JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1 Analisa Perubahan Tutupan Lahan Daerah Aliran Sungai Brantas Bagian Hilir Menggunakan Citra Satelit Multitemporal (Studi Kasus: Kali Porong, Kabupaten Sidoarjo) Aninda Nurry Malia F. 1) dan Ira Mutiara Anjasmara 2) Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: ira@geodesy.its.ac.id 2) Abstrak Perubahan tutupan lahan (land cover change) ditandai dengan adanya perubahan alih fungsi penggunaan lahan. Pada daerah aliran sungai perubahan tutupaan lahan sekitar daerah aliran sungai tersebut biasanya terjadi pada daerah sisi kanan dan kiri sungai yang digunakan sebagai pemukiman atau daerah industri (pabrik). Sungai Porong sebagai bagian dari Sungai Brantas yang sudah lama beralih fungsi sebagai tempat pembuangan luapan lumpur Lapindo telah banyak mengalami perubahan. Perubahan tersebut mempengaruhi kondisi air, pemukiman dan sosial ekonomi di wilayah tersebut. Untuk mengetahui besarnya perubahan tutupan lahan daerah tersebut dapat digunakan teknologi penginderaan jauh yang berbasis citra satelit menggunakan citra Landsat 7 dan citra Landsat 8. Penggunaan kedua citra yang berbeda tersebut dapat dikatakan sebagai citra multitemporal. Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui perubahan tutupan lahan yaitu dengan melakukan klasifikasi berdasarkan kemiripan maksimum (maximum likelihood). Hasil klasifikasi perubahan tutupan lahan daerah aliran sungai Porong tahun 2013 dikaji bersama rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Sidoarjo tahun 2009-2029 untuk dianalisa kesesuaiannya terhadap rencana pola ruang wilayah untuk pemukiman, perikanan, persawahan dan sempadan sungai. Kata Kunci Perubahan Tutupan lahan, Citra Multitemporal, Klasifikasi Maximum Likelihood. I. PENDAHULUAN D aerah aliran sungai (DAS) didefinisikan sebagai hamparan wilayah yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet) [1]. Pengelolaan DAS terlepas dari berbagai permasalahan, antara lain masalah penurunan sumberdaya alamiah, polusi dari berbagai sumber, serta konflik penggunaan lahan di sekitar DAS [2]. Kerusakan DAS dapat ditandai oleh perubahan perilaku hidrologi, seperti tingginya frekuensi kejadian banjir (puncak aliran) dan meningkatnya proses erosi dan sedimentasi. Untuk mengetahui besarnya perubahan tersebut dapat digunakan teknologi penginderaan jauh yang berbasis citra satelit seperti citra Landsat 7 dan citra Landsat 8. Penggunaan kedua citra yang berbeda tersebut dapat dikatakan sebagai citra multitemporal. Citra multitemporal merupakan citra yang memiliki resolusi temporal. Resolusi temporal adalah kemampuan suatu sistem untuk merekam ulang daerah yang sama. Landsat (Land Satellites) merupakan tertua dalam program observasi bumi yang dipelopori oleh NASA Amerika Serikat. Sistem satelit ini bernama ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite) yang pertama kali diluncurkan pada tanggal 23 Juli 1972 dan disusul ERTS-2 pada tahun 1975 [3]. Untuk pemetaan penutupan dan penggunaan lahan, data citra Landsat TM lebih dipilih daripada data citra multispektral yang lain karena terdapat band infra merah menengah [4]. Salah satu metode yang digunakan untuk mengidentifikasi perubahan tutupan lahan yaitu dengan