TOKSISITAS ISOLAT DARI EKSTRAK METANOL SPONS Clathria (Thalysias) sp TERHADAP LARVA Artemia salina L.

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SPONS Hyrtios erecta TERHADAP LARVA UDANG Artemia salina L.

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Indonesia penyakit kanker menduduki urutan ke-3 penyebab kematian sesudah

BAB IV METODE PENELITIAN. identifikasi senyawa aktif yang terkandung dalam spons Clathria (Thalysias) sp,

BAB IV METODE PENELITIAN. identifikasi, sedangkan penelitian eksperimental meliputi uji toksisitas dan

BAB I PENDAHULUAN. pertiga bagian wilayahnya berupa lautan sehingga memiliki sumber daya alam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Pereaksi Pendeteksi. Sebanyak 10 gram NaOH dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker

BAB III METODE PENELITIAN

TOKSISITAS SENYAWA FLAVONOID DARI EKSTRAK ETANOL DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora Linn.) SEBAGAI SKRINING AWAL ANTIKANKER SKRIPSI

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

ISOLASI DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN Nerium oleander

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRINING AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK DAN FRAKSI BEBERAPA JENIS SPON LAUT ASAL PULAU MANDEH SUMATERA BARAT

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

IDENTIFIKASI DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DARI DAUN TANAMAN SIRSAK (Annona muricata L)

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) ABSTRAK

ISOLASI SENYAWA GOLONGAN TRITERPENOID DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK N-HEKSANA BATANG PRANAJIWA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Pelaksanaan Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

Uji Fitokimia dan Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test) Ekstrak Daun Kelakai (Stenochlaena palustris)

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UJI FITOKIMIA DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL TANAMAN KESEMBUKAN (Paederia foetida Linn.) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DARI VARIASI TEH DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP LARVA UDANG (Artemia salina Leach)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

UJI TOKSISITAS METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK n-heksan DARI DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn) TERHADAP Artemia salina Leach A B S T R A K

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masih tingginya angka kematian akibat kanker. Lebih detail, jenis kanker serviks

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

IDENTIFIKASI SENYAWA TOKSIK EKSTRAK METANOL SPONS Clathria (Thalysias) sp DAN UJI AKTIVITASNYA SEBAGAI ANTIKANKER TERHADAP SEL HeLa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Diterbitkan oleh STIFI Perintis Padang setiap bulan Februari dan Agustus Website :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN

AKTIVITAS ANTIKANKER ISOLAT TOKSIK DARI EKSTRAK METANOL SPONS GENUS Haliclona Grant, 1836 TERHADAP SEL HELA

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI FITOKIMIA, TOKSISITAS DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN ALAMI DAUN TUMBUHAN KELAKAI (Stenochlaena palustris) DENGAN METODE DPPH

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK DAN FRAKSI DARI SPON LAUT Petrosia sp. DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA TOKSIK DARI DAGING BUAH PARE (Momordica charantia L.) I G. A. Gede Bawa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

UJI TOKSISITAS (Brine Shrimp Lethality Test) EKSTRAK DAN ISOLAT FRAKSI KLOROFORM DARI DAUN KEREHAU (Callicarpa longifolia Lamk.)

BAB III METODE PENELITIAN

ISOLASI METABOLIT SEKUNDER DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN TANAMAN SRIKAYA (Annona squamosa Linn)

ISOLASI DAN KARAKTERISASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK DARI KULIT BATANG TAMPOI (Baccaurea macrocarpa) DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br)

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Surat identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

3. METODOLOGI. Gambar 5 Lokasi koleksi contoh lamun di Pulau Pramuka, DKI Jakarta

BAB III METODE PENELITIAN

UJI TOKSISITAS DAN IDENTIFIKASI EKSTRAK SPONS Haliclona fascigera TERHADAP LARVA Artemia salina L.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

III. Metode Penelitian A. Waktu dan Tempat Penelitian kelimpahan populasi dan pola sebaran kerang Donax variabilis di laksanakan mulai bulan Juni

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. - Beaker glass 1000 ml Pyrex. - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex. - Labu didih 1000 ml Buchi. - Labu rotap 1000 ml Buchi

