STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. P DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RUANG KANTHIL RSUD KARANGANYAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. S DENGAN POST OPERASI HERNIOTOMI

BAB II RESUME KEPERAWATAN WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB III TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB I PENDAHULUAN. melalui struktur yang secara normal berisi (Ester, 2001).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

PENGKAJIAN PNC. kelami

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April Tanggal lahir : 21 Agustus : 8 bulan 7 hari

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u

BAB I KONSEP DASAR. dapat dilewati (Sabiston, 1997: 228). Sedangkan pengertian hernia

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB III TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama.

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : AHMAD AFIF J

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL

BAB I PENDAHULUAN. banyak timbul penyakit yang ditimbulkan salah satu hernia, penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 30 Maret 2011 dengan hasil. Jenis kelamin : Perempuan

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr.

KONSEP TEORI. 1. Pengertian

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. 16 Februari dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB III TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang

LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CA SERVIKS DI RUANG MAWAR RS. Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO N A M A : RIA ROHMA WATI N I M :

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

BAB III TINJAUAN KASUS. Bab ini penulis akan menerangkan proses keperawatan yang telah dilakukan

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB I PENDAHULUAN. lahir. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. keperawatan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSUD

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. akut di Indonesia (Sjamsuhidayat, 2010 dan Greenberg et al, 2008).

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

APPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.

BAB III TINJAUAN KASUS. A. Pengkajian Keperawatan Dilakukan pada tanggal 24 April 2007 jam 11.00

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NN.S POST SEKSIO SESAREA DI RUANG ALAMANDA RSHS BANDUNG. Di Susun oleh : Nama : Venti Apriani Fatimah NPM :

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. MS DENGAN SYOK SEPTIK DI IGD RSUD WANGAYA TANGGAL 8 DESEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

BAB III TINJAUAN KASUS

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

BAB III TINJAUAN KASUS. Tanggal dilakukan pengkajian 14 Juni 2005 pada jam WIB.

nonfarmakologi misalnya, teknik

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

Tindakan keperawatan (Implementasi)

BAB III LAPORAN KASUS

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. Y DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMI DI RUANG BOUGENVILLE RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

BAB I PENDAHULUAN. oksigen (O2). Yang termasuk relaksan otot adalah oksida nitrat dan siklopropane.

BAB IV PEMBAHASAN. memberikan asuhan keperawatan terhadap Ny. A post operasi sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB V PENUTUP. khususnya pada keluhan utama yaitu Ny. S G III P II A 0 hamil 40 minggu. mmhg, Nadi: 88 x/menit, Suhu: 36,5 0 c, RR: 26 x/menit, hasil

Transkripsi:

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. P DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RUANG KANTHIL RSUD KARANGANYAR DI SUSUN OLEH : DENI SETIOWATI NIM. P.09011 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. P DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RUANG KANTHIL RSUD KARANGANYAR Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DI SUSUN OLEH : DENI SETIOWATI NIM. P.09011 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... PERNYATAAN KEASLIAN... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii iii iv v vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penulisan... 4 C. Manfaat Penulisan... 4 BAB II LAPORAN KASUS A. Identitas Klien... 6 B. Pengkajian... 7 C. Perumusan Masalah Keperawatan... 10 D. Perencanaan Keperawatan... 11 E. Implementasi Keperawatan... 11 F. Evaluasi Keperawatan... 13 vii

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan... 15 B. Simpulan... 25 Daftar Pustaka Lampiran Daftar Riwayat Hidup viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang masalah penyakit Hernia Inguinalis Lateralis meliputi pengertian, jenis, penyebab, gejala yang dirasakan pasien, angka kejadian penyakit pada anak dan orang dewasa, masalah keperawatan yang timbul pasca operasi, penanganan pada nyeri dan tingkat nyeri pasca pembedahan. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : Hernia Inguinalis Lateralis adalah suatu penonjolan dinding perut yang terjadi di daerah inguinal disebelah lateral pembuluh epigastrika inferior (R. Sjamsuhidajat). Penyebab terjadinya Hernia Inguinalis Lateralis yaitu karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat. Pada Hernia Inguinalis Lateralis keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul pada waktu mengejan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat baring (Sudoyo, 2009). Angka kejadian Hernia Inguinalis Lateralis pada orang dewasa yaitu 12 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan pada perempuan dengan angka 70 per 10.000 pada umur 45-64 tahun dan meningkat menjadi 150 pada umur di atas 75 tahun. Angka kejadian hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 sampai 2 %. Kemungkinan terjadi pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25 % dan bilateral 15 %.2. Pada Hernia Inguinalis Lateralis sendiri dapat terjadi pada semua umur, namun paling banyak terjadi pada usia antara 45 sampai 75 tahun. 1

