BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012

dokumen-dokumen yang mirip
Kota Salatiga terletak antara Lintang Selatan dan antara , ,64 Bujur Timur.

Gambaran Umum Wilayah

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA NOMOR 96 /Kpts/KPU-Kota /2016

PEMERINTAH KOTA SALATIGA

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA NOMOR 71 /Kpts/KPU-Kota /2016

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 29 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENOMORAN NASKAH DINAS

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK

Daftar Tabel. Halaman

LAMPIRAN 1 PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG (APBD) KOTA SALATIGA

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

D A F T A R I S I Halaman

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

BAB II KONDISI UMUM KEMISKINAN KOTA SALATIGA

PROFIL SANITASI SAAT INI

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman Akhir Masa Jabatan Tahun DAFTAR TABEL

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

BAB IV GAMBARAN UMUM

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih.

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SALATIGA PENCAIRAN TRIWULAN 1 PERIODE JANUARI-MARET TAHUN 2017

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1-1

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2012 NOMOR 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB V Area Beresiko Sanitasi

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Gali/Penampungan Air Hujan); jumlah jamban; jumlah RT & RW, jumlah populasi atau

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

DAFTAR TABEL. Tabel Judul Halaman: 1.1 Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan Luas Tanah Menurut Penggunaannya 4

DAFTAR ISI. BAB IV Analisis isu-isu srategis Permasalahan Pembangunan Isu Strategis... 77

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KOTA SALATIGA Saddam Pradika 1), Wiharyanto Oktiawan 2), Dwi Siwi Handayani 2) ABSTRACT

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,

Tabel 9.2 Target Indikator Sasaran RPJMD

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA. 110º.27'.56,81" sampai dengan 110º.32'.4,64" Bujur Timur dan 007º.17'

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN...I.

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN

Transkripsi:

Daftar Isi Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Gerak 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Metodologi 1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain Bab 2: Gambaran Umum Wilayah 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik 2.2 Demografi 2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah 2.4 Tata Ruang Wilayah 2.5 Sosial dan Budaya 2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah 3.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene 3.1.1 Tatanan Rumah Tangga 3.1.2 Tatanan Sekolah 3.2 Pengelolaan Air Limbah Domestik 3.2.1 Kelembagaan 3.2.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan 3.2.3 Kesadaran Masyarakat dan PMJK 3.2.4 Pemetaan Media 3.2.5 Partisipasi Dunia Usaha 3.2.6 Pendanaan dan Pembiayaan 3.2.7 Isu strategis dan permasalahan mendesak 3.3 Pengelolaan Persampahan 3.3.1 Kelembagaan 3.3.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan 3.3.3 Kesadaran Masyarakat dan PMJK 3.3.4 Pemetaan Media 3.3.5 Partisipasi Dunia Usaha 3.3.6 Pendanaan dan Pembiayaan 3.3.7 Isu strategis dan permasalahan mendesak 3.4 Pengelolaan Drainase Lingkungan 3.4.1 Kelembagaan 3.4.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan 3.4.3 Kesadaran Masyarakat dan PMJK 3.4.4 Pemetaan Media 3.4.5 Partisipasi Dunia Usaha 3.4.6 Pendanaan dan Pembiayaan 3.4.7 Isu strategis dan permasalahan mendesak 3.5 Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi 3.5.1 Pengelolaan Air Bersih 3.5.2 Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga 3.5.3 Pengelolaan Limbah Medis Bab 4: Program Pengembangan Sanitasi Saat Ini dan yang Direncanakan 4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene 4.2 Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik 4.3 Peningkatan Pengelolaan Persampahan 4.4 Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan 4.5 Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi Bab 5: Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi 5.1 Area Berisiko Sanitasi 5.2 Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat Ini II-1

Daftar Tabel Daftar Peta Daftar Gambar Daftar Istilah Daftar Istilah dapat mengacu pada Glossary Sanitasi di Lampiran Petunjuk Praktis ini. Gunakan sesuai istilah yang ada di dalam dokumen Buku Putih Sanitasi. II-2

