerja paling maksimum pada struktur atas box girder jembatan fly over Rawabuaya adalah kombinasi COMB5 (1,2,3,4) dan COMB5a (1,2,3,4), dimana perbedaan dari kombinasi beban ultimit tersebut terletak pada beban lajur D dan beban truk T yang bekerja dengan tambahan kombinasi beban ultimit berat sendiri, beban prategang, beban mati tambahan, serta beban gempa. 4.2.3. Analisis Struktur Bawah (Substructure) Dilakukan analisis struktur terhadap struktur bawah pier jembatan fly over Rawabuaya untuk mendapatkan nilai gaya dalam maksimum dari kombinasi beban ultimit yang mengacu pada Standar Pembebanan Untuk Jembatan RSNI T-02-2005 dengan tambahan peraturan mengenai beban gempa berdasarkan Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non 44

Tabel 15. Nilai gaya dalam maksimum pada kombinasi beban ultimit (pier) P7B P6B Titik Analisis Axial Force (P) KN Shear Vertical (V) KN Moment (M) KN-m Frame 1 46353,30 54138,63 337087,94 Frame 2 50575,39 55711,96 488546,91 Frame 3 48594,37 56142,85 641713,04 Frame 4 58831,08 56207,91 744288,84 Frame 1 57192,99 58942,71 353844,42 Frame 2 58232,46 60173,47 502775,64 Frame 3 59241,66 60470,35 652867,55 Frame 4 63890,91 60517,85 748767,81 Max 63890,91 60517,85 748767,81 Point Max P6B Frame 4 P6B Frame 4 P6B Frame 4 Kombinasi COMB5a (1,2,3,4) COMB5a (5,6,7,8) COMB5a (5,6,7,8) Dari tabel nilai gaya dalam maksimum pada kombinasi beban ultimit di atas, dapat diketahui bahwa P6B Frame 4 adalah bagian dari struktur bawah pier jembatan fly over Rawabuaya yang memiliki nilai gaya dalam terbesar. Hal ini dapat terjadi karena semua beban yang bekerja, baik dari transfer struktur atas box girder maupun struktur bawah pier jembatan fly over Rawabuaya, dipusatkan pada P6B. Sedangkan bagian Frame 4 merupakan bagian paling bawah dari P6B, sehingga seluruh beban dari struktur atas box girder maupun struktur bawah pier terakumulasi pada Frame 4 ini. Beban-beban ini kemudian akan ditransfer ke dalam tanah melalui pondasi. Sedangkan untuk kombinasi beban ultimit yang bekerja paling maksimum pada struktur bawah pier jembatan fly over Rawabuaya adalah kombinasi COMB5a (1,2,3,4) dan kombinasi COMB5a (5,6,7,8), dimana perbedaan dari kombinasi beban ultimit tersebut terletak pada arah beban gempa terhadap arah X dan arah Y yang bekerja dengan kombinasi beban ultimit berat sendiri, beban prategang, beban mati, serta beban truk T. 4.3. KONTROL GAYA DALAM BOX GIRDER Kontrol gaya dalam dilakukan terhadap struktur atas box girder jembatan fly over Rawabuaya untuk mengetahui perbandingan antara nilai gaya dalam maksimum pada kombinasi beban ultimit dengan gaya dalam nominal. Struktur atas box girder jembatan fly over Rawabuaya dikatakan aman jika nilai gaya dalam nominal lebih besar atau sama dengan nilai gaya dalam maksimum pada kombinasi beban ultimit. Oleh karena itu, kontrol gaya dalam perlu dilakukan dalam analisis struktur. Kontrol gaya dalam yang dilakukan terhadap struktur atas box girder jembatan fly over Rawabuaya ini meliputi kontrol gaya aksial (P), kontrol dalam geser (V), dan kontrol momen (M). 4.3.1. Kontrol Gaya Aksial Kontrol gaya aksial dilakukan terhadap struktur atas box girder jembatan fly over Rawabuaya dengan menghitung rasio tulangan utama yang digunakan terhadap luas penampang beton pada tujuh titik analisis struktur. Sehingga diperoleh nilai gaya aksial nominal yang bekerja pada struktur atas box girder jembatan fly over Rawabuaya, kemudian dikalikan dengan faktor reduksi (ɸ) sebesar 0,65. Menurut SNI T-12-2004, suatu struktur jembatan aman jika nilai gaya aksial nominal (ɸ P n ) lebih besar atau sama dengan nilai gaya aksial maksimum pada kombinasi beban ultimit (P u ). Perhitungan nilai gaya aksial nominal dapat dilihat pada Lampiran 30. 46

