Kejang Demam Kompleks

dokumen-dokumen yang mirip
KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING

Kejang Demam (KD) Erny FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK USIA SATU TAHUN

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Vivit Erdina Yunita, 1 Afdal, 2 Iskandar Syarif 3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. 1,2 Demam

Kejang Demam pada Anak. Divisi Neurologi Departemen IKA FKUI-RSCM UKK Neurologi IDAI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh proses

KONSENSUS PENANGANAN KEJANG DEMAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia mempunyai dua faktor yang berpengaruh besar terhadap

Fellow Clinical Neurophysiology UMC Utrecht The Netherlands

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

BAB 1 PENDAHULUAN. 60 bulan disertai suhu tubuh 38 C (100,4 F) atau lebih yang tidak. (SFSs) merupakan serangan kejang yang bersifat tonic-clonic di

BAB 1 PENDAHULUAN. serta tidak didapatkan infeksi ataupun kelainan intrakranial. Dikatakan demam

BAB 1 PENDAHULUAN. (American Academy of Pediatrics, 2008). Penyebab demam pada pasien

Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 120 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian kompetensi: 4 minggu (facilitation and assessment)

KEJANG DEMAM ILMU KESEHATAN ANAK FK USU/RS H ADAM MALIK MEDAN

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT

KELOMPOK E DEPERTEMEN ANAK SRIYANTI B. MATHILDIS TAMONOB RANI LEKSI NDOLU HARRYMAN ABDULLAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Kejang Demam Sederhana dengan Riwayat Kejang Demam pada Balita Usia 13 Bulan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Profil kejang demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2014 Juni 2016

BAB 2 NYERI KEPALA. B. Pertanyaan dan persiapan dokter muda

BAB I PENDAHULUAN DEFINISI ETIOLOGI

Kejang yang disertai demam

BAB I PENDAHULUAN. sama, tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%). pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara bulan.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kejang demam merupakan jenis kejang pada anak-anak yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

Diagnosa Banding Kejang Pdf Download ->>->>->> DOWNLOAD

PERBEDAAN MANIFESTASI KLINIS KEJANG DEMAM PADA ANAK ANEMIA DENGAN ANAK TANPA ANEMIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, kemampuan, dan kepribadiannya. Lebih lanjut, seorang anak adalah

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Epilepsi merupakan penyakit kronis di bidang neurologi dan penyakit

KEJANG PADA ANAK. Oleh: Nia Kania, dr., SpA., MKes

THERAPY MANAGEMENT OF SIMPLE FEBRILE SEIZURE WITH HYPERPIREXIA IN THREE YEARS OLD CHILD. Asticaliana Erwika Faculty of Medicine, University of Lampung

PROFIL PENYANDANG EPILEPSI DI POLIKLINIK SARAF RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013 MEI 2014

Kejang demam merupakan kelainan neurologis

Bab 10 NYERI. A. Tujuan pembelajaran

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA ANAK D UMUR 4 TAHUN DENGAN KEJANG DEMAM KOMPLEK DI RSUD SUKOHARJO

Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Penyunting Hardiono D Pusponegoro Dwi Putro Widodo Sofyan Ismael

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

LAPORAN JAGA 24 Maret 2013

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA

93 Meningitis Tuberkulosa

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sudah

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN KEJANG DEMAM DI RUANG PERAWATAN ANAK RSU ANUTAPURA PALU. Adhar Arifuddin

KEJANG DEMAM KOMPLEK

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU MENGENAI KEJANG DEMAM PADA ANAK DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR 2012

Algoritme Tatalaksana Kejang Akut dan Status Epileptikus pada Anak

riwayat personal-sosial

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

Biasanya Kejang Demam terjadi akibat adanya Infeksi ekstrakranial, misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas

BAB III RESUME KEPERAWATAN

PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI)

Curiculum vitae. Dokter umum 1991-FKUI Spesialis anak 2002 FKUI Spesialis konsultan 2008 Kolegium IDAI Doktor 2013 FKUI

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG KEJANG DEMAM ANAK TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan tidur dijumpai 25% pada populasi anak yang sehat, 1-5%

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 9,1%, usia tahun sebesar 8,13%. pada anak dengan frekuensi kejadian 4-6 kasus/1.000 anak (Nelson, 2000).

