PETUNJUK PRAKTIS. Petunjuk Praktis Pengukuran Ternak Sapi

dokumen-dokumen yang mirip
PANDUAN. Mendukung. Penyusun : Sasongko WR. Penyunting : Tanda Panjaitan Achmad Muzani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

Tugas Mata Kuliah Agribisnis Ternak Potong (Peralatan Untuk Perawatan Ternak Potong, Pemotongan Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA)

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

MEMILIH BAKALAN SAPI BALI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan setiap pukul WIB,

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Materi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP

BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

PERHITUNGAN BODY SCORING CONDITION (BCS) PADA SAPI PERAH

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

MATERI DAN METODE. ) diukur dari lateral tuber humerus (tonjolan depan) sampai tuber ischii dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

BAHAN PERKULIAHAN KONTRUKSI POLA BUSANA (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds

PENDAHULUAN. tubuh yang akhirnya dapat dijadikan variable untuk menduga bobot badan. Bobot

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali

ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati

Identifikasi Fenotipik Sapi Hitam- Peranakan Angus di Kabupaten Sragen

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

KONSEP DASAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN APA PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

PENUNTUN PRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA

BAB III HANDLING TERNAK RIMINANSIA

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

METODOLOGI PENELITIAN. selama 2 bulan, yakni mulai dari Bulan Mei sampai dengan Bulan Juli 2013.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba

PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI PASUNDAN MENGGUNAKAN RUMUS WINTER PADA BERBAGAI SKOR KONDISI TUBUH DI KECAMATAN TEGAL BULEUD KABUPATEN SUKABUMI

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

MENGUKUR PRODUKSI TERNAK

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

GERGAJI TANGAN PADA KERJA BANGKU

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Perkembangan Sapi Perah Menurut Sudono et al. (2003), sapi Fries Holland (FH) berasal dari

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Gambaran Umum BBPTU-HPT Baturraden Jawa Tengah. Lokasi Balai Benih Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

Bibit sapi Bali SNI 7355:2008

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

KAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN IMPOR SAPI TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI DI NTB

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan Metode

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

Bibit sapi potong - Bagian 4 : Bali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

Bibit sapi potong - Bagian 2: Madura

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Domba yang digunakan untuk penelitian adalah Domba Garut jantan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENGGAMBAR GARIS. Yesi Marlina 87678/2007

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4-7 tahun sebanyak 33 ekor yang mengikuti perlombaan pacuan kuda

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KERBAU LUMPUR BETINA PADA UMUR YANG BERBEDA DI NAGARI LANGUANG KECAMATAN RAO UTARA KABUPATEN PASAMAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

MATERI DAN METODE PENELITIAN

I. Panduan Pengukuran Antropometri

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

Transkripsi:

PETUNJUK PRAKTIS i

PENGUKURAN TERNAK SAPI POTONG Penyusun : Awaluddin Tanda Panjaitan Penyunting : Tanda Panjaitan Ahmad Muzani KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NTB 2010 ii

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah S.W.T sehingga penyusunan buku petunjuk teknis pengukuran sapi potong ini dapat diselesesaikan. Buku petunjuk teknis merupakan satu dari sepuluh seri buku petunjuk teknis yang diterbitkan Balai Pengkajian Teknologi Peternakan Nusa Tenggara Barat (BPTP-NTB) dalam upayanya mendukung program swasembada daging sapi 2014. Buku ini mengurai secara praktis dan sederhana cara mengukur ternak untuk memperoleh data dan informasi keragaan ternak dilapangan sehingga perkembangan dan pertumbuhan ternak dapat dimonitor dengan baik. Buku ini diterbitkan atas biaya dari dana kegiatan pendampingan program swasembada daging sapi BPTP- NTB tahun anggaran 2010. Kepada tenaga peneliti dan penyuluh dari kelompok pengkaji peternakan yang sudah terlibat dalam penyusunan buku petunjuk teknis ini diucapkan terima kasih, semoga buku kecil ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Mataram, Agustus 2010. Kepala Balai, Dr. Ir. Dwi Praptomo S., MS iii

DAFTAR ISI JUDUL Kata Pengantar Daftar isi Daftar Gambar ii iii iv v I. PENDAHULUAN... 1 II. PENGUKURAN BERAT... 3 III. PENGUKURAN TUBUH... 5 IV. SKOR KONDISI TUBUH... 13 V. KETEBALAN LEMAK... 23 VI. PETUNJUK UNTUK MENDUGA KETEBALAN LEMAK SECARA VISUAL... 26 PENUTUP... 29 DAFTAR PUSTAKA 30 iv

