Peluang Investasi Minyak Akar Wangi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Di tengah stagnasi perekonomian nasional, UKM telah membuktikan

ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

Peluang Investasi Agribisnis Jagung

II. TINJAUAN PUSTAKA. berumpun lebat, akar tinggal, bercabang banyak, dan berwarna kuning pucat atau

Peluang Investasi Agrobisnis Padi Sawah

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

Peluang Investasi Sutra Alam

Pengumpulan dan Pengolahan Data

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

Lampiran 1. Perkembangan ekspor impor minyak akar wangi. Ekspor Impor Minyak Akar Wangi Tahun

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN IV Kajian Pengembangan Produk

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

BUDIDAYA SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. Randle)

ANALISA SISTEM. Analisa Situasional

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN AKARWANGI

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

III. BAHAN DAN METODE

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERBAIKAN TEKNIK PRODUKSI DAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PRODUKSI MINYAK AKAR WANGI

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EKONOMI GAHARU. Oleh : Firmansyah, Penyuluh Kehutanan. Budidaya pohon gaharu saat ini tak terlalu banyak dikenal masyarakat.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA AKARWANGI (Andropogon Zizanoid) PADA KONDISI RISIKO DI KABUPATEN GARUT. Oleh: NIA ROSIANA A

Jurusan Kimia Faklultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang 1

KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA AKARWANGI (Andropogon Zizanoid) PADA KONDISI RISIKO DI KABUPATEN GARUT. Oleh: NIA ROSIANA A

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial).

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGEMBANGAN INDUSTRI PENYULINGAN MINYAKAKAR WANGI BERORlENTASI EKSPOR. Oleh F ,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Faktor-faktor Penyebab Penurunan

POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL)

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016.

I. PENDAHULUAN. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri obat-obatan, flavor, dalam agroindustri minyak atsiri (Laksamanaharja, 2002).

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM

II. PASCA PANEN KAYU MANIS

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat

III. BAHAN DAN METODE

VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET

Bawang merah (Allium ascalonicum) mempunyai prospek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 KAJIAN PENGARUH PENAMBAHAN BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-03

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

Halaman 1 Peluang Investasi Minyak Akar Wangi Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah Tingkat II di Jawa Barat yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang sangat baik, oleh karena itu daerah Garut sangat cocok untuk ditanami berbagai jenis tanaman, baik komoditi pertanian, perkebunan, maupun kehutanan. Minyak akar wangi merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang sangat potensial untuk dikembangkan di daerah Kabupaten Garut ini, sehingga saat ini banyak diusahakan oleh masyarakat. Minyak akar wangi dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama minyak Vetiver ( Java vetiver oil minyak usar). Minyak ini banyak memiliki aroma yang lembut dan halus yang disebabkan oleh senyawa kimia yang disebut Vetiverol. Minyak akar wangi secara luas digunakan untuk pembuatan parfum, bahan kosmentik, pewangi sabun, dan obat obatan, pembasmi, dan pencegah serangga. Disamping memberikan bau yang menyenangkan minyak akar wangi dapat tahan lama dan sekaligus berfungsi sebagai pengikat, karena mempunyai daya fiksasi yang cukup kuat. Usaha agribisnis minyak akar wangi sudah mulai dilaksanakan sejak lama di Kabupaten Garut, yaitu sejak Perang Dunia II, tepatnya mulai tahun 1918 komoditas minyak akar wangi di Indonesia tercatat sebagai komoditas ekspor. Tahun 1960 para pengusaha Garut mulai mencoba mendirikan penyulingan, walaupun dengan peralatan yang sangat sederhana, namun hasilnya dapat diekspor.

