KONSUMSI AIR DAN PRODUKSI KARET PADA BERBAGAI SISTEM PENGATURAN JARAK TANAM DALAM KAITANNYA DENGAN KANDUNGAN AIR TANAH

dokumen-dokumen yang mirip
DINAMIKA GUGUR DAUN DAN PRODUKSI BERBAGAI KLON KARET KAITANNYA DENGAN KANDUNGAN AIR TANAH

PRODUKSI DAN KUALITAS LATEKS PADA BERBAGAI JARAK TANAM TANAMAN KARET. Jl. Slamet Riyadi, Broni Jambi Telp

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1)

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun,

SEMINAR NASIONAL PENGARUH ORIENTASI RUMAH TERHADAP SUHU DALAM RUANG PADA PERUMAHAN GAPURA SATELIT INDAH

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KORELASI BOBOT BENIH DENGAN KEJAGURAN BIBIT BATANG BAWAH KARET (Hevea brasilliensis Muell.-Arg.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Charloq 1) Hot Setiado 2)

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 1 hingga 8

BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN CADANGAN PREMI UNTUK ASURANSI PENDIDIKAN

STUDI KARAKTER FISIOLOGIS DAN SIFAT ALIRAN LATEKS KLON KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) IRR SERI 300

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PENGARUH PEMBERIAN KADAR AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN TANAMAN Indigofera zollingeriana RINGKASAN

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber :

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI

PERKECAMBAHAN BENIH TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN PERIODE YANG BERBEDA

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

I. PENDAHULUAN. Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) adalah tanaman serealia yang potensial

SIMAK UI 2011 Fisika. Kode Soal

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi. (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) PENDAHULUAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

PANJANG PENYALURAN TULANGAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan tanaman Bahan kimia Peralatan Metode Penelitian

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA

Manajemen Kinerja Pokok Bahasan:

STAF LAB. ILMU TANAMAN

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosiding Matematika ISSN:

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

Pengaruh Lama Penyimpanan dan Diameter Stum Mata Tidur terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

JEMBATAN WHEATSTONE. , r KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT AREN ( Arenga pinnata Merr.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR SKRIPSI OLEH : MANAHAN BDP Pemuliaan Tanaman

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

PENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill)

ANALISIS PERTUMBUHAN : PERHITUNGAN, PENGERTIAN VARIABEL PENGAMATAN, HUBUNGAN ANTAR VARIABEL PEGAMATAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

BAB I PENDAHULUAN. letak lintang 55º U atau 55º S dan pada ketinggian sampai 2000 m di atas

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang

Kata kunci: Fuzzy Adaptif, Air Fuel Ratio, duty cycle, sensor lambda.

PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak

Transkripsi:

Jurna Peneitian Karet, 2011, 29 (2) : 110-117 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2011, 29 (2) : 110-117 KONSUMSI AIR DAN PRODUKSI KARET PADA BERBAGAI SISTEM PENGATURAN JARAK TANAM DALAM KAITANNYA DENGAN KANDUNGAN AIR TANAH Water Consumption and Rubber Production on Various Panting Space Arrangement System and Their Reationship with Soi Water Content Andi Nur CAHYO, Risa ARDIKA, dan Thomas WIJAYA Baai Peneitian Sembawa, Pusat Peneitian Karet Jaan Raya Paembang P. Baai KM 29, PO BO 1127 Paembang 30001 Diterima tg. 24 Agustus 2011/Disetujui 29 Nopember 2011 Abstract Water shortage during the dry season caused rubber pant shed the eaves as to an effort to reduce soi moisture use. The aim of research was to obtain the most efficient panting space arrangement system in reationship with soi water extraction, so that in the dry season moisture competition coud be reduced. The treatment in this research were monocuture with norma panting space (A), monocuture with doube row space (B), and intercropping (doube row space + RRIC 100 cone) (C). Treatment was arranged in Randomized Competey Bock Design with four repications. Observations was conducted on soi water content, rubber yied, wintering time, specific eaf area, and eaf area index. Observation on soi water content showed that there were no significant differences between soi water content in a treatments because of high tota rainfa, but in dry season there were differences in water extraction pattern i.e. C treatment consumed water more quicky because of high LAI. Dry rubber production in C treatment was significanty ower than others, whereas A treatment was the highest. The ow dry rubber production in C treatment was caused by eaf area per tree is ony about 50% from the other treatments. The ow eaf area per tree for C treatment was caused by panting density materia treatment is too high, which is reach more than twice of A and B treatments. Keywords : Hevea brasiiensis, panting space, soi water content, eaf area index, wintering, production Abstrak Kekurangan air pada saat musim kemarau menyebabkan tanaman karet menggugurkan daunnya sebagai upaya adaptasi untuk mengurangi kebutuhan air. Tujuan peneitian adaah untuk mengetahui sistem pengaturan jarak tanam yang paing efisien daam hubungannya dengan ekstraksi air tanah, sehingga pada saat musim kemarau kompetisi air tanah dapat dikurangi. Perakuan daam peneitian ini iaah monokutur dengan jarak tanam norma (A), monokutur dengan jarak tanam ganda (B), dan tumpangsari (jarak tanam ganda + kon RRIC 100) (C). Perakuan tersebut disusun daam rancangan acak keompok dengan 4 uangan. Pengamatan diakukan terhadap parameter kadar air tanah, produksi karet, waktu terjadinya gugur daun, uas daun spesifik, dan indeks uas daun. Pengamatan terhadap kadar air tanah menunjukkan bahwa tidak terdapat beda nyata antara kadar air tanah pada semua perakuan karena curah hujan tota yang tinggi, namun pada musim kemarau terjadi perbedaan poa ekstraksi air yaitu perakuan C mengkonsumsi air ebih cepat karena ILD yang tinggi. Produksi karet kering perakuan C nyata ebih rendah daripada perakuan yang ain, sedangkan perakuan A adaah yang tertinggi. Rendahnya produksi karet kering perakuan C disebabkan karena uas daun per pohon hanya sekitar 50% dari uas daun perakuan yang ainnya. Rendahnya uas daun per pohon untuk perakuan C ini diduga disebabkan karena terau tingginya kerapatan tanam yang mencapai ebih dari dua kai kerapatan tanam perakuan A dan B. Kata kunci : Hevea brasiiensis, jarak tanam, kadar air tanah, indeks uas daun, gugur daun, produksi 110