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL C. UJI FITOKIMIA KULIT BUAH Bruguiera gymnorrhiza

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

Transkripsi:

Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) Volume 3, Nomor 12, Mei 2015 TOKSISITAS ISOLAT DARI EKSTRAK METANOL SPONS Clathria (Thalysias) sp TERHADAP LARVA Artemia salina L. Putu Lakustini Cahyaningrum 1*, I Made Dira Swantara 1,2, I Gede Mahardika 3 1 Program Studi Magister Kimia Terapan Universitas Udayana, Denpasar, Bali-Indonesia 2 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali-Indonesia 3 Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali-Indonesia * email : nining_unhi@yahoo.co.id ABSTRAK : Telah dilakukan uji toksisitas dari ekstrak metanol spons Clathria (Thalysias) sp dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menggunakan larva Artemia salina L. Ekstrak metanol spons Clathria (Thalysias) sp dipartisi dengan pelarut n-heksana, kloroform dan air. Partisi dari 19,31 gram ekstrak metanol menghasilkan ekstrak n-heksan sebanyak 1,93 gram, ekstrak kloroform sebanyak 2,48 gram, dan ekstrak air sebanyak 12,17 gram. Hasil uji toksisitas menunjukkan ekstrak kloroform memiliki toksisitas paling tinggi dengan LC 50 64,57 ppm. Selanjutnya Ekstrak kloroform dipisahkan dengan kromatografi kolom silika gel menggunakan eluen n-heksana : etil asetat (8:2), diperoleh 4 fraksi yaitu F A, F B, F C, dan F D. Fraksi B (F B ) memberikan nilai toksisitas paling tinggi dengan nilai LC 50 72,44 ppm. Identifikasi isolat F B dilakukan dengan uji fitokimia yang menunjukkan adanya senyawa steroid. Kata Kunci : Spons Clathria (Thalysias) sp, ekstrak metanol, uji toksisitas ABSTRACT : Toxicity tests have been conducted of the methanol extract of the sponge Clathria (Thalysias) sp with methods Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) using larvae of Artemia salina L. Methanol extract of the sponge Clathria (Thalysias) sp was partitioned with n-hexane, chloroform and water. Partitioning of 19.31 grams of methanol extract with n- hexane yielded as much as 1.93 grams, 2.48 grams of total chloroform extract, and as much as 12.17 grams of water extract. The toxicity test showed that chloroform extract had the highest toxicity with LC 50 of 64.57 ppm. Furthermore chloroform extract was separated by silica gel column chromatography using n-hexane eluent: ethyl acetate (8: 2), obtained 4 fractions which were FA, FB, FC, and FD. Fraction B (FB) provides the highest value of toxicity LC 50 value of 72.44 ppm. Identification of isolates FB conducted by phytochemical test that indicates that the presence of steroid compounds. Keywords : Clathria (Thalysias) sp sponge, methanol extract, toxicity test 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar dengan dua pertiga bagian wilayahnya berupa lautan sehingga memiliki sumber daya alam hayati laut yang sangat melimpah [1]. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan kekayaan keanekaragaman (biodiversity) hayati laut tertinggi di dunia [2]. Keanekaragaman hayati perairan laut Indonesia memberi peluang untuk memanfaatkan biota laut dalam pencarian metabolit sekunder senyawa bioaktif baru, salah satunya adalah spons. spons merupakan salah satu komponen biota penyusun terumbu karang yang mempunyai kandungan beberapa senyawa dengan persentase bioaktifnya lebih besar dibanding dengan senyawasenyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan darat [3] Spons menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang tinggi serta memiliki kemampuan untuk mensintesis bermacam- 50

