Prinsip Kehati-hatian Bank Dalam Kegiatan Reksadana 1

dokumen-dokumen yang mirip
Reksadana, Perbankan dan Sektor Riil 1

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

Stabilitas Reksadana, Deposito dan Pembiayaan Jangka Panjang 1

I.PENDAHULUAN. Bidang ekonomi memiliki berbagai sub bidang antara lain bidang perdagangan,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri oleh Bank Umum

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

REKSA DANA. PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT, August 2007

I. PENDAHULUAN. swasta maupun milik negara mengalami kerugian yang cukup besar. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi

Pasar Modal SMAK BPK Penabur, Cirebon 30 April 2015

I. PENDAHULUAN. Reksa Dana, yang merupakan salah satu instrumen alternatif berinvestasi di pasar

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, pasar modal di Indonesia pada saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN

Mengapa Modal Minimum Bank Harus Rp100 Miliar 1

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

MEMILIH INVESTASI REKSA DANA TAHUN 2010

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab 10 Pasar Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menerbitkan obligasi dengan tujuan untuk menghindari risiko yang

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

STRUCTURED PRODUCT. Structured Product alt.indd 1 18/08/ :11:29

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang memiliki siitem perekonomian

F A Q OBLIGASI NEGARA RITEL SERI ORI-012

REKSADANA. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pasar Modal dan Uang. Disusun Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1

Pendek (< 1 Tahun) Obligasi Mata Uang Asing Saham Properti Emas Koleksi

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat. Secara umum, bank memiliki fungsi utama. lembaga intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saham merupakan sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan

RINGKASAN INFORMASI PRODUK Sukuk Tabungan seri ST001

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27)

BAB I PENDAHULUAN. Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin

Filosofi Investasi. Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

STIE DEWANTARA Pasar Modal

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

2 bagi pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi lindung nilai; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huru

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

Investasi. Filosofi Investasi. Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 47

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengusahakan agar pasar modal menjadi salah satu sektor kegiatan penting

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI REKSADANA

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank.

PASAR MODAL BURSA EFEK MEKANISME PERDAGANGAN

BAB I P E N D A H U L U A N

FAQ OBLIGASI NEGARA RITEL SERI ORI-013

A. KESEHATAN BANK 1. Pengertian 2. Dasar Hukum Penilaian Tingkat Kesehatan Bank 3. Pentingnya Tingkat Kesehatan Bank

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

No pengaturan dalam Pasal 70 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal beserta penjelasannya. Dalam Pasal 70 tersebut diatur bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan tersebut dan juga mengharapkan dana yang diinvestasikan akan

BAB III REKSA DANA YANG DISELENGGARAKAN PERBANKAN. A. Kegiatan Bank Yang Berkaitan Dengan Reksa Dana

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara termasuk Indonesia. Pemerintah dalam hal ini berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. mendatang (Tandelilin, 2001). Seorang investor apabila ingin berinvestasi akan

L PENDAHULUAN. Perbankan bisa disebut sebagai bisnis yang highly regulated. Harnpir. pengumpulan dana dari pihak ketiga, bank diatur untuk tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dunia, khususnya perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB I PENDAHULUAN. suku bunga menyebabkan pengembalian (return) yang diterima oleh investor pun

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.03/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TENTANG PENGELOLAAN, PENATAUSAHAAN, SERTA PENCATATAN ASET DAN KEWAJIBAN D

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PERILAKU AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui uraian teori dan analisis diatas, maka dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Seorang investor individual ataupun investor institusi, manajer investasi (fund

Oleh : Lisa Soemarto, MA, RIFA, RFC. Editor : Yosephine P. Tyas, S.Kom, MM, RFA

EDUKASI & LITERASI KEUANGAN PENGETAHUAN UMUM TENTANG INVESTASI DAN REKSA DANA

No. 11/ 35 /DPNP Jakarta, 31 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing

Transkripsi:

Prinsip Kehati-hatian Bank Dalam Kegiatan Reksadana 1 Dr. Agus Sugiarto 2 Perkembangan penjualan reksadana yang sangat pesat dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini tidak terlepas dari besarnya peran perbankan beserta jaringan kantornya di seluruh Indonesia. Dari total Rp68,35 triliun reksadana yang terjual sampai dengan Juni 2003, diperkirakan sekitar 85% atau Rp58 triliun penjualannya dilakukan melalui jalur distribusi perbankan, yang melibatkan sekitar 15 bank. Apabila dilihat dari angka penjualan reksadana tersebut maka distribusi penjualan reksadana yang dilakukan lembaga lain baik itu manajer investasi, perusahaan asuransi maupun lembaga lain tidak begitu besar. Mengingat cukup besarnya peran perbankan dalam mendukung pertumbuhan industri reksadana di tanah air maka tidaklah berlebihan apabila industri perbankan nsional khususnya bagi bank-bank yang terlibat dalam distribusi penjualan reksadana perlu memperhatikan beberapa aspek kehatihatian (prudential) yang berkaitan dengan bank itu sendiri. Aspek prudential yang perlu dilihat disini bukanlah yang terkait dengan fungsi bank sebagai custodian bank (bank penyimpan/penata usaha surat-surat berharga), melainkan fungsi bank sebagai agent of sales dari produk reksadana itu sendiri. Dalam Tabel 1 terlihat bagaimana mekanisme penjualan reksadana tersebut melibatkan bank sebagai agen penjual reksadana. Walaupun pengaturan reksadana sepenuhnya merupakan kewenangan Bapepam mengingat reksadana tersebut merupakan suatu instrumen investasi jangka panjang, namun bank yang bertindak sebagai agent of sales dari reksadana tetap perlu harus memperhatikan beberapa prinsip kehati-hatian yang berhubungan dengan penyelenggaraan reksadana. Bank Indonesia sendiri, meskipun bukan lembaga yang berwenang untuk mengatur dan mengawasi penyelenggaraan reksadana, tetap saja memiliki keterkaitan yang erat apabila penyelenggaraan reksadana tersebut melibatkan bank-bank. Bank-bank yang ikut terlibat dalam penjualan reksadana sedikit banyak akan memiliki risk exposures yang berasal dari reksadana tersebut, apakah itu risiko reputasi, risiko hukum maupun risiko-risiko lainnya. Oleh karena itu, bagi bank-bank yang menjadi agent of sales reksadana harus senantiasa menjunjung tinggi prinsip-prinsip kehati-hatian dalam kegiatan operasional reksadana sebagaimana prinsip kehati-hatian dalam kegiatan usaha bank yang yang telah digariskan oleh Bank Indonesia. Keterlibatan Bank Indonesia tersebut sejalan dengan amanat Undang- 1 Tulisan ini telah dimuat di harian Kompas, 11 September 2003. 2 Peneliti Bank Senior, Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Bank Indonesia.

2 Undang Perbankan No.10 tahun 1998 pasal 29 dan pasal 30 yang menegaskan fungsi dan peran Bank Indonesia sebagai lembaga pembina dan pengawas perbankan di Indonesia. Di dalam Tabel 2, terdapat beberapa kewenangan Bank Indonesia yang menyangkut aspek prudential yang harus diperhatikan oleh bank sebagai agen penjual reksadana, serta aspekaspek reksadana lainnya yang menjadi kewenangan Bapepam. Tabel 1. Mekanisme penjualan reksadana yang melibatkan bank. Menyampaikan order Manajer Investasi Nasabah Membeli reksadana Bank Mentransfer uang Bank Kustodian Konfirmasi Tujuan prinsip kehati-hatian Perlunya bank-bank memegang prinsip kehati-hatian dalam penjualan reksadana adalah untuk memastikan bahwa peran bank sebagai agent of sales reksadana tersebut tidak mengganggu operasional kegiatan usaha perbankan yang dilakukan oleh bank itu sendiri. Jangan sampai fungsi bank yang terbatas sebagai agent of sales reksadana tersebut dapat merusak citra bank sendiri atau bank justeru memperoleh risiko-risiko baru yang tidak dapat dikontrol oleh bank tersebut. Selain dari pada itu, perlunya bank menerapkan prinsip kehatihatian adalah untuk melindungi investor yang membeli produk reksadana tersebut, terlepas apakah investor tersebut adalah nasabah bank yang bersangkutan atau bukan. Nasabah pembeli reksadana perlu dilindungi hak-haknya dan mengingat bank bertindak sebagai agen penjual reksadana maka nasabah tersebut akan selalu berkomunkasi dengan bank penjualnya