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PORTOFOLIO KASUS MEDIK

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Mata Kuliah: Ilmu Kesehatan Anak (IKA)

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

KONSEP TEORI. 1. Pengertian

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

Perancangan Prediksi Keputusan Medis Untuk Penyakit Demam Berdarah Dengue Dengan Jaringan Syaraf Tiruan

Data Administrasi diisi oleh Nama: NPM/NIP:

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

ASUHAN KEBIDANAN PADA By U USIA 3 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

REKOMENDASI. Penatalaksanaan Kejang Demam IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2016

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

NASKAH PUBLIKASI GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT ANAK TENTANG KEJANG DEMAM

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 1. Incidence Rate dan Case Fatality Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. Kejang merupakan masalah neurologi yang paling sering kita jumpai pada

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. Kejang demam merupakan bangkitan yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

Transkripsi:

Kejang Demam Kompleks Uli Kartika Sihaloho Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh seperti suhu rektal di atas 38 C yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. Kejang demam kompleks adalah kejang fokal atau parsial, berlangsung lebih dari 15 menit dan berulang dalam 24 jam. Sekitar 30% pasien kejang demam ditemui dengan keadaan kejang demam kompleks. Kejang demam memiliki prognosis baik dan kejang demam bersifat benigna. Angka kematian hanya 0,64-0,75%. Sebagian besar penderita kejang demam sembuh sempurna, sebagian berkembang menjadi epilepsi sebanyak 2-7%. Kejang demam juga dapat mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan intelegensi dan pencapaian tingkat akademik. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun. Kasus yang ditemukan adalah An. D, laki-laki, usia 1 tahun 9 bulan, datang dengan keluhan demam disertai kejang, jenis tonik-klonik, kejang sebanyak 2 kali, durasi kejang 10 menit. Suhu tubuh pasien saat datang ke rumah sakit 38,7 o C. Diagnosa pada kasus ini adalah kejang demam kompleks. Kata kunci: Kejang demam, anak Abstract Febrile seizure is seizure which occur of body temperature increase as rectal temperature above 38 C that is caused by an extracranial process. Complex febrile seizures are focal or partial seizures, lasting more than 15 minutes and repeated within 24 hours. Approximately 30% of patients met with a state of complex febrile seizure. Febrile seizure has good prognosis and it s benign. The mortality rate is only 0.64-0.75%. Most patients with febrile seizures recover completely, some develop into epilepsy as much as 2-7%. Febrile seizures can also result in behavioral disturbances and a decrease in the level of intelligence and academic achievement. Febrile seizures occur in 2-4% of children aged 6 months to 5 years. A case was found that a boy, D, male, age 1 year 9 months, came with complaints of seizure several hours before came to hospital. The type of seizure is tonic-clonic, as much as 2 times, duration of seizures 10 minutes. His body temparature when came to hospital was about 38,7 C. The diagnosis in this case is complex febrile seizures. Keywords: Febrile seizure, children Korespondensi: Uli Kartika Sihaloho, S.Ked., alamat Uli.Kasih@gmail.com Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 12, HP 085271559896, e-mail Pendahuluan Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh seperti suhu rektal >38 o C yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. 1 Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi dan anak biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. 2,3 Insiden kejang demam di Amerika berkisar antara 2-5% pada anak umur kurang dari 5 tahun. Di Asia angka kejadian kejang demam dilaporkan lebih tinggi dan sekitar 80-90% dari seluruh kejang demam adalah kejang demam sederhana. Di Jepang angka kejadian kejang demam adalah 9-10%. 4 Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului dengan demam pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi susunan saraf pusat atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. 1,5,6 Kejang demam dibagi menjadi dua jenis, yaitu kejang demam simpleks dan kejang demam kompleks. Kejang demam simpleks adalah kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit, kejang bersifat umum, dan tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam kompleks adalah kejang fokal atau parsial yang berlangsung lebih dari 15 menit dan berulang dalam 24 jam. Sekitar 30% pasien kejang demam ditemui dengan keadaan kejang demam kompleks. 2,7,8,9 Kejang demam bersifat benigna dan memiliki prognosis yang baik. Sebagian besar penderita kejang demam sembuh sempurna, angka kematian untuk kejang demam hanya 0,64%-0,75% dan 2-7% berkembang menjadi epilepsi. Kejang demam juga dapat mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan J Medula Unila Volume 4 Nomor 1 November 2015 179