melakukan klasifikasi. Pada identifikasi perubahan tutupan lahan klasifikasi yang digunakan yaitu klasifikasi terselia berdasarkan kemiripan maksimum. Klasifikasi berdasarkan kemiripan maksimum (maximum likelihood) merupakan strategi klasifikasi terselia dengan cara mengevaluasi kuantitatif varian maupun korelasi pola tanggapan spektral pada saat mengklasifikasikan pixel yang dikenal. Pada penelitian ini, data yang digunakan untuk mengamati perubahan tutupan lahan di daerah aliran sungai Porong yang berada di wilayah kabupaten Sidoarjo adalah data citra satelit Landsat 7 tahun 2002 dan Landsat 8 tahun 2013, sehingga dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat diketahui perubahan tutupan lahan serta kesesuaiannya terhadap rencana pola ruang yang telah dibuat oleh pemerintah kabupaten Sidoarjo dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tahun 2009-2029. II. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di Sungai Porong, Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan data landuse Sungai Porong milik Balai Besar Wilayah Sungai Brantas dan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo, sungai Porong terletak di lima Kecamatan yaitu Kecamatan Tarik, Kecamatan Prambon, Kecamatan Krembung, Kecamatan Porong dan Kecamatan Jabon. Secara geografis, Sungai Porong terletak pada 112.5-112.9 BT dan 7.3 LS-7.5 LS.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 2 Input Data Citra landsat 7 Wilayah Kali Porong tahun 2002 Input Data Citra Landsat 8 Wilayah Kali Porong tahun 2013 Komposit Warna (Color Composite) Komposit Warna (Color Composite) Cropping Area Cropping Area Peta RBI Kabupaten Sidoarjo tahun 1999 Koreksi Geometrik Koreksi Geometrik Peta RBI Kabupaten Sidoarjo tahun 1999 RMS E 1 piksel RMS 1 piksel ya ya Citra Terkoreksi Citra Terkoreksi Gambar 1. Lokasi Penelitian B. Data yang Digunakan Pada tugas akhir ini, data yang digunakan yaitu data citra satelit Landsat 7 tahun 2002 dan Landsat 8 tahun 2013. Data citra satelit tersebut dapat diunduh secara bebas di glovis.usgs.gov.us. Selain itu data lain yang digunakan yaitu peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Kecamatan Mojosari dan Porong tahun 1999 skala 1:25.000 untuk georeference pada citra serta data batas kecamatan Tarik, Prambon, Krembung, Porong, dan Jabon dengan format vektor. Groundtruth Perbaikan Citra (Image Enhancement) Klasifikasi Terbimbing Uji Ketelitian Klasifikasi 85% Perbaikan Citra (Image Enhancement) Klasifikasi Terbimbing Uji Ketelitian Klasifikasi 85% Groundtruth C. Tahapan Penelitian Pada proses pembuatan peta tutupan lahan Kali Porong tahun 2002 dan 2013 hal yang pertama dilakukan yaitu dengan melakukan koreksi geometrik pada citra dengan peta RBI sebagai data referensinya. Kemudian dilakukan pemotongan citra sesuai area studi penelitian. Untuk mengetahui perubahan tutupan lahan, metode yang digunakan yaitu klasifikasi terselia kemiripan maksimum (maximum likelihood). Proses klasifikasi ini dilakukan dengan menggunakan software ER Mapper 7.0. Langkah pertama adalah membuat training area, yaitu membuat poligon-poligon pada setiap kelas yang akan diklasifikasikan. Traning area dibuat menyebar dan merata terhadap tiap-tiap kelas yang mencakup seluruh