PENGEMBANGAN METODE ANALISIS PEWARNA MAKANAN COKLAT HT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran. Dapar fosfat ph. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,

3 Metodologi Penelitian

VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PERCOBAAN

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

Kata kunci : deksametason, jamu pegal linu, KCKT

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

BAB 3. BAHAN dan METODE. Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT. 5. Erlenmeyer 250 ml. 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml

BAB IV PROSEDUR KERJA

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

Cara uji kimia-bagian 11: Penentuan residu tetrasiklin dan derivatnya dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada produk perikanan

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

2. Menentukan kadar berbagai tablet Vitamin C menggunakan metoda HPLC. HPLC(HighPerfomance Liquid Cromatografi)

4 Hasil dan Pembahasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

1. Pendahuluan OPTIMASI METODE EKSTRAKSI FASE PADAT UNTUK ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF PARASETAMOL DAN DEKSAMETASON DALAM JAMU PEGAL LINU

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KADAR VALSARTAN DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50)

Penentuan Kadar Tablet Asetosal Menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) Tiffany Sabilla Ramadhani

YANTI TANUWIJAYA PENGEMBANGAN METODE ANALISIS ANTIOKSIDAN BHA, BHT, DAN TBHQ DALAM MIE INSTAN DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN

BAB 6 RINGKASAN PENELITIAN

Perbandingan fase gerak Larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M-metanol (60:40) dengan laju alir 1 ml/menit

BAB III METODE PENELITIAN

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh CHANDRA SAPUTRA PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

ANALISIS ASAM RETINOAT DALAM SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG DIJUAL BEBAS DI WILAYAH PURWOKERTO ABSTRAK

PENGARUH ph PADA PENETAPAN KADAR NATRIUM BENZOAT DALAM SIRUP MELALUI ISOLASI DENGAN PELARUT ETER SECARA KCKT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan alat KCKT. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PENETAPAN KADAR KOFEIN DALAM MINUMAN BERNERGI YANG BEREDAR DI PASARAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM. ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic)

LAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN METODE PENETAPAN KADAR GLIBENKLAMID DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak

Transkripsi:

Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 EISSN 2303-2480 PENGEMBANGAN METODE ANALISIS PEWARNA MAKANAN COKLAT HT DALAM BISKUIT COKLAT DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI 1 Bertha Rusdi, 2 Hilda Aprilia Wisnuwardhani 1,2 Jurusan Farmasi, Universitas Islam Bandung, Jl. Ranggagading No. 8 Bandung 40116 e-mail: 1 bertha.rusdi@unisba.ac.id, 2 hilda.aprilia@gmail.com, Abstrak. Coklat HT adalah pewarna makanan yang memiliki batas maksimum penggunaan yang rendah. Pewarna ini umum digunakan sebagai pewarna dalam makanan berbasis coklat yang banyak disukai anak-anak, sehingga resiko konsumsi pewarna tersebut melebihi nilai ADI (acceptable daily intake) menjadi lebih besar. Penelitian ini bertujuan mengembangkan metode analisis yang baik dan handal untuk mendukung pengawasan penggunaan pewarna coklat HT. Pada penelitian ini dilakukan optimasi preparasi sampel, fase gerak kromatografi dan tipe elusi.optimasi preparasi sampel dilakukan dengan teknik ekstraksi cair-cair dan ekstraksi dengan benang wool. Optimasi fase gerak dilakukan dengan memvariasikan perbandingan dan komponen fase gerak, juga perbandingan tipe elusi isokratik dan landaian.fase diam yang dipilih adalah kolom C 18. Hasil optimasi menunjukkan bahwa preparasi sampel dengan teknik eksraksi cair-cair menggunakan campuran pelarut kloroform dan air (1:2) memberikan pemisahan yang cukup baik. Sistem kromatografi yang dipilih meliputi fase gerak adalah metanol air = (5 : 5) dengan tipe elusi gradien, laju alir 1,2 ml/menit, detektor UV-sinar tampak panjang gelombang 460 nm. Uji kesesuaian sistem kromatografi memenuhi persyaratan, dengan nilai Simpangan Baku Relatif (% SBR) berturut-turut 1,08% untuk luas area dan 0,54% untuk waktu retensi. Validasi metode analisis memenuhi syarat untuk spesifisitas, keseksamaan, batas deteksi dan batas kuantisasi. Kata kunci: Coklat HT, kuantitatif, KCKT, biskuit coklat 1. Pendahuluan Coklat HT CI. No. 20285 (Brown HT) adalah pewarna makanan sintetik diazo dengan nama kimia 4,4-[(2,4-dihidroksi-5- (hidroksimetil 1,3-fenilen-bis-azo) di (napftalensulfonat) (EFSA, 2010). Pewarna ini banyak digunakan untuk mewarnai berbagai jenis makanan seperti es krim, kue, biskuit, saos olesan dan juga minuman. Coklat HT diizinkan digunakan untuk makanan berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA) pada tahun 1977 dan 1984 serta oleh EU Scientific Committee for Food (SCF) pada tahun 1975 dan 1984. JECFA menyatakan nilai Acceptable Daily Intake (ADI) sebesar 0-1.5 mg/kg berat badan (bb)/hari, sementara SCF menetapkan nilai ADI sebesar 0-3 mg/kg bb/hari. Gambar 1. Struktur Kimia Coklat HT 139