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Cara mengukur lingkar dada ternak sapi... 6 2. Cara mengukur tinggi panggul ternak sapi... 8 3. Cara mengukur tinggi pinggul... 9 4. Cara mengukur panjang badan... 11 5. Sapi Bali betina sangat kurus (Skor kondisi tubuh 2) dengan tonjolan tulang terlihat jelas merata di seluruh bagian tubuh... 14 6. Sapi Bali betina sangat kurus (Skor kondisi tubuh 2) dengan garis tulang rusuk masih terlihat jelas... 15 7. Sapi Bali betina sangat kurus (Skor kondisi tubuh 3) dengan garis membentuk segitiga yang masih terlihat jelas dan tulang pangkal ekor masih terlihat tajam... 18 8. Sapi Bali betina sangat kurus (Skor kondisi tubuh 4) dengan perlemakan yang lebih menonjol pada seluruh bagian tubuh dan tulang pangkal ekor hanya tinggal berbentuk garis... 20 9. Sapi Bali betina sangat kurus (Skor kondisi tubuh 2) dengan kerangka tubuh dan struktur pertulangan yang tidak terlihat dan tidak teraba tulang pangkal ekor sudah tidak terlihat karena tertimbun lemak... 22 10. Ketebalan lemak diukur pada bagian kulit di atas anus di sebelah kiri dan kanan pangkal tulang ekor... 24 11. Titik-titik perlemakan pada ternak sapi dilihat dari belakang... 25 v

12. Titik ketebalan lemak pada sapi Bali, kurus, sedang dan gemuk... 27 13. Memperkirakan deposisi lemak dengan melihat tingkat ketajaman pertemuan kulit antara kedua bagian dalam dari paha (a) dan ternak kurus dengan sudut pertemuan kulit antara kedua paha bagian dalam berbentuk cekung dan lancip... 28 vi

I. PENDAHULUAN Pemerintah melalui Kementerian Pertanian menargetkan pencapaian swasembada daging sapi tahun 2014. Untuk dapat mencapai swasembada diperlukan penambahan populasi ternak sapi sebanyak 1,5 juta ekor. Penambahan populasi sepenuhnya diharapkan dari perbaikan produktivitas sapi dan terutama pada peternakan rakyat. Peternakan rakyat pada umumnya tidak mempunyai karakter recording dan monitoring yang baik sehingga sulit untuk mendapatkan informasi keragaan perkembangan dan penampilan ternak yang dipelihara pada tingkat peternakan rakyat. Recording dan monitoring sederhana perlu dikembangkan dan diintroduksi pada peternakan rakyat sehingga dapat diperoleh informasi keragaan ternak yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan ternak baik di tingkat petani, pemerintah kabupaten, provinsi dan pemerintah pusat. Buku ini berisikan cara melakukan pengukuran ternak agar diperoleh keseragaman cara pengukuran 1

ternak di lapangan yang dapat membantu petani dan petugas lapangan seperti para Sarjana Membangun Desa (SMD) untuk dapat mengukur dan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ternaknya. Pengukuran yang akan diuraikan pada buku ini meliputi; berat badan, lingkar dada, tinggi panggul, tinggi pinggul, panjang badan, skor kondisi tubuh dan ketebalan lemak. 2

II. PENGUKURAN BERAT Pengukuran berat badan ternak umumnya dilakukan untuk mengetahui perkembangan ternak sehingga dapat dimonitor dampak dari satu intervensi teknologi atau perbaikan manajemen. Berat badan dapat dijadikan salah satu indikator untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ternak. Penimbangan hendaklah dilakukan dengan urutan dan tata cara yang tetap, agar mendapatkan berat badan yang mendekati kebenaran. Penimbangan sebaiknya dilakukan pagi hari sebelum diberi makan di kandang jepit. Teknik penimbangan yang baik dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Siapkan alat dan kelengkapan untuk penimbangan berupa; standard berat, timbangan dan papan timbang. Jika menggunakan timbangan digital, periksa dahulu baterai monitor sebelumnya. Jika indikator menunjukkan bahwa kondisi listrik tidak penuh maka sebaiknya dilakukan pengisian baterai beberapa saat sebelum digunakan. 2. Siapkan buku data untuk mencatat hasil timbangan. 3

