ARTIKEL. Bagaimana menentukan rumus pasangan Triple Phytagoras. Markaban Januari 2015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

dokumen-dokumen yang mirip
Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun Oleh Tutur Widodo. (n 1)(n 3)(n 5)(n 2013) = n(n + 2)(n + 4)(n )

PENGERTIAN PHYTAGORAS

Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun 2012

KISI KISI SOAL TES DIAGNOSTIK MATERI PELAJARAN TEOREMA PYTHAGORAS

TEOREMA PYTHAGORAS. Contoh Hitunglah nilai kuadrat bilangan-bilangan berikut

Himpunan dan Sistem Bilangan Real

SETYONINGRUM. N. Untuk Kelas VIII SMP dan MTS

SILABUS PEMBELAJARAN

PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*)

Unit 4 KONSEP DASAR TRIGONOMETRI. R. Edy Ambar Roostanto. Pendahuluan

Sistem Bilangan Riil

MakALAH TEOREMA PYTHAGORAS

Bagian 1 Sistem Bilangan

Buku Pendalaman Konsep. Trigonometri. Tingkat SMA Doddy Feryanto

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat

Sistem Bilangan Real. Pendahuluan

Tabel 1. Rata-rata Nilai Ujian Nasional Secara Nasional

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Arief Ikhwan Wicaksono, S.Kom, M.Cs

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SELEKSI OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2005 TINGKAT PROVINSI

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Melalui kegiatan ini, aspek-aspek kemampuan pemecahan masalah sangat penting

UKURAN RUAS-RUAS GARIS PADA SEGITIGA SKRIPSI

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2013 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2014

KUMPULAN SOAL MATEMATIKA SMP KELAS 8

Sistem Bilangan Riil. Pendahuluan

PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU RAYON 44 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

PERSAMAAN DIOPHANTINE

BENTUK-BENTUK ALJABAR

Feni Melinda Safitri. Sudah diperiksa. Pengertian Teorema Phytagoras. Rumus Phytagoras

Pertemuan 9 : Interpolasi 1 (P9) Interpolasi. Metode Newton Metode Spline

TEKNIK MEMBILANG. b T U V W

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2007 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2008

SKIM PENYELESAIAN SOAL PYTHAGORAS PADA SEGITIGA BAGI SISWA SMP KELAS IX

Pembahasan Soal UN Matematika SMP Tahun Ajaran 2010/2011 Paket 12


SELEKSI OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2003 TINGKAT PROVINSI

Bab 1. Faktorisasi Suku Aljabar. Standar Kompetensi. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus.

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

3. Pembahasan: Cara pertama: Dengan mengurang satu bagian dengan bagian-bagian yang lain, yaitu:


SELEKSI OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2006 TINGKAT PROVINSI

Modul 2 SEGITIGA & TEOREMA PYTHAGORAS

Pembahasan OSN SMP Tingkat Nasional Tahun 2013 Bidang Matematika Oleh Tutur Widodo

Contoh-contoh soal induksi matematika

KUMPULAN SOAL OLIMPIADE MATEMATIKA Bagian Pertama

2. Pembahasan: Aturan penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan terlebih dahulu menyamakan penyebutnya.

Pembahasan OSN SMP Tingkat Nasional Tahun 2012

II. LANDASAN TEORI ( ) =

Perluasan Segitiga Pascal

Sumber Belajar 2x40mnt Buku teks. 2x40mnt. 2x40mnt. (2x + 3) + (-5x 4) (-x + 6)(6x 2) Tes tulis Tes uraian Berapakah: berikut: Teknik Bentuk

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA

SRI REDJEKI KALKULUS I

FAQ ALJABAR SMP KELAS 7

PREDIKSI UN 2012 MATEMATIKA SMP

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2014 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA Waktu : 210 Menit

