BAB I PENDAHULUAN. pada khususnya, maka kebutuhan akan pendanaan menjadi hal yang utama bagi

dokumen-dokumen yang mirip
AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI


Modul ke: Manajemen Perpajakan 06FEB. Samsuri, SH, MM. Fakultas. Program Studi Akuntansi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. a. Pengertian Lembaga Pembiayaan. Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan, Lembaga Pembiayaan adalah

KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK

NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD

ABSTRAK. Kata kunci : Leasing, kredit dari bank. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. melalui penanaman barang modal. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat

ABSTRAK. Keywords: peranan, sewa guna usaha (leasing), penerimaan pajak. vii. Universitas Kristen Maranatha

MAKALAH HUKUM PERIKATAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan aktiva tetap seperti peralatan, mesin, tanah, gedung, kendaraan dan

MENTERI KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1169/KMK.01/1991 T E N T A N G KEGIATAN SEWA-GUNA-USAHA(LEASING)

Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara perolehan aktiva operasi adalah dengan Sewa Guna Usaha (SGU) atau

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG PPN DAN PPnBM UU NO 8 TAHUN 1983 stdtd UU NO 18 TAHUN 2000 & UU NO 42 TAHUN 2009

PINJAMAN BERJANGKA DAN SEWA GUNA USAHA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S - 376/PJ.02/2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai jumlah aset tetap yang cukup signifikan dalam laporan keuangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan Infrastruktur. Dijelaskan juga bahwa sampai dengan akhir tahun

BAB I PENDAHULUAN. canggih sehingga tanpa disadari juga berpengaruh kedalam dunia usaha.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN. menerus atau teratur (regelmatig) terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif

DAFTAR ISI ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar

BAB II LANDASAN TEORI

PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA CAPITAL LEASE DALAM RANGKA PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN FISKAL SKRIPSI

Tabel 5.1. Daftar Jenis Kendaraan CV. METROPOLITAN HOME. Umur Manfaat. B. Perbandingan Perolehan Kendaraan melalui Pembelian Tunai, Kredit

BAB II LANDASAN TEORI. Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB II LANDASAN TEORI. suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna

BAB II LANDASAN TEORITIS. Leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum sebagai

Gerson Philipi Rianto F

BAB I PENDAHULUAN. Sewa guna usaha (leasing) adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang

LEASING (SEWA-GUNA-USAHA) Pengertian

PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak)

Universitas Tarumanagara 19 September 2014

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana pokok kebutuhan utama pengembangan usaha. Sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasca krisis tahun 1997, dengan kebijakan tersebut pemerintah berusaha

BAB V PENUTUP. 1. Kebutuhan masyarakat akan kendaraan bermotor saat ini mudah diperoleh dengan cara

2012, No.4 2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pel

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 04/PJ.

I. PENDAHULUAN. Bisnis alat berat / alat konstruksi semakin bergairah seiring dengan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG

Lembaga Pembiayaan. Copyright by Dhoni Yusra

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

ANALISIS PERENCANAAN PAJAK ATAS PEROLEHAN ALAT BERAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPh TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT APMS)

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi

Bab 10 PERUSAHAAN MODAL ASING (PMA) YANG MENGGUNAKAN BAHASA ASING DAN MATA UANG SELAIN RUPIAH

NAMA : SEPTIYANA NPM : JURUSAN : MANAJEMEN (KEUANGAN) PENGERTIAN LEASING

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PENDAHULUAN. untuk mencari laba / memaksimalkan profit. Selain itu, tujuan lain juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang bagi perusahaan. Mengingat bahwa tujuan dari pengadaan

bahwa menurut Terbanding, dasar Terbanding melakukan koreksi karena:

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan : Put-87849/PP/M.XVA/99/2017. Jenis Pajak : Gugatan Masa Pajak : 2009 Pokok Sengketa

PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA AKTIVA TETAP DENGAN METODE HAK OPSI (Studi Kasus Pada PT. Sinar Karya Cahaya Gorontalo) Oleh

Pegadaian dan Sewa Guna Usaha

SEWA GUNA USAHA. Statement of Financial Accounting Standards No. 13 mengelompokkan sewa guna usaha menjadi :