2 Berdasarkan data didapatkan hasil bahwa insidensi hernia inguinalis diperkirakan diderita oleh 15% populasi dewasa, 5-8 % pada rentang usia 25-40 tahun, dan mencapai 45 % pada usia 75 tahun (Albiner Simarmata, 2003). Pada penderita Hernia Inguinalis Lateralis akan dilakukan tindakan pembedahan yaitu herniotomi. Herniotomi adalah operasi untuk menutup rongga hernia. Pada pembedahan tersebut akan memunculkan masalah keperawatan yaitu nyeri. Nyeri merupakan pengalaman sensorik multidimensi yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan (Ahmad, 2003). Nyeri adalah suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif (Arif Muttaqin, 2009). Nyeri pasca bedah disebabkan luka operasi, tetapi mungkin ada sebab yang lain harus dipertimbangkan. Pencegahan nyeri harus dipersiapkan sebelum operasi agar penderita tidak terganggu oleh nyeri setelah pembedahan dengan memberikan analgetik. Pengendalian nyeri adalah suatu aspek penting untuk perawatan optimal penderita yang menjalani pembedahan. Oleh karena itu, ilmu mengenai patofisiologi nyeri, farmakologi obat-obat analgetik, dan tehnik efektif dalam pengendalian nyeri sepantasnya mendapat perhatian kusus. Pada timbulnya keluhan nyeri berlangsung dalam empat tingkat. Tingkat I yaitu keluhan nyeri terdapat suatu nosisepsi di suatu tempat pada tubuh disebabkan oleh noksa. Tingkat II yaitu penderita menyadari adanya noksa. Tingkat III yaitu penderita mengalami sensasi nyeri. Tingkat 4 yaitu timbul reaksi terhadap sensasi nyeri dalam bentuk sikap dan perilaku verbal

3 maupun nonverbal untuk mengemukakan apa yang dirasakan (R. Sjamsuhidajat, 2005). Pada nyeri akut memerlukan pendekatan terapi yang berbeda. Pada penderita nyeri akut, diperlukan obat yang dapat menghilangkan nyeri dengan cepat. Pasien lebih dapat mentolerir efek samping obat daripada nyerinya. Prinsip pengobatan nyeri akut dan berat pemberian obat yang efek analgetiknya kuat dan cepat dengan dosis optimal. Nyeri akut sesudah dilakukannya tindakan pembedahan atau operasi digambarkan sebagai persepsi yang disadari terhadap noksius stimuli, dan merupakan fenomena subjektif yang digambarkan berdasarkan lokasi, intensitas, durasi, dan pengaruhnya terhadap penderita (Suwarman, 2007). Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah benar-benar terjadi. Pada umumnya nyeri akut terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan (Brunner and Suddarth, 2002). Penulis mengambil kasus nyeri pada penyakit Hernia Inguinalis Lateralis karena penulis ingin lebih memahami kasus ini. Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis sendiri banyak diderita oleh anak-anak, dan orang dewasa serta oleh para pekerja berat. Kondisi ini diperparah dengan krisis ekonomi Indonesia, yang berakibat pada tingginya jumlah penduduk miskin Indonesia hingga mencapai 35,7%, dimana sebagian besar merupakan pekerja berat. Hal ini memperbesar kerentanan penduduk miskin menderita hernia. (BPS dan Depsos, 2002).

4 B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melaporkan kasus nyeri pada Tn. P post operasi Hernia Inguinalis Lateralis di RSUD Karanganyar. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. P dengan nyeri post operasi Hernia Inguinalis Lateralis. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. P dengan nyeri post operasi Hernia Inguinalis Lateralis. c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Tn. P dengan nyeri post operasi Hernia Inguinalis Lateralis. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. P dengan nyeri post operasi Hernia Inguinalis Lateralis e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. P dengan nyeri post operasi Hernia Inguinalis Lateralis. f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada Tn. P dengan nyeri post operasi Hernia Inguinalis Lateralis. C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis Menambah pengetahuan peneliti tentang masalah keperawatan nyeri post operasi Hernia Inguinalis Lateralis dan merupakan suatu pengalaman baru bagi penulis atas informasi yang diperoleh selama penelitian

5 2. Bagi Institusi Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam pemberian asuhan keperawatan medikal bedah pada post operasi Hernia Inguinalis Lateralis. 3. Bagi Tenaga Kesehatan Sebagai bahan masukan khususnya untuk perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien yang mengalami penyakit Hernia Inguinalis Lateralis dan sebagai pertimbangan perawat dalam mendiagnosa kasus sehingga perawat mampu memberikan tindakan yang tepat kepada pasien.

BAB II LAPORAN KASUS Pada bab ini penulis menjelaskan laporan kasus tentang gangguan rasa nyaman nyeri yang sudah dilakukan pengkajian selama 3 hari di RSUD Karanganyar. Tujuan dari laporan kasus ini adalah penulis mampu melaporkan kasus nyeri pada Hernia Inguinalis Lateralis yang diderita Tn. P post operasi Hernia Inguinalis Lateralis di RSUD Karanganyar meliputi : mengkaji identitas pasien, mengkaji riwayat kesehatan pasien, mengkaji pola kesehatan fungsional, memantau hasil pemeriksaan fisik dan penilaian, melakukan pemeriksaan penunjang, merumuskan daftar perumusan masalah, memberikan perencanaan pada pasien, memberikan tindakan keperawatan pada pasien, dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang dilakukan. Adapun pengkajiannya adalah sebagai berikut : A. Identitas Klien Pasien berinisial Tn. P umur 40 tahun, jenis kelamin laki-laki, beragama islam, pendidikan terakhir STM, bekerja sebagai buruh, tinggal di Jaten Rt 08/ Rw 14 Jaten Karanganyar. Pasien masuk RSUD Karanganyar pada hari Senin, 02 April 2012 pukul 15.30 WIB. Pasien mengeluh nyeri kemudian langsung di bawa ke RSUD Karanganyar. Diagnosa medis Tn. P adalah Hernia Inguinalis Lateralis Dextra, nomer rekam medis 237300, Dr. H. Penanggung jawab pasien berinisial Ny. S, umur 39 tahun, pendidikan terakhir SMP, bekerja 6