daerah penelitian. Setelah itu dilakukan proses klasifikasi terselia. Kemudian dilakukan pemberian warna terhadap masing-masing kelas tutupan lahan hasil klasifikasi. Hasil dari proses klasifikasi tersebut yaitu peta tutupan lahan Kali Porong tahun 2002 dan 2013. Berdasarkan hasil peta tutupan lahan wilayah Kali Porong kemudian dilakukan kajian perubahan tutupan lahan wilayah Kali Porong berdasarkan data dan perencanaan lahan berdasarkan peraturan atau ketetapan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo tahun 2009-2029. Rencana Tata Ruang Wilayah Kab.Sidoarjo tahun 2009-2029 Peta Tutupan Lahan Wilayah Kali Porong dengan Landsat 7 tahun 2002 Overlay Peta Perubahan Tutupan Lahan Kali Porong Kajian Perubahan Tutupan Lahan Wilayah Kali Porong 2002-2013 dan Kesesuaian Penggunaan Lahan berdasarkan RTRW Kab.Sidoarjo Peta Tutupan Lahan Wilayah Kali Porong dengan Landsat 8 tahun 2013 Gambar 2. Diagram Alir Pengolahan Data
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 3 III. HASIL DAN ANALISA A. Koreksi Geometrik Koreksi geometrik merupakan koreksi yang dilakukan pada data citra yang memiliki distorsi atau kesalahan geometrik. Kesalahan ini dapat dikoreksi dengan menggunakan titik ikat medan (Ground Control Point/GCP), GCP adalah titik-titik atau kenampakan dipermukaan bumi yang diketahui posisinya pada citra (baris dan kolom) dan diketahui juga koordinatnya pada peta acuan [5]. Tabel 1. Perhitungan RMS Error pada Citra Landsat 7 tahun 2002 Titik X Y Easting Northing RMSe (Piksel) (Piksel) (Meter) (Meter) 1 2570.19 780.12 703509.57 9165685.59 0.84 2 2467.43 805.66 700379.89 9164897.24 0.68 3 2364.09 763.35 697314.68 9166165.30 0.35 4 2225.57 882.26 693158.98 9162570.06 0.83 5 2116.00 780.17 689865.43 9165666.94 0.55 6 2007.58 913.47 686568.26 9161604.91 0.92 7 2118.92 1070.15 689879.37 9156869.11 0.21 8 1986.34 1043.06 685931.87 9157659.68 0.95 9 1821.63 929.67 681034.71 9161135.19 0.72 10 1758.98 748.04 679180.75 9166618.79 0.49 11 1577.45 863.19 673717.36 9163148.74 0.55 12 1515.69 672.00 671927.46 9168946.64 0.59 13 1607.75 550.98 674715.20 9172573.37 0.88 14 1324.92 483.25 666278.45 9174640.59 0.59 15 1253.96 609.39 664108.24 9170836.44 0.53 16 1007.82 671.34 656683.88 9168941.89 0.81 17 1056.23 821.76 658128.31 9164373.31 0.46 Tabel 2. Perhitungan RMS Error pada Citra Landsat 8 tahun 2013 Titik X Y Easting Northing RMSe (Piksel) (Piksel) (Meter) (Meter) 1 2832.93 423.17 703343.47 9165805.02 0.72 2 2718.49 465.91 699896.27 9164529.61 0.87 3 2633.57 410.42 697314.68 9166165.30 0.63 4 2493.57 531.77 693130.76 9162505.33 0.88 5 2385.90 427.06 689865.43 9165666.94 0.71 6 2275.80 561.77 686568.26 9161604.91 0.49 7 2386.50 720.65 689879.37 9156869.11 0.36 8 2255.04 693.79 685931.87 9157659.68 0.05 9 2092.49 578.11 681034.71 9161135.19 0.74 10 2030.56 394.66 679180.75 9166618.79 0.87 11 1848.41 509.47 673717.36 9163148.74 0.84 12 1788.01 316.07 671927.46 9168946.64 0.83 13 1879.90 195.65 674715.20 9172573.37 0.79 14 1599.99 126.95 666278.45 9174640.59 0.28 15 1528.23 254.05 664108.24 9170836.44 0.57 16 1281.05 317.00 656683.88 9168941.89 0.51 17 1328.81 469.23 658128.31 9164373.31 0.84 Dari koreksi geometrik yang sudah dilakukan, didapatkan nilai rata-rata RMSe tahun 