3. Tempatkan kedua besi batang timbangan (bar) pada posisi melintang di atas lantai kandang jepit. 4. Memasang papan alas timbangan di atas kedua batang timbangan (bar) tersebut. 5. Kabel bar dihubungkan dengan monitor dan pastikan dan angka di monitor menunjukan angka nol sebelum memulai penimbangan. 6. Untuk mengetahui bahwa alat timbangan dapat berfungsi dengan baik maka standard berat ditimbang terlebih dahulu. 7. Standar berat dapat dibuat dari campuran semen dan pasir dengan berat tertentu. 8. Sebelum penimbangan sapi dimulai, terlebih dahulu standar berat ditimbang, untuk memastikan apakah beratnya tetap. 9. Posisi sapi ketika ditimbang adalah : sapi berada tepat di atas papan alas timbangan; usahakan agar sapi berdiri dengan posisi tegak. Jangan bersandar pada dinding kandang jepit. 10. Angka yang tertera pada layar monitor dicatat setelah angka yang ditunjukkan sudah konstan (atau tidak berubah-ubah). 4

III. PENGUKURAN TUBUH Perubahan ukuran tubuh ternak dapat dijadikan sebagai indikator pertumbuhan ternak. Perubahan pada ukuran tubuh ternak menunjukkan apakah ternak mengalami pertumbuhan atau tidak. 3.1. Mengukur Lingkar Dada Lingkar Dada (LD) merupakan salah satu dimensi tubuh yang dapat digunakan sebagai indikator mengukur pertumbuhan dan perkembangan ternak. Pengukuran lingkar dada diukur pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan. Pengukuran lingkar dada dilakukan dengan melingkarkan pita ukur pada badan. Cara Mengukur Lingkar Dada : Teknik pengukuran yang baik dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Siapkan pita ukur dengan panjang minimal 200 cm. 5

2. Siapkan buku data untuk mencatat hasil pengukuran lingkar dada 3. Pengukuran lingkar dada dilakukan simultan setelah ternak ditimbang 4. Pastikan ternak sudah tenang dan berdiri dengan posisi yang tegak 5. Catat angka lingkar dada yang terukur pada pita ukur kedalam buku data. Lingkar dada Gambar 1. Cara mengukur lingkar dada ternak sapi. 6

3.2. Mengukur Tinggi Panggul Tinggi panggul adalah jarak tegak lurus dari tanah sampai dengan puncak gumba atau di belakang punuk untuk sapi Hisar dan Ongole. Cara Mengukur Tinggi Panggul : 1. Siapkan mistar ukur berbentuk L dan siapkan ternak yang akan diukur 2. Siapkan buku untuk pengisian data 3. Tempatkan ternak sapi pada posisi/tempat yang rata dan pastikan ternak berdiri tegak secara alami. 4. Ukurlah ternak dengan menempatkan mistar ukur tegak lurus dan pastikan bagian horizontal dari mistar persis berada di atas gumba. 5. Catat hasil pengukuran pada buku data yang telah disiapkan. 7

Tinggi Panggul Gambar 2. Cara mengukur tinggi panggul ternak sapi. 8

3.3. Mengukur Tinggi Pinggul Tinggi Pinggul Gambar 3. Cara mengukur tinggi pinggul ternak sapi. 9

Cara Mengukur Tinggi Pinggul : 1. Tempatkan ternak sapi pada posisi/tempat yang rata dan pastikan ternak berdiri tegak secara alami. 2. Ukurlah ternak dengan menempatkan mistar ukur tegak lurus dan pastikan bagian horizontal dari mistar persis berada di atas pinggul. 3. Catatan hasil pengukuran pada buku data yang telah disiapkan. 10

3.4. Mengukur Panjang Badan Panjang badan adalah panjang dari titik bahu ke tulang duduk (pin bone). Panjang badan Gambar 4. Cara mengukur panjang badan ternak sapi. 11

Cara Mengukur Panjang Badan : 1. Siapkan alat berupa mistar ukur berbentuk lurus. 2. Tempatkan ternak sapi pada posisi/tempat yang rata dan pastikan ternak berdiri tegak secara alami. 3. Ukur ternak dengan menempatkan mistar ukur pada bagian titik bahu sampai pada tulang duduk 4. Catatan hasil pengukuran pada form isian yang telah disiapkan 12

IV. SKOR KONDISI TUBUH Skor kondisi dimaksudkan untuk memberikan kriteria pada seekor ternak sapi yang dinilai secara kualitatif. Standar penilaian ini penting terkait dengan kondisi tubuh ternak yang dapat menjadi indikator terhadap pertumbuhan ternak dan potensi reproduksi yang dimiliki oleh seekor ternak. 4.1. Skor 1 Pada kondisi skor 1 ternak menunjukkan keragaan tubuh yang Sangat Kurus di mana tonjolan tulang belakang, tulang rusuk, tulang pinggul dan tulang pangkal ekor terlihat sangat jelas. Pada kondisi tubuh seperti ini, sapi betina dewasa mengalami gangguan reproduksi berat yang ditandai dengan berhentinya siklus birahi. 13