Konsumsi air dan produksi karet pada berbagai sistem pengaturan jarak tanam daam kaitannya dengan kandungan air tanah PENDAHULUAN Tanaman karet merupakan tanaman yang mempunyai daya adaptasi uas dan dapat tumbuh pada berbagai kondisi tanah dan ikim, namun pertumbuhannya akan ebih optima jika ditanam pada daerah yang mempunyai kondisi ingkungan yang ebih sesuai. Dari segi ikim, tanaman karet akan tumbuh secara optimum jika dibudidayakan daam ingkungan yang mempunyai ikim sebagai berikut : (1) curah hujan sekitar 2000 mm/tahun atau ebih yang terdistribusi secara merata tanpa diseingi musim kemarau dengan sekitar 125 hingga 150 hari hujan per tahun; (2) suhu udara o o 20 C hingga 34 C dengan rata-rata buanan o o 25 C hingga 28 C; (3) keembaban udara sekitar 80% dengan kecepatan angin sedang; (4) intensitas sinar matahari yang tinggi seama sekitar 2000 jam per tahun dengan ama penyinaran 6 jam per hari sepanjang buan (Webster dan Baukwi, 1989 daam Vijayakumar et a., 2000). Di Indonesia, anasir ikim yang idea untuk pertumbuhan optimum bagi tanaman karet tersebut tidak dapat terpenuhi sepanjang tahun karena adanya musim kemarau. Pada saat musim kemarau, ketersediaan air berkurang sehingga air menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan dan produksi tanaman karet. Ha ini terutama terjadi pada pertanaman karet yang pengaturan jarak tanamnya terau rapat, sehingga terjadi kompetisi antar tanaman karet daam mengkonsumsi air tanah. Pengaruh ketersediaan air terhadap produksi karet sangat besar karena sekitar 60-70% dari ateks adaah air. Menurut Chang (1968) kekurangan air akan berakibat berkurangnya aju fotosintesis karena dehidrasi protopasma. Turunnya kadar air tanah pada saat musim kemarau akan mempengaruhi penyerapan air dan unsur hara, yang seanjutnya akan mempengaruhi metaboisme dan pertumbuhan tanaman. Saah satu fungsi utama air bagi tanaman adaah untuk mempertahankan turgiditas se dan jaringan tanaman yang penting artinya bagi keangsungan aktivitas se daam pembeahan dan pemanjangan (Wargadipura dan Harran, 1984). Kramer (1983) menyatakan bahwa pengaruh yang angsung akibat kekurangan air berkepanjangan adaah berkurangnya aju pertumbuhan sehingga ukuran tanaman dan produksi ebih rendah dibandingkan tanaman norma. Cekaman air berakibat pada beberapa perubahan daam proses kehidupan tanaman karet diantaranya adaah : reduksi pertumbuhan seperti iit batang, biomassa batang atas, ujung akar, akar serabut, dan bobot kering tanaman. Reduksi organ asimiasi seperti heaian daun dan uas daun, reduksi status air, refeksinya meaui penurunan bobot kering daun, bertambahnya stomata, dan ain-ain (Setiawan et a., 2000 daam Indraty, 2003). Menurut Shock (1982) daam Wargadipura dan Harran (1984), pada keadaan air tanah mendekati kapasitas apang, aktivitas pembuuh se tanaman maupun transokasi asimiat akan terpacu. Akibatnya pertumbuhan daun akan dipercepat sehingga uas permukaan daun dapat bekembang pesat. Pengaruh tingkat kadar air tanah sangat nyata terhadap bobot kering tanaman karet. Disamping sebagai bahan baku proses fotosintesis, air bertindak pua sebagai pearut, reagensia pada berbagai macam reaksi dan sebagai pemeihara turgor. Hanya sebagian keci (<1%) air yang diabsorbsi tanaman dipergunakan daam reaksi metaboisme. Sebagian besar dari air tanah yang diabsorbsi oeh akar tanaman akan ditranspirasikan meaui stomata. Kekurangan air daam tanaman terjadi bia kehiangan air meaui transpirasi ebih besar dari serapan air meaui akar (Husni dan Aidi-Dasin, 1995). Kehiangan air dari daam tanah seain meaui transpirasi dapat juga meaui proses evaporasi. Kehiangan air meaui evaporasi permukaan tanah dianggap sebagai kehiangan air yang tidak produktif karena tidak berkaitan dengan proses yang terjadi di daam tanaman, sedangkan transpirasi merupakan kehiangan air yang produktif (Thomas, 1995). Kekurangan air pada saat musim kemarau diduga menyebabkan tanaman karet beradaptasi dengan cara menggugurkan daunnya. Ha ini menyebabkan kapasitas fotosintesis tanaman karet menurun, sehingga produksi ateksnya juga menurun. Penurunan produksi paing besar terjadi pada waktu pembentukan daun baru (Thomas dan Boerhendhy, 1988). 111