Bab 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH BUKU PUTIH SANITASI Gambaran Umum Wilayah menjelaskan kondisi umum Kota Salatiga yang mencakup: kondisi fisik, kependudukan, administratif, keuangan dan perekonomian daerah, kebijakan penataan ruang, struktur organisasi serta tugas dan tanggung jawab perangkat daerah. 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Geografis Kota Salatiga terletak antara 007.17-007.17.23 Lintang Selatan dan antara 110.27.56,81-110.32.4,64 Bujur Timur. Adminstratif Kota Salatiga terdiri dari 4 kecamatan dan 22 kelurahan, sebagaimana tersebut pada tabel berikut ini. Tabel 2.2 Nama, Luas Wilayah Per Kecamatan Dan Jumlah Kelurahan Luas Wilayah Jumlah Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan thd total Penduduk (Ha) (%) Kec. Tingkir 1. Kutowinangun 20.301 293,750 5 % 2. Gendongan 5.838 68,900 1% 3. Sidorejo Kidul 4.261 277,500 5% 4. Kalibening 1.641 99,599 2% 5. Tingkir Lor 3.962 177,300 3% 6. Tingkir tengah 4.374 137,801 2% Kec. Argomulyo 1. Noborejo 5.589 332,200 6% 2. Ledok 10.051 187,330 3% 3. Salatigarejo 11.109 188,430 3% 4. Kumpulrejo 7.322 629,030 11% 5. Randuacir 5.178 377,600 7% 6. Cebongan 4.417 138,100 2% Kec. Sidomukti 1. Kecandran 5.323 399,200 7% 2. Dukuh 11.084 377,150 7% 3. Mangunsari 16.275 290,770 5% 4. Kalicacing 7.249 78,730 1% Kec. Sidorejo 1. Blotongan 11.683 423,800 7% 2. Sidorejo Lor 13.349 271,600 5% 3. Salatiga 15.690 202,000 4% 4. Bugel 2.745 294,370 5% 5. Kauman Kidul 3.931 195,850 3% 6. Pulutan 3.249 237,100 4% Jumlah Total 5.678,110 100 % Sumber: Salatiga Dalam Angka 2010 II-3

Sumber: RTRW Kota Salatiga 2010-2030 Gambar 2.1 Peta Kota Salatiga dalam Konstelasi Jawa Tengah II-4

Sumber: RTRW Kota Salatiga 2010-2030 Gambar 2.2 Peta Administrasi Kota Salatiga II-5