Matriks - 1: Beberapa Definisi Dasar Latihan Aljabar Matriks

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA

MATEMATIKA EBTANAS TAHUN 1992

1 Sistem Bilangan Real

kombinasi antara aljabar dan geometri. Dengan membuat korespondensi antara

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

SOAL DAN SOLUSI PEREMPATFINAL KOMPETISI MATEMATIKA UNIVERSITAS TARUMANAGARA 2011

PAKET 1 CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN MATEMATIKA SMP/MTs

SMPIT AT TAQWA Beraqidah, Berakhlaq, Berprestasi

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

SOAL MATEMATIKA - SMP

Shortlist Soal OSN Matematika 2015

SILABUS PENGALAMAN BELAJAR ALOKASI WAKTU

MENDESAIN KERANGKA TEMPAT TIDUR GANDA DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP MATEMATIKA ABSTRACT

SOLUSI OSN MATEMATIKA SMP TINGKAT PROPINSI TAHUN 2004

Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 2013 Seleksi Tingkat Nasional Tutur Widodo

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

MA5032 ANALISIS REAL

PEMBAHASAN SOAL OSN MATEMATIKA SMP TINGKAT PROPINSI 2012 OLEH :SAIFUL ARIF, S.Pd (SMP NEGERI 2 MALANG)

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 TINGKAT PROVINSI

PAKET 1 CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN MATEMATIKA SMP/MTs

OSN Guru Matematika SMA

MA3231. Pengantar Analisis Real. Hendra Gunawan, Ph.D. Semester II, Tahun

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Representasi Matematis

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB II PERSAMAAN KUADRAT DAN FUNGSI KUADRAT

abcde dengan a, c, e adalah bilangan genap dan b, d adalah bilangan ganjil? A B C D E. 3000

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2004 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA TAHUN 2005

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA

GEOMETRI Geometri Dasar Oleh: WIDOWATI Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada

BAB III. PECAHAN KONTINU dan PIANO. A. Pecahan Kontinu Tak Hingga dan Bilangan Irrasional

KUMPULAN SOAL OLIMPIADE MATEMATIKA BAGIAN PERTAMA

Matematika IPA (MATEMATIKA TKD SAINTEK)

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

FAKTORISASI SUKU ALJABAR

Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar Tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004 di PPPG Matematika

BAB I. SISTEM KOORDINAT, NOTASI & FUNGSI

Bagian 2 Matriks dan Determinan

SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

Nama Peserta : No Peserta : Asal Sekolah : Asal Daerah :

Transkripsi:

ARTIKEL Bagaimana menentukan rumus pasangan Triple Phytagoras Markaban 19611151988031005 Januari 015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PPPPTK) MATEMATIKA YOGYAKARTA 1

Abstrak Jika pada suatu segitiga siku-siku, panjang sisi siku-sikunya adalah a dan b, dan panjang hipotenusa/sisi miring adalah c, maka dapat diturunkan rumus bahwa: a + b = c, yang dinamakan rumus Phytagoras. Pasangan bilangan yang memenuhi rumus tersebut dinamakan Triple Phytagoras. Dengan pengertian beda dari suatu barisan bilangan dan barisan tersebut diandaikan sebagai suatu fungsi yang dapat ditentukan operator bedanya. Untuk mempermudah pengertian beda (selisih) diatas dapat dibuat tabel beda sehingga dari empat pasang Triple Pythagoras yang sudah diketahui yaitu: (3,4,5); (5,1,13); (7,4,5) dan ( 9,40,41) dapat dibuat tabel beda yang dikaitkan dengan teorema Binomial dari Newton dapat diperoleh rumus pasangan Tripel Pythagoras Kata Kunci: Operator beda, Pasangan Triple Pythagoras, Teorema Binomial, Rumus Pasangan Triple Pythagoras