Halaman 2 Minyak akar wangi dari Kabupaten Garut memiliki kualitas yang sangat baik sehingga mendapat julukan Golden Java Vetiver Oil. Minyak akar wangi merupakan produk industri kecil berbasis sumber daya lokal yang berorientasi pasar ekspor. Dengan meningkatnya permintaan dunia sekitar 630 ton pertahun, hal ini menjadi tantangan bagi kabupaten Garut yang merupakan daerah andalan pengekspor minyak akar wangi di Indonesia. Kondisi lingkungan sumberdaya alam Kabupaten Garut dengan daya dukung agroklimat yang cukup baik, sangat memungkinkan untuk meningkatkan produksi minyak akar wangi baik kualitas maupun kuantitasnya. Penetapan kawasan pengembangan budi daya akar wangi seluas 2.400 Ha melalui Keputusan Bupati Garut nomor 520 Tahun 1990, dan Penetapan Konservasi Terpadu Budi daya akar wangi seluas 730 Ha di Kabupaten Garut, dan adanya kerjasama dengan BPPT dan ITB dalam pengujian mutu juga dengan dikembangkannya program padat karya dalam rangka konservasi lahan pertanian akar wangi. Hal ini dilakukan agar produksi akar wangi bisa berkembang lebih banyak lagi. a. Karakteristik dan teknis produksi Pola pertanaman akar wangi pada umumnya mono kultur dan tumpang sari dan tanaman akar wangi akan tumbuh baik pada ketinggian antara 700 1600 mdpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan akar wangi adalah tanah yang tidak padat (gembur) atau tanah yang berpasir seperti tanah yang mengandung abu vulkanik. Pada tanah yang demikian akar wangi akan tumbuh dengan baik dan mudah dicabut pada waktu panen sehingga tidak meninggalkan sisa sisa akar di dalam tanah. Pemotongan daun pada waktu tanaman berumur 5 (lima) bulan akan berpengaruh baik bagi pertumbuhan akar wangi, untuk satu rumpun tanaman dapat membentuk anakan sehingga akarnya akan terdiri dari akar akar kecil yang amat banyak dan berwarna kuning terang.

Halaman 3 Peluang Investasi Minyak Akar Wangi - garutkab.go.id b. Bibit Bibit yang ditanam (bonggolnya) adalah akar yang berasal dari tanaman yang tidak berbunga dengan jarak tanaman biasanya antara 0,5m x 0,75m sehingga untuk 1 Ha lahan diperlukan bibit sebanyak ± 10.000 rumpun. Pupuk yang digunakan adalah jenis pupuk urea, TSP, dan ZA dengan dosis masing masing adalah 200 kg /Ha. Penamanan akar wangi di Kabupaten Garut pada umumnya ditanam di lereng gunung berbukit bukit dengan kemiringan yang cukup besar (15%) dan umumnya berlokasi di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS Cimanuk). c. Teknik produksi Daerah tanaman akar wangi di Jawa Barat dewasa ini sangat potensial tersebar 3 (tiga) Kabupaten, yaitu Bandung, Garut dan Sumedang, dengan luas areal seluruhnya seluas 3.600 Ha. Tanaman akar wangi yang dipanen rata rata berumur antara 12 sampai 14 bulan,karena kalau tanaman tersebut di panen pada umur lebih atau kurang daru umur tersebut, maka akan berpengaruh pada rendemen sehingga berpengaruh pula terhadap kualitas dan kuantitasnya. d. Proses produksi akar wangi Untuk memperoleh hasil minyak akar wangi dapat ditempuh dengan melelui 3 (tiga) cara penyulingan (destilasi) yakni: Destilasi dengan air Destilasi dengan uap langsung Destilasi dengan air dan uap (dikukus)

Halaman 4 Adapun cara yang ditempuh oleh para petani/pengrajuin industri akar wangi di Kabupaten Garut adalah destilasi dengan air dan uap atau dikukus. Peralatan yang dibutuhkan adalah: 1. Bejana/Katel dengan ukuran : Diameter : 1,5 m Tinggi : 4,2 m Kapasitas : 1600 kg bahan baku Tebal Plat : 6 mm 2. Tanki Bahan Bakar : Kapasitas 400 liter 3. Tangki Air Umpan Ketel : Kapasitas 400 liter 4. Bak Pendingin berukuran : Panjang : 3,0 m Lebar : 3,0 m Tinggi : o,75 m 5. Bak Penampung : Kapasitas 20 liter e. Cara pengolahan Kebutuhan air umpan ketel untuk awal operasi dibutuhkan sebanyak 3,5 m 3 yang secara langsung dimasukan kedalam ketel untuk selanjutnya air umpan ketel akan ditambah setiap 2 jam sekali sebanyak kurang lebih 0,4 m 3 secara otomatis,dimana tekanan yang dibutuhkan yntuk mengalirkan air ke ketel diperoleh dari tekanan yang dihasilkan dari ketel. Penyediaan Bahan Baku (Akar) Akar yang akan disuling terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran tanah yang menempel pada akar dengan cara dikibaskan,pembersihan tersebut biasanya di lakukan pada saat terjadi transaksi jual beli. Kemudian akar tersebut dilakukan pembersihan ulang pada saat setiap kali operasi.

