PERUBAHAN NEUROANATOMI SEBAGAI PENYEBAB ADHD

dokumen-dokumen yang mirip
Pedologi. Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

PENGERTIAN. Dita Rachmayani., S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id 5/9/2017

ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY. Ade Rahmawati S. M.Psi

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi anak yang menderita autism dan Attention Deficit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manapun dengan berbagai budaya dan sistem sosial. Keluarga merupakan warisan umat

Pedologi. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder Kesulitan Belajar. Yenny, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. 1. sering ditunjukkan ialah inatensi, hiperaktif, dan impulsif. 2 Analisis meta-regresi

ANATOMI GANGLIA BASALIS

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anngi Euis Siti Sa'adah, 2013

Pedologi. Review Seluruh Materi. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi.

II. Deskripsi Kondisi Anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan manusia merupakan perubahan. yang bersifat progresif dan berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

Memahami dan membantu anak-anak yang mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Anesty Claresta

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (GPP/H) atau attention

ADD/ADHD & PEMBELAJARANNYA. Tim Dosen Hidayat dan Musjafak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagan 1.1. Bagan Penyebab Gangguan Kesulitan Belajar (Sumber: Koleksi Penulis)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

Gangguan Afektif Bipolar episode Manik dengan Gejala Psikotik Muhammad Hazim Afif b Amirudin

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) atau Attention

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode remaja merupakan suatu periode terjadinya perubahan fisik,

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

Attention-Deficit Disorders ATTE NTION- DE FICIT/HYPE R AC TIVITY DIS OR DE R

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

Mimi M Lusi/Astrid L. Seminar AD/HD. Universitas Bina Nusantara

BAB 1 PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dikenal dengan istilah Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

Retardasi Mental. Dr.dr. Tjhin Wiguna, SpKJ(K)

PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN SOSIAL TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK DENGAN ATTENTION DEFISIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sumber kebahagiaan bagi sebagian besar keluarga sejak di

Gangguan Kurang Perhatian dan Hiperaktifitas pada Anak

Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir gangguan atensi telah mendapatkan lebih banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Atensi dalam Kehidupan Sehari-hari dan Jaringan Atensi

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Stimulasi Brain Gym pada Anak ADHD (Studi Kasus pada Anak ADHD)

ANATOMI OTAK. BIOPSIKOLOGI Unita Werdi Rahajeng, M.Psi

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu penggunaan komputer telah menjadi suatu hal yang diperlukan baik di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kelainan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Attention Deficit Hyperactivity Disorder. disebabkan karena cedera otak ringan atau disebut Minimal Brain Damage

BAB III ANALISIS ANAK-ANAK INDIGO

ABSTRAK PENGARUH KONSUMSI DHA TERHADAP KECENDERUNGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS PADA ANAK USIA 3 6 TAHUN

Brain Development in Infant Born with Small for Gestational Age

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Penurunan Kognitif pada Infeksi STH. Infeksi cacing dapat mempengaruhi kemampuan kognitif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)

KONSEP KESEHATAN MENTAL OLEH : SETIAWATI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI

HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SDN 2 DAN SDN 3 BERKOH PURWOKERTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam bentuk lain yang bertujuan untuk mengatur fungsi kognitif,

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan intervensi pada sasaran penelitian. Eksperimen yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Kuliah 8 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK HUBUNGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIFITAS (GPPH) TERHADAP STATUS GIZI ANAK DI KLINIK TUMBUH KEMBANG RSUP SANGLAH DENPASAR

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Penyuluhan Perkembangan Anak Usia Dini dan Anak Hyperactive Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Chr Argo Widiharto, Suhendri, Venty.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses belajar seumur hidup yang didapatkan baik secara formal maupun nonformal.

PSIKOFARMAKA atau PSIKOTERAPI Dr. Marga M. Maramis dr. SpKJ(K)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder, dalam pengertian secara umum berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ANAK ADHD PERSISTILAHAN DISORDER. DIOTAK KECIL. OTAK KECIL. 1. ADHD= ATTENSION DEFISIT AND HYPERACTIVITY 2. ADD= ATTENSION DEFISIT DISORDER.