7 sebagai buruh, tinggal di Jaten Rt 08/ Rw 14 Jaten Karanganyar dan juga sebagai istri Tn. P. B. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 02-03 April 2012 di Bangsal Kanthil RSUD Karanganyar. Data diperoleh dari pasien, keluarga dan status kesehatan. Data-data diperoleh dengan cara wawancara, observasi langsung dan pemeriksaan fisik. Pada riwayat kesehatan klien, keluhan utama yang dirasakan pasien adalah nyeri. Dalam riwayat kesehatan sekarang pasien mengatakan sudah merasakan sakitnya sejak ± 1 minggu yang lalu, nyeri yang dirasakan hilang timbul. Sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan sering gelisah, perut terasa kembung dan jarang kentut. Pada tanggal 02 April 2012, pasien masuk RSUD Karanganyar, didapatkan hasil pasien mengatakan nyeri karena penyakit yang diderita, nyerinya seperti melilit-lilit di perut kanan bawah (kuadran IV) dengan skala nyeri 6, nyeri dirasakan saat bergerak dan mengangkat benda berat. Hasil tanda-tanda vital antara lain tekanan darah : 120/80 mmhg, pernafasan : 18 kali per menit, suhu : 36,2ºC, nadi : 80 kali per menit, terpasang infus Ringer Laktat 20 tetes per menit. Pada tanggal 03 April 2012 pukul 10.00-11.45 WIB pasien menjalani operasi. Pada pukul 13.00 pasien mengatakan nyeri karena post operasi, nyerinya seperti melilit-lilit dan terbakar di perut kanan bawah (kuadran IV) dengan skala nyeri 7, nyeri dirasakan saat bergerak. Didapatkan hasil dari tanda-tanda vital, antara lain

8 tekanan darah : 110/70 mmhg, pernafasan : 20 kali per menit, suhu : 36,6ºC, nadi : 86 kali per menit, pasien tampak kesakitan, gelisah, dan pasien tampak tidak rileks. Riwayat kesehatan dahulu pasien mengatakan belum pernah mengalami sakit seperti yang dirasakan saat ini, pasien baru pertama menjalani rawat inap di rumah sakit, juga pasien tidak mempunyai riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus atau yang lainnya. Riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan anak ke-7 dari 7 bersaudara. Pasien mempunyai seorang istri yang merupakan anak ke-3 dari 4 bersaudara. Pasien juga mempunyai 2 orang anak yaitu anak pertama laki-laki, dan anak ke-2 perempuan. Pasien tinggal serumah bersama istri dan anak-anaknya. Dikeluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita pasien. Riwayat kesehatan lingkungan pasien mengatakan lingkungan tempat tinggalnya bersih, di rumahnya terdapat 4 pintu, ventilasi cukup, jendela, kemudian dilengkapi kamar tidur, dapur, dan kamar mandi yang bersih. Pengkajian pola kesehatan fungsional pada pola aktifitas dan latihan, pasien mengatakan dalam melakukan aktifitas seperti makan dan minum dibantu oleh orang lain. Pasien dalam memakai baju dibantu oleh orang lain. Pasien dalam mobilitas di tempat tidur dibantu oleh orang lain. Pasien dalam melakukan toileting dibantu oleh orang lain dan menggunakan alat bantu seperti pispot. Pasien dalam berpindah dan ambulasi tergantung total. Pola istirahat tidur, sebelum sakit pasien mengatakan tidur 7-8 jam/hari. Selama sakit pasien mengatakan tidur 6-8 jam/hari. Pola kognitif perceptual, sebelum