Halaman 5 Peluang Investasi Minyak Akar Wangi - garutkab.go.id Adapun tahapan tahapan operasi dalam proses penyulingan adalah sebagai berikut : 1. Masukan air umpan ketel kedalam ketel, tutup bagian tengah ketel dengan flat besi yang berlubang lubang,tingginya 0,2 m dari permukaan air dalam ketel ; 2. Nyalakan oven dengan laju aliran minyak tanah sebanyak 25 28 liter/jam ; 3. Masukan bahan baku akar ke dalam ketel sampai penuh di atas plat besi yang berlubanglubang ; 4. Tutup bagian atas ketel dengan tutup yang tersedia, tutup ketel dilengkapi dengan pipa stainless steel 2 inci untuk mengelirkan uap destilat ; 5. Uap destilat yang dihasilkan mengalir melalui pipa dandidinginkan dalam bak pendingin, minyak akar wangi yang dihasilkan ditampung didalam bak penampung ; 6. Empat (4)jam pertama tambahkan air umpan ketel melalui sarana yang tersedia, alirkan air umpan ketel yang diperoleh dari tekenan uap air yang dihasilkan pada ketel. Untuk selanjutnya dilakukan setiap 2 jam sekali ; 7. Lamanya pengukusan antara 12 15 jam dengan hasil minyak akar wangi antara 6 12 kg untuk setiap 1.600 kg akar wangi. Proses penyulingan minyak akar wangi yang dilakukan oleh para petani/pengrajin di Kabupaten Garut masih relatif sederhana, yang pada gilirannya akan mempunyai dampak yang kurang menguntungkan dalam kualitas maupun rendemennya bila dibandingkan dengan yang menggunakan alat alat modern (mesin). Disamping itu kebanyakan para petani di Kabupaten Garut ini memanen tanaman sebelum cukup 12 bulan,hal ini dengan sendirinya kadar minyak yang terkandung di dalam akar tersebut rendah. f. Luas lahan dan realisasi produksi Luas areal tanaman akar wangi Kabupaten Garut adalah seluas 2500 ha. Apabila kita melihat dari rata rata produksi akar wangi perhektar yaitu antara 9,56 10 ton dengan luas seluruhnya 2500 ha, maka dapat hitung produksi akar wangi akan mencapai sekitar 25000 ton. Kalau rendamannya kita ambil rata rata 0,7 % maka dari jumlah akar tersebut akan menghasilkan minyak akar wangi sebanyak 122,5 ton.

Halaman6 Namun hasil nyata yang dapat kita hitung untuk satu ketel saja yang berkapasitas 1600 kg dengan rendemen 0,7 maka dapat diperoleh minyak sebanyak 11,2 kg/ketel. Kalau 1 bulan dihitung 20 hari kerja, maka hasil per tahun dapat di hitung 20x12 bulanx11,2 kg+2.688 kg minyak akar wangi per tahun (untuk satu unit penyulingan). Areal Tanam dan Produksi Akar wangi : Kecamatan Samarang : 615 Ha Kecamatan Bayongbong : 170 Ha Kecamatan Cilawu : 150 Ha Kecamatan Leles : 750 Ha Produksi Bahan baku Akar Wangi yang dihasilkan sebanyak 20.832,50 ton. Minyak Akar Wangi yang dihasilkan sebanyak 54 ton Data Tempat Pengolahan/Penyulingan : Kecamatan Samarang : 12 Ha Kecamatan Bayongbong : 2 Ha Kecamatan Cilawu : 1 Ha Kecamatan Leles : 9 Ha g. Analisis Ekonomi Agroindustri Minyak Akar Wangi NAMA PROYEK : Akar Wangi KAPASITAS : 500 Pohon (Sample Penelitian) LOKASI : Samarang, Cilawu, Leles, Bayongbong, Kebutuhan Lahan : 1 Ha (Sample Penelitian) Status Lahan : Milik Perkebunan Rakyat KEBUTUHAN TENAGA KERJA : 1 Orang tenaga tetap/ha (pengawas) 15 Orang tenaga tidak tetap Jumlah 16 Orang PERKIRAAN INVESTASI Modal Tetap : Rp 23.514.000/Ha Modal Kerja : Rp 118.494.000/Ha Jumlah : Rp 141.008.000/Ha

Halaman 7 Peluang Investasi Minyak Akar Wangi - garutkab.go.id h. Dukungan Studi Studi/identifikasi Peluang Investasi (Opportunity Study) : ( ada ) Prastudi Kelayakan Proyek (pre Feasibility Study) : ( ada ) Studi Kelayakan Proyek (FS) : ( ada ) i. Profabilitas Finasial BEP = 222 Pohon Atau BEP = Rp 62.107.206 NPV = Rp 26.405.000 (Proceeds 168.413.000 dan outlays 142.008.000 dan estimasi rr 12 %) RR = 16.48 % ROI (Th ke 4) = 17,63 % (dibulatkan) dan ROI (Th ke 5) = 44,73% PAYBACK PERIODE = Panen pertama (th ke 4) investasi dapat dikembalikan