3 bukan dengan manajer investasi sebagai pihak yang mengelola portofolio reksadana. Hubungan antara bank dengan investor reksadana bukan hanya terjadi pada saat pembelian reksadana melainkan sampai investor melakukan redemption (penagihan) dari reksadana yang telah dibelinya. Tabel 2. Kewenangan Bapepam dan Bank Indonesia yang terkait dengan bank sebagai agent of sales reksadana KEWENANGAN BAPEPAM Antara lain :?? Code of conduct reksadana?? Mekanisme transaksi?? Hubungan manajer investasi dan bank kustodian?? Aspek prudential manajer investasi?? Bentuk dan jenis kontrak?? Persyaratan dan prosedur?? Bentuk dan jenis portofolio Antara lain : KEWENANGAN BI?? Bank sebagai sponsor?? Batas tanggung jawab bank?? Larangan bank sebagai penjamin reksadana?? Larangan bank sebagai stand-by buyer?? Masalah liquidity back-up?? Konsolidasi risiko apabila manajer investasi bagian dari bank Jenis reksadana yang dijual oleh bank Reksadana yang dijual melalui distribusi perbankan biasanya dilakukan dalam dua bentuk. Bentuk pertama, bank menjual produk reksadana yang bersifat independen yang juga dijual sendiri oleh manajer investasi atau melalui agen penjual lain. Dalam bentuk seperti ini tidak ada exclusif product yang khusus hanya boleh dijual oleh bank tersebut sehingga pada umumnya bank penjual reksadana tersebut tidak ikut serta menjadi sponsor dalam penerbitan reksadana. Dengan demikian, bank hanya mendapatkan komisi dari manajer investasi sebesar jumlah yang berhasil dijual oleh bank tersebut. Bentuk yang kedua adalah reksadana yang dijual secara khusus oleh bank tersebut (exclusif product) sehingga investor yang ingin membeli produk reksadana tersebut harus melalui bank yang menerbitkannya. Produk reksadana yang bersifat khusus tersebut, pada umumnya memiliki features tersendiri, antara lain biasanya memakai nama bank dalam reksadana tersebut, portofolio reksadana yang dijual

4 menggunakan obligasi rekap yang dimiliki atau atau dijual oleh bank, bank ikut serta sebagai sponsor dan dalam beberapa kasus produk reksadana tersebut dicampur menjadi produk invetasi yang dikeluarkan oleh bank (product mix). Sponsor Sesuai dengan ketentuan Bapepam, dalam hal penerbitan produk reksadana baru, bank dimungkinkan untuk menjadi sponsor reksadana minimal 1% dari total nilai reksadana yang akan diterbitkan. Apabila bank bertindak sebagai sponsor berarti bank harus memperhatikan faktor kecukupan modalnya karena bank harus menyediakan dana tunai guna disetorkan dalam portofolio reksadana yang dibentuk oleh manajer investasi tersebut. Semakin besar nilai obligasi yang akan diterbitkan, semakin besar pula dana yang harus disetorkan untuk sponsor, sehingga bagi bank-bank kecil atau mereka yang memiliki modal nominal kecil harus benar-benar memperhitungkan faktor kecukupan modalnya agar tetap memiliki capital adequacy ratio (CAR) diatas 8%. Selain faktor kecukupan modal, bank juga tidak diperbolehkan untuk menjadi sponsor produk reksadana yang underlying assets-nya berupa saham karena sampai saat ini Bank Indonesia masih melarang bank untuk melakukan transaksi jual beli saham. Tidak ada jaminan return tertentu Semangat investasi pada reksadana adalah market-based retun yang berarti mekanisme pasarlah yang akan menentukan besar kecilnya rate of return yang akan diperoleh oleh seorang investor. Investor harus sadar dan mengetahui bahwa investasi yang ditanamkannya pada reksadana akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan pasar sehingga uang yang telah disetorkan tersebut juga dapat berkurang. Perubahan suku bunga atau perubahan nilai tukar yang terjadi dapat mempengaruhi rate of return yang akan diperoleh oleh investor. Apabila underlying assets dari reksadana tersebut berupa obligasi dengan suku bunga tetap, maka penurunan suku bunga akan menaikkan rate of return yang diterima investor dan begitu juga sebaliknya apabila suku bunga mengalami kenaikan maka keuntungan yang diperoleh menjadi berkurang. Dengan mekanisme seperti ini reksadana tidak bisa dipastikan berapa rate of return nya dan oleh karenanya bank-bank yang menjual reksadana juga dilarang memberikan