Bagaimana menentukan rumus pasangan Triple Phytagoras A. Latar Belakang Teorema Pythagoras sudah diajarkan di SMP, dalam hal ini guru telah menjelaskan kepada siswa tentang teorema phytagoras baik dengan permasalahan sehari-hari maupun dengan alat peraga. Untuk menunjukan teorema Pythagoras tersebut, ada juga guru yang meminta siswa menunjukkan dengan potongan persegi pada kedua kaki segitiga yang panjang sisinya a dan b seperti ditunjukkan pada gambar, kemudian bagaimanakah caranya untuk menyusun potongan tersebut sehingga menutupi persegi pada hiputenusa, hal ini sering ditunjukkan misalnya dengan alat peraga seperti berikut ini a a b b c c Dari permasalahan tersebut siswa dapat dengan mudah untuk menuliskan rumus teorema Phytagoras tersebut yaitu: a c Jika pada suatu segitiga siku-siku, panjang sisi sikusikunya adalah a dan b, dan panjang hipotenusa/sisi miring adalah c, maka dapat diturunkan rumus bahwa: a + b = c b Teorema Pythagoras tersebut dapat dengan mudah dipahami oleh siswa, tetapi persyaratan yang menyangkut segitiga siku-siku ini kadang-kadang kurang diperhatikan yaitu yang terkait dengan Triple Pythagoras, sehingga pasangan Triple Pythagoras baik oleh siswa SMP maupun SMA/K masih bnyak yang belum mengerti cara memperolehnya. Malah kadang-kadang dari gurunya sendiri kurang memperhatikan bahwa suatu segitiga siku-siku ketiga sisinya harus memenuhi pasangan Triple Pythagoras. Hal ini pernah ada kejadian seorang guru yang memberi tugas latihan soal kepada muridnya sebagai berikut: Segitiga siku-siku ABC mempunyai sisi-sisi AC=4, BC=6 dan AB=8. Tentukan besar sudut A.. Memang tidak ada yang aneh dalam soal 3

yang diberikan oleh guru tersebut dan guru tersebut tidak merasa bersalah, dikarenakan guru tersebut kemungkinan kurang memperhatikan tentang Triple Pythagoras. Dari kejadian seorang guru tersebut kemungkinan untuk mencari pasangan Triple Pythagoras baik oleh siswa maupun guru masih banyak yang belum mengetahui rumus untuk Triple Pythagoras sehingga mudah cara memperoleh pasangannya. Yang menjadi permasalahan adalah Bagaimana cara menentukan rumus pasangan Triple Pythagoras?. Hal ini perlu diketahui oleh siswa SMP maupun SMA/K agar mengerti cara memperoleh pasangan Triple Pythagoras, juga agar jangan sampai ada guru memberi soal kepada siswanya seperti kejadian tersebut di atas. B. Pembahasan Perhatikan pengerjaan dari beda (selisih) dari suatu barisan, 6, 19, 46, 9, sampai diperoleh selisih tetap berikut ini : 6 19 46 9 bedanya 4 13 7 46 bedanya 9 14 19 5 5 selisih tetap = 5 Pada beda hingga ini peubah bebas berubah dengan loncat berhingga, misalnya data ekonomi, diberikan laporan berkala: harian, bulanan, tahunan sehingga berupa seperti barisan bilangan, teatpi pada Kalkulus Diferensial dan Integral yang biasa kita kenal, bahwa peubah bebasnya berubah secara kontinu dalam suatu interval atau selang. Misalkan ada fungsi t yang nilainya f(t) pada waktu t dan bernilai f(t+1) pada waktu (t+1) maka beda tingkat satu didefinisikan: f(t) =f(t+1) f(t) disebut operator beda tingkat satu Sekarang andaikan U fungsi dari t ditulis U t sehingga persamaan diatas dapat ditulis: U t = U t+1 -U t atau apabila fungsi dari, maka dapat dinyatakan dengan U = U +1 U. Untuk beda tingkat dua diperoleh: U = { U )}= (U +1 U ) = U +1 U disebut operator beda tingkat dua Untuk beda tingkat tiga didapat: 3 U = { U )} Dan seterusnya sehingga beda tingkat ke-n: n U = { n-1 U } 4