intelegensi dan pencapaian tingkat akademik. 10 Kasus An. D, laki-laki, usia 1 tahun 9 bulan, datang diantar oleh orangtuanya dengan keluhan kejang. Orangtua pasien mengatakan 1 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS) pasien mengalami batuk, pilek dan demam yang tidak begitu tinggi. Enam jam SMRS pasien demam tinggi, saat dirumah didapatkan suhu tubuh pasien 38,8 o C, pasien diberi parasetamol sirup dan dikompres air hangat namun demam tidak turun. Dua jam SMRS pasien mengalami kejang dengan durasi waktu kejang kurang dari 10 menit, 1 jam kemudian pasien kembali kejang. Kejang diawali dengan kaku diseluruh tubuh, mulut terkatup rapat, kaki lurus dan kaku, kedua tangan lurus, kaku, dan menggenggam, mata mendelik ke atas. Riwayat kejang demam pada keluarga dibenarkan oleh ayah pasien, riwayat epilepsi pada keluarga disangkal. Saat diperiksa didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, dari pemeriksaan fisik didapatkan berat badan 14 kg, panjang badan 88 cm, lingkar kepala 45 cm, lingkar lengan 20 cm, suhu 38,7 o C, nadi 100x/menit, dan pernafasan 28x/menit. Semua refleks patologis dan tanda rangsang meningeal negatif. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar hemoglobin 11,6 g/dl, jumah leukosit 10.600 sel/mm 3, dan jumlah trombosit 186.000 sel/mm 3, hematokrit 36%. Status gizi normal. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka diagnosa pada pasien ini adalah kejang demam kompleks. Kemudian pasien ditatalaksana dengan infus cairan Ringer Laktat 1200 cc per 24 jam, diazepam suppositoria 10 mg bila kejang, diberikan oksigen 2 liter saat kejang, paracetamol drops 140 mg atau 1,4 ml setiap 6 jam, asam valproat sirup 1/2 sendok setiap 12 jam. Pembahasan Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh seperti suhu rektal >38 o C yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. 1 Secara klinis umumnya tidak sulit untuk menegakkan diagnosis kejang demam dengan adanya gejala kejang pada suhu badan yang tinggi serta tidak didapatkan gejala neurologis lain dan anak segera sadar setelah kejang berlalu. 10 Pada pasien ini diagnosa kejang demam sudah tepat, dikarenakan dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38,7 o C, tidak ada kelainan ekstrakranial, yang ditandai dengan refleks patologis dan tes rangsang meningeal negatif. Kejang demam dibagi menjadi dua jenis, yaitu kejang demam simpleks atau sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana yaitu kejang yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum, tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam. 1,4 Sedangkan kejang demam kompleks yaitu kejang demam dengan salah satu ciri berikut: kejang lama >15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial, dan kejang berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam. 1,4 Pada pasien ini, kejang terjadi sebanyak dua kali, kejang bersifat tonik-klonik, durasi kejang 10 menit, dan berulang dalam 24 jam. Dari hasil anamnesis tersebut, kejang demam pada pasien ini termasuk klasifikasi kejang demam kompleks. Berdasarkan alloanamnesis ayah pasien memiliki riwayat kejang demam saat kecil. Riwayat keluarga dengan kejang merupakan salah satu faktor resiko yang dilaporkan untuk terjadi bangkitan kejang demam. Keluarga dengan riwayat pernah menderita kejang demam sebagai faktor resiko untuk terjadi kejang demam pertama adalah kedua orangtua ataupun saudara kandung relatif dapat diperkirakan, apakah autosomal resesif atau autosomal dominan. Pewarisan sifat secara autosomal dominan diperkirakan sebesar 60-80%. Jika kedua orangtua tidak memiliki riwayat pernah mengalami kejang demam maka resiko terjadi kejang demam sekitar 9%. Apabila salah satu orangtua memiliki riwayat kejang demam maka sekitar 20-22% kemungkinan besar resiko terjadi kejang demam. Apabila kedua orangtua memiliki riwayat pernah mengalami kejang demam maka resiko terjadinya kejang demam meningkat menjadi 59-64%. 11 J Medula Unila Volume 4 Nomor 1 November 2015 180