140 Bertha Rusdi, et al. Indonesia sendiri mengizinkan penggunaan coklat HT dan menetapkan nilai ADI pewarna tersebut sebesar 0-1,5 mg/kg bb/hari berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan MakananRI (Per KBPOM) No. 37 tahun 2013 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan pewarna. Nilai ADI merupakan kadar maksimal yang dapat dikonsumsi oleh seseorang per kilogram berat badan per hari seumur hidup tanpa menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan. Maka jika nilai ADI suatu bahan tambahan makanan kecil menunjukan bahwa bahan tersebut beresiko untuk menimbulkan efek yang merugikan bagi kesehatan. Coklat HT memiliki nilai ADI yang rendah jika dibandingkan dengan pewarna sintetik yang lain, data nilai ADI berbagai senyawa sintetik dapat dilihat pada table 1. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemungkinan terjadinya efek buruk terhadap kesehatan akibat konsumsi coklat HT relatif lebih besar dibandingkan dengan pewarna makanan lain. Tabel 1 Nilai ADI Pewarna Sintetik yang Diizinkan (Per KBPOM No. 37 tahun 2013) Pewarna Sintetik Tartrazine Kuning kuinolin Kuning FCF Karmoisin Ponceau 4 R Merah Allura Indigotin Biru berlian FCF Hijau FCF Coklat HT Nilai ADI 0-7,5 mg/kg berat badan 0-5 mg/kg berat badan 0-4 mg/kg berat badan 0-4 mg/kg berat badan 0-4 mg/kg berat badan 0-7 mg/kg berat badan 0-5 mg/kg berat badan 0-12,5 mg/kg berat badan 0-25 mg/kg berat badan 0-1,5 mg/kg berat badan Coklat HT adalah pewarna makanan berwarna coklat, umumnya ditambahkan ke dalam makanan yang berbasis coklat untuk memberikan warna yang seragam pada produk makanan dan minuman.produk makanan atau minuman berbasis coklat sangat disukai oleh konsumen, terutama anak-anak.european Food Safety Authority (EFSA) Panel on Food Additives and Nutrient Sources (ANS) menyatakan bahwa berdasarkan hasil evaluasi diketahui bahwa 10% dari orang dewasa dan anak-anak usia 1-10 tahun yang menjadi objek evaluasi mengkonsumsi makanan/minuman yang mengandung coklat HT dengan kadar sedikit di atas nilai ADI (EFSA,2010). Dengan demikian resiko terjadinya gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung coklat HT sangat mungkin terjadi. Meskipun pemerintah telah menetapkan batas maksimum penambahan pewarna ke dalam makanan atau minuman, namun banyak produsen makanan atau minuman terutama yang berskala kecil yang masih awam akan hal tersebut, sehingga mereka menambahkan pewarna tanpa takaran yang tidak jelas dan sangat mungkin lebih dari batas maksimum yang telah ditentukan. Analisis kadar coklat HT perlu dilakukan untuk memastikan bahwa kadar coklat HT dalam makanan atau minuman memenuhi persyaratan batas maksimum. Analisis kadar coklat HT dalam makanan dan minuman yang berbasis coklat mengalami kendala karena adanya gangguan dari warna coklat yang berasal dari cocoa yang juga terkandung dalam makanan atau minuman tersebut. Metode analisis coklat HT yang saat ini dilakukan di BPOM hanya melakukan analisis coklat HT secara kualitatif saja. BPOM sendiri belum memiliki metode analisis Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi dan Kesehatan