macam komponen organik seperti polyketida, alkaloid, peptida dan terpene [4]. Komponen organik tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku obat-obatan [5]. Oleh karena itu saat ini mulai banyak dilakukan penelitian tentang bahan obat yang berasal dari spons laut, salah satunya adalah spons jenis Clathria (Thalysias) sp. Beberapa penelitian tentang potensi metabolit sekunder yang dimiliki spons asal perairan di Indonesia antara lain spons Aaptos sp dari kelas Demospongiae yang hidup di sekitar Taman Laut Bunaken telah dibuktikan mengandung senyawa golongan alkaloid naftiridin yang dilaporkan mempunyai aktivitas sitotoksik, antiviral dan antioksidan [6]. Setyowati et al (2007) melaporkan telah berhasil mengisolasi senyawa bersifat sitotoksik tehadap sel tumor myeloma dari spons kaliapsis sp asal pulau menjangan Bali Barat [7]. Senyawa Microcionamides A dan Microcionamides B yang merupakan senyawa golongan peptida dari spons Clathria (Thalysias) abietina menunjukkan sitotoksisitas yang signifikan terhadap sel tumor payudara [8]. Dari perairan Indonesia telah diisolasi suatu senyawa aktif katirimin dari spons Clathria basilana yang aktivitas farmakologinya sebagai antimikroba [9]. Semakin banyaknya kasus kematian akibat penyakit kanker menyebabkan terus dikembangkannya obat yang dapat menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker dalam tubuh. Hal ini menyebabkan kebutuhan obat baru antikanker semakin mendesak, karena obat obatan yang dipakai selama ini disamping harganya mahal juga selektivitasnya masih rendah [9] sehingga mendorong banyak orang untuk beralih ke pengobatan dengan menggunakan bahan-bahan yang berasal dari alam dengan tujuan mendapatkan khasiat yang lebih besar dan efek toksik yang seminimal mungkin [10]. Dalam penelitian ini sebagai skrining awal senyawa antikanker maka metode yang adalah dalam derajat p.a dan teknis yang telah didestilasi seperti : metanol, n-heksana, etilasetat, kloroform, akuades, silika gel dapat dipergunakan adalah metode Brine Shrimp lethality Test (BSLT) yaitu uji toksisitas senyawa terhadap larva udang Artemia salina L. Hasil uji BSLT merupakan salah satu metode uji toksisitas yang banyak digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif yang bersifat toksik dari bahan alam. Metode ini telah dibuktikan memiliki korelasi dengan daya sitotoksik senyawa-senyawa antikanker. Selain itu, metode ini mudah, murah, cepat dan cukup akurat. Metode ini dilakukan dengan menentukan besarnya LC 50 selama 24 jam [11] Pada uji pendahuluan telah dilakukan uji toksisitas ekstrak metanol dan etanol spons Clathria (Thalysias) sp terhadap larva Artemia salina L. Berdasarkan uji pendahuluan tersebut diperoleh bahwa ekstrak metanol dan etanol spons Clathria (Thalysias) sp memiliki nilai toksisitas dengan LC 50 masing-masing sebesar 30,19 ppm dan 42,66 ppm. Dari skrining awal senyawa antikanker dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) menyatakan adanya dugaan bahwa spons Clathria (Thalysias) sp memiliki potensi sebagai senyawa antikanker. Dengan demikian, pada penelitian ini dilakukan uji toksisitas terhadap larva Artemia salina Leach pada isolat yang difraksinasi dari ekstrak metanol spons Clathria (Thalysias) sp. 2. PERCOBAAN 2.1 Bahan dan Peralatan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah spons Clathria (Thalysias) sp yang diperoleh dari perairan Sanur, Bali. Penyiapan bahan meliputi pengumpulan bahan, pembersihan, dan pemotongan bahan. Bahan biologi sebagai uji toksisitas adalah larva Artemia salina L., sedangkan bahan bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini GF 254, silika gel 60, Dimetil Sulfoksida (DMSO), kalsium klorida anhidrat (CaCl 2 ), asam asetat anhidrat, NaOH 10%, asam sulfat 51