Gambar 5. Sapi Bali betina sangat kurus (Skor kondisi tubuh 2) dengan tonjolan tulang terlihat jelas merata di seluruh bagian tubuh. 14

4.2. Skor 2 Pada kondisi skor 2 ternak menunjukkan keragaan tubuh yang Kurus, namun lebih baik dibandingkan dengan ternak pada kondisi skor 1 dimana tonjolan tulang di berbagai tempat mulai tidak terlihat namun garis tulang rusuk masih terlihat jelas dan sudah mulai terlihat ada sedikit perlemakan pada pangkal tulang ekor dimana pangkal tulang ekor terlihat sedikit lebih bulat. Gambar 6. Sapi Bali betina kurus (Skor kondisi tubuh 2) dengan garis tulang rusuk masih terlihat jelas. 15

Pada kondisi tubuh seperti ini, sapi betina dewasa masih mengalami gangguan reproduksi yang ditandai dengan siklus birahi yang tidak teratur dan cenderung kurang dari 21 hari dan lama birahi yang lebih pendek kurang dari 4 jam dan sering disebut dengan birahi tenang. 16

4.3. Skor 3 Pada kondisi skor 3 ternak menunjukkan keragaan tubuh yang Sedang atau Menengah, dimana tonjolan tulang sudah tidak terlihat lagi dan kerangka tubuh, pertulangan dan perlemakan mulai terlihat seimbang namun masih terlihat jelas garis berbentuk segitiga antara tulang HIP dan rusuk bagian belakang dan tonjolan pangkal tulang ekor sudah membentuk kurva karena adanya penimbunan perlemakan pada pangkal tulang ekor. Pada kondisi tubuh seperti ini, aktivitas reproduksi sapi betina dewasa sudah kembali normal. 17

Gambar 7. Sapi Bali betina sedang (Skor kondisi tubuh 3) dengan garis membentuk segitiga yang masih terlihat jelas dan tulang pangkal ekor masih terlihat tajam 18

4.4. Skor 4 Pada kondisi skor 4 ternak menunjukkan keragaan tubuh yang Baik, dimana kerangka tubuh dan tonjolan tulang sudah tidak terlihat dan perlemakan sudah lebih menonjol pada semua bagian tubuh. Garis tonjolan pangkal tulang ekor masih terlihat namun jika dilihat dari belakang. Bagian belakang tubuh sudah mulai berbentuk persegi panjang yang menunjukkan perlemakan pada bagian paha, pinggul dan paha bagian dalam. Pada kondisi tubuh seperti ini ternak akan dapat bertahan dan aktivitas reproduksi tidak terganggu selama musim kering atau musim kekurangan pakan. 19

Gambar 8. Sapi Bali betina baik (Skor kondisi tubuh 4) dengan perlemakan yang lebih menonjol pada seluruh bagian tubuh dan tulang pangkal ekor hanya tinggal berbentuk garis. 20

4.5. Skor 5 Pada kondisi skor 5 ternak menunjukkan keragaan tubuh yang Gemuk, dimana kerangka tubuh dan struktur pertulangan sudah tidak terlihat dan tidak teraba. Tulang pangkal ekor sudah tenggelam oleh perlemakan dan bentuk persegi panjang pada tubuh belakang sudah membentuk lengkungan pada bagian kedua ujungnya. Pada kondisi tubuh seperti ini ternak akan dapat berproduksi dan tidak terganggu oleh perubahan musim. 21

Gambar 9. Sapi Bali betina gemuk (Skor kondisi tubuh 5) dengan kerangka tubuh dan struktur pertulangan yang tidak terlihat dan tidak teraba dan tulang pangkal ekor sudah tidak terlihat karena tertimbun lemak. 22

V. KETEBALAN LEMAK Deposisi lemak merupakan petunjuk kecukupan pakan yang diperoleh ternak. Pada kondisi pakan yang baik misalnya pada musim hujan dimana pakan tersedia dalam jumlah dan kualiats yang baik, sebagian besar ternak mengalami peningkatan berat badan yang sangat nyata dan terjadi penimbunan lemak pada punggung bagian belakang mulai dari tulang pinggul sampai tulang ekor. Jika diraba akan terasa lembut menandakan adanya timbunan lemak dan sebaliknya terasa keras menandakan tidak adanya timbunan lemak. Pengukuran deposisi lemak juga dapat dilakukan dengan memijit lapisan kulit di sebalah kiri dan kanan tulang ekor diatas anus. Jika bagian ini ditekan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk dan terasa tebal dan lembut seperti busa menandakan terdapat timbunan lemak dan bila yang terasa hanya dua lapisan kulit yang bergesekan menandakan tidak ada timbunan lemak. 23