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan

BAB 1 AKUNTANSI untuk SEWA GUNA USAA (LEASING)

MAKALAH LEASING. Diajukan dan dipersentasikan. pada mata kuliah Seminar Manajemen Keuangan. Di bawah bimbingan : Wahyu Indah Mursalini, SE, MM

PPN TRANSAKSI LINTAS BATAS MENURUT UU PPN Oleh: Winarto Suhendro (Staf Pengadilan Pajak)

PA JAK PENGHASILAN F INAL

I. PENDAHULUAN. yang melibatkan para investor dan kontraktor asing. Kalau jumlah proyek-proyek skala besar yang berorientasi jangka panjang

STIE DEWANTARA Manajemen Leasing, Dana Pensiun & Modal Ventura

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH 2009

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghasilkan output yang baik berupa barang maupun jasa. Salah satu. faktor-faktor produksi tersebut adalah aktiva tetap.

Pegadaian dan sewa guna usaha (leasing)

PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DENGAN METODE CAPITAL LEASE

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengalami pertumbuhan di segala aspek, diantaranya adalah aspek

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sistem pasar dan model investasi menjadi acuan seberapa besar potensi laba dan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam rangka mempertahankan kelangsungan dan tujuan perusahaan

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM

BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT. Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang cukup berkembang di

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 522/KMK.04/2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AKUNTANSI PROPERTY INVESTASI

BAB III METODE PENELITIAN

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PELAYANAN PAJAK... NOMOR : KEP-...

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan kurang fleksibel dalam melakukan fungsinya. Sehingga

PEMBIAYAAN IJARAH MUNTAHIYA BITAMLIK

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA LEASING DENGAN ANGSURAN (KREDIT) MOBIL PADA USAHA RENTAL MOBIL PT. WAHANA INDONESIA TRANSPORT

SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Februari 1974, tentang Perizinan Usaha Leasing, mendorong pelaku bisnis jasa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya dunia bisnis pada umummya dan dunia industri pada khususnya, maka kebutuhan akan pendanaan menjadi hal yang utama bagi kalangan pengusaha untuk mengembangkan usahanya dan meningkatkan mutu produknya. Dalam rangka memenuhi kebutuhan dana tersebut, saat ini semakin banyak orang yang mendirikan lembaga pembiayaan non bank yang bergerak dibidang penyediaan dana atau barang. Salah satu lembaga pembiayaan yang berkembang pada saat ini adalah sewa guna usaha atau biasa disebut juga leasing. Saat ini leasing merupakan salah satu cara perusahaan memperoleh asset atau kepemilikan tanpa harus melalui proses berkepanjangan. Alat-alat produksi merupakan komponen utama atau komponen pokok yang keberadaannya mutlak diperlukan dalam kegiatan industri. Dilihat dari sisi investasi, pengadaan alat-alat produksi memerlukan dana yang relatif besar. Pada umumnya pengadaan alat-alat produksi ini dibiayai dengan kredit bank, namun dalam keadaan tertentu, pembiayaan melalui kredit bank dianggap kurang menguntungkan. Jia dibandingkan dengan kredit perbankan, pembiayaan leasing lebih memberikan keunggulan secara ekonomi diantaranya adalah tidak perlu menyediakan jaminan, pembiayaan penuh 100% tanpa uang muka dan pembayaran angsuran relatif fleksibel. Perusahaan dengan status Penanaman Modal Asing (PMA) dalam melakukan usahanya diatur oleh suatu aturan khusus yang berbeda dengan aturan yang berlaku bagi 1