9 sakit pasien mengatakan sadar penuh pendengaran dan penglihatan. Selama sakit pasien mengatakan sadar penuh pendengaran dan penglihatan. Hasil pemeriksaan umum Post Operasi yang dilakukan pada Tn. P pada tanggal 03 April 2012, diperoleh hasil yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital antara lain tekanan darah : 110/70 mmhg, pernafasan : 20 kali per menit, suhu : 36,6ºC, nadi :86 kali per menit. Hasil pemeriksaan fisik yaitu bentuk kepala mesocephal, rambut pendek dan bergelombang. Mata simetris kanan dan kiri, pupil normal, konjungtiva tidak anemis, tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung berbentuk simetris kanan kiri, tidak ada polip dan tidak ada sekret. Mulut pada bibir simetris kanan kiri, mukosa bibir lembab, tidak sianosis. Telinga simetris kanan kiri, terdapat sedikit serumen. Leher tidak ada pembesaran thyroid. Jantung untuk inspeksi ictus cordis tidak tampak, saat dipalpasi ictus cordis tidak teraba, saat diperkusi berbunyi pekak, saat diauskultasi bunyi jantung I- II terdengar murni reguler. Pada paru-paru untuk inspeksi pengembangan paru kanan dan kiri simetris, saat dipalpasi gerakan fokal fremitus antara kanan dan kiri sama, saat diperkusi bunyi paru-paru sonor, saat diauskultasi bunyi paruparu terdengar suara normal dan tidak ada wheezing. Pada abdomen untuk inspeksi terdapat luka jahitan, saat diauskultasi terdengar bising usus 10 kali per menit, saat dipalpasi terdapat nyeri tekan pada kuadran IV, saat diperkusi terdengar bunyi tympani. Pada genetalia terpasang kateter, untuk ekstermitas pada tangan kiri terpasang infus Ringer Laktat 20 tetes per menit, kedua kaki tampak baik. Pada kulit Tn. P berwarna sawo matang.

10 Pada pemeriksaan penunjang, terapi yang diberikan pada Tn. P sesuai dengan advis dokter antara lain yaitu bedrest, terapi obat meliputi : cairan IV dengan diberikan infus Ringer Laktat 20 tetes per menit, obat oral Ciprofloxocin (12,5 mg) 2x1, obat Pronalges Suppositorial 3x1 supp. Pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal 02 April 2012 didapatkan hasil sebagai berikut: Hemoglobin sebesar 14,1 g/dl (dengan harga normal untuk laki-laki = 14-17,5, dan wanita = 12,3-15,3), Eritrosit sebesar 4,9 10 6 / UL (dengan harga normal untuk laki-laki = 4,5-5,9 dan wanita = 4,1-5,1), Hematokrit sebesar 41,7% (dengan harga normal untuk laki-laki = 40-52, dan wanita = 35-47), dan Leukosit sebesar 9,8 3 / UL (dengan harga normal untuk anak-anak = 4,5-14,5, dan dewasa = 4,0-11,3), Trombosit sebesar 259 10 3 / UL (dengan harga normal = 100-300), Ureum sebesar 35,7mg/dL (dengan harga normal = 10-50), Creatinin sebesar 0,96mg/dL (dengan harga normal laki-laki = 0,8-1,3, wanita = 0,6-1,2), HbsAg negative, golongan darah B. C. Daftar Perumusan Masalah Pengkajian post operasi dilakukan pada tanggal 03 April 2012 pukul 13.00 WIB di Bangsal Kanthil di RSUD Karanganyar. Pada pengkajian tersebut ditemukan analisa data sebagai berikut : data subyektif yaitu pasien mengatakan nyeri karena post operasi, nyerinya seperti melilit-lilit dan terbakar di perut kanan bawah (kuadran IV) dengan skala nyeri 7, nyeri dirasakan saat bergerak. Data obyektif yaitu pasien tampak kesakitan, gelisah,

11 pasien tampak tidak rileks, tanda-tanda vital : tekanan darah : 110/70 mmhg, pernafasan : 20 kali per menit, suhu : 36,6ºC, nadi : 86 kali per menit. Dari data tersebut masalah yang ditemukan yaitu nyeri akut dengan penyebab yaitu agen cedera fisik (insisi pembedahan). Sehingga didapatkan prioritas diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (insisi pembedahan). D. Perencanaan Intervensi disusun pada tanggal 03 April 2012 dengan pasien di Bangsal Kanthil di RSUD Karanganyar. Diagnosa keperawatan post operasi yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (insisi pembedahan), dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil : tanda-tanda vital dalam batas normal (tekanan darah : 120/90 mmhg, suhu 36ºC, nadi : 80 kali per menit, pernafasan : 20 kali per menit), pasien dapat mengontrol nyeri, skala nyeri 3-5. Intervensi keperawatan untuk diagnosa nyeri akut yaitu pantau tingkat skala nyeri, rasional untuk mengidentifikasi skala nyeri. Monitor tanda-tanda vital, rasional untuk mengetahui perkembangan dan ketidaknyamanan pasien. Ajarkan tehnik relaksasi, rasional untuk melepaskan tegangan emosional dan otot. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik (Pronalges Suppositoria), rasional untuk mengurangi rasa nyeri. Berikan teknik distraksi, rasional untuk memfokuskan pasien ke hal lain dalam mengurangi rasa nyeri.