Tabel 16. Perbandingan nilai P u dan nilai ɸ P n Titik Analisis Gaya Aksial Ultimit (P u ) KN Gaya Aksial Nominal (ɸ P n ) KN Status Tumpuan 1 75279,58 242082,21 OK Lapangan 1 74168,14 250082,05 OK Tumpuan 2 191132,00 274125,14 OK Lapangan 2 137227,00 239038,14 OK Tumpuan 3 122712,03 274125,14 OK Lapangan 3 104655,47 250082,05 OK Tumpuan 4 73378,55 242082,21 OK Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai gaya aksial nominal memiliki nilai yang lebih besar atau sama dengan nilai gaya aksial maksimum pada kombinasi beban ultimit di setiap titik analisis. Sehingga, struktur atas box girder jembatan fly over Rawabuaya ini dapat dikatakan aman jika terjadi kombinasi beban ultimit yang bekerja terhadap gaya aksial. 4.3.2. Kontrol Gaya Geser Kontrol gaya geser dilakukan terhadap struktur atas box girder jembatan fly over Rawabuaya dengan menghitung rasio tulangan geser atau sengkang yang digunakan terhadap luas penampang beton pada tujuh titik analisis struktur. Sehingga diperoleh nilai gaya geser nominal yang bekerja pada struktur atas box girder jembatan fly over Rawabuaya, kemudian dikalikan dengan faktor reduksi (ɸ) sebesar 0,7. Menurut SNI T-12-2004, suatu struktur jembatan aman jika nilai gaya geser nominal (ɸ Vn) lebih besar atau sama dengan nilai gaya geser maksimum pada kombinasi beban ultimit (V u ). Perhitungan nilai gaya geser nominal dapat dilihat pada Lampiran 31. Tabel 17. Perbandingan nilai V u dan nilai ɸ V n Titik Analisis Gaya Geser Ultimit (V u ) KN Gaya Geser Nominal (ɸ V n ) KN Status Tumpuan 1 55925,01 30119,08 NOT OK Lapangan 1 24786,08 51608,48 OK Tumpuan 2 26578,53 47705,87 OK Lapangan 2 13192,50 52961,31 OK Tumpuan 3 39357,70 47705,87 OK Lapangan 3 10018,18 51608,48 OK Tumpuan 4 16902,36 30119,08 OK Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai gaya geser nominal memiliki nilai yang lebih besar atau sama dengan nilai gaya geser maksimum pada kombinasi beban ultimit di enam dari tujuh titik analisis struktur. Pada Tumpuan 1, nilai gaya geser nominal lebih kecil dari nilai gaya geser maksimum pada kombinasi beban ultimit. Hal ini dapat menyebabkan struktur atas box girder jembatan fly over Rawabuaya mengalami retak terhadap arah gaya geser jika terjadi kombinasi beban ultimit, yaitu kombinasi COMB5 (1,2,3,4). Beban ultimit yang bekerja pada COMB5 (1,2,3,4) adalah berat sendiri, beban mati tambahan, beban prategang, beban lajur D, dan beban gempa. 4.3.3. Kontrol Momen Kontrol momen dilakukan terhadap struktur atas box girder jembatan fly over Rawabuaya dengan menghitung rasio tulangan utama yang digunakan terhadap luas penampang beton pada tujuh titik analisis struktur. Sehingga diperoleh nilai momen nominal yang bekerja pada struktur atas box 47