Kondisi Fisik Tinjauan morfologis, Kota Salatiga berada di cekungan kaki gunung Merbabu diantara gunung-gunung kecil antara lain Gajahmungkur, Telomoyo dan Payung Rong. Dengan ketinggian antara 450-825 m dpl (dari permukaan air laut), dan pada aspek topografis, Kota Salatiga terdiri dari 3 bagian : Bergelombang ± 65 %, terdiri dari : a. Kelurahan : Dukuh, Ledok, Kutowinangun, Salatiga dan Sidorejo Lor. b. Keluarahan : Bugel, Kumpulrejo dan Kauman Kidul. Miring ± 25 %, terdiri dari : a. Kelurahan : Salatigarejo, Mangunsari dan Sidorejo Lor. b. Keluarahan : Sidorejo Kidul, Tingkir Lor, Pulutan, Kecandran, Randuacir, Tingkir Tengah dan Cebongan. Datar ± 10 %, terdiri dari : a. Kelurahan : Kalicacing b. Keluarahan : Noborejo, Kalibening dan Blotongan Kondisi air tanah (ketinggian air tanah). Curah hujan di Kota Salatiga dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan topografi dan perputaran/ pertemuan arus udara. Menurut data Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Salatiga (2011: 55-56) tercatat Curah hujan tertinggi sebesar 360 mm pada bulan Maret, sedangkan hari hujan terbanyak selama 19 hari pada bulan Januari dan bulan Desember. Jumlah curah hujan yang beragam sangat tergantung pada bulan dan letak stasiun pengamat. Menurut data SLHD jumlah curah hujan 3.577 mm, Jumlah Hari Hujan 172 hari dan Rata-rata Curah Hujan 20,80 mm/hari Kota Salatiga termasuk dalam DAS Tuntang, yang merupakan Wilayah Sungai Jragung, Sungai Tuntang, Sungai Serang, Sungai Lusi, dan Sungai Juwana, (WS Jratunseluna). Hulu DAS Tuntang berada di Kabupaten Semarang (Rawapening), sedangkan bagian tengah dan hilir DAS berada di Kabupaten Demak. DAS Tuntang terletak pada posisi 110 18' 26" - 110 51' 01" Bujur Timur dan antara 6 45' 31'' - 7 26' 55'' Lintang Selatan, dengan luas wilayah 156.789,50 Ha dan debit...m3/det. DAS Tuntang memiliki tiga sub das di Kota Salatiga. (RTRW 2010-2030: III-62). Tabel 2.1 Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS) di Wilayah Kota Salatiga Nama Sub DAS Luas (Ha) Debit (M3/dtk) Sub DAS Jurang Gunting Sub DAS Banyu Putih Sub DAS Kali Taman Sumber... 2.2 Demografi Demografi merupakan gambaran ringkas kondisi kependudukan di tingkat kecamatan (data kelurahan masuk lampiran), Rumus untuk menghitung proyeksi penduduk 5 tahun: Pt = Po (1 + r ) t Keterangan: Pt = jumlah penduduk pada tahun t (2017). Po = jumlah penduduk pada tahun awal (2012) r = angka pertumbuhan penduduk t = waktu (5) II-6

Nama Kecamata n Tabel 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk dan Proyeksi 5 tahun Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Tahun Tahun Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 41.158 40.547 40.262 40.377 11407 11369 11107 11.107-0,64 Kec. Tingkir Kec. 41.029 40.654 40.148 43.666 11366 11287 11574 11.574 2,10 Argomuly o Kec. 36.050 36.129 40.007 39.931 9875 9850 10184 10.182 3,47 Sidomukti Kec. 49.024 49.703 49.605 50.647 13583 13749 11345 11.345 1,09 Sidorejo Sumber: RTRW 2010-2030 NO. 1. Kec. Tingkir 2. Kec. Argomulyo 3. Kec. Sidomukti 4. Kec. Sidorejo KECAMATAN PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah penduduk Kota Salatiga mengalami kenaikan sebesar 4.599 jiwa. Konsentrasi penduduk paling banyak berada di Kecamatan Sidorejo sebagai pusat permukiman. Penduduk di kecamatan ini mencapai 50.647 jiwa (29%) dari total penduduk Salatiga, disusul oleh Kecamatan Argomulyo, jumlah penduduk sebesar 43.666 jiwa (25%). Sementara penduduk yang paling sedikit adalah di Kecamatan Sidomukti, yaitu hanya 39.931 jiwa (22,86%). Dibanding tahun 2009, penduduk Kota Salatiga pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 2,63%. 2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah II-1