12 E. Implementasi Implementasi dilakukan pada tanggal 03 April 2012 oleh penulis dimulai pukul 13.00 WIB dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (insisi pembedahan). Dilakukan tindakan keperawatan pada pukul 13.00 WIB adalah memantau tingkat skala nyeri, dengan respon subjektif adalah pasien mengatakan nyeri karena post operasi, nyerinya seperti melilitlilit dan terbakar di perut kanan bawah (kuadran IV) dengan skala nyeri 7, nyeri dirasakan saat bergerak, untuk respon objektifnya adalah pasien tampak kesakitan, gelisah. Pada pukul 13.10 WIB dilakukan tindakan keperawatannya adalah memonitor tanda-tanda vital, dengan respon subjektif adalah pasien mengatakan badannya terasa lemah, respon objektif adalah tanda-tanda vital : tekanan darah : 110/70 mmhg, pernafasan : 20 kali per menit, suhu : 36,6ºC, nadi : 86 kali per menit. Pada pukul 13.00 WIB dilakukan tindakan keperawatannya adalah memberikan terapi analgetik (Pronalges Suppositoria 3x1), respon subjektif adalah pasien mengatakan mau diberikan obat lewat anus, respon objektif adalah obat Pronalges Suppositoria masuk melalui anus. Pada pukul 14.00 WIB dilakukan tindakan keperawatannya adalah mengajarkan tehnik relaksasi, respon subjektif adalah pasien mengatakan lebih rileks, respon objektif adalah pasien memperagakan teknik relaksasi. Dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 04 April 2012 pukul 08.00 WIB adalah memantau tingkat skala nyeri, dengan respon subjektif adalah pasien mengatakan nyeri karena post operasi, nyerinya seperti melilitlilit dan terbakar di perut kanan bawah (kuadran IV) dengan skala nyeri 6,

13 nyeri dirasakan saat bergerak, untuk respon objektifnya adalah pasien tampak kesakitan. Pada pukul 09.00 WIB dilakukan tindakan keperawatannya adalah memberikan terapi analgetik (Pronalges Suppositoria), respon subjektif adalah pasien mengatakan mau diberikan obat lewat anus, respon objektif adalah obat Pronalges Suppositoria masuk melalui anus. Pada pukul 12.00 WIB dilakukan tindakan keperawatannya adalah memonitor tanda-tanda vital, dengan respon subjektif adalah pasien mengatakan badannya terasa lemah, respon objektif adalah tanda-tanda vital : tekanan darah : 120/90 mmhg, pernafasan : 18 kali per menit, suhu : 36,1ºC, nadi : 90 kali per menit. Pada pukul 12.15 WIB dilakukan tindakan keperawatannya adalah mengajarkan tehnik relaksasi, respon subjektif adalah pasien mengatakan lebih rileks, respon objektif adalah pasien memperagakan teknik relaksasi. Pada pukul 13.00 WIB dilakukan tindakan keperawatannya adalah memberikan teknik distraksi, respon subjektif adalah pasien mengatakan lebih rileks, respon objektif adalah pasien mempraktekkan teknik distraksi. F. Evaluasi Pada tanggal 03 April 2012 pukul 13.00 WIB catatan perkembangan pada Tn. P pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (insisi pembedahan) adalah sebagai berikut data subyektif pasien mengatakan nyeri karena post operasi, nyerinya seperti melilit-lilit dan terbakar, di perut kanan bawah, dengan skala nyeri 7, nyeri dirasakan saat bergerak. Data obyektif pasien tampak kesakitan, gelisah, pasien tampak tidak rileks. Analisa

14 yaitu masalah nyeri akut belum teratasi. Perencanaan yaitu intervensi dilanjutkan antara lain pantau tingkat skala nyeri, monitor tanda-tanda vital, ajarkan tehnik relaksasi, kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik (Pronalges Suppositoria), berikan teknik distraksi. Pada tanggal 04 April 2012 pukul 09.00 WIB catatan perkembangan pada Tn. P pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (insisi pembedahan) adalah sebagai berikut data subyektif pasien mengatakan nyeri karena post operasi, nyerinya seperti melilit-lilit dan terbakar, di perut kanan bawah, skala nyeri 6, nyeri dirasakan saat bergerak. Data obyektif pasien tampak kesakitan, pasien tampak tidak rileks. Analisa yaitu masalah nyeri akut belum teratasi. Perencanaan yaitu intervensi dilanjutkan antara lain pantau tingkat skala nyeri, monitor tanda-tanda vital, ajarkan tehnik relaksasi, kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik (Pronalges Suppositoria), berikan teknik distraksi.

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN Bab ini merupakan pembahasan tentang kesenjangan antara kasus dengan teori yang ada dan juga melihat kekurangan penulis dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Pembahasan ini meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Adapun penjelasannya sebagai berikut : A. Pembahasan Tahap pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu ( Nursalam, 2009). Pengkajian terhadap Tn. P penulis menggunakan metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Pada metode pertama yaitu wawancara merupakan metode komunikasi yang direncanakan dan meliputi tanya jawab antara perawat dengan pasien (Nursalam, 2009). Hal ini penulis tidak menemukan kesulitan, karena Tn. P dapat menjawab semua pertanyaan dengan baik, selain itu Tn. P dapat bekerja sama dengan baik dalam memberikan keterangan. 15