n disebut operator beda tingkat n Dengan demikian untuk mempermudah pengertian beda (selisih) diatas dapat dibuat tabel sebagai berikut: U U U 3 U 4 U 0 U 0 U 0 1 U 1 U 0 U U 1 U 1 3 U 0 4 U 0 3 U 3 U U 3 U 1 4 U 1 4 U 4 U 3 U 3 3 U 5 U 5 U 4 Apabila tabel tersebut kita perhatikan, maka terdapat hubungan bahwa: U = U +1 U atau U +1 = ( 1 + ) U maka: U 1 = ( 1 + ) U 0 U = ( 1 + ) U 0 : U n = ( 1 + ) n U 0 Sekarang bagaimana mencari bentuk umum dari hubungan U n tersebut diatas, ternyata kita dapat mengaitkan dengan Teorema Binomial dari Newton sehingga hubungan diatas dapat kita namakan interpolasi Newton. Kita telah mengetahui bahwa Teorema Binomial menyatakan bahwa: n (a + b) n = C( n, r) a n r b r r = 0 = a n n + a n-1 n( n 1) b + 1 1. a n- b n( n 1)( n ) + a n-3 b 3 + + b n. 1..3 Sebagai contoh: ( + 3) 4, di sini a = dan b = 3 maka di dapat: ( + 3) 4 = 4 + 4 3. 3 + 4.3 1.. 3 + 4.3. 1..3 = 4 + 1 3 +54 + 108 + 81 1. 3 3 + 3 4 5

Apabila (a + b) n n! maka suku ke-r dari bentuk itu adalah ( n r + 1)! ( r 1)! a n-r+1 b r-1 sehingga bentuk suku keempat dari bentuk (a- b) 7 dapat dijelaskan sebagai berikut: 7! Karena n =7 dan r = 4 didapat : a 7-4+1 (- b) 4-1 = (7 4 + 1)! (4 1)! 7! 4!3! a 4 (-b) 3 7.6.5.4.3..1 4.3..1. 3..1 a 4 (-b) 3 = - 35 a 4 b 3 Teorema Binomial tersebut di atas koefisien binomilal dari sembarang sukunya adalah C(n,r) atau n r dimana n n! n =, sehingga bentuk koefisien binomial r r! ( n r)!, 0 n n, 1 dan seterusnya, sehingga dapat ditulis menjadi: (a + b) n n = a n n + a n-1 b 1 n + a n- b n + a n-3 b 3 n +... + b n 0 1 3 n Dengan Teorema Binomial tersebut, maka bentuk persamaan diatas dapat dinyatakan sebagai berikut: n( n 1) U n = U 0 + n U 0 + U 0 +... Kita juga telah mengetahui bahwa: n! (n faktorial) didefinisikan sebagai hasil kali dari bilangan-bilangan bulat positif dari 1 sampai dengan n yang dinotasikan n!. Jadi n! = n.(n -1).(n -). (n -3).... 3..1 Didefinisikan: 1! = 1 dan 0! = 1 Didefinisikan pula bahwa untuk n bilangan positif bulat (n) yang dibaca, n faktorial adalah: (n) = (-1)(-)(-3)...( -n 1) dan (0) = 1 Sebagai contoh: a). 5! = 5.4.3..1 = 10 b). = (-1) = c). (n) = ( + 1) (n) - (n) = [( + 1)()( 1)( )... { (n 1) + 1}] [()( 1)( )... { (n )}{ (n 1)}] = n (n-1) Dengan demikian secara umum dapat kita nyatakan bahwa: Jika U adalah sebuah polinomial derajat n dalam, maka U dapat ditulis dalam bentuk: 6