perusahaan pada umumnya. Salah satu aturan yang berbeda tersebut adalah masalah peraturan perpajakan. Perusahaan dengan status PMA pada saat mendatangkan alat-alat produksi yang merupakan komponen utama perusahaan, maka pajak yang dikenakan relatif kecil bahkan beberapa komponen tertentu tarif pajaknya 0%. Pemerintah melalui Keputusan Menteri Keuangan No. 546/KMK.01/1997 tanggal 3 November 1997 memberikan pengaturan berupa pembebasan bea masuk atas impor mesin, barang dan jasa dalam rangka mendorong investasi dan efisiensi nasional. Pasal 2 KMK tersebut mengatur bahwa pembebasan bea masuk atas impor mesin dalam rangka pengembangan, meliputi mesin yang terkait langsung dengan kegiatan industri/industri jasa. Tarif pajak yang relatif rendah dan fasilitas lain yang diberikan oleh Pemerintah menyebabkan beberapa perusahaan dengan status PMA lebih memilih menggunakan modal perusahaan untuk pengadaan alat-alat produksi. Keuntungan menggunakan pilihan tersebut adalah berkurangnya modal kerja perusahaan. Perusahaan pada umumnya menggunakan fasilitas kredit atau fasilitas pembiayaan lainnya untuk keperluan modal kerjanya. Apabila perusahaan memilih menggunakan fasilitas kredit, maka perusahaan tersebut harus mempersiapkan jaminan. Masalah jaminan bukan hal yang mudah bagi perusahaan khususnya perusahaan dengan status PMA, maka beberapa perusahaan PMA lebih memilih untuk tidak menggunakan kredit bank tetapi lebih memilih menggunakan fasilitas pembiayaan lainnya. Salah satu alternatif yang dipilih adalah menjual alat-alat produksi yang dimiliki dan kemudian menyewa kembali alat-alat produksi tersebut untuk digunakan dalam proses produksi. Dengan cara seperti ini perusahaan memperoleh modal kerja tanpa harus memikirkan jaminan. 2

Pembiayaan dengan cara seperti tersebut di atas, pada kenyataannya dilakukan tidak hanya oleh lembaga keuangan bukan bank namun juga dilakukan oleh bank. Cara menjual alat-alat produksi dan kemudian menyewa kembali alat-alat produksi tersebut dikenal dengan istilah sale and lease back. Cara tersebut dikenal sebagai suatu teknik khusus di dalam Leasing. Sesuai dengan namanya, dalam transaksi ini lessee menjual barang yang dimilikinya kepada lessor dan atas barang tersebut dibuat kontrak leasing antara lessee dengan lessor. Perjanjian yang dibuat dengan mekanisme ini mempunyai tujuan agar lessor memberikan dana untuk keperluan lessee yang besarnya sama dengan nilai obyek barang lease. Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan mengatur bahwa dalam kegiatan sewa-guna-usaha, pengadaan barang modal dapat juga dilakukan dengan cara membeli barang Penyewa Guna Usaha yang kemudian disewagunausahakan kembali. Dalam pasal 4 (4) Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 1441b/KMK.04/1989 tanggal 25 Desember 1989 tentang Pengkreditan Pajak Masukan sebagaimana telah diganti dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 296/KMK.04/1994 tanggal 27 Juni 1994 juncto butir B.1.1.4 SE-10/PJ.42/1994 tanggal 22 Maret 1994 dinyatakan : "Tidak termasuk dalam pengertian pemindahtanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pemindahan hak dari lessee kepada lessor dengan cara sale and lease back dengan syarat, barang modal tersebut masih digunakan oleh lessee sebagai Pengusaha Kena Pajak" 3

Namun dalam perkembangannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 296/ KMK.04/1994 tanggal 27 Juni 1994 tersebut sejak tanggal 1 Januari 1995 dinyatakan tidak berlaku dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 643/KMK.04/1994 tanggal 29 Desember 1994. Terhitung sejak tanggal 1 Januari 1995, pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas pemindahtanganan barang modal atau penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan diatur dalam Pasal 16D Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (yang saat ini telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000). Sesuai dengan PSAK Nomor 30 poin b angka 6 untuk standar khusus akuntansi sewa-guna-usaha dengan hak opsi mengenai sales and lease back, transaksi tersebut harus diberlakukan sebagai 2 (dua) transaksi yang terpisah, yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa-guna-usaha. Perlakuan Pajak Penghasilan terhadap transaksi sales and lease back sebagaimana ditegaskan dalam Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-29/PJ.42/1992 tanggal 19 Desember 1992 dan Surat Dirjen Pajak Nomor S-133/PJ.33/1995 tanggal 11 September 1995 serta Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-04/PJ.33/1996 tanggal 26 Agustus 1996. Dalam Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-04/PJ.33/1996 tanggal 26 Agustus 1996 dijelaskan bahwa pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan secara Sales and Lease merupakan pemindahtanganan hak dengan 2 transaksi yaitu : transaksi penjualan harta dan transaksi sewa-guna-usaha. 4