Pengembangan Metode Analisis Pewarna Makanan... 141 kuantitatif coklat HT. Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan diatas maka pada penelitian ini akan dilakukan pengembangan metode analisis kadar coklat HT dalam makanan berbasis coklat. Dengan diperolehnya metode analisis kadar coklat HT, maka akan memudahkan pemantauan penggunaan coklat HT dalam makanan atau minuman, dan ke depannya dapat digunakan sebagai metode analisa untuk memantau paparan coklat HT pada konsumen melalui uji paparan. 2. Material dan Metode Bahan yang digunakan Baku pembanding Coklat HT, telur, tepung terigu, mentega, cocoa, gula tepung, kloroform p.a, metanol p.a, metanol pro HPLC, air bidestilata steril pro HPLC, air destilata Alat yang digunakan Seperangkat instrumen KCKT (Agillent), filter membran PTFE 0,45 µm, kolom KCKT C18, alat-alat gelas yang biasa digunakan dalam laboratorium Optimasi fase gerak Optimasi fase gerak dengan metode KCKT dilakukan dengan memvariasikan tipe elusi dan komposisi fase gerak yang digunakan. Komposisi fase gerak yang dicobakan adalah air dan metanol serta dapar fosfat dan metanol.tipe elusi divariasikan menjadi dua metode yaitu tipe elusi isokratik dan tipe elusi gradient (landaian). Pembuatan biskuit coklat simulasi Telur, tepung terigu, mentega, cocoa, gula tepung dicampur dengan mixer hingga terbentuk massa yang dapat dicetak. Massa yang sudah dicetak sesuai selera kemudian dipanggang dengan oven hingga matang.biskuit coklat yang sudah jadi kemudian dihaluskan dan ditimbang sebanyak 50 gram. Biskuit tersebut kemudian ditambahkan baku pembanding coklat HT sebanyak 500 mg, kemudian diaduk hingga homogen. Untuk validasi metode analisis dibuat biskuit coklat simulasi dengan 3 konsentrasi yang berbeda, yaitu 400 mg dalam 50 gram, 500 mg dalam 50 gram dan 600 mg dalam 50 gram. Preparasi sampel simulasi untuk analisis Coklat HT Sampel biskuit coklat simulasi ditimbang sebanyak 50 gram, kemudian masukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan sebanyak 50 ml kloroform.selanjutnya campuran tersebut diekstraksi dengan 2 x 50 ml air destilata selama masing-masing 30 menit. Fase air dan fase kloroform dipisahkan, kemudian fase air dikumpulkan dan siap untuk dilanjutkan ke proses analisis selanjutnya. Uji Kesesuaian Sistem KCKT Larutan standar coklat HT 1000 ppm yang telah disiapkan, disuntikkan sebanyak 6 kali ke dalam alat KCKT dengan sistem kromatografi yang sesuai, yaitu fase diam kolom C18, fase gerak air : metanol dengan tipe elusi gradient, laju alur 1,5 ml/menit, panjang gelombang deteksi 460 nm, detektor UV-Sinar tampak. Hasil rekaman kromatogram untuk masing-masing penyuntikan kemudian dicatat untuk luas area uji dan waktu retensi. Nilai luas area uji dan waktu retensi kemudian dihitung simpangan baku relatifnya. Nilai Simpangan Baku Relatif (SBR) harus kurang dari 2,0%. Analisis kualitatif dengan KCKT Masing-masing larutan standar dan larutan uji diinjeksikan ke dalam KCKT dengan menggunakan sistem kromatografi yang telah dikembangkan.kemudian masing-masing ISSN 2089-3582, EISSN 2303-2480 Vol 4, No.1, Th, 2014