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

DIAGNOSIS DAN TATA LAKSANA ATTENTION-DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom neurokutaneus merupakan sekelompok besar kelainan kongenital

Identifikasi Sistem Model Sistem HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kebutuhan Akuisisi Pengetahuan

DAFTAR ISI. Definisi Traktus Spinotalamikus Anterior Traktus Spinotalamikus Lateral Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Aliyyah, 2014

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak.

BAB I PENDAHULUAN. 3 tahun) merupakan masa anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara

Sistem Saraf. Dr. Hernadi Hermanus

PENDIDIKAN JASMANI DAN PRESTASI AKADEMIK: TINJAUAN NEUROSAINS

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Transkripsi:

PERUBAHAN NEUROANATOMI SEBAGAI PENYEBAB ADHD Yanofiandi, Iskandar Syarif ARTIKEL PENELITIAN Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Ilmu Kesehatan Anak RSUP dr. M. Djamil Padang E-mail : majalahkedokteranandalas@gmail.com Abstrak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu kelainan tingkah laku, dan bersifat heterogen yang ditandai dengan gambaran tidak dapat memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsif sehingga menimbulkan gangguan baik secara akademis maupun interaksi sosial. Penyakit ini dimulai dari masa anak dan dapat terus berkembang sampai dewasa. Sering dengan perkembangan teknologi kedokteran diagnostik dan kedokteran molecular telah ikut membantu pemahaman yang lebih baik mengenai penyakit ini. Pemeriksaan yang dilakukan dengan Computed Tomography-Scan (CT-scan) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) memperlihatkan perubahan volume otak terutama area kortek frontalis, ganglia basalis dan serebrum yang mengecil pada penderita ADHD. Pemeriksaan neurotansmiter otak pada penderita ADHD juga memperlihatkan perubahan. Kadar nor epineprin dan dopamine pada penderita ADHD berkurang dibandingkan dengan individu normal. ADHD diduga melibatkan multifaktorial seperti genetik, lingkungan dan neuroanatomis. Karena itu didalam penanganan terhadap ADHD perlu dilakukan secara komprehensif, berupa pemberian obat-obatan dan intervensi tingkah laku dan nutrisi. Penanganan yang terpadu tersebut akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan jika hanya mengunakan obat- obatan saja. Tujuan penanganan ADHD meliputi peningkatan daya akademik, kemandirian, perbaikan dalam interaksi, dan peningkatan kontrol diri dan sedapat mungkin ditujukan kausa ADHD tersebut. Kata kunci : Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) Abstract Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) is a common neurobiologic disorder characterized by developmentally inappropriate levels of inattention, hyperactivity, and impulsivity and disrupted academically and socially. This disorder begin in childhood and continue to adulthood. Diagnostic imaging and molecular development has contributed to more understanding of this disease. Computed Tomography-Scan (CT-scan) or Magnetic Resonance Imaging (MRI) examination reveal decreased brain volume especially at frontalis cortec, basal ganglia and cerebrum in ADHD. neurotransmitter change also seen in ADHD, norepineprin and dopamine decreased in ADHD compare to normal persons. 179

ADHD is suggested has multi-factorial etiology, genetic, environment and neuroanatomy change. Comprehensive management is needed which include drugs, behavioral intervention, and nutrition. Compare with only drug therapy, this comprehensive management has better outcome in management ADHD. Goal of management ADHD patient is an increased maximal academic achievement, independency, good social interaction, self control and if possible, it directed to main etiologic factor. Key Words: Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) 180