girder jembatan fly over Rawabuaya, kemudian dikalikan dengan faktor reduksi (ɸ) sebesar 0,8. Menurut SNI T-12-2004, suatu struktur jembatan aman jika nilai momen nominal (ɸ M n ) lebih besar atau sama dengan nilai momen maksimum pada kombinasi beban ultimit (M u ). Perhitungan nilai momen nominal dapat dilihat pada Lampiran 32. Tabel 18. Perbandingan nilai M u dan nilai ɸ M n Titik Analisis Momen Ultimit (M u ) KN Momen Nominal (ɸ M n ) KN Status Tumpuan 1 261686,81 220724,87 NOT OK Lapangan 1 263331,10 221518,84 NOT OK Tumpuan 2 515526,86 487353,57 NOT OK Lapangan 2 220886,14 236124,58 OK Tumpuan 3 262230,88 487353,57 OK Lapangan 3 127753,51 221518,84 OK Tumpuan 4 109354,23 220724,87 OK Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai momen nominal memiliki nilai yang lebih besar atau sama dengan nilai momen maksimum pada kombinasi beban ultimit di empat dari tujuh titik analisis struktur. Pada Tumpuan 1, Lapangan 1, dan Tumpuan 2, nilai momen nominal lebih kecil dari nilai momen maksimum pada kombinasi beban ultimit. Hal ini dapat menyebabkan struktur atas box girder jembatan fly over Rawabuaya mengalami keruntuhan tarik (underreinforced beams) akibat kurangnya tulangan utama yang digunakan jika terjadi kombinasi beban ultimit, yaitu kombinasi COMB5a (1,2,3,4). Beban ultimit yang bekerja pada COMB5a (1,2,3,4) adalah berat sendiri, beban mati tambahan, beban prategang, beban truk T, dan beban gempa. 4.4. KONTROL GAYA DALAM PIER Kontrol gaya dalam dilakukan terhadap struktur bawah pier jembatan fly over Rawabuaya untuk mengetahui perbandingan antara nilai gaya dalam maksimum pada kombinasi beban ultimit dengan gaya dalam nominal. Struktur bawah pier jembatan fly over Rawabuaya dikatakan aman jika nilai gaya dalam nominal lebih besar atau sama dengan nilai gaya dalam maksimum pada kombinasi beban ultimit. Perlu diperhatikan bahwa struktur bawah pier jembatan fly over Rawabuaya ini merupakan struktur yang penting, karena fungsi dari struktur bawah yang harus dapat menahan bebanbeban dari struktur atas, serta mampu mentransfer beban-beban tersebut ke dalam tanah (pondasi). Oleh karena itu, kontrol gaya dalam perlu dilakukan dalam analisis struktur bawah pier ini. Kontrol gaya dalam yang dilakukan terhadap struktur atas box girder jembatan fly over Rawabuaya ini meliputi kontrol gaya aksial (P), kontrol dalam geser (V), dan kontrol momen (M). 4.4.1. Kontrol Gaya Geser Kontrol gaya geser dilakukan terhadap struktur bawah pier jembatan fly over Rawabuaya dengan menghitung rasio tulangan geser atau sengkang yang digunakan terhadap luas penampang beton pada delapan titik analisis struktur. Sehingga diperoleh nilai gaya geser nominal yang bekerja pada struktur bawah pier jembatan fly over Rawabuaya, kemudian dikalikan dengan faktor reduksi (ɸ) sebesar 0,7. Menurut SNI T-12-2004, suatu struktur jembatan aman jika nilai gaya aksial nomial (ɸ V n ) lebih besar atau sama dengan nilai gaya aksial maksimum pada kombinasi beban ultimit (V u ). Perhitungan nilai gaya geser nominal dapat dilihat pada Lampiran 33. 48

Tabel 19. Perbandingan nilai V u dan nilai ɸ V n P7B P6B Titik Analisis Gaya Geser Ultimit (V u ) KN Gaya Geser Nominal (ɸ V n ) KN Status Frame 1 54138,63 447533,85 OK Frame 2 55711,96 341009,24 OK Frame 3 56142,85 341009,24 OK Frame 4 56207,91 341009,24 OK Frame 1 58492,71 447533,85 OK Frame 2 60173,47 341009,24 OK Frame 3 60470,35 341009,24 OK Frame 4 60517,85 341009,24 OK Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai gaya geser nominal memiliki nilai yang lebih besar atau sama dengan nilai gaya geser maksimum pada kombinasi beban ultimit di setiap titik analisis. Sehingga, struktur bawah pier jembatan fly over Rawabuaya ini dapat dikatakan aman jika terjadi kombinasi beban ultimit yang bekerja terhadap gaya geser. 