Cahyo, Ardika dan Wijaya Daam hubungannya dengan penyerapan air, organ tanaman karet yang peru diperhatikan adaah akar. Akar sebagai saah satu organ tanaman berfungsi menyerap air serta garam-garam minera dan oksigen dari daam tanah dan meneruskannya ke batang dan daun. Sebaiknya ketersediaan air akan mearutkan garam-garam minera yang ada di sekitar akar yang diperukan untuk pertumbuhan tanaman termasuk akar. Kramer (1983) menyatakan bahwa, kekurangan air akan mengubah transokasi asimiat ke arah akar ebih banyak, sebagai respons dari tanaman untuk memperuas sistem perakarannya. Pada poa tanam karet dengan tanaman sea, akar tanaman karet akan berinteraksi dengan akar tanaman sea daam memanfaatkan air dan unsur hara yang tersedia daam tanah (Wibawa et a., 1999), sehingga pengaturan jarak tanam akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman karet. Dengan jarak tanam yang tepat, air yang ada akan termanfaatkan secara optima sehingga produktivitas optima akan didapatkan dari suatu ahan. Tingginya kompetisi antar tanaman karet daam penyerapan air tanah pada saat musim kemarau dapat dikurangi dengan pengaturan jarak tanam yang tepat. Pengaturan jarak tanam akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman karet. Daam hubungannya dengan pengaturan jarak tanam, pada popuasi yang ebih tinggi, kontak antar akar tanaman ebih cepat terjadi sehingga kompetisi daam mendapatkan air akan meningkat terutama pada saat musim kemarau. Seain itu Leong dan Yoon (1982) mengatakan bahwa pada popuasi yang tinggi, cabang-cabang dan daun-daun yang berada pada bagian bawah ebih ternaungi. Cabang-cabang yang ternaungi tersebut tidak akan optima daam meakukan fotosintesis dan justru akan ikut berperan daam meng-konsumsi assimiat yang dihasikan oeh bagian tanaman yang ebih optima daam meakukan fotosintesis. Oeh karena itu untuk mendapatkan hasi yang optima dari suatu ahan diperukan pengaturan jarak tanam yang tepat. Dengan jarak tanam yang tepat, air dan cahaya yang ada akan termanfaatkan secara optima sehingga produktivitas yang optima juga akan didapatkan dari suatu ahan. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan daam peneitian ini adaah tanaman karet kon BPM 24 dan RRIC 100 yang ditanam dengan berbagai pengaturan jarak tanam. Aat yang digunakan adaah pengukur kadar air tanah Troxer Sentry 200 AP, ux meter, itter trap, oven, dan praon. Peneitian diaksanakan di Kebun Percobaan Baai Peneitian Sembawa pada jenis tanah Podzoik Merah Kuning dari buan Januari hingga Desember 2010. Peneitian menggunakan percobaan pada area karet yang ditanam dengan sistem monokona dan duokona. Perakuannya iaah monokona BPM 24 dengan jarak tanam norma (A), monokona BPM 24 dengan jarak tanam ganda (B), dan poa tanam duokona BPM 24 + RRIC 100) (C). Perakuan tersebut disusun daam rancangan acak keompok dengan 4 uangan. P e n g a m a t a n k a d a r a i r t a n a h diakukan dengan cara menanam pipa praon ke area pertanaman karet pada posisi yang teah ditentukan (Gambar 1). Pipa praon yang digunakan sepanjang 1 m ditanam ke masing-masing bok/uangan daam setiap perakuan. Pipa praon tersebut digunakan sebagai wadah untuk memasukkan sensor pengukur kadar air tanah hingga diperoeh kedaaman yang sesuai dengan aman. Pengamatan diaksanakan seminggu sekai. Parameter yang diamati meiputi : Kadar Air Tanah P e n g a m a t a n k a d a r a i r t a n a h diakukan dengan memasukkan sensor aat pengukur kadar air tanah (Sentry 200 AP) ke daam praon dengan kedaaman 1 m. Hasi pengukuran tersebut dibaca pada ayar aat pengukur kadar air tanah dengan satuan (%). Pengukuran kadar air tanah ini diakukan seminggu sekai. Konsumsi air dihitung dengan meihat penambahan tota kandungan air tanah sedaam 1 m dan ditambahkan dengan besarnya curah hujan. 112