Majalah Kedokteran Andalas, Vol.33. No.2. Juli Desember 2009 181 Pendahuluan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu kelainan tingkah laku, dan bersifat heterogen yang ditandai dengan gambaran tidak dapat memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsif sehingga menimbulkan gangguan baik secara akademis maupun interaksi sosial. Penyakit ini dimulai dari masa anak dan dapat terus berkembang sampai dewasa. (1) Prevalensi penyakit pada berbagai daerah berbeda, tergantung pada sosio-demografi masing masing daerah. Prevalensi penyakit ini di Amerika Serikat sekitar 7%, Anak laki - laki sering mengalami penyakit ini dibandingkan anak perempuan. (1) Data penderita ADHD untuk Indonesia belum diketahui secara pasti. Perkembangan akhir - akhir dengan mengunakan alat diagnsotik Computed Tomography-Scan (CT-scan) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) memperlihatkan hubungan volume otak dengan kejadian ADHD. penelitian lain dengan melakukan pemeriksaan terhadap neurotranmiter otak juga memperlihatkan keterkaitan antara perubahan neurotanmiter otak dengan kejadian ADHD. Penelitian penelitain tersebut merupakan langkah maju didalam memahami penyakit ADHD. (2) Definisi ADHD Berdasarkan definisi yang terdapat didalam DSM-IV disebutkan bahwa ADHD merupakan suatu kelainan tingkah laku, bersifat heterogen yang ditandai dengan tidak dapat memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsif. Kelainan ini dapat menyebabkan gangguan akademis, sosial dan emosi. Didalam definisi yang terdapat dalam DSM-IV tersebut disebutkan kriteria ADHD sebagai berikut : (1) A. Sekurang-kurangnya terdapat 1 dari 2 gejala dibawah ini 1. 6 atau lebih gejala gangguan perhatian tersebut berlangsung sekurang-kurangnya 6 bulan. a. Seringkali kali susah memusatkan perhatian terhadap hal hal detail atau seringkali berbuat ceroboh di sekolah, pekerjaan, atau aktifitas yang lainnya. b. Sering kali susah mempertahankan perhatian saat melakukan pekerjaan atau aktifitas bermain lainnya. c. Seringkali tidak dapat mengikuti perintah yang diberikan dan gagal untuk menyelesaikan tugas sekolah, atau tugas ditempat kerja, bukan diakibatkan karena sikap penolakan atau tidak mengerti atas perintah yang diberikan. d. Seringkali gagal mengatur tugas dan aktifitas. e. Seringkali menghindari tugas yang memerlukan usaha mental. f. Seringkali menghilangkan barang yang penting untuk pekerjaan dan aktifitas. g. Seringkali perhatiannya gampang dialihkan. h. Seringkali lupa akan aktifitas hariannya. 2. sebanyak 6 atau lebih gejala hiperaktif-impisif tersebut berlangsung sekurangkurangnya 6 bulan.

Yanofiandi, Iskandar Syarif, PERUBAHAN NEUROANATOMI SEBAGAI PENYEBAB ADHD 182 a. Seringkali tampak memainkan tangan dan kaki saat duduk. b. Seringkali meninggalkan sebelum waktu bubaran. c. Seringkali berlarian atau memanjat berlebihan pada situasi yang tidak sesuai. d. Seringkali berbuat suara gaduh saat bermain. e. Sering tampak seolah olah mengendarai motor. f. Seringkali berbicara banyak. g. Seringkali menjawab sebelum pertanyaan tersebut selesai diajukan. h. Seringkali tampak gelisah saat menunggu giliran. i. Sering kali menyela atau menganggu teman yang lain. B. Gejala hiperaktif-impulsif atau gejala gangguan perhatian tersebut telah terjadi sebelum berusia 7 tahun C. Gangguan akibat gejala tersebut terjadi di dua tempat (sekolah atau dirumah) D. Terdapat bukti nyata secara klinis gangguan sosial, akademis, dan pekerjaan. Gejala tersebut terjadi bukan akibat kelainan perkembangan mental pervasif, skizofrenia, atau kelainan psikotik dan gangguan mental yang lainnya (gangguan mood, gangguan ansietas, gangguan dissosiasi, gangguan kepribadian). Etiologi ADHD Penyebab pasti dari ADHD sampai saat ini belum diketahui, diduga kelainan ini berhubungan dengan beberapa faktor seperti genetik, lingkungan dan gangguan neuro anatomi. Pengaturan perhatian, aktifitas dan emosi Pehatian merupakan proses kognitif yang melibatkan beberapa bagian otak untuk dapat memberikan perhatian yang sepadan sesuai dengan impuls yang diterima. Mekanisme perhatian tersebut melibatkan usahausaha untuk memperkuat impuls yang ingin direspon dan sekaligus mengabaikan impuls yang tidak ingin direspon. (3) Impuls yang berada di kortek tersebut perlu diatur agar menghasilkan atensi yang diperlukan. Impuls tersebut dapat berasal dari sel neuromodulator brain stem dan basal forebrain. Nukleus dari kedua tempat ini memiliki akson yang berada pada hampir semua bagian kortek. Pengaturan lain terkait proses atensi dikortek juga terjadi melalui jaras thalamokortikal yang menghubungkan talamus dengan kortek. (3) Pada keadaan diperlukan atensi dengan intensitas tinggi, nukleus mediodorsalis yang terdapat pada talamus akan ikut teraktivasi. Nukleus ini berhubungan dengan dengan kortek prefrontal dan kortek parietal. Selain itu juga nukleus ventrolateral yang terdapat ditalamus juga ikut membantu tercapai tingkat perhatian yang diinginkan. (3) Thalamus tidak hanya melakukan pengiriman impuls semata, akan tetapi juga melakukan pengolahan impuls yang diterima. Interaksi antar sel nuklues yang terdapat di thalamus akan melewati nukleus reikularis yang bertindak penghambat sinyal yang tak diinginkan. Peranan nukleus retikularis tersebut akan menyebabkan impuls yang akan dikirimkan oleh thalamus menjadi lebih terarah, ke daerah kortek yang diinginkan. (3)