16 Metode yang kedua digunakan dalam mengumpulkan data adalah observasi yaitu kegiatan mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan klien (Nursalam, 2009). Dalam metode ini penulis mengalami kesulitan karena tidak dapat melakukan observasi secara langsung selama 3 kali 24 jam karena penulis hanya berdinas pada satu shift saja 3 kali 7 jam. Berikutnya penulis hanya dapat mendelegasikan kepada tim perawat lain yang berdinas di ruang Kanthil RSUD Karanganyar. Metode yang ketiga yaitu pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dipergunakan untuk memperoleh data objektif dari pasien dan untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah kesehatan, serta dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan ( Nursalam, 2009). Data fokus yang ditemukan penulis dalam pengkajian kasus Tn. P tidak jauh berbeda dengan data fokus yang disebutkan dalam teori sehingga terdapat kesinambungan antara tinjauan teori dengan kasus nyata. Hasil pengkajian pada tanggal 02-03 April 2012 data fokus yang terdapat pada kasus adalah pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien merasa sering gelisah, perut terasa kembung dan jarang kentut. Pasien mengatakan nyeri di perut kanan bawah dan nyeri ketika mengangkat benda berat. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ada persamaan antara data yang ada di kasus dan teori yaitu persamaan data dengan penyakit Hernia Inguinalis Lateralis.

17 Hernia Inguinalis Lateralis adalah suatu penonjolan dinding perut yang terjadi di daerah inguinal disebelah lateral pembuluh epigastrika inferior (R. Sjamsuhidajat). Penyebab terjadinya Hernia Inguinalis Lateralis yaitu karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat. Pada Hernia Inguinalis Lateralis keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul pada waktu mengejan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat baring (Sudoyo, 2009). Tanda-tanda dan gejala Hernia Inguinalis Lateralis yaitu gelisah, kembung, nyeri, tidak ada flatus, muntah, distensi abdomen, konstipasi (Arif Muttaqin, 2009). Dalam pemeriksaan penunjang penulis tidak mendokumentasikan hasil pemeriksaan diameter anulus inguinalis, dan penulis tidak mendokumentasikan hasil pemeriksaan dengan sinar X abdomen yang menunjukkan abnormalnya tinggi kadar gas dalam usus atau obstruksi usus (Sandra M. Netina, 2002). Hal ini merupakan keterbatasan informasi yang diperoleh penulis. Pengkajian untuk menggambarkan nyeri dapat dilihat dari beberapa hal. Pertama, intensitas nyeri yaitu dengan membuat tingkatan nyeri dimana pada skala intensitas nyeri angka 0 digambarkan tidak ada nyeri, angka 1-3 digambarkan nyeri ringan, angka 4-6 digambarkan nyeri sedang, angka 7-9 digambarkan nyeri berat, dan angka 10 digambarkan nyeri paling hebat. Kedua, karakteristik nyeri yaitu termasuk letak, irama, dan kualitas. Ketiga, faktor-faktor yang meredakan nyeri yaitu istirahat, obat-obat bebas, dan apa yang dipercaya pasien untuk membantu mengatasi nyeri. Keempat, efek

18 nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari yaitu tidur, nafsu makan, konsentrasi dan interaksi dengan orang lain. Kelima, kekhawatiran individu tentang nyeri yaitu beban ekonomi, prognosis, pengaruh terhadap peran, dan perubahan citra diri (Brunner and Suddarth, 2002). Pada hasil pengkajian pola kesehatan fungsional ditemukan masalah pada pola aktifitas dan latihan yaitu setelah post operasi Tn. P mengatakan makan atau minum, berpakaian, mobilitas di tempat tidur dibantu oleh orang lain, untuk toileting dibantu orang lain dan menggunakan alat, untuk berpindah dan ambulasi tergantung total. Menurut teori yang ada, nyeri pasca operasi yang akut dapat menyebabkan ketidakmampuan dan imobilisasi pada individu, sehingga kondisi ini akan merusak kemampuan individu untuk melakukan aktivitas perawatan diri. Pasien yang mengalami nyeri kurang mampu berpartisipasi dalam aktivitas hal ini disebabkan karena rasa ketidaknyamanan pasca operasi sehingga menyulitkan pasien seperti saat makan, mandi, berpakaian dan yang lainnya (Patricia A. Potter, 2006). Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan respons manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan mengubah (Nursalam, 2009). Berdasarkan data-data yang didapatkan penulis dari hasil pengkajian tanggal 02-03 April 2010, pada Tn. P di ruang Kanthil RSUD Karanganyar. Dari data pengkajian dapat disimpulkan bahwa pasien mempunyai masalah keperawatan nyeri. Etiologi dari diagnosa ini