Konsumsi air dan produksi karet pada berbagai sistem pengaturan jarak tanam daam kaitannya dengan kandungan air tanah { { { { { { { { { { Perakuan A Treatment A 5 m 4 m Perakuan B Treatment B { {{ { {{ { {{ Perakuan C Treatment C Keterangan (Remarks): {= Tanaman karet kon BPM 24 (Rubber pant of cone BPM 24) x = Tanaman karet kon RRIC 100 (Rubber pant of cone RRIC 100) = Praon tempat sensor pengukur kadar air tanah (Access tube for pacing soi water content sensor) Gambar 1. Tata etak penempatan sensor pengukur kadar air tanah di apangan Figure 1. Soi water content measurer censor ay out in the fied 2 m 16 m 4 m 2 m 3 m 5 m 5 m 3 m 4 m Produksi Karet Pengamatan produksi karet diakukan dengan mengukur hasi sadapan setiap minggu dengan satuan gram (g). Waktu Terjadinya Gugur Daun Pengamatan waktu terjadinya gugur daun diakukan dengan cara mencatat tangga terjadinya daun yang muai menguning hingga habis karena gugur daun. Luas Daun Spesifik Pengamatan Luas Daun Spesifik (LDS) diakukan dengan rumus sebagai berikut (Gardner et a., 1985): LDS = 2 Luas daun (cm ) Bobot daun (g) Pengukuran uas daun diakukan dengan metode itter trap. Daun yang diukur uasnya hanya daun yang terjatuh pada itter 2 trap, yaitu daerah seuas 1m x 1m (1m ) dimana daerah tersebut ternaungi oeh daun. Indeks Luas Daun Pengamatan Indeks Luas Daun (ILD) diakukan dengan rumus sebagai berikut (Gardner et a., 1985): 2 Luas daun (cm ) ILD = 2 Luas itter trap (10 000 cm ) Anaisis statistika yang digunakan daam peneitian ini adaah rancangan pembedaan rerata dengan uji jarak berganda Duncan taraf 5%. Seain itu juga diakukan anaisis tentang kaitan produksi dengan ILD dan kadar air tanah, kaitan sistem pertanaman dengan ekstraksi air tanah, dan kaitan status air tanaman dengan sistem pertanaman. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan terhadap kadar air tanah menunjukkan bahwa tidak terdapat beda nyata antar perakuan (Gambar 2). Tidak adanya beda nyata kadar air tanah antar perakuan diduga disebabkan karena seama periode pengamatan diakukan masih sering terjadi hujan, sehingga besarnya curah hujan yang diserap tanah masih ebih tinggi dari aju transpirasi maksimum tanaman. Ha ini berakibat 113

Cahyo, Ardika dan Wijaya 25.0 20.0 Kadar air tanah (%) Soi water content (%) 15.0 10.0 0.5 A B C 0.0 Juni Jui Agst Sept. Okt. Nov. Des. Buan Month Gambar 2. Hubungan kadar air tanah dengan waktu Figure 2. Reationship between soi water content and time tingginya popuasi tanaman pada perakuan C beum berpengaruh terhadap penurunan kadar air tanah, waaupun konsumsi air perakuan C nyata ebih tinggi dari pada perakuan A pada buan Juni (Tabe 1). Dari Tabe 1. juga terihat bahwa pada buan Agustus ketika curah hujan sangat rendah dan ILD mendekati 0 (Gambar 3), konsumsi air perakuan C menjadi ebih rendah dari pada perakuan A dan B. Ha ini disebabkan karena buan Agustus niai ILD perakuan C turun hingga di bawah 1 karena adanya gugur daun (Gambar 3), sehingga uas daun per pohonnya menjadi paing rendah (Gambar 4). Ha ini mengakibatkan aju transpirasi dan konsumsi air perakuan C menjadi yang paing rendah. Dari Tabe 1 juga terihat bahwa pada buan Agustus ketika curah hujan sangat rendah dan ILD teah mencapai 0 (Gambar 3), konsumsi air perakuan C menjadi ebih rendah dari pada perakuan A dan B. Ha ini dikarenakan air teah terekstrasi daam jumah besar pada buan-buan sebeumnya akibat penggunaan air yang tinggi oeh tanaman yang berkaitan dengan ILD yang tinggi pada perakuan C. Dari Gambar 3 juga terihat bahwa ILD perakuan C dari buan Mei hingga Jui nyata ebih tinggi daripada perakuan yang ain dan muai menjadi sama pada minggu ke-2 buan Agustus. Pada semua perakuan, ILD menurun drastis pada minggu ke-3 buan Jui. Ha ini diduga disebabkan karena pada buan Jui, dari tangga 3-25 hanya terjadi 4 kai hujan dengan curah hujan yang sangat rendah (2,3-11,4 mm) dan tiba-tiba terjadi hujan ebat pada tangga 26 (108 mm). Hujan ebat yang terjadi seteah 3 minggu periode kering tersebut diduga teah memicu gugurnya daun secara serentak sehingga meng-akibatkan ILD menurun tajam. Penurunan ILD ini diikuti dengan penurunan produksi (Gambar 4). Dari Gambar 4, terihat bahwa produksi karet kering per pohon pada perakuan C nyata ebih rendah dari perakuan yang ain, sedangkan untuk perakuan A adaah yang paing tinggi. Produksi pada perakuan A tinggi disebabkan kondisi jarak tanam yang idea sehingga membuat proses fotosintesis tanaman dapat berangsung secara maksima dan berakibat pada tingginya produksi. Rata-rata produksi pada perakuan A, B, C berturut-turut seama 8 buan adaah 39,69 g/p/s; 35,72 g/p/s, dan 15,39 g/p/s. Rendahnya produksi karet kering perakuan C disebabkan karena uas daun per pohon perakuan C hanya sekitar setengah dari uas daun perakuan yang ainnya. Rendahnya uas daun per pohon untuk perakuan C ini diduga disebabkan 114