U = U 0 + U 0 1! = U 0 + (1) U 0 + (1) + U 0 U 0 +... atau (3) 3 U 0 +...+ 3! ( n ) n U 0 n! Dengan cara aljabar dan sedikit pengantar pengertian beda (selisih) hingga diharapkan dapat mengatasi kesulitan tentang cara memperoleh Triple Pythagoras itu. Untuk menentukan rumus Triple Pythagoras ini kita dapat mengambil beberapa pasang Tripel Pythagoras, misalkan kita dapat mengambil dari empat pasang Triple Pythagoras yang sudah biasa kita kenal yaitu: (3,4,5); (5,1,13); (7,4,5) dan ( 9,40,41) dari keempat pasang tersebut andaikan kita misalkan Triple Pythagorasnya dengan urutan A, B dan C atau dinotasikan dengan (A,B,C), sehingga dapat kita buat tabel beda hingga untuk masing-masing A, B dan C tersebut sebagai berikut: A A A 3 A 0 3 1 5 0 0 7 0 3 9 Dari tabel disamping terlihat bahwa : A 0 = 3, A 0 =, A 0 = 0 dan 3 A 0 = 0 Maka dengan teorema Newton diatas dapat diperoleh: A = A 0 + (1) A 0 = 3 + (1). = 3 + Jadi A = + 3 B B B 3 B 0 4 8 1 1 4 1 0 4 4 16 3 40 Dari tabel disamping terlihat bahwa : B 0 = 4, B 0 = 8, B 0 = 4 dan 3 B 0 = 0 Maka dengan teorema Newton diatas dapat diperoleh: B = B 0 + (1) B 0 + B 0 = 4 + (1). 8 +. 4 = 4 + 8 +.(-1) = 4 + 6 + Jadi B = + 6 + 4 7

C C C 3 C 0 5 8 1 13 4 1 0 5 4 16 3 41 Dari tabel disamping terlihat bahwa : C 0 = 5, C 0 = 8, C 0 = 4 dan 3 C 0 = 0 Maka dengan teorema Newton diatas dapat diperoleh: C = C 0 + (1) C 0 + C 0 = 5 + (1). 8 + = 5 + 8 +.(-1) = 5 + 6 + Jadi C = + 6 + 5. 4 Setelah pasangan tersebut diatas yang telah didapatkan dicek apakah hubungan A, B dan C berlaku A + B = C, maka ternyata benar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rumus pasangan Triple Pythagoras adalah: A = + 3, B = + 6 + 4 dan C = + 6 + 5 Dari rumus diatas, misalnya akan mencari tujuh pasang Triple Pythagoras, maka didapat pasangan Triple Pythagoras: (3,4,5); (5,1,13); (7,4,5), (9,40,41), (11,60,61), (13,84,85), dan (15,11,113). Sekarang apakah pasangan (4,7½,8½) merupakan pasangan Triple Pythagoras? Ternyata dengan menggunakan teorema Pythagoras berlaku, sehingga jawabannya adalah ya, dan ini juga memenuhi rumus diatas dengan mengambil = ½. C. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Andaikan pasangan Triple Pythagoras dengan urutan A, B dan C atau dinotasikan dengan (A,B,C), maka rumus pasangan Triple Pythagoras dinotasikan dengan (A,B,C ) yang hubungan antara A, B dan C memenuhi teorema Pythagoras A + B = C yaitu: A = + 3, B = + 6 + 4 dan C = + 6 + 5 yang berlaku untuk 0 Saran: Dalam materi pembelajaran teorema Pythagoras, ditekankan bahwa berlaku hanya dalam segitiga siku-siku sehingga ketiga sisinya mengacu pada pasangan yang dinamakan Triple Pythagoras. Untuk menjelaskan materi tersebut sebagai seorang guru hendaknya mulai dari masalah-masalah kontekstual sehingga tidak hanya bersifat hafalan.dan dapat dikembangkan yang lain terkait dengan materi teorema Pythagoras. 8

D. Referensi: 1. Arthur F.Coford dan Joseph N.Payne (1984). Advanced Mathematics a Preparation for Calculus, Harcourt Brace Jovanovich, Florida. Soehardjo, (1996), Matematika, FMIPA-ITS, Surabaya 9