4.4.2. Kontrol Kombinasi Gaya Aksial dan Momen Kontrol kombinasi gaya aksial dan momen dilakukan terhadap struktur bawah pier jembatan fly over Rawabuaya dengan menghitung rasio tulangan utama yang digunakan terhadap luas penampang beton pada delapan titik analisis struktur. Sehingga diperoleh nilai kombinasi gaya aksial dan momen yang bekerja pada struktur bawah pier jembatan fly over Rawabuaya, kemudian dikalikan dengan faktor reduksi (ɸ) sebesar 0,65 untuk nilai gaya aksial dan 0,8 untuk nilai momen. Menurut SNI T-12-2004, suatu struktur jembatan aman jika nilai kombinasi gaya aksial dan momen (ɸP n ɸM n ) lebih besar atau sama dengan nilai kombinasi gaya aksial dan momen pada kombinasi beban ultimit (P u M u ). Perhitungan dari masing-masing nilai gaya aksial dan momen dapat dilihat pada Lampiran 34 dan Lampiran 35. Tabel 20. Perbandingan nilai P u M u dan nilai ɸP n ɸM n P7B P6B Titik Analisis Kombinasi Gaya Aksial dan Momen Ultimit (P u M u ) KN P u M u Kombinasi Gaya Aksial dan Momen Nominal (ɸP n ɸM n ) KN Status Frame 1 46353,39 337087,94 846806,15 OK Frame 2 50575,39 488546,91 681213,95 OK Frame 3 48594,37 641713,04 681213,95 OK Frame 4 58831,08 744288,84 681213,95 NOT OK Frame 1 57192,99 353844,42 846806,15 OK Frame 2 58232,46 502775,64 681213,95 OK Frame 3 59241,66 652867,55 681213,95 OK Frame 4 63890,91 748767,81 681213,95 NOT OK Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai kombinasi gaya aksial dan momen nominal yang lebih besar atau sama dengan nilai kombinasi gaya aksial dan momen maksimum pada kombinasi beban ultimit di dua dari delapan titik analisis struktur. Hal ini dapat menyebabkan retak di seluruh tinggi kolom, tepatnya pada lokasi-lokasi sengkang. Sedangkan jika bebannya terus bertambah, maka akan terjadi keruntuhan dan tekuk lokal (local buckling) tulangan utama pada panjang yang tidak tertumpu sengkang jika terjadi kombinasi beban ultimit COMB5a (5,6,7,8), yaitu berat sendiri, beban mati tambahan, beban prategang, beban truk T, dan beban gempa. 49

Dari kontrol gaya-gaya dalam yang dilakukan pada struktur atas box girder dan struktur bawah pier dari jembatan fly over Rawabuaya, dapat dilihat bahwa semua nilai gaya-gaya dalam maksimum yang terjadi pada kombinasi beban ultimit memiliki nilai beban gempa yang bekerja pada struktur. Sehingga terjadi perbedaan nilai gaya-gaya dalam maksimum pada kombinasi beban ultimit dengan nilai gaya-gaya dalam nominal. Secara sederhana, dapat diketahui perbedaan nilai gaya-gaya dalam maksimum pada kombinasi beban ultimit dengan nilai gaya-gaya dalam nominal, yaitu dengan cara membandingkan nilai gaya dalam maksimum pada kombinasi beban ultimit yang terjadi dengan nilai gaya dalam nominal yang ada. Nilai gaya-gaya dalam tersebut terjadi pada struktur bawah pier dari jembatan fly over Rawabuaya, yaitu P6B. Sehingga, dengan membandingkan nilai gaya dalam maksimum pada kombinasi beban ultimit dan nilai gaya dalam nominal di P6B, dapat diketahui selisihnya sebesar 10% yang berarti struktur jembatan fly over Rawabuaya dapat menahan 90% dari nilai gayagaya dalam maksimum yang terjadi akibat kombinasi beban ultimit, khususnya beban gempa. Menurut Budiono dan Supriatna (2011), hal ini dapat terjadi karena koefisien gempa (C) yang didapat pada Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung RSNI 03-1726-2010 dan Peta Zonasi Gempa Indonesia 2010 cukup besar pada zona wilayah gempa berat. Selain itu, kombinasi pembebanan yang dihasilkan telah memasukkan pengaruh gempa vertikal dan gempa horisontal dengan redundansi. Sehingga menyebabkan nilai gaya-gaya dalam maksimum pada kombinasi beban ultimit lebih besar dibandingkan nilai gaya-gaya dalam nominal. 50