19 adalah agen cedera fisik dari insisi pembedahan (Nanda, 2009). Secara otomatis etiologi diatas akan mengakibatkan hambatan syaraf-syaraf yang mensyarafi sensasi nyeri pada organ yang bersangkutan, sehingga rasa nyeri akan sangat dirasakan oleh pasien. Berdasarkan dari masalah keperawatan dan etiologi dapat dimunculkan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (insisi pembedahan). Penulis merumuskan diagnosa nyeri akut karena didukung data subjektif pasien mengatakan nyeri karena post operasi, nyerinya seperti melilit-lilit dan terbakar di perut kanan bawah (kuadran IV) dengan skala nyeri 7, nyeri dirasakan saat bergerak. Data obyektif yaitu pasien tampak kesakitan, gelisah, pasien tampak tidak rileks, tanda-tanda vital : tekanan darah : 110/70 mmhg, pernafasan : 20 kali per menit, suhu : 36,6ºC, nadi : 86 kali per menit. Penulis memprioritaskan masalah nyeri akut sebagai prioritas pertama, karena nyeri pasca operasi merupakan nyeri akut secara serius yang mengancam proses penyembuhan klien, yang harus menjadi prioritas perawatan. Nyeri pasca operasi yang akut menghambat kemampuan klien untuk terlibat aktif dan meningkatkan risiko komplikasi akibat imobilisasi. Rehabilitasi dapat tertunda dan hospitalisasi menjadi lama jika nyeri akut tidak terkontrol. Kemajuan fisik atau psikologis tidak dapat terjadi selama nyeri akut masih dirasakan karena klien memfokuskan semua perhatiannya pada upaya untuk mengatasi nyeri. Setelah nyeri teratasi, maka klien dan tim perawat kesehatan dapat memberikan perhatian penuh pada upaya penyembuhan klien (Patricia A. Potter, 2006).

20 Intervensi keperawatan adalah desain spesifik dari intervensi yang disusun untuk membantu klien dan mencapai kriteria hasil. Rencana intervensi disusun berdasarkan komponen penyebab dari diagnosis keperawatan (Nursalam, 2009). Intervensi dilakukan selama 2 kali 24 jam untuk mengetahui keadaan pasien secara maksimal. Intervensi disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan specific (jelas atau khusus), measurable (dapat diukur), achieveble (dapat diterima), rasional and time (ada kriteria waktu), selanjutnya akan dibahas intervensi dari masing-masing diagnosa yang ditegakkan (A Aziz Alimul Hidayat, 2002). Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (insisi pembedahan). Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil : tanda-tanda vital dalam batas normal (tekanan darah : 120/90 mmhg, suhu 36ºC, nadi : 80 kali per menit, pernafasan : 20 kali per menit), pasien dapat mengontrol nyeri, skala nyeri 3-5. Penulis mengambil waktu selama 2 x 24jam karena penulis melaksanakan praktek selama 3hari dan sudah termasuk pengkajian dan memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Namun, menurut teori yang ada masalah nyeri tidak dapat diatasi dalam waktu singkat dan perlu penanganan terlebih dahulu karena nyeri berhubungan dengan kebutuhan fisiologis, rasa nyaman dan harus dipenuhi (Patricia A. Potter, 2006). Pada pasien yang menjalani post operasi nyeri berkurang dalam waktu 3-5 hari. Secara klinik nyeri ini diklasifikasikan sebagai nyeri nosisepsi yaitu

21 terjadi akibat kerusakan atau cedera jaringan pada pasca bedah sehingga menyebabkan iritasi pada ujung saraf sensorik di perifer, dimana lokasi nyeri yang jelas terjadi. Pembedahan merupakan suatu kekerasan dan trauma bagi penderita, sedangkan anestesi dapat menyebabkan kelainan yang dapat menimbulkan berbagai keluhan dan gejala seperti nyeri (R. Sjamsuhidajat, 2005). Rencana keperawatan yang diberikan dalam menangani masalah nyeri akut yang berhubungan dengan agen cedera fisik (insisi pembedahan) yaitu pertama pantau tingkat skala nyeri dengan standart PQRST, P : mengacu pada penyebab nyeri, Q : menjelaskan lokasi nyeri, R : mengacu pada daerah nyeri, S : menjelaskan tingkat keparahan nyeri yaitu dengan melihat intensitas skala nyeri, skala nyeri 0 = tidak ada nyeri, 1-3 = nyeri ringan, 4-6 = nyeri sedang, 7-9 = nyeri berat, 10= nyeri paling hebat, T : menjelaskan waktu terjadinya nyeri (Brunner and Suddarth, 2002). Kedua, monitor tanda-tanda vital yaitu untuk menentukan status kesehatan atau untuk menilai respons pasien terhadap stres trehadap proses post pembedahan yang meliputi pengukuran suhu, pengukuran nadi, pengukuran tekanan darah, pengukuran frekuensi pernafasan (Arif Muttaqin, 2009). Ketiga, ajarkan tehnik relaksasi yaitu untuk mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan tujuan dari teknik ini akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen pada jaringan terpenuhi dan nyeri berkurang (Brunner and Suddarth, 2002).

22 Keempat, kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik yang berfungsi untuk memblokir lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang (Brunner and Suddarth, 2002). Kelima, berikan teknik distraksi berfungsi untuk menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak (Brunner and Suddarth, 2002). Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Implementasi membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2009). Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah nyeri yaitu pertama memantau tingkat skala nyeri, adanya persamaan tindakan yang dilakukan penulis dengan teori. Pasien diminta untuk menunjuk titik pada garis yang menunjukkan letak nyeri terjadi di rentang garis horisontal sepanjang 10cm, dimana terdapat 10 angka yang mempunyai masing-masing kriteria skala nyeri, meliputi nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat, dan nyeri paling hebat (Brunner and Suddarth, 2002). Dari tindakan keperawatan didapatkan hasil pada tanggal 03 April 2012 skala nyeri 7, pada tanggal 04 April 2012 skala nyeri 6. Kedua, memonitor tanda-tanda vital, adanya persamaan tindakan yang dilakukan penulis dengan teori. Mengukur suhu tubuh pasien, mengukur nadi, mengukur tekanan darah, dan frekuensi pernafasan. Hal ini sebagai indikator status kesehatan, ukuran-ukuran yang menandakan keefektifan