2013 = 0.6458 piksel dan RMSe tahun 2002 = 0.6441 piksel. Kedua citra tersebut memiliki nilai RMSe < 1 piksel, sehingga koreksi geometrik sudah memenuhi ketelitian yang sudah ditetapkan. Sementara nilai kekuatan jaring atau Strength of Figure (SoF) dikatakan baik apabila nilai tersebut mendekati nol. Berikut desain jaring kedua citra dan hasil perhitungan nilai SoF. Gambar 3. Desain Jaring Landsat 7 tahun 2002 dan Landsat 8 sesuai Lokasi Penelitian [Trace(A Besar SoF = T.A) 1 ] Jumlah Parameter = 0.225 B. Hasil Klasifikasi Tutupan Lahan Kali Porong pada Citra Landsat 7 berdasarkan peta RBI Proses klasifikasi perubahan tutupan lahan Kali Porong pada citra Landsat 7 tahun 2002 mengacu pada peta RBI wilayah Mojosari dan Porong. Berdasarkan legenda pada peta RBI kelas yang dapat mewakili klasifikasi tutupan lahan pada citra Landsat 7 yaitu : sawah, hutan, tegalan, tanah kosong, sungai, empang atau tambak dan pemukiman dan bangunan. Klasifikasi tersebut menggunakan metode klasifikasi supervised maximum likelihood. Hasil perubahan tutupan lahan Kali Porong didapatkan berdasarkan hasil klasifikasi pada citra Landsat 7 tahun 2002. Hasil klasifikasi tersebut terbagi menjadi 7 kelas untuk Landsat 7 tahun 2002 seperti yang tercantum pada tabel 3. Tabel 3. Area Tutupan Lahan Kali Porong Berdasarkan Hasil Klasifikasi Citra Landsat 7 tahun 2002 Kelas Lahan Terbangun 5244.513 0.8 Sawah 9100.884 3.3 Tambak 1364.632 5.5 Badan Air 2801.008 1.3 Hutan 703.05 5.7 Tegalan 985.258 9.3 Lahan Kosong 1023.253 45.0 Total 21222.598 100 C. Hasil Klasifikasi Tutupan Lahan Kali Porong pada Citra Landsat 8 berdasarkan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo tahun 2009-2029 Proses klasifikasi perubahan tutupan lahan Kali Porong pada citra Landsat 8 tahun 2013 mengacu pada peta RTRW Kabupeten Sidoarjo tahun 2009-2029. Perbedaan acuan klasifikasi pada Landsat 8 dikarenakan perubahan tutupan lahan Sidoarjo karena adanya semburan lumpur Lapindo. Berdasarkan legenda pada peta RTRW Kabupaten Sidoarjo kelas yang dapat mewakili klasifikasi tutupan lahan pada citra Landsat 8 yaitu : kawasan lahan sawah yaitu sawah dan tegalan, kawasan hutan (hutan bakau), sungai, perikanan (tambak),
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 4 kawasan lindung geologi (terdampak lumpur), Pemukiman dan Industri sebagai lahan terbangun. Klasifikasi tersebut menggunakan metode klasifikasi supervised maximum likelihood. Hasil perubahan tutupan lahan Kali Porong didapatkan berdasarkan hasil klasifikasi pada citra Landsat 8 tahun 2013. Hasil klasifikasi tersebut terbagi menjadi 9 kelas untuk Landsat 8 tahun 2013 seperti yang tercantum pada tabel 4. Tabel 4. Area Tutupan Lahan Kali Porong Berdasarkan Hasil Klasifikasi Citra Landsat 8 tahun 2013 Kelas Lahan Terbangun 4971.816 23.42 Sawah 8938.214 42.11 Tambak 2068.748 9.74 Badan Air 1742.722 8.21 Hutan 1080.575 5.09 Tegalan 1289.04 6.07 Lahan Kosong 180.877 0.80 Lumpur 649.61 3.06 Pulau Sarinah 298.89 1.5 Total 21222.498 100 Tabel 6 Hasil Perubahan an Tutupan Lahan Kali Porong tahun 2002 dan 2013 per-kecamatan Kecamatan 2002 2013 Tarik 3670.21 17.27 3670.21 17.27 Prambon 3352.108 15.77 3352.12 15.77 Krembung 2860.233 13.45 2860.30 13.46 Porong 3063.525 14.41 3063.53 