pekat, asam klorida pekat, kalium iodida, pereaksi Liebermann-Burchard, pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorff, dan besi (III) klorida. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat gelas, neraca analitik, blender, pisau, penguap putar vakum, lampu UV, seperangkat alat kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kolom, desikator, bak kaca/akuarium, plastik hitam, pipet tetes, tabung reaksi, pipet mikro dengan berbagai ukuran dan kertas saring, 2.2 Prosedur Kerja 2.2.1 Ekstraksi dan Partisi Spons Clathria (Thalysias) sp sebanyak 2800 gram diekstraksi secara maserasi dengan metanol sampai terendam. Setiap 24 jam filtratnya disaring dan ampasnya dimaserasi lagi dengan metanol. Ekstraksi dilakukan sampai diperkirakan semua metabolit terekstrak. Semua filtrat metanol diuapkan menggunakan penguap putar vakum (rotary vacuum evaporator) sampai menghasilkan ekstrak kasar (crude extract) metanol. Sebanyak 19,31 gram crude ekstrak metanol dilarutkan dalam air sebanyak 5 x 50 ml sampai semua ekstrak larut. Ekstrak air ini dipartisi dengan n- heksana (5 x 50 ml). Ekstrak n-heksana (EH) dikumpulkan dan residunya (ekstrak air) dipartisi kembali dengan kloroform (5 x 50 ml). Kemudian ekstrak kloroform (EK) dan ekstrak air (EA) dikumpulkan. Ketiga ekstrak (EH, EK, dan EA) diuapkan menggunakan penguap putar vakum sehingga diperoleh ekstrak kental n-heksana (EH), ekstrak kental kloroform (EK), dan ekstrak kental air (EA). Ketiga ekstrak ini selanjutnya diuji toksisitasnya. 2.2.2 Uji Toksisitas dengan Metode BSLT Uji toksisitas dengan larva Artemia salina L., mengikuti metode Meyer [11]. Media untuk larva dibuat dengan menyaring air laut secukupnya. Air laut dimasukkan dalam akuarium yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu satu bagian dibuat gelap dalam akuarium yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu satu bagian dibuat gelap dengan cara ditutup menggunakan kertas hitam dan bagian yang lain dibiarkan terbuka. Telur Artemia salina L., diletakkan secukupnya pada bagian yang gelap dan dibiarkan selama 48 jam sehingga telur menetas dan siap digunakan untuk pengujian. Seberat 20 mg ekstrak dilarutkan dengan 2 ml pelarut. Larutan diambil sebanyak 500 μl, 50 μl, dan 5 μl. selanjutnya masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan pelarutnya diuapkan. Setelah pelarutnya menguap, maka ke dalam masing-masing tabung reaksi tadi ditambah 50 μl dimetilsulfoksida (DMSO), 1 ml air laut, dan 10 ekor larva udang. Kemudian ditambah air laut sampai volumenya 5 ml sehingga dicapai konsentrasi ekstrak 1000 ppm, 100 ppm, dan 10 ppm. Masing-masing konsentrasi diulang sebanyak 3 kali. Konsentrasi 0 ppm juga dibuat sebagai kontrol tanpa penambahan ekstrak. Masing-masing tabung reaksi ditutup dengan aluminium foil yang dilubangi kecil-kecil. Setelah 24 jam, dilakukan pengamatan terhadap kematian larva Artemia salina L,. Jumlah larva yang mati dicatat, kemudian dilakukan analisis data untuk mencari konsentrasi kematian (LC 50 ). Ketiga ekstrak diatas diuji toksisitasnya. Ekstrak yang memperlihatkan toksisitas paling tinggi selanjutnya dipisahkan dan dimurnikan 2.2.3 Pemisahan dan Pemurnian Pemisahan dan pemurnian dilakukan dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan kromatografi kolom dengan menggunakan fasa diam silika gel 60 (70-230 mesh ASTM). Eluen yang digunakan pada kromatografi kolom adalah n-heksan : etil asetat (8:2). Kemudian isolat hasil kolom diuji toksisitasnya terhadap larva Artemia salina L. Fraksi yang paling toksik diidentifikasi kandungan kimianya dengan uji fitokimia. dengan cara ditutup menggunakan kertas hitam dan bagian yang lain dibiarkan 52