23 sirkulasi, respirasi, serta neurologis dan endokrin tubuh (Arif Muttaqin, 2009). Dari tindakan keperawatan didapatkan hasil tanda-tanda vital : pada tanggal 03 April 2012, tekanan darah : 110/70 mmhg, pernafasan : 20 kali per menit, suhu : 36,6ºC, nadi : 86 kali per menit. Pada tanggal 04 April 2012, tekanan darah : 120/90 mmhg, pernafasan : 18 kali per menit, suhu : 36,1ºC, nadi : 90 kali per menit. Ketiga, memberikan terapi analgetik (Pronalges Suppositoria), rute pemberian analgetik diberikan lewat rute rektal. Saat dilakukan pemberian analgetik Pronalges Suppositoria penulis menggunakan kassa yang disediakan oleh rumah sakit. Keempat, mengajarkan tehnik relaksasi, adanya persamaan tindakan yang dilakukan penulis dengan teori. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien diminta melakukannya dengan memejamkan mata dan bernapas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi menghirup satu, dua, tiga, dan ekshalasi dengan menghembuskan satu, dua, tiga (Brunner and Suddarth, 2002). Sehingga dari hasil tindakan keperawatan teknik relaksasi yang diberikan pasien tampak rileks. Kelima, memberikan teknik distraksi, penulis menganjurkan pasien untuk mendengarkan lagu kesukaannya dari handphone yang dimiliki pasien. Adanya persamaan tindakan yang dilakukan penulis dengan teori. Memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri, yang menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang bertanggungjawab terhadap teknik kognitif

24 efektif (Brunner and Suddarth, 2002). Dari hasil tindakan keperawatan dalam mengajarkan teknik distraksi pasien merasa lebih rileks. Evaluasi adalah sebagian yang direncanakan dan diperbandingkan yang sistematik pada status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan. Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan format evaluasi SOAP meliputi data subyektif, data obyektif, data analisa, dan data perencanaan (Nursalam, 2009). Evaluasi diagnosa keperawatan yang utama yaitu diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (insisi pembedahan), setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam nyeri pada pasien berkurang. Data subyektif pasien mengatakan nyeri karena post operasi pembedahan, nyerinya seperti melilit-lilit dan terbakar, di perut kanan bawah, skala nyeri 6, nyeri dirasakan saat bergerak. Data obyektif pasien tampak kesakitan. Analisa data yaitu masalah nyeri belum teratasi karena skala nyeri pasien masih berada pada tingkat skala nyeri sedang yaitu skala nyeri 6. Sehingga intervensi masih dilanjutkan yaitu pertama pantau tingkat skala nyeri dengan standart PQRST. Kedua, monitor vital sign meliputi pengukuran suhu, pengukuran nadi, pengukuran tekanan darah, pengukuran frekuensi pernafasan. Ketiga, ajarkan tehnik relaksasi. Keempat, kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik. Kelima, berikan teknik distraksi.

25 B. Simpulan dan Saran 1. Simpulan Berdasarkan dari data yang ada dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien meliputi pengkajian riwayat kesehatan, pola kesehatan fungsional, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. b. Masalah keperawatan yang muncul yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (insisi pembedahan). Nyeri merupakan suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif. c. Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah nyeri yaitu pantau tingkat skala nyeri, monitor vital sign, ajarkan tehnik relaksasi, kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik, berikan teknik distraksi. d. Tindakan keperawatan yang dilakukan dalam mengatasi nyeri yaitu memantau tingkat skala nyeri, memonitor vital sign, mengajarkan tehnik relaksasi, memberikan terapi analgetik pronalges suppositoria, memberikan teknik distraksi.

26 e. Evaluasi tindakan menggunakan format evaluasi SOAP. Masalah nyeri belum teratasi karena skala nyeri masih berada pada tingkat skala nyeri sedang yaitu skala nyeri 6 sehingga intervensi dilanjutkan. f. Analisa kondisi nyeri akut pada Tn. P dengan post operasi Hernia Inguinalis Lateralis yaitu pasien mengatakan nyeri karena post operasi pembedahan, nyerinya seperti melilit-lilit dan terbakar, di perut kanan bawah, skala nyeri 6, nyeri dirasakan saat bergerak. 2. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran yang dapat bermanfaat bagi orang lain, sebagai berikut: a. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Diharapkan dapat mempertahankan serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit. b. Bagi Tenaga Kesehatan Terutama Perawat Diharapkan perlu penerapan asuhan keperawatan yang konsisten dan sesuai dengan teori dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, sehingga pasien akan mendapatkan perawatan yang holistik dan komprehensif. c. Bagi institusi pendidikan Diharapkan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dan professional, sehingga dapat tercipta

27 perawat-perawat yang profesional, terampil, cekatan dan handal yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.