Majalah Kedokteran Andalas, Vol.33. No.2. Juli Desember 2009 183 Pengaturan perhatian dihipotesakan terjadi melalui mekanisme Top Down Attention dan Bottom Up Attention. Pengaturan Top down Attention diperkirakan terjadi melalui proses impuls saraf dikirim oleh kortek prefrontal ke kortek parietal dan kortek temporal sedangkan pada Bottom Up Attention rangsangan yang diterima kortek temporal atau kortek parietal akan dikirimkan ke kortek prefrontal. (3,4) Pengaturan emosi melibatkan beberapa bagian otak terutama pada kortek thalamus dan amigdala. Kegagalan untuk merespon impuls sesuai tingkatan emosi yang sesuai menyebabkan seseorang bertindak impulsive dan agresif yang dapat berbahaya bagi diri sendiri maupun bagi lingkungan sekitarnya. (5) Peranan thalamus, amigdala dan kortek dalam pengaturan emosi merupakan proses yang rumit. Impuls yang diterima oleh alat sensorik, akan sampai ke thalamus dan dikirimkan ke amigdala dan kortek sensoris. Kortek prefrontal terlibat juga dengan mengatur impuls yang diterima oleh kortek sensoris. (5) Gambar. 1. Pengaturan emosi. Dikuti dari : Armony J, Ledoux JE. How danger is encoded: toward a systems, cellular, and computational understanding of cognitiveemotional interactions in fear In: Gazzaniga MS, ed. The new cognitive neurosciences. London: Cambridge; 2000:1067-77 Aktifitas yang sepadan dan bertujuan merupakan hasil olahan impuls yang melibatkan kortek parietal, kortek prefrontal, ganglia basalis dan serebelum. kortek prefrontal mendapat sinyal dari kortek parietal. Kortek prefrontal bersamasama dengan area tambahan motorik di kortek juga berinterakasi dengan ganglia basalis untuk menghasilkan gerak yang sepadan baik intensitas maupun durasinya. (6)