Gambar 10. Ketebalan lemak diukur pada bagian kulit di atas anus di sebelah kiri dan kanan pangkal tulang ekor Ternak yang mempunyai timbunan lemak yang cukup pada awal musim kering dan paceklik pakan akan tetap dapat mempertahankan kemampuan produksinya karena mempunyai simpanan energi yang cukup. Pada kondisi tertentu pengukuran langsung tidak mungkin dilakukan. Deposisi lemak dapat ditilik dengan memperhatikan bagian brisket atau gelambir 24

dan dari belakang dengan mengamati perlemakan pada daerah pangkal tulang ekor dan lipatan kulit diantara dua paha belakang untuk mengetahui ketebalan lemak pada paha dalam bagian belakang. Kurus Sedan Gemu Ekor bulat penuh dengan pangkal Bagian atas rata terdapat tonjolan lemak dikedua si pangkal ekor terlihat jelas Irisan bagian paha dalam yang lancip dengan kuli berkerut Irisan bagian paha dalam yang cembung Gambar 11. Titik tilik perlemakan pada ternak sapi dilihat dari belakang 25

VI. PETUNJUK UNTUK MENDUGA KETEBALAN LEMAK SECARA VISUAL 6.1. Ketebalan lemak pada pangkal ekor Ketebalan lemak pada pangkal ekor dapat digunakan sebagai indikasi untuk mengetahui ketebalan lemak. Ternak yang kurus jika dilihat dari belakang bagian ekor terlihat bundar penuh dan pertemuan pangkal tulang dan penutup terlihat jelas. Ternak dengan perlemakan sedang ekor terlihat bundar setengah dan pertemuan pangkal tulang ekor dan penutup tersambung dengan halus. Pada ternak gemuk bundaran ekor tidak terlihat sehingga terlihat rata dan ada benjolan tumpukan lemak di kanan dan kiri pangkal tulang ekor. 26

Gambar 12. Tilik ketebalan lemak pada sapi Bali; kurus, sedang dan gemuk. 6.2. Ketebalan lemak pada paha dalam bagian belakang Mengukur ketebalan lemak pada paha belakang bagian dalam juga dapat dilakukan untuk mengatahui tingkat deposisi lemak yang berhubungan dengan ketersediaan dan kecukupan pakan yang diberikan. Ketebalan diukur dengan melihat tingkat ketajaman pertemuan kulit antara kedua paha bahagian dalam. Pada ternak kurus sudut pertemuan kulit antara kedua paha dalam berbentuk cekungan 27

yang tajam atau lancip, sedangkan pada ternak dengan perlemakan sedang sudut pertemuan berbentuk cekungan dengan sambungan halus dan pada ternak gemuk sudut pertemuan berbentuk cembung dengan sambungan yang halus. Gambar 13. Memperkirakan deposisi lemak dengan melihat tingkat ketajaman pertemuan kulit antara kedua bagian dalam dari paha (a) dan ternak kurus dengan sudut pertemuan kulit antara kedua paha bagian dalam berbentuk cekung dan lancip (b). 28

PENUTUP Demikian Buku Teknik Pengukuran Sapi Potong ini kami buat agar dapat dijadikan acuan dalam menentukan/mengestimasikan berat daging ternak potong kita dalam menjual ternak yang pada akhirnya akan memberikan nilai tambah pengetahuan dan peningkatan pendapatan petani/peternak melalui Program Sarjana Membangun Desa. 29

DAFTAR PUSTAKA Bambang Agus Murtidjo., Kanisius., Beternak Sapi Potong., Tahun 1990. Beberapa Penyakit Pada Ternak Ruminanasia, Pencegahan Dan Pengobatannya., Departemen Pertanian, Badan Penlitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, NTB., Tahun 2001. Pedoman dan Syarat-syarat Tehnis Pembibitan Sapi Potong., Direktorat Bina Produksi Peternakan, Dirjen Peternakan, Deptan., Tahun 1983. Petunjuk Teknis, Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T)., Departemen Pertanian, Badan Penlitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, NTB., Tahun 2002. 30

vii