Pertolongan pertama yang diberikan pada pasien ini adalah pemberian oksigen sebanyak 2 liter saat mengalami kejang merupakan tindakan yang tepat. Hal ini dikarenakan pada saat seorang anak sedang dalam keadaan kejang maka suplai oksigen ke otak semakin berkurang. Pengobatan fase akut pada waktu kejang dengan memiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan dan diusahakan jalan nafas harus bebas agar pasokan oksigen terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernafasan, dan fungsi jantung. 12-15 Saat pasien dibawa ke rumah sakit pasien sudah tidak kejang, namun suhu tubuh pasien masih tinggi yaitu 38,7 o C. Penatalaksaan yang direncanakan jika terjadi serangan kejang adalah pemberian diazepam suppositoria 10 mg. Tatalaksana tersebut sudah tepat. Obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena atau per rektal. Kadar diazepam tertinggi dalam darah akan tercapai dalam waktu 1-3 menit apabila diberikan secara intravena, dan tercapai dalam waktu 5 menit bila diberikan secara per rektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgbb, diberikan perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit dengan dosis maksimal 20 mg. Untuk memudahkan orangtua di rumah dapat diberikan diazepam rektal dengan dosis 5 mg pada anak dengan berat badan <10 kg, 10 mg untuk berat badan anak >10 kg. 1,4 Pada pasien ini diberikan asam valproat untuk profilaksis kejang. Pemberian terapi ini sudah tepat. Profilaksis jangka panjang gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis terapeutik yang stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari. Pengobatan jangka panjang kejang demam diberikan bila ada lebih dari satu keadaan berikut: 1) kejang demam lebih dari 15 menit, 2) adanya defisit neurologis yang jelas baik sebelum maupun sesudah kejang misalnya serebral palsi, retardasi mental, atau mikrosefal, 3) kejang demam fokal, 4) adanya riwayat epilepsi dalam keluarga. 1,4 Dipertimbangkan apabila kejang demam pertama pada umur dibawah 12 bulan, kejang berulang dalam 24 jam, kejang demam berulang atau 4 kali per tahun. 1,4,14 Gambar 1. Algoritma penatalaksanaan kejang demam 16 Obat yang dipakai untuk profilaksis jangka panjang ialah fenobarbital, sodium valproat/asam valproat, dan fenitoin. Fenobarbital dengan dosis 3-4 mg/kgbb/hari dalam 1-2 dosis. Efek samping dari pemakaian fenobarbital jangka panjang yaitu perubahan sifat anak menjadi hiperaktif, perubahan siklus tidur dan kadang-kadang gangguan kognitif atau fungsi luhur. Sodium valproat/asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2-3 dosis. Namun, obat ini harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan fenobarbital dan gejala toksik berupa rasa mual, kerusakan hepar, pankreatitis. Fenitoin diberikan pada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan gangguan sifat berupa hiperaktif sebagai pengganti fenobarbital. Hasilnya tidak atau kurang memuaskan. Pemberian antikonvulsan pada profilaksis jangka panjang ini dilanjutkan sekurang-kurangnya 3 tahun seperti mengobati epilepsi. Menghentikan pemberian antikonvulsi kelak harus perlahan-lahan dengan jalan mengurangi dosis selama 3 atau 6 bulan. Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan. J Medula Unila Volume 4 Nomor 1 November 2015 181