Konsumsi air dan produksi karet pada berbagai sistem pengaturan jarak tanam daam kaitannya dengan kandungan air tanah 4.500 4.000 3.500 Indeks Luas Daun (ILD) Leaf Area Indeks (LAI) 3.000 2.500 2.000 1.500 1.500 * * * * * * * * * * * * A B C 0.500 0.000 Mei II Mei III Juni II Juni III Juni IV Juni V Jui I Jui II Jui III Jui IV Buan Month Jui V Agustus I Agustus II Agustus III Agustus IV Agustus V September I Keterangan (Remarks) : Grafik yang terpisah oeh tanda * menunjukkan adanya beda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada tingkat signifikasi 5% (Line separated by * are significanty different at DMRT 5%) Gambar 3. Hubungan indeks uas daun dengan waktu Figure 3. Reationship between eaf area index and time Tabe 1. Pengaruh sistem pengaturan jarak tanam terhadap konsumsi air Tabe 1. The effect of panting space arrangement system to water consumption Perakuan Treatment Konsumsi air pada buan Water consumption each month mm Juni Jui Agustus Tota A 68,25 b 155,68 b 116,18 a 340,11 c B 113,20 ab 150,62 b 105,07 b 368,89 b C 126,51 a 229,86 a 76,43 c 432,80 a Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada koom yang sama menunjukkan adanya beda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada tingkat signifikan 5%. Vaue foowed by the different etter in the same coumn are significanty different at DMRT 5%. karena terau tingginya kerapatan tanam perakuan C karena keberadaan tanam sea. Untuk perakuan B dan C penurunan produksi karet kering hingga mencapai titik minimum dimuai ketika niai uas daun menurun secara tajam pada buan Jui, namun untuk perakuan A, penurunan produksi dimuai ketika uas daun turun secara bertahap pada buan Juni. Ha ini menunjukkan bahwa distribusi tajuk pada perakuan A adaah yang paing idea, karena semua bagian tajuk mendapatkan sinar matahari yang cukup untuk berfotosintesis sehingga pengurangan sedikit jumah daunnya teah berpengaruh pada penurunan produksi karet kering. Pada perakuan B dan C ada sebagian tajuk yang 115