Yanofiandi, Iskandar Syarif, PERUBAHAN NEUROANATOMI SEBAGAI PENYEBAB ADHD 184 Gambar. 2. Pengaturan gerak oleh beberapa bagian otak. dikuti dari : O. Hikosaka, K. Sakai, H. Nakahara, et al. Neural mechanisms for learning of sequential procedureso. Hikosaka, K. Sakai, H. Nakahara, X. Lu, S. Miyachi, K. Nakamura,M. K. Rand,553-567. In: Gazzaniga MS, ed. The new cognitive neurosciences. 2 ed. London: Cambridge; 2000:553-67 Pengaturan fungsi atensi, aktifitas dan tingkah laku normal tersebut dijalankan oleh otak melalui neurotranmiter terutama katekolamin dan serotonin. Katekolamin terdiri atas dopamin, norepineprin dan epineprin. Katekolamin tersebut terlibat dalam pengaturan gerak, emosi dan fungsi viseral. (7) Reseptor katekolamin dapat ditemukan pada beberapa bagian otak seperti kortek prefrontal, kortek parietal, kortek anterior singulata, ganglia basalis, thalamus, dan serebelum. (7) Selain katekolamin, neurotranmiter lainnya yang penting didalam pengaturan atensi, aktifitas dan tingkah laku normal adalah serotonin. Reseptor serotonin dapat ditemukan pada kortek serebri dan ganglia basalis. Serotonin ikut serta dalam pengaturan emosi dan tingkah laku. (7) Gangguan neuroanatomi pada ADHD Pada penderita ADHD didapatkan volume otak yang lebih kecil dibandingkan dengan anak yang seusia dengannya. Penelitian terhadap terhadap penderita ADHD disbandingkan dengan saudaranya yang tidak menderita ADHD didapatkan penurunan volume otak sebesar 4%. Sedangkan volume otak saudara penderita ADHD dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki riwayat keluarga ADHD, didapatkan volume otak mereka yang memiliki riwayat keluarga ADHD 3,4% lebih kecil. (4) Pemeriksaan volume otak tersebut menemukan penurunan volume pada kortek frontalis, ganglia basalis dan serebelum pada penderita ADHD. Bagian bagian otak tersebut berperan didalam pengaturan aktivitas, perhatian

Majalah Kedokteran Andalas, Vol.33. No.2. Juli Desember 2009 185 dan emosi secara baik. Karena itu, gangguan yang terjadi pada penderita ADHD diduga sebagai akibat dari terjadinya perubahan pada bagian bagian otak tersebut. (8) Tabel.1 Abnormalitas otak pada penderita ADHD (8) Gangguan neurotranmiter pada ADHD Mekanisme perhatian secara normal merupakan usaha untuk memfokuskan pada satu rangsangan dengan cara memperkuat rangsangan tersebut sekaligus mengabaikan rangsangan penganggu yang diterima. Didalam mekanisme tersebut terdapat peranan beberapa neurotrasmiter seperti norepineprin yang akan memperkuat rangsangan yang diinginkan dan dopamine yang akan menurunkan rangsangan penganggu yang diterima. Peranan neurotramiter tersebut dalam pathogenesis terjadinya ADHD sampai saat ini masih dalam penelitian. (4) Penanganan penderita ADHD Tujuan penanganan terhadap penderita ADHD meliputi peningkatan daya akademik, kemandirian, perbaikan dalam interaksi, dan peningkatan kontrol diri dan sedapat mungkin ditujukan kausa ADHD tersebut. Penanganan tersebut dilakukan secara komprehensif yang melibatkan orangtua, guru dan klinis dengan teknik intervansi tingkah laku, nutrisi dan pemberian obat-obatan. (9,10) Metilpenidate dan amfetamin merupakan obat lini pertama pada ADHD. Kedua jenis obat ini menunjukkan efektifitas yang sama dalam pengobatan ADHA. Obat ini