14.41 Jabon 8303.834 39.07 8303.62 39.07 Hasil persentase perbandingan luasan tutupan lahan kali Porong, luas tutupan lahan kali Porong tahun 2002 mengalami penurunan dari 21222.59 Ha menjadi 21222.49 dengan prosentase sebesar 4.52%. Perubahan luas tutupan lahan yang cukup signifikan tersebut terkait dengan adanya luapan lumpur Lapindo pada tahun 2006 dan adanya pembentukan pulau Sarinah. D. Analisa Perubahan Tutupan Lahan Kali Porong tahun 2002 dan 2013 Berdasarkan hasil klasifikasi citra Landsat 7 dan Landsat 8 didapatkan luasan tutupan lahan tahun 2002 dan 2013 yang Masing-masing prosentase luasan tutupan lahan Kali Porong tahun 2002 dan 2013 didapatkan hasil perbandingan luasan tutupan lahan seperti yang ada pada tabel 5. Tabel 5 Hasil Perbandingan an Tutupan Lahan Kali Porong tahun 2002 dan 2013 2002 2013 Perubahan.Kelas Lahan Terbangun 5244.513 24.71 4971.816 23.42-272.697-1.29 Sawah 9100.884 42.88 8938.214 42.11-162.68-0.77 Tambak 1364.632 6.43 2068.748 9.74 +704.116 +3.31 Badan Air 2801.008 13.19 1742.722 8.21-1058.286-4.98 Hutan 703.05 3.31 1080.575 5.09 +377.525 +1.78 Tegalan 985.258 4.64 1289.04 6.07 +303.782 +1.43 Lahan Kosong 1023.253 4.82 180.877 0.80-852.376-4.02 Lumpur - - 649.61 3.06 - - Pulau Sarinah - - 298.89 - - - Total 21222.598 100 21222.492 100-970.616-4.52% Berdasarkan tabel 5, pada area lahan terbangun mengalami penurunan luasan tutupan lahan sebesar 4.43% dari tahun 2002 ke 2013. Hal tersebut disebabkan adanya fenomena luapan lumpur LAPINDO dengan luas 649.61 Ha di wilayah kecamatan Porong yang masih menjadi tutupan lahan dari Kali Porong. Gambar 4. Perbandingan an Tutupan Lahan Kali Porong tahun 2002 dan 2013 E. Analisa Kesesuaian Perencanaan Penggunaan Lahan Hasil Klasifikasi Citra Landsat 7 tahun 2002 dan Landsat 8 tahun 2013 dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sidoarjo tahun 2009-2029 Berdasarkan hasil pengolahan citra Landsat 7 tahun 2002 dan Landsat 8 tahun 2013, didapatkan 7 kelas untuk Landsat 7 yaitu : sungai, sawah, lahan terbangun, lahan kosong, tegalan, tambak dan hutan bakau. Sementara pada citra Landsat 8 didapatkan 9 kelas yaitu: sungai, sawah, lahan terbangun, lahan kosong,tegalan, tambak, hutan bakau, kawasan semburan lumpur Lapindo dan pulau Sarinah. Perbedaan hasil kelas pada citra Landsat 7 dan Landsat 8 ditinjau dari perkembangan lingkungan yang terjadi selama kurun waktu 2002 hingga 2013 Tutupan lahan Kali Porong terdapat di lima Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo yaitu Kecamatan, Tarik, Kecamatan Krembung, Kecamatan Prambon, Kecamatan Porong dan Kecamatan Jabon. Pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo tahun 2009-2029 kebijakan yang diambil untuk pengembangan dan pengelolaan hutan bakau dengan ketentuan kawasan pantai berhutan bakau di tetapkan selebar