Cahyo, Ardika dan Wijaya saing menutup sehingga bagian tajuk yang ternaungi aju fotosintesisnya tidak optima. Pada waktu gugur daun terjadi secara bertahap, tajuk yang semua ternaungi menjadi terbuka sehingga tercapai aju fotosintesis yang optima. Ha ini mengakibatkan produksi karet kering beum mengaami penurunan waaupun teah terjadi gugur daun secara bertahap. Ha ini juga menunjukkan bahwa distribusi tajuk untuk perakuan B dan C kurang idea karena masih ada tajuk tanaman yang saing menaungi. Pada semua perakuan, titik minimum produksi karet kering terjadi pada buan September saat daun baru muai tumbuh namun beum mampu meakukan fotosintesis. Ha ini disebabkan karena cadangan makanan pada tanaman karet dipergunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan daun baru tersebut sehingga aokasi cadangan makanan yang digunakan untuk pembentukan ateks menjadi berkurang. Rendahnya produksi karet kering pada perakuan C dibanding perakuan yang ain diduga bukan disebabkan karena kompetisi daam ha konsumsi air terutama pada musim hujan, namun ebih disebabkan karena kompetisi daam pengambian cahaya dan unsur hara. Ha ini dapat terjadi karena pada perakuan C terdapat tanaman sea yang menjadi kompetitor bagi tanaman utama daam mendapatkan cahaya dan unsur hara dari daam tanah sehingga aju fotosintesis perakuan C ebih rendah daripada perakuan yang ain. Rendahnya aju fotosintesis ini juga menyebabkan teba kuit dan iit batang perakuan C ebih rendah dari pada perakuan yang ain (Tabe 2). KESIMPULAN Pada musim hujan tidak terdapat beda nyata kadar air tanah pada semua perakuan, namun pada periode kemarau terjadi perbedaan kadar air yaitu perakuan C paing tinggi daam mengkonsumsi air sedangkan produksi karet kering tertinggi dijumpai pada perakuan kontro (A) sebesar 39,69 g/p/s. Produksi karet kering terendah terjadi pada saat periode pembentukan daun baru yang beum mampu meakukan fotosintesis secara maksima, dan adanya kompetisi penggunaan cahaya asimiat antara produksi ateks dan pembentukan daun. DAFTAR PUSTAKA Chang, J. H. 1968. Cimate and Agricuture. University of Hawaii. 303p. Gardner, F. P., R. B. Pearce, and R. L. Mitche. 1985. Physioogy of Crop Pants. The Iowa State University Press. Iowa. Husni, Z. dan Aidi-Dasin. 1995. Pengaruh kadar air tanah terhadap pertumbuhan bibit karet daam poibeg. J. Pene. Karet, 13 (1), 32-39. Indraty, I. S. 2003. Ketahanan bibit kon karet daam poibeg terhadap kondisi kekurangan air. J. Pene. Karet, 21 (1),12-24. Kramer. 1983. Water Reations of Pants. Academic Press Inc. Orando, Forida. Leong, W. and P. K. Yoon. 1982. Modification of crown deveopment of Hevea brasiiensis Mue. Arg. by cutura practices. II. Tree density. J. Rubb. Res. Inst Maaysia, 30 (3), 123-130. Setiawan, A., H. Kuswanto, dan B.H. Simanjuntak. 2000. Tanggapan beberapa kon karet terhadap cekaman air di bibitan poibeg. Agric. 14 (1). Shock, C. C. 1982. Rebaudi's Stevia : natura non caoric sweeteners. Caifornia Agricuture, 36 (9.10), 4-5. Thomas dan I. Boerhendhy. 1988. Hubungan neraca air tanah dengan produksi karet kon GT 1 dan PR 261. Bu. Perkebunan Rakyat, 4 (1), 15-18. Thomas. 1995. Pengaruh musa terhadap pertumbuhan dan efisiensi penggunaan air bibit karet kon GT 1. J. Pene. Karet, 13 (1), 40-48. 116

Konsumsi air dan produksi karet pada berbagai sistem pengaturan jarak tanam daam kaitannya dengan kandungan air tanah Vijayakumar, K.R., T.R. Chandrashekar, and V. Phiip. 2000. Agrocimate. In : George, P. J. and C. K. Jacob (eds). Natura Rubber : Agromanagement and Crop Proc.. Rubb. Res. Inst. India. Kottayam, Keraa, India. Wibawa, G., M. J. Rosyid, dan A. Gunawan. 1999. Tumpangsari Berbasis Karet. Pusat Peneitian Karet. Sumatera Seatan. Wargadipura, R. dan S. Harran. 1984. Pengaruh tegangan air tanah terhadap pertumbuhan dan hasi tanaman stevia asa stek dan biji. Bu. Agronomi V (1 & 2). 117