Dalam Pasal 4A ayat (3) Undang-Undang PPN diatur bahwa jasa di bidang sewaguna-usaha dengan hak opsi tidak dikenakan PPN. Juga dalam Pasal 15 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tanggal 27 November 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing) diatur bahwa : "Atas penyerahan jasa dalam transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi dari Lessor kepada Lessee, dikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai" Memperhatikan ketentuan Pasal 16D Undang-Undang PPN maupun ketentuan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006, maka perlakuan perpajakan khususnya PPN atas transaksi sale and lease back adalah sebagai berikut : - Penjualan barang modal dari lessee kepada lessor terutang PPN Pasal 16D. - Terhadap lease back atau leasing kembali oleh lessee dengan cara leasing biasa diberlakukan ketentuan leasing biasa seperti dijelaskan sebelumnya. - Penyerahan jasa (pembiayaan) transaksi sewa guna usaha dari lessor kepada lessee dikecualikan dari pengenaan PPN. Dengan demikian dalam hal transaksi Financial Lease dan Sale and Lease Back, Wajib Pajak (lessee maupun lessor) akan lebih mudah dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. Alat-alat produksi dalam usaha perindustrian dapat berupa benda bergerak berwujud yang terdaftar maupun tidak terdaftar. Apabila alat-alat produksi tersebut dijual, maka untuk peralihan hak milik harus ada levering (penyerahan). Di lihat dari pembedaan benda, cara levering (penyerahan) masing-masing benda tersebut berbeda. Adanya peralihan hak milik menjadi syarat mutlak agar dapat dilakukan tahap menyewa kembali. 5

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan pelaku usaha menjual alat-alat produksi dan kemudian melakukan lease? 2. Apakah penjualan alat-alat produksi dan me-lease kembali di dalam praktek Perjanjian Pembiayaan dapat dikualifikasi sebagai sale and lease back? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Obyektif Penelitian ini bertujuan untuk : a. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pelaku usaha menjual alat-alat produksi dan kemudian melakukan lease terhadap alat-alat produksi yang dijualnya. b. Mengetahui kualifikasi penjualan alat-alat produksi dan me-lease kembali dalam praktek Perjanjian Pembiayaan. 2. Tujuan Subyektif Untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat guna penyusunan tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 pada Program Magister Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 6

D. Keaslian Penelitian Peneliti telah melakukan penulusuran terhadap hasil-hasil penelitian dan karyakarya ilmiah lainnya, namun tidak menemukan permasalahan yang sama dengan yang peneliti angkat dalam penelitian ini. Namun demikian terdapat beberapa hasil penelitian yang memuat sebagian unsur-unsur dari penelitian ini dan juga pengkajian permasalahannya tidak sama. Beberapa hasil penelitian tersebut antara lain : 1. Penelitian dengan judul Pembelian Kendaraan Bermotor Dengan Pembiayaan Leasing yang ditulis oleh Arif Budiarto mahasiswa Program Magister Hukum Universitas Gadjah Mada pada tahun 2010. Permasalahan dalam penelitian tersebut adalah perlindungan hukum terhadap para pihak dan pencantuman klausula baku dalam kaitannya dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen. 2. Penelitian dengan judul Perlindungan Hukum Konsumen Dalam Perjanjian Leasing Kendaraan Bermotor yang ditulis oleh Doni Mulyanto mahasiswa Program Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada pada tahun 2010. Permasalahan dalam penelitian tersebut adalah perlindungan hukum konsumen ditinjau dari Undang- Undang Perlindungan Konsumen dan upaya penyelesaian jika timbul sengketa diantara para pihak. Penelitian tentang Sale and Lease Back Dalam Praktek Perjanjian Pembiayaan ini sangatlah berbeda dengan ke dua penelitian tersebut di atas. Oleh karena itu, penelitian ini adalah asli. 7