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 5 350 meter diukur dari garis pantai. Kebijaksanaan tersebut diambil dengan mengacu pada aturan dan disesuaikan dengan kondisi yang ada dilapangan. Berdasarkan rencana Tata Ruang Wilayah tahun 2009-2029 kawasan hutan bakau yang ada di wilayah Jabon yaitu sebesar 314.21Ha. Hasil klasifikasi pada citra Landsat 8 tahun 2013, kawasan hutan telah mencapai 1232.73 Ha yang berarti belum sesuai dengan perencanaan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Sementara pada rencana luas kawasan lahan terbangun yang meliputi pemukiman, industri, fasilitas umum dan sentra perdagangan jasa untuk daerah kecamatan Tarik, Krembung, Prambon, Porong dan Jabon hingga tahun 2029 yaitu sebesar 8734.7 Ha. Hasil klasifikasi citra menunjukkan peggunaan lahan hingga tahun 2013 yaitu sebesar 4971.816 Ha. Hal tersebut menunjukkan bahwa luas lahan terbangun yang ada sudah sesuai dan masih memungkinkan untuk terus diadakannya pembangunan untuk pemukiman, fasilitas umum, bangunan pabrik untuk industri di kawasan tersebut. Pada rencana pengembangan kawasan sawah tanaman pangan (lahan sawah) di Kabupaten Sidoarjo berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) hingga 2029 yaitu seluas 13544.07 Ha. Sementara untuk daerah tutupan kecamatan Tarik, Prambon, Krembung, Porong dan Jabon yaitu sebesar 6699.1 Ha. Berdasarkan hasil klasifikasi Landsat 8, luas sawah hingga tahun 2013 yaitu 8938.21 Ha. Hal tersebut sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo 2009-2029. Sawah sebagian besar berada di wilayah Kecamatan Krembung dan Prambon. rencana pengembangan kawasan tambak pada tahun 2009-2029 adalah 13349.13 Ha dimana posisi kawasan tambak tersebut berada di kecamatan Porong 496.30 Ha dan Jabon 4144.10 Ha. Berdasarkan hasil klasifikasi, didapatkan hasil 2068.748 Ha untuk tambak. Kawasan tambak yang saat ini sebagian besar berada di Kecamatan Jabon juga terdapat pulau Sarinah yang yang merupakan reklamasi dari lumpur yang dialirkan melalui sungai Porong. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai pemantauan perubahan tutupan lahan Kali Porong dengan menggunakan citra satelit Landsat 7 dan Landsat 8, maka didapatkan beberapa kesimpulan akhir yaitu: a. Tutupan Lahan Kali Porong Kabupaten Sidoarjo tahun 2002 yang paling besar adalah kelas sawah sebesar 42.88 % dan paling kecil adalah kelas hutan sebesar 3.31 % dari luas wilayah. b. Tutupan Lahan Kali Porong Kabupaten Sidoarjo tahun 2013 yang paling besar adalah kelas sawah sebesar 42.11 % dan paling kecil adalah kelas lahan kosong sebesar 0.8 % dari luas wilayah. c. Perubahan luas untuk kelas tutupan lahan dari tahun 2002 sampai 2013 yaitu seluas -970.616 Ha. Kelas yang mengalami perubahan paling besar adalah kelas badan air (sungai) dan perubahan paling kecil adalah kelas lahan kosong. d. Berdasarkan hasil klasifikasi tutupan lahan, kelas yang sudah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo tahun 2009-2029 hingga tahun 2013 ini yaitu kelas lahan terbangun dengan persentase 65.17% dari perencanaan, tambak dengan persentase 15.7% dari perencanaan. DAFTAR PUSTAKA [1] Dunne, T., & Leopold, L. B. 1978. Water in Environtmental Planning. San Francisco: W.H. Freeman and Company [2] Clark, N. 1996. Evolutionary dynamics and sustainable development: A system approach. Cambridge: Cambridge University Press. [3] Thoha, A. S. 2008. Karakteristik Citra Satelit. Diakses pada tanggal 10 Oktober, 2013, dari http://abuhaniyya.files.wordpress.com/2009/02/karakteristik20citra20sat elit6.pdf. [4] Danoedoro, P, 1996. Pengolahan Citra Digital. Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 6 LAMPIRAN