Kejang demam terjadi akibat adanya demam, maka tujuan utama pengobatan adalah mencegah demam meningkat. Pemberian obat penurun panas parasetamol 10-15 mg/kgbb/kali, 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali atau ibuprofen 5-10 mg/kgbb/kali, sebanyak 3-4 kali. Penggunaan asam asetilsalisilat tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan Reye Syndrome. 1,4,14 Pada pasien ini diberikan parasetamol, dosis dan tujuan sudah tepat. Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orangtua. Pada saat kejang sebagian besar orangtua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Beberapa hal yang dikerjakan saat pasien kejang dirumah: 1) tetap tenang dan tidak panic, 2) kendurkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher, 3) bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring, bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung, 4) walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut, 5) ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang, 6) tetap bersama pasien selama kejang, 7) berikan diazepam rektal, tetapi jangan diberikan bila kejang telah berhenti, 8) bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih. Simpulan An. D, laki-laki, usia 1 tahun 9 bulan, datang dengan keluhan kejang demam, jenis tonik-klonik, kejang sebanyak 2 kali, durasi kejang 10 menit. Suhu saat datang 38,7 o C. Pasien didiagnosa mengalami kejang demam kompleks. Kemudian pasien di tatalaksana dengan IVFD RL 1200 cc per 24 jam, diazepam suppositoria 10 mg bila kejang, berikan oksigen 2 liter saat kejang, paracetamol drops 140 mg (1,4 ml) setiap 6 jam, asam valproat sirup 1/2 sendok setiap 12 jam. Daftar Pustaka 1. Soetomenggolo TS. Kejang demam dalam buku ajar neurologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2000. 2. Jonhston MV. Seizure in childhood and prevalence of febrile seizure. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, editor. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: WB Saunders Co; 2007. hlm. 2457-71. 3. Shinnar S. Febrile seizures in current management in child neurology. Edisi ke- 3. Ontario: BC Decker In; 2005. 4. Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. Konsensus penatalaksanaan kejang demam, unit kerja koordinasi neurologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2006. 5. Kusuma D, Yuana I. Korelasi antara kadar seng serum dengan bangkitan kejang demam [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2010. 6. American academy of pediatrics committee on quality improvement, subcommittee on febrile seizures. Practice parameter: long term treatment of the child with simple seizures. Pediatrics. 1999; 103(6):1307-9. 7. Knudsen FU. Febrile seizures: treatment and prognosis. Epilepsia. 2000; 41(1):2-9. 8. Stafstrom CE. The incidence and prevalence of febrile seizure. Dalam: Baram TZ, Shinar S, editor. Febrile seizures. San Diego: Academic prees; 2002. hlm. 1-25. 9. Kenneit FS, Stephen A, Donna MF. Pediatric neurology principles and practice. Edisi ke-4. Philadelphia: Mosby; 2006. 10. Fuadi F. Faktor risiko bangkitan kejang demam pada anak [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2010. 11. Menkes JH, Sankar R. Paroxysmal disorders. Dalam: Menkes JH, Sarnat BH, editor. Child neurology. Edisi ke-6. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2000. hlm. 987-91. 12. Lumbantobing SM. Kejang demam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. hlm. 1-3. 13. O'Dell C, Shinnar S, Ballaban-Gil KR. Rectal diazepam gel in the home management of seizures in children. Pediatr Neurol. 2005; 33(3): 166-72. 14. Behrman RE, Robert MK, Jenson HB. Nelson ilmu kesehatan anak. Edisi ke-18. Jakarta: EGC; 2007. hlm. 2059 60. 15. Fleisher GR, Ludwig S, Silverman, Henretig FM. Textbook of pediatric emergency medicine. Edisi ke-4. USA: Lippincott Williams and Wilkins; 2000. hlm. 478-84. J Medula Unila Volume 4 Nomor 1 November 2015 182

16. Harsono. Buku ajar neurologi klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2008. J Medula Unila Volume 4 Nomor 1 November 2015 183