terbuka. Telur Artemia salina L., diletakkan secukupnya pada bagian yang gelap dan dibiarkan selama 48 jam sehingga telur menetas dan siap digunakan untuk pengujian. Seberat 20 mg ekstrak dilarutkan dengan 2 ml pelarut. Larutan diambil sebanyak 500 μl, 50 μl, dan 5 μl. selanjutnya masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan pelarutnya diuapkan. Setelah pelarutnya menguap, maka ke dalam masing-masing tabung reaksi tadi ditambah 50 μl dimetilsulfoksida (DMSO), 1 ml air laut, dan 10 ekor larva udang. Kemudian ditambah air laut sampai volumenya 5 ml sehingga dicapai konsentrasi ekstrak 1000 ppm, 100 ppm, dan 10 ppm. Masing-masing konsentrasi diulang sebanyak 3 kali. Konsentrasi 0 ppm juga dibuat sebagai kontrol tanpa penambahan ekstrak. Masing-masing tabung reaksi ditutup dengan aluminium foil yang dilubangi kecil-kecil. Setelah 24 jam, dilakukan pengamatan terhadap kematian larva Artemia salina L,. Jumlah larva yang mati dicatat, kemudian dilakukan analisis data untuk mencari konsentrasi kematian (LC 50 ). Ketiga ekstrak diatas diuji toksisitasnya. Ekstrak yang memperlihatkan toksisitas paling tinggi selanjutnya dipisahkan dan dimurnikan 2.2.4 Identifikasi Isolat Toksik dengan Uji Fitokimia Identifikasi senyawa pada isolat toksik relatif murni dilakukan dengan uji golongan senyawa kimia (uji fitokimia). Uji fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi pendeteksi golongan senyawa [12], meliputi : a. Flavonoid - Tes dengan NaOH 10% 0,02 g sampel + beberapa tetes pereaksi NaOH 10%, reaksi positif apabila terjadi warna menjadi coklat. b. Alkaloid - Tes Dragendorff 0,02 g sampel + HCl 0,1 N + beberapa tetes pereaksi Dragendorff, reaksi positif apabila terdapat endapan warna merah. c. Triterpenoid dan Steroid - Tes Liebermann-Burchard 0,02 g sampel + pereaksi Liebermann- Burchard, reaksi positif apabila terjadi warna menjadi ungu-merahcoklat untuk triterpenoid dan warna biruhijau untuk steroid. d. Saponin 0,02 g sampel + 10 ml H2O panas, reaksi positif bila terbentuk busa stabil kira-kira 10 detik setelah dikocok kuatkuat dan tidak hilang bila ditambahkan asam klorida encer. e. Polifenol 0,02 g sampel + beberapa tetes pereaksi FeCl3 1%, reaksi positif apabila terjadi warna menjadi ungu, biru atau hitam yang kuat. 3. HASIL dan PEMBAHASAN 3.1 Ekstraksi dan Partisi Hasil ekstraksi metabolit diperoleh ekstrak kental metanol sebanyak 20,63 gram yang berwarna coklat kehitaman. Selanjutnya ekstrak metanol diuji toksisitasnya dan diperoleh nilai LC 50 sebesar 30,19 ppm. Ekstrak metanol tersebut dipartisi dengan 3 pelarut yaitu n-heksana, kloroform dan air. Hasil partisi ekstrak kasar methanol diperoleh ekstrak n-heksana (EH) sebanyak 1,93 gram yang berwarna kuning pekat, ekstrak kloroform (EK) sebanyak 2,48 gram yang berwarna coklat kehitaman dan menghasilkan 12,17 gram ekstrak air (EA) yang berwarna coklat muda. Selanjutnya ketiga ekstrak diatas(eh, EK dan EA) diuji toksisitasnya terhadap larva Artemia salina L, diperoleh hasil seperti pada Tabel 1. 53