Bagian ini menjelaskan kondisi keuangan dan perekonomian daerah meliputi: pendapatan dan belanja modal sanitasi daerah, kapasitas keuangan daerah, kemampuan fiskal/ruang fiskal, data peta perekonomian dan data realisasi belanja modal sanitasi setiap SKPD. Tabel 2.4 Ringkasan realisasi APBD 5 tahun terakhir No Anggaran 2007 2008 2009 2010 2011 (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) A Pendapatan 1 Pendapatan Asli Daerah Rp Rp 45.149.901.979,00 Rp 53.055.833.309,00 Rp 51.549.747.508,00 Rp (PAD) 36.192.748.028,00 60.611.340.067 2 Dana Perimbangan (Transfer) Rp 266.495.890.647,00 Rp 340.886.288.132,00 Rp 318.659.347.694,00 Rp 335.299.006.904,00 Rp 417.562.170.854 3 Lain-lain Pendapatan yang Rp - Rp 4.685.093.750,00 Rp Rp 24.655.685.094,00 - Sah 4.480.275.000,00 Jumlah Pendapatan Rp 302.688.638.675,00 Rp 390.721.283.861,00 Rp 376.195.456.003,00 Rp 411.504.439.506,00 Rp 478.173.510.921 B Belanja 1 Belanja Tidak Langsung Rp Rp 173.023.819.370,00 Rp Rp 241.302.105.462,00 Rp 274.539.211.207,00 142.678.186.365,00 204.203.363.965,00 2 Belanja Langsung Rp Rp 195.370.153.297,00 Rp Rp 177.313.810.169,00 Rp 184.408.695.280,00 Jumlah Belanja 111.095.561.449,00 Rp 253.773.747.814,00 Rp 368.393.972.667,00 228.453.181.447,00 Rp 432.656.545.412,00 Rp 418.615.915.631,00 Rp 458.947.906.487,00 Surplus/Defisit Anggaran Rp 48.914.890.861,00 Rp Rp Rp Rp 19.225.604.434 22.327.311.194,00-56.461.089.409,00-7.111.476.125,00 Sumber: DPPKAD Kota Salatiga 2012 II-2

Tabel 2.5 Ringkasan anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasi per penduduk 5 tahun terakhir No Subsektor/SKPD 2007 2008 2009 2010 2011 (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) A Air Limbah 243.750.000 570.000.000 700.720.000 1.985.464.000 2.396.929.000 1 Dinas pekerjaan Umum 93.750.000-160.000.000 - - 2 Disnaker & Permas 100.000.000 100.000.000 - - - 3 Dinas Pasar & PKL 50.000.000 - - - - 4 DPLH - 470.000.000 - - - 5 Dinas tata kelolah - - 215.000.000 978.250.000 50.000.000 6 KLH - - 282.000.000 1.007.214.000 2.346.929.000 7 Disperindagkop & UMKM - - 43.720.000 - - B Persampahan 310.000.000 852.000.000 936.648.000 1.188.500.000 1.120.942.000 1 DPLH 310.000.000 827.000.000 - - - 2 Disnakertrans & Permas - 25.000.000 - - - 3 DTK - - 936.648.000 1.188.500.000 1.120.942.000 C Drainase 2.625.126.000 7.897.168.000 10.459.240.000 11.959.823.000 11.322.339.000 II-3

1 DPU 2.301.876.000 7.602.328.000 10.459.240.000 11.959.823.000 11.322.339.000 2 BAPPEDA 323.250.000 294.840.000 - - - D Aspek PHBS (pelatihan, 124.540.000 344.962.000 753.806.000 543.358.000 884.301.000 sosialisasi, komunikasi, pendampingan) 1 Dinas Kesehatan 64.540.000 136.813.000 553.806.000 295.215.000 522.670.000 2 DPLH 60.000.000 - - - - 3 Disnakertrans & Permas - 208.149.000 - - - 4 Bapermas, Peremp, KB, dan KP - - 200.000.000 248.143.000 361.631.000 E Total Belanja Modal Sanitasi (A 3.303.416.000 9.664.130.000 12.850.414.000 15.677.145.000 15.724.511.000 s/d D) F Total Belanja Modal Sanitasi dari 2.383.416.000 8.373.130.000 8.687.414.000 12.446.645.000 10.748.311.000 APBD murni (bukan pendamping) G Total Belanja APBD 253.773.747.814 482.466.340.530 485.111.546.463 472.104.586.200 518.883.551.889 H Proporsi Belanja Modal Sanitasi 0,01 0,02 0,03 0,03 0,03 terhadap Belanja Total (9:10x100%) I Jumlah penduduk 167.261 167.033 170.022 174.621 xx174.621xx J Belanja Modal Sanitasi per penduduk (E:I) 19.750,07 57.857,61 75.580,89 89.778,12 90.049,37 Sumber: DPPKAD Kota Salatiga 2