5 jaminan rate of return tertentu kepada investor yang membelinya. Apabila reksadana ingin memberikan rate of return yang bersifat tetap maka hal tersebut harus didasarkan atas struktur portofolionya, kalau rate of return dari portofolio tersebut bersifat market mechanism maka hasil yang diperoleh juga didasarkan atas market return. Saat ini kita masih belum memiliki pasar dan instrumen derivatif yang bagus sehingga dapat menunjang tersedianya reksadana dengan guaranted rate of return seperti halnya di Hongkong. Dengan melihat kondisi seperti ini bank akan menghadapi kesulitan apabila ikut serta menjamin rate of return yang akan diberikan kepada investor pembeli reksadana. Sebagai contoh, apabila bank menjamin rate of return pada level tertentu untuk reksadana berbasis obligasi dengan bunga tetap, katankanlah 12% dan ternyata kemudian suku bunga mengalami kenaikan yang cukup besar, maka rate of return dari reksadana tersebut akan menurun dan bisa dibawah 12%. Konsekuensinya, bank harus mampu membayar selisihnya sesuai dengan rate of return yang telah dijanjikan kepada investor reksadana. Dengan cara seperti ini, bank tidak hanya terekspos dengan market risk yang cukup besar tetapi juga dapat mengalami liquidity risk yang membahayakan kondisi keuangan bank tersebut. Larangan buy-back portofolio reksadana Sebagian besar obligasi rekap yang dipergunakan sebagai underlying assets untuk portofolio reksadana ternyata hampir seluruhnya berasal dari bank-bank yang menjadi agen penjualnya, khususnya bank-bank rekap. Bank rekap sebagai pemilik obligasi rekap harus menjual secara putus (outright) obligasi tersebut kepada manajer investasi tanpa ada kewajiban membeli kembali oleh bank penjualnya pada saat terjadi penarikan (redemption) reksadana atau pada saat obligasi tersebut jatuh waktu (maturity). Dengan kondisi seperti ini berarti bank juga tidak boleh menjadi stand-by buyer yang bersifat mandatory untuk membeli portofolio aset reksadana. Alasan bank tidak diperkenankan membeli kembali portofolio aset reksadana khususnya obligasi rekap adalah bank yang terikat untuk melakukan buy back akan memiliki liquidity risk yang sangat tinggi dalam hal terjadi redemption besar-besaran yang terjadi secara bersamaan. Apabila bank wajib menjadi stand-by buyer berarti bank harus menyediakan dana yang cukup besar setiap saat yang akan dialokasikan untuk membeli kembali obligasi yang dijual oleh manajer investasi. Keadaan seperti ini akan membahayakan likuiditas bank yang bersangkutan, karena apabila tidak mampu bank tersebut harus mencari

6 pinjaman lain untuk menutup kekurangannya. Namun demikian, bank memiliki hak untuk membeli kembali obligasi rekap yang dijualnya kepada manajer investasi sesuai dengan mekanisme pasar seperti halnya dengan pembeli-pembeli lainnya. Dengan demikian apabila terjadi redemption, manajer investasi dapat menjual portofolio aset reksadana tersebut kepada siapa saja tanpa adanya kewajiban dari bank penjualnya untuk membeli kembali. Tranparansi dan kejelasan Transparansi dan kejelasan kepada calon investor reksadana yang umumnya nasabah bank itu sendiri harus dijunjung tinggi. Nasabah perlu dijelaskan bahwa produk reksadana tersebut bukan merupakan produk bank melainkan suatu produk investasi yang diatur dengan ketentuan pasar modal. Satu hal penting yang perlu disampaikan kepada calon investor reksadana yang membeli lewat bank adalah reksadana tidak sama dengan simpanan deposito. Investasi yang dilakukan oleh nasabah dengan membeli reksadana tidak termasuk dalam program penjaminan pemerintah (blanket guarantee) sebagaimana yang diberikan oleh pemerintah untuk simpanan pihak ketiga di bank. Selain itu, bank dalam melakukan penjualan reksadana kepada nasabahnya harus jelas-jelas menegaskan bahwa risiko dalam berinvestasi pada reksadana tersebut akan ditanggung sepenuhnya oleh investor sendiri. Peran bank hanya sebagai penjual saja dan sebaliknya peran manajer investasi hanya sebagai pengelola portofolio aset reksadana. Naik turunnya rate of return akan sesuai dengan mekanisme pasar (market risk) sehingga bank tidak bertanggung jawa dan tidak memberikan jaminan berapa tingkat pengembalian yang akan diterima oleh investor nantinya. Oleh karena itu edukasi kepada calon investor reksadana mutlak harus diberikan oleh petugas bank yang menjualnya sehingga bank akan terhindar dari risiko reputasi (reputational risk) maupun risiko hukum (legal risk) apabila tejadi tuntutan dari investor kepada bank di kemudian hari. Hubungan bank dengan manajer investasi Mekanisme penjualan reksadana yang melibatkan bank sebagai agen penjual telah memunculkan hubungan baru antara perbankan dengan para manajer investasi. Untuk itu bank harus melakukan seleksi (due diligence) untuk memilih manajer investasi yang bagus dari sisi kinerja maupun reputasinya sehingga kerjasama antara bank dengan manajer

