11 Februari 2014 TSX/NYSE/PSE:MFC SEHK:945 Untuk disiarkan segera Manulife Investor Sentiment Index Menunjukkan bahwa Persiapan Masa Pensiun Belum Menjadi Prioritas Keuangan yang Paling Utama Bagi Masyarakat Indonesia 75% orang Indonesia diperkirakan masih harus tetap bekerja sampai akhir umur enam puluhan untuk mencukupi kebutuhan masa pensiun Lebih dari separuh investor belum merencanakan masa pensiun, banyak dari mereka salah dalam membuat perhitungan Kecenderungan menyimpan dana tunai akan membuat investor merugi, karena nilai tabungan mereka akan tergerus inflasi Jakarta Masyarakat Indonesia mulai menunjukkan kesadaran akan pentingnya perencanaan masa pensiun. Mereka sadar bahwa masa pensiun yang diidamkan tidak akan tercapai tanpa adanya perencanaan. Sayangnya, mereka terus membuat berbagai kekeliruan yang dapat mengganggu masa pensiun mereka, seperti dikemukakan dalam hasil survei terbaru Manulife Investor Sentiment Index. Hasil survei untuk kuartal keempat 2013, yang dirilis hari ini menunjukkan: orang semakin menyadari bahwa masa pensiun akan membutuhkan biaya yang lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya dan mereka harus menanggung sendiri pengeluaran tambahan yang ada. Yang kami lihat adalah pendekatan yang semakin bijak terhadap masa pensiun di Indonesia. Jumlahnya masih sedikit, karena masih banyak orang yang belum merencanakannya, dan bahkan mereka yang telah memiliki rencana pensiun masih menyepelekan kebutuhan masa depan mereka," ujar Nur Hasan Kurniawan, Chief of Employee Benefits PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia. Namun demikian melihat orang Indonesia menyadari bahwa mereka harus mengatasi kekurangan ini merupakan pertanda baik, seiring munculnya persepsi mereka akan perlunya bekerja lebih lama dan bekerja selama masa pensiun. Inflasi dan Lemahnya Rupiah Penyebab Biaya Masa Pensiun yang Lebih Tinggi Inflasi dan nilai suku bunga yang lebih tinggi, serta depresiasi rupiah yang substansial di kuartal keempat tampaknya telah mempengaruhi estimasi investor Indonesia terhadap kemungkinan pengeluaran masa pensiun mereka, yang kini diperkirakan akan mencapai 61% dari pendapatan mereka saat ini. Secara substansial angka ini lebih tinggi daripada 50% yang telah dilaporkan pada kuartal ketiga. Walaupun hal ini tampak lebih realistis, investor masih salah dalam memperhitungkan situasi. Pada kenyataannya, mereka mungkin memiliki pengeluaran lebih besar lagi mengingat kenaikan biaya-biaya yang sangat cepat.
Misalnya biaya perawatan kesehatan. Di Indonesia, biaya perawatan kesehatan per kapita meningkat tiga kali antara tahun 2004 sampai 2011 saja. 1 Hal lainnya dimana para investor memiliki pandangan yang lebih realistis adalah mengenai perlunya bekerja selama masa pensiun. 75% investor Indonesia saat ini berpikiran untuk terus bekerja angka ini adalah yang tertinggi di Asia (angka rata-rata adalah 54%) dan naik dari 68% pada kuartal ketiga. Mereka mengantisipasi untuk terus bekerja selama tujuh tahun lagi, sehingga mereka baru akan berhenti bekerja pada usia rata-rata 68 tahun - sesuatu yang dipandang secara optimis oleh mereka. Sebagian besar memandang bekerja setelah pensiun sebagai cara yang baik untuk tidak menyusahkan anggota keluarga mereka, menghabiskan waktu, dan akan membantu otak dan tubuh mereka tetap sehat. Pernyataan lainnya yang menunjukkan bahwa investor semakin realistis adalah mereka yang berusia di atas 48 tahun, lebih dari 80% diharapkan akan melewati masa pensiun tanpa dukungan dari anak-anaknya, sebuah angka yang sangat tinggi apabila dibandingkan dengan Malaysia yang hanya 60%. Perencanaan yang Buruk, Penyebab Pertimbangan yang Salah tentang Kebutuhan Masa Pensiun Satu temuan yang menunjukkan bahwa investor kurang realistis adalah bahwa 70% investor mengatakan mereka pasti atau kemungkinan dapat memiliki masa pensiun yang diinginkan (naik dari 59% di kuartal ketiga). Namun, kenyataannya, lebih dari setengah investor yang disurvei belum memulai perencanaan masa pensiun mereka, hampir satu dari lima orang yang belum mulai ini mengatakan bahwa mereka tidak bermaksud untuk memulai perencanaan. Hal ini berpotensi menyebabkan sulitnya mendapatkan masa pensiun yang nyaman. Kurangnya perencanaan masa pensiun ini mengakibatkan konsekuensi yang serius. Responden