3.2 Pemisahan dan Pemurnian Proses pemisahan dengan kromatografi kolom menggunakan fase diam silika gel 60 sebanyak 70 gram yang telah dikeringkan dalam oven pada suhu 100 o C selama 2 jam. Fase gerak yang digunakan adalah n-heksan : etil asetat (8:2). Pemisahan dengan kromatografi kolom menghasilkan empat fraksi F A, F B, F C, dan F D. Pada uji toksisitas terhadap larva Artemia Salina L menunjukkan Fraksi B memiliki nilai toksisitas paling tinggi dengan nilai LC 50 sebesar 72,44 ppm. Hasil uji toksisitas ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 1. Hasil Uji Toksisitas Masing Masing Ekstrak (n-heksan, kloroform, dan air) Terhadap Larva Artemia salina L. Nilai Sampel LC 50 (ppm) Ekstrak 173,78 n-heksan Ekstrak 64,57 Kloroform Ekstrak 234,42 Air Tabel 2. Hasil Uji Toksisitas Fraksi Hasil Kromatografi Kolom Terhadap Larva Artemia Salina L. Nilai Fraksi LC 50 (ppm) F A 186,21 F B 72,44 F C 165,96 F D 524,81 Fraksi B selanjutnya diidentifikasi kandungan senyawanya dengan uji fitokimia. 3.3 Identifikasi Isolat Spons (F B ) dengan Uji fitokimia Fraksi B spons Clathria (Thalysias diidentifikasi senyawanya secara fitokimia. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa fraksi C mengandung senyawa golongan steroid. Hasil skrining fitokimia disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Uji Fitokimia Untuk Fraksi F B Uji Fitokimia Alkoloid Flavonoid Triterpenoid / steroid Polifenol Saponin Perubahan Warna Hijau Busa hilang setelah penambahan HCl encer Kesimpulan Positif steroid 4. KESIMPULAN 1. Isolat (F B ) dari fraksi kloroform ekstrak metanol spons Clathria (Thalysias) sp bersifat toksik terhadap larva Artemia salina L. dengan nilai LC 50 sebesar 72,44 ppm. 2. Hasil uji fitokimia Isolat FB diduga mengandung senyawa steroid. 5. UCAPAN TERIMAKASIH Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penelitian ini. 6. DAFTAR PUSTAKA [1] Asro, M.,Yusnaini., dan Halili.2013. Pertumbuhan Spons (Stylotella aurantium) yang ditransplantasi pada berbagai Kedalaman. Jurnal Mina Laut Indonesia. Vol 01 No.01: 133-144 ISSN : 2303-3959 [2] Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 54

[3] Murniasih, T dan Rachmaniar, R. 1999. Isolasi Substansi Bioaktif Antimikroba dari Spons Asal Pulau Pari Kepulauan Seribu. Prosidings Seminar Bioteknologi Kelautan Indonesia I 98. Jakarta 14-15 Oktober 1998: 151-158. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jakarta. [4] Sjorgen, M. 2006. Antifouling Activity of Synthesized Peptide Analogs of the Sponge Metabolite Barettin. Peptides.27 ( 9 ): 2058-2064. [5] Amir, I. Dan Budiyanto, A.1996. Mengenal Spons Laut (Demospongiae) Secara Umum. Oceana,21,(2),15-31. [6] Widjhati, R.A., Supriono dan Subiantoro. 2004. Pengembangan senyawa bioaktif dari biota laut (review kegiatan penelitian biota laut di BPPT). Makalah dalam orum Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Indonesia. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta, 25 Maret 2004. P. 89-95 [7] Setyowati, E., 2007. Isolasi Senyawa Sitotoksik Spons Kaliapsis. Majalah Farmasi Indonesia,Volume 18(4) :183-189. [8] Davis, R.A., Mangalindan,G.C., Bojo,Z.P., Antemano,R.R., Rodriquez, N.O., Concepcion, G.P., Samsai, S.C., Guzman, D., Cruz.,L.J., Tasdemir, M.K.A., Feng, X., Carter, T.G and Ireland, C.M. 2004. Microcionamides A and B, bioactive peptides from the philippine sponge Clathria (Thalysias) Abietina. Journal Organic Chemistry, 69 (12) : 4170-4176 [9] Soediro, I., 1998. Produk Alam Hayati dan Prospek Pemanfaatannya di Bidang Kesehatan dan Kosmetika. Proseeding Seminar Bioteknologi Kelautan Indonesia, Jakarta. [10] Edianto, D. 2006. Kanker Serviks. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo: Jakarta. [11] Meyer, B.N, Ferrigni, N.R, and McLaughlin. 1982. Brine Shrimp: A Convenient General Bioassay for Active plant Constituents. Journal of Planta Medical Research, Volume 45, pp.31-34. [12] Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Penerbit ITB, Bandung. 55