7 investasi tersebut tidak akan merugikan bank penjual reksadana. Dalam hal manajer investasi itu adalah anak perusahaan (subsidiary atau affiliated party) dari bank penjual reksadana maka kerjasama diantara mereka harus transparan. Dalam praktek sering dijumpai bank sebagai penjual reksadana melakukan penjualan reksadana yang bersifat exclusif (exclusif product) dengan manajer investasi yang merupakan pihak terkait dari bank tersebut. Reksadana yang bersifat exclusif dan diterbitkan oleh subsidiary bank tersebut biasanya menggunakan obligasi rekap sebagai underlying assets-nya. Dengan demikian, penjualan obligasi rekap dari bank kepada manajer investasi yang merupakan anak perusahaan dari bank tersebut tetap harus dilakukan secara transparan. Transparansi penjualan obligasi rekap diantara mereka harus didasarkan pada prinsip marked-to-market sehingga dapat dihindari pembentukan harga jual obligasi rekap yang merugikan atau menguntungkan salah satu pihak. Keadaan ini kemungkinan dapat terjadi dengan menurunkan harga obligasi rekap sehingga akan menguntungkan manajer investasi sebagai pembeli. Konsolidasi risiko Pengelolaan reksadana yang dilakukan oleh manajer investasi dapat menghasilkan suatu keuntungan atau kerugian bagi manajer investasi tersebut sebagaimana dengan kegiatan usaha yang dilakukan oleh suatu badan usaha lain. Kerugian atau risiko yang dialami oleh manajer investasi yang merupakan affiliated party dari bank penjual reksadana nantinya akan menjadi tanggungan perusahaan induknya. Oleh karena itu, bank yang melakukan penjualan reksadana yang dikelola oleh anak perusahaannya sebagai manajer investasi harus memperhatikan segala faktor risiko yang dihadapi oleh anak perusahaan tersebut. Dengan demikian, bagi bank yang melibatkan anak perusahaan sebagai manajer investasi dalam penjualan reksadana maka bank tersebut harus memperhatikan konsolidasi risiko keseluruhan baik risiko dari bank itu sendiri maupun risiko yang dihadapi subsidiary. Dalam praktek, bank yang melakukan penjualan reksadana yang berasal dari anak perusahaannya harus dilakukan secara berhati-hati sesuai dengan kemampuan bank tersebut mengendalikan risiko yang mungkin terjadi. Pendek kata, liquidity management untuk bank maupun subsidiary tersebut harus benar-benar diperhatikan dan dikelola dengan baik. Bank tidak seharusnya menjual reksadana terlalu ekspansif apabila nantinya tidak mampu mengontrol risiko yang akan terjadi pada anak perusahaan yang bertindak sebagai manajer investasi. Misalnya saja karena suatu sebab tertentu terjadi penarikan (redemption) reksadana secara besar-besaran

8 dalam waktu bersamaan, maka manajer investasi harus mampu menjual portofolio aset reksadana secara cepat untuk mendapatkan uang tunai guna membayar redemption tersebut. Apabila tidak ada pembeli yang mampu menyerap penjualan seluruh aset reksadana tersebut maka bank sebagai induk perusahaan dari manajer investasi harus ikut campur tangan untuk membeli aset-aset reksadana. Untuk itu, bank harus benar-benar memperhatikan kondisi dan kemampuan bank itu sendiri maupun subsidiary nya khususnya dalam mengelola risiko apabila subsidiary tersebut bertindak sebagai manajer investasi.