Yanofiandi, Iskandar Syarif, PERUBAHAN NEUROANATOMI SEBAGAI PENYEBAB ADHD 186 bekerja melalui penguatan katekolamin yaitu peningkatan jumlah dopamin dan norepineprin pada celah sinap sirkuit fronto-cortical striatal yang mengatur atensi, dan imopulsif. Pemberian obat ini dimulai dari dosis terendah dan dinaikkan secara bertahap sampai tercapai efek terapeutik yang diinginkan. Target dosis yang diinginkan adalah tercapainya kemampuan maksimal dengan efek samping obat yang minimal. (9) Atomoxine merupakan obat lini kedua dalam pengobatan ADHD. Atomoxine merupakan inhibitor selektif norepineprin transporter presinap pada sistem saraf pusat. Atomoxifen meningkatkan kosentrasi norepineprin dan dopamin khususnya pada kortek prefrontal yang merupakan pemain utama dalam pengaturan attensi dan tingkah laku. Dosis permulaan yang digunakan 0,5 mg/kg setiap pagi hari dan dapat ditingkatkan setiap 4 sampai 7 hari sampai dosis maksimum 1.4 mg/kg. Pemberian dosis terbagi dapat digunakan untuk mengurangi terjadinya efek samping. Atomoxine dapat menjadi pilihan bagi penderita ADHD yang tidak toleran dengan obat golongan stimulant. (9,11) Ditinjau dari pencapaian akedemis, sikap dan tingkah laku, penanganan terpadu tersebut akan memberikan hasilyang lebih baik dibandingkan dengan pemberian obatobatan saja. (9) agar penangan terhadap penderita ADHD dapat berhasil dengan baik, peran orang tua, guru dan lingkungan sekitarnya sangat menentukan. Kesimpulan Terdapat bukti keterlibatan ganguan otak baik secara anatomis maupun neurotrasmiternya dalam terjadinya gejala inatentif, hiperaktif dan impulsive pada penderita ADHD. Gangguan neuroanatomis tersebut bukanlah satu - satunya penyebab terjadinya ADHD. Beberapa faktor lainya seperti faktor genetik dan lingkungan ikut berperan dalam terjadinya ADHD. Pendekatan yang komprehensif, berupa pemberian obatobatan dan intervensi tingkahlaku dan nutrisi akan memberikan hasil yang lebih baik dalam penanganan ADHD. KEPUSTAKAAN 1. Lisa Albers Prock, Leonard Rappaport. Attention and deficits of attention. In: Carey WB, Crocker AC, Coleman WL, Elias ER, Feldman HM, eds. Developmental-behavioral pediatrics. Philadelphia Saunders. ; 2009: 524-34. 2. Raz A. Brain imaging data of ADHD. Psychiatric Times 2004;21. 3. laberge D. Networks of attention. In: Michael S. Gazzaniga, ed. The new cognitive neurosciences. 2 ed. London: Cambridge; 2000:711-22. 4. Arnsten AF. The Emerging Neurobiology of Attention Deficit Hyperactivity Disorder: The Key Role of the Prefrontal Association Cortex. J Pediatr 2009;154:I-S43. 5. Armony J, Ledoux JE. How danger is encoded: toward a systems, cellular, and computational understanding of cognitive-emotional interactions in fear In: Gazzaniga MS, ed. The new cognitive neurosciences. London: Cambridge; 2000:1067-77.

Majalah Kedokteran Andalas, Vol.33. No.2. Juli Desember 2009 187 6. O. Hikosaka, K. Sakai, H. Nakahara, et al. Neural mechanisms for learning of sequential procedureso. Hikosaka, K. Sakai, H. Nakahara, X. Lu, S. Miyachi, K. Nakamura,M. K. Rand,553-567. In: Gazzaniga MS, ed. The new cognitive neurosciences. 2 ed. London: Cambridge; 2000: 553-67. 7. Bear M, Connor B, Paradiso M. Neurotransmitter system. In: Exploring the brain. 3 ed. Philadelphia: Lippincot William-Wilkin; 2007:141-6. 8. Seidman LJ, Valera EM, Makris N. Structural brain imaging of attention-deficit/hyperactivity disorder. Biol Psychiatry 2005; 57: 1263-72. 9. Pediatrics. aao. Clinical practice guideline: Treatment of the school-aged child with attention-deficit/hyperactivity disorder. AAP 2001; 104: 1032-42. 10. Spencer TJ. Issues in the management of patients with complex ADHD symptoms.j Pediatr 2009; 154: S4-S12. 11. Lopez FA. ADHD: new pharmacological treatments on the horizon. J Dev Behav Pediatr 2006; 27: 410-6.