142 Bertha Rusdi, et al. kromatogram larutan standar dan uji diamati waktu retensinya. Waktu retensi kromatogram larutan standar harus sama dengan waktu retensi kromatogram larutan uji. Pembuatan kurva kalibrasi Larutan baku(larutan standar) coklat HT dibuat dengan cara menimbang dengan seksama 10 mg baku pembanding coklat HT ke dalam labu takar 10 ml. Kemudian dilarutkan dengan akuades hingga tanda batas (larutan coklat HT konsentrasi 1000 ppm atau 1 mg/ml). Larutan standar konsentrasi 1000 ppm kemudian dipipet masing-masing sebanyak 2,0; 4,0; 6,0; 8,0; 10 ml ke dalam labu takar 10 ml, kemudian diencerkan dengan akuades hingga tanda batas (konsentrasi akhir 200, 400, 600, 800 dan 1000 ppm). Masing-masing larutan tersebut kemudian diinjeksikan ke dalam KCKT dan direkam luas area ujinya, untuk selanjutnya dibuat kurva kalibrasi dan ditentukan persamaan garis liniernya. Validasi Metode Analisis Spesifisitas Spesifitas metode analisis diuji dengan menginjeksikan larutan uji dan larutan uji yang telah ditambahkan larutan standar (larutan baku tinambah), ke dalam alat KCKT. Masingmasing kromatogram yang dihasilkan kemudian dibandingkan luas area ujinya. Luas area uji larutan baku tinambah seharusnya memiliki luas area yang lebih besar dibandingkan dengan larutan uji. Selanjutnya dapat dibuktikan bahwa kromatogram coklat HT adalah benar dengan cara membandingkan kromatogram larutan uji dan larutan blanko, dimana seharusnya pada larutan blanko tidak memberikan luas area pada waktu retensi yang sama dengan larutan uji. Linieritas Linieritas diuji dengan cara menginjeksikan masing-masing larutan standar konsentrasi 200, 400, 600, 800 dan 1000 ppm ke dalam alat KCKT. Selanjutnya dari data luas area yang diperoleh, dibuat kurva antara konsentrasi dengan luas area.dari data-data yang diperoleh kemudian bisa dihitung koefisien korelasi (r), dimana syaratnya harus > 0,999. Kemudian dihitung juga nilai koefisien variansi regresi linier (Vx0) dengan syarat maksimal 2,0%. Penentuan batas deteksi dan batas kuantisasi Batas deteksi dan batas kuantisasi diperoleh melalui perhitungan simpangan baku residual (Sy/x)dari kurva kalibrasi pada pengujian linieritas metode. Penentuan kecermatan dan keseksamaan metode Masing-masing sampel simulasi dianalisis dengan metode yang sudah dikembangkan. Selanjutnya dihitung persen perolehan kembali (% recovery), dengan syarat 80 120% dan simpangan baku relatif (% SBR) dengan syarat tidak lebih dari 20,0%. 3. Hasil dan pembahasan Optimasi metode KCKT diawali dengan pemilihan fase diam (dalam bentuk kolom). Fase diam yang dipilih adalah kolom C18 karena coklat HT bersifat polar sehingga dengan menggunakan kolom yang bersifat non polar, maka coklat HT tidak akan ditahan terlalu lama di dalam kolom. Hal ini terkait dengan waktu analisis yang akan lebih efisien. Selanjutnya dilakukan optimasi fase gerak berdasarkan jurnal ilmiah.fase gerak dicoba dengan menggunakan dua tipe elusi yaitu isokratik dan gradient (landaian). Komposisi fase gerak yang dicobakan adalah kombinasi air : metanol dan kombinasi dapar fosfat ph 7.4 : metanol, dalam berbagai komposisi fase gerak (Hong dkk, 2012). Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi dan Kesehatan