mengatakan bahwa mereka harus bergantung pada tabungan masa pensiun selama 16 tahun, berdasarkan perkiraan pensiun di usia 61 tahun dan harapan hidup hingga usia 77 tahun. Namun berdasarkan asumsi pengeluaran selama masa pensiun, estimasi tabungan mereka hanya akan mencukupi rata-rata sampai 9 tahun, sehingga ada kesenjangan 7 tahun. Dari segi prioritas tabungan, perencanaan masa pensiun menempati urutan ketiga setelah membayar pendidikan anak-anak mereka dan memulai bisnis sendiri. Yang saya petik dari temuan ini adalah selain kurangnya perencanaan masa pensiun secara umum, orang Indonesia merasa bahwa pilihan investasi yang tersedia masih kurang," kata Nur Hasan. Oleh karena itu mereka mengatasinya dengan cara mereka sendiri yaitu dengan menginvestasikan pada pendidikan anak-anak mereka dan bisnis mereka sendiri. Yang perlu mereka pertimbangkan bahwa investasi seperti ini mungkin tidak memberikan pendapatan yang mereka perlukan di masa pensiun. Untuk itu mereka harus mencari pilihan lain seperti pendapatan tetap yang menghasilkan pengembalian yang aman, andal, dan stabil. Memilih Menyimpan Dana Tunai, Berarti Investor Akan Merugi Secara keseluruhan, sentimen investor membaik pada kuartal ini, dengan indeks untuk Indonesia meningkat menjadi angka 41 (dari angka 38 di kuartal ketiga), di atas rata-rata kawasan Asia, yaitu pada angka 22 (termasuk Filipina). Properti terus dipandang secara positif sebagai sarana investasi baik dalam bentuk rumah tempat tinggal (di angka 73) maupun sebagai investasi (di angka76) dengan kenaikan sentimen sekitar 10% 1 Basis data World Health Organization National Health Account, 2011
dibandingkan kuartal sebelumnya, dengan angka indeks 66 untuk rumah dan angka 67 untuk properti lainnya. Yang mengalami kenaikan paling besar adalah saham, di mana sentimennya melonjak 14 poin lebih tinggi dari angka -20, walau sentimen keseluruhan masih tetap negatif pada angka -6. Dana tunai sangat menonjol dan terus menjadi aset yang sangat populer, walaupun sentimen terhadap dana tunai melemah (di angka 77 dari angka 85). Tetap saja skor sentimen ini mencerminkan adanya kecenderungan memilih dana tunai, sesuatu yang sebenarnya melemahkan prospek pensiun investor. Dalam persentase terhadap keseluruhan aset yang dimiliki oleh investor, dana tunai terhitung sebesar 37% di kuartal keempat (turun dari 42%), atau setara dengan pendapatan pribadi selama 10 bulan. Hanya 18% dari dana tunai ini yang dipergunakan untuk pengeluaran sehari-hari dan biaya tidak terduga. Dari survei MISI, kita bisa mengetahui bahwa dana tunai lebih disukai oleh masyarakat. Namun sebenarnya investor perlu mengubah pola pikirnya, jika mereka ingin agar tabungan mereka dana tunai itu menjadi sumber pemasukan bagi mereka, ujar Putut Andanawarih, Director of Business Development PT Manulife Aset Manajemen Indonesia. Dengan laju inflasi yang tinggi di Indonesia, tabungan uang tunai itu bisa habis dalam waktu singkat. Dengan angka inflasi 8 persen, setiap 1.000.000 uang tunai yang dipegang, Anda membuang 7.000 rupiah setiap bulannya. Menurut hemat kami, warga Indonesia harus mengurangi simpanan uang tunai mereka dan menginvestasikan lebih efektif pada berbagai jenis pilihan investasi yang kini telah terbuka kepada mereka, imbuhnya. Indeks Sentimen Investor Manulife - Temuan Utama Sentimen investor Setelah turun lebih dari sepertiga di Q3, sentimen investor keseluruhan kembali naik di Q4 dari angka 38 menjadi 41. Ini tetap dianggap lebih tinggi daripada rata-rata regional sebesar 22 (dan juga Amerika Serikat di angka 22). Empat dari lima investor menganggap kini saatnya berinvestasi di properti. Kepemilikan rumah dan investasi properti lainnya masing-masing naik 7 poin di angka 73, dan 9 poin menjadi angka 76. Kepercayaan investor didasarkan pada keyakinan bahwa prospek pengembaliannya menjanjikan dan bahwa harga-harga telah terkoreksi hingga berada pada tingkat awal yang menarik. Saham merambat naik 14 poin dimana investor menyebut stabilitas pasar dan tandatandai membaiknya kondisi pasar, namun sentimen tetap berada di wilayah negatif dengan -6 dan kepemilikan aset keuangan bisa diabaikan dimana ekuitas investor hanya berjumlah 0,2% dari populasi rakyat Indonesia. Sentimen terhadap pendapatan tetap terus menurun trennya, namun investor masih tetap