Pengembangan Metode Analisis Pewarna Makanan... 143 Kombinasi fase gerak dapar fosfat dan metanol tidak dipilih karena memberikan hasil yang tidak stabil, dimana kehadiran dapar fosfat cenderung menyebabkan pengkristalan di sekitar pompa KCKT sehingga tekanan alat cenderung menjadi tinggi dan memberikan hasil kromatogram yang kurang baik. Komposisi fase gerak yang dipilih adalah metanol dan air dengan perbandingan 5: 5 (v/v), tipe elusi isokratik. Namun, ternyata menghasilkan kromatogram dengan waktu retensi yang terlalu rendah yaitu sekitan 2-3 menit, dimana waktu retensi tersebut sangat riskan tumpang tindih dengan waktu retensi pelarut dan fase gerak yang digunakan (Gambar 2a).Oleh karena itu, dicoba untuk menggunakan tipe elusi gradient yang menggunakan program waktu sebagai berikut (Gambar 2b). Tabel 2 Komposisi fase gerak metanol air = (5 : 5) berdasarkan program waktu (tipe elusi gradien Waktu (menit) % Air 0 14 4,5 29 8 29 9 50 10,5 65 20,5 90 22 100 24 14 Penelitian selanjutnya dilanjutkan dengan melakukan uji kesesuaian sistem KCKT.Hal ini dilakukan untuk menguji apakah sistem kromatografi yang dipilih telah sesuai dan memenuhi persyaratan.uji ini dilakukan dengan menginjeksikan secara berturut-turut larutan standar coklat HT ke dalam alat KCKT. Selanjutnya data masingmasing kromatogram yang terdiri dari luas area dan waktu retensi dihitung nilai simpangan baku relatifnya. Uji dikatakan memenuhi syarat karena nilai SBRnya sebesar 1,08% untuk luas area dan 0,54% untuk waktu retensi, dimana batas maksimumnya sebesar 2,0% (Tabel 3). (a) (b) Gambar 2. Kromatogram larutan standar coklat HT dengan tipe elusi (a) isokratik: (b) landaian ISSN 2089-3582, EISSN 2303-2480 Vol 4, No.1, Th, 2014

144 Bertha Rusdi, et al. Tabel 3 Uji Kesesuaian Sistem Injeksi ke - Luas Area tr 1 22973514 12.377 2 22728442 12.307 3 22734463 12.437 4 22703823 12.327 5 22690576 12.257 6 23316137 12.277 Rataan 22857825.83 12.33 Simpangan baku 247822.85 0.07 SBR (%) 1.08 0.54 Untuk memastikan spesifisitas dari metode maka selanjutnya diinjeksikan berturut-turut larutan uji dan larutan baku tinambah (larutan uji yang telah ditambahkan larutan standar), dengan asumsi bahwa luas area pada waktu retensi coklat HT akan bertambah untuk larutan baku tinambah karena penambahan larutan standar. Hasil yang diperoleh sesuai seperti terlihat pada Gambar 3a dan Gambar 3b. (a) Gambar 3. Kromatogram (a) Larutan uji; (b) Larutan baku tinambah (b) Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi dan Kesehatan

Pengembangan Metode Analisis Pewarna Makanan... 145 Penelitian dilanjutkan dengan pengujian validasi metode analisis yang meliputi linearitas, batas deteksi dan batas kuantitasi, serta kecermatan dan keseksamaan. Pengujian linieritas dilakukan bersamaan dengan pembuatan kurva kalibrasi.linieritas metode analisis dilakukan untuk menilai kemampuan metode analisis dalam memberikan respon yang proporsional terhadap konsentrasi analit (ICH, 2005). Hasil pengujian linieritas menunjukkan hasil yang memenuhi syarat yaitu koefisien korelasi sebesar 0,9995 (syarat >0,999) dan koefisien variansi regresi linier (Vx0) sebesar 1,66% (syarat maksimal 5,0%) (Ibrahim, 2005).Dari perhitungan linieritas juga dapat dihitung batas deteksi dan batas kuantisasi metode analisis, yaitu sebesar masing-masing 29,85 ppm dan 99,51 ppm. Hasil kecermatan dan keseksamaan dapat dilihat pada Tabel 4.Dari hasil pengujian kecermatan (akurasi) diperoleh hasil yang tidak memenuhi syarat % perolehan kembali metode analisis sampel makanan yaitu 80 120%. Hal ini kemungkinan disebabkan belum optimalnya proses ekstraksi coklat HT pada bagian preparasi sampel makanan. Namun, untuk pengujian keseksamaan (presisi), pada pengulangan analisis sampel sudah diperoleh hasil simpangan baku relatif yang memenuhi syarat untuk metode analisis makanan yaitu maksimal 20%. Sehingga untuk selanjutnya perlu dilakukan pengembangan metode ekstraksi coklat HT yang lebih baik dengan metode lain yang lebih baik sehingga lebih akurat. Tabel 4 Pengujian kecermatan dan keseksamaan Konsentrasi Coklat HT 400 mg/ 50 gram 500 mg/ 50 gram 6 00 mg/ 50 gram Konsentrasi hasil Perolehan kembali Rata-rata ± SD perhitungan (%) 787,63 19,691 20,717±2,398 938,33 23,458 SBR = 11,576% 760,14 19,003 1063,18 21,264 21,377±0,133 1076,21 21,524 SBR = 0,625% 1067,12 21,342 1293,11 21,552 20,819±1,710 1322,40 22,040 SBR = 8,214% 1131,85 18,864 4. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan Pada penelitian ini telah dikembangkan metode analisis kualitatif dan kuantitatif coklat HT dalam sampel makanan dengan metode KCKT, yaitu dengan fase diam kolom C18, fase gerak metanol air = 5 : 5 dengan tipe elusi gradien, laju alir 1,2 ml/menit, detektor UV-sinar tampak dengan panjang gelombang detektor 460 nm. Hasil validasi metode analisis sampel menunjukkan hasil yang Memenuhi Syarat untuk spesifitas, linieritas, batas deteksi dan batas kuantitasi, serta keseksamaan.namun, Tidak Memenuhi Syarat untuk pengujian kecermatan. Sampel makanan dipreparasi dengan cara diekstraksi dengan menggunakan air sebanyak dua kali dengan terlebih dahulu menambahkan kloroform untuk melarutkan komponen lemak dan protein yang dapat mengganggu analisis. ISSN 2089-3582, EISSN 2303-2480 Vol 4, No.1, Th, 2014

146 Bertha Rusdi, et al. 4.2 Saran Perlu dilakukan optimasi metode ekstraksi coklat HT lanjutan dengan menggunakan ekstraksi fase padat (solid phase extraction, SPE) sehingga diperoleh persen perolehan kembali yang lebih baik dan memenuhi syarat, serta diharapkan dapat memperbaiki penampilan kromatogram larutan uji. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada LPPM Universitas Islam Bandung atas terlaksananya acara Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian 2014 ini dan kepada pihak Panitia Prosiding atas kerjasamanya untuk memuat makalah seminar terpilih Daftar Pustaka European Food Safety Authority (EFSA).(2010).Scientific Opinion on the re-evaluation of Brown HT (E 155) as a food additive1. EFSA Journal;8(4):1536 Hong, Mi-Na, Hee-Jae Suh, Ok-Hwan Lee, Hyang-Sook Chun, Chan Lee, (2012). Improved Analytical Method of Synthetic Food Colour Additive, Brown HT By High Performance Liquid Chromatography; Journal of International Scientific Publications: Agriculture and Food; 2:68-75. Ibrahim, S. (2005).Berbagai Pendekatan Pengujian Kelinieran Kurva Baku pada Metode Analisis Instrumental, Acta Pharm. Ind., 30(1), 30-34. International Conference on Harmonization (2005): Validation of Analytical Procedures : Text and Methodology Q2(R1), 3, 7-13. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi dan Kesehatan