positif di angka 37. Namun kepemilikan aset pendapatan tetap masih sangat kecil yaitu sekitar 1% dari total portofolio mereka (tidak termasuk rumah utama). ***** Tentang Indeks Sentimen Investor Manulife di Asia Indeks Sentimen Investor Manulife di Asia atau Manulife s Investor Sentiment Index (MISI) in Asia adalah survei eksklusif yang dilakukan Manulife setiap kuartal untuk mengukur dan melacak pandangan investor di tujuh negara di kawasan ini perihal perilaku mereka terhadap kelas aset utama dan hal-hal lain yang terkait dengan itu. Manulife ISI didasarkan pada 500 wawancara online di setiap negara yaitu Hong Kong, China, Taiwan, Jepang, dan Singapura; sementara di Malaysia dan Indonesia, survei ini dilakukan secara tatap muka langsung. Responden adalah investor kelas menengah hingga
papan atas, berusia 25 tahun ke atas yang menjadi pengambil keputusan utama dalam halhal keuangan di rumah tangga dan saat ini sudah memiliki produk investasi. Manulife ISI merupakan seri penelitian yang telah lama dilakukan di Amerika Utara. Manulife ISI sudah mengukur sentimen investor di Kanada selama 13 tahun terakhir, dan memperluasnya ke operasinya di John Hancock AS pada tahun 2011. Kelas-kelas aset yang dipertimbangkan dalam perhitungan Manulife ISI Asia adalah saham/ekuitas, realestat (rumah utama atau investasi properti lainnya), dana bersama/reksadana, investasi berpendapatan tetap, dan uang tunai. Tentang Manulife Financial Manulife Financial adalah layanan keuangan yang berpusat di Kanada yang memiliki wilayah operasi utama di Asia, Kanada, dan Amerika Serikat. Klien memanfaatkan Manulife berkat solusinya yang kuat, andal, tepercaya dan berpandangan ke depan untuk sebagian besar keputusan finansial mereka. Jaringan karyawan, agen, dan mitra distribusi internasional kami menawarkan perlindungan keuangan dan produk serta layanan wealth management ke jutaan klien. Kami juga menawarkan layanan manajemen aset kepada pelanggan institusional. Dana-dana yang dikelola Manulife Financial dan anak-anak perusahaanya sebesar C$574,6 miliar (US$558,7 miliar) per 30 September 2013. Perusahaan beroperasi sebagai Manulife Financial di Kanada dan Asia serta utamanya sebagai John Hancock di Amerika Serikat. Manulife Financial Corporation diperdagangkan sebagai MFC di bursa saham TSX, NYSE, dan PSE, serta sebagai 945 di SEHK. Manulife Financial bisa ditemukan di Internet di www.manulife.com Tentang Manulife Asset Management Manulife Asset Management adalah perusahaan aset manajemen global dari Manulife Financial. Manulife Asset Management memberikan solusi manajemen investasi secara luas bagi investor institusi dan produk reksa dana di berbagai belahan dunia. Manulife Asset Management juga memberikan jasa manajemen investasi bagi nasabah ritel dari afiliasinya melalui penawaran produk oleh Manulife dan John Hancock. Keahlian investasi ini mencakup jangkauan kelas aset yang luas, termasuk saham, pendapatan tetap dan investasi alternatif seperti real estate, perkayuan, pertanian, dan juga strategi alokasi aset. Manulife Asset Management memiliki kantor-kantor cabang dengan kemampuan investasi yang lengkap di Amerika Serikat, Kanada, Inggris Raya, Jepang, Hong Kong, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Selain itu, MAM juga memiliki perusahaan patungan di bidang pengelolaan dana yang berlokasi di Cina, yaitu Manulife TEDA. Perusahaan ini juga beroperasi di Australia, Selandia Baru, Brazil dan Uruguay. John Hancock Asset Management, Hancock Natural Resource Group dan Declaration Management and Research juga merupakan bagian dari Manulife Asset Management. Manulife Asset Management mendapatkan penghargaan sebagai Best Asian Bond House untuk 2011 dari Asia Asset Management. Per 30 September 2013, dana kelolaan MAM adalah sebesar USD 258 miliar. Informasi lebih lanjut mengenai Manulife Asset Management bisa didapatkan di www.manulifeam.com. Narahubung Media: Rizky Juanita Azuz PT AsuransiJiwa Manulife Indonesia Telp: (+6221) 2555 7788 Faks: (+6221) 25552278 Communication_id@manulife.com
Dyah Wulandari PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Telp: (+6221) 25557788 Fax: (+6221) 25552330 Dyah_wulandari@manulife.com Angelin Sumendap FleishmanHillard Ponsel +62 811 8451161 Kantor: 62-21-831-7770 ekst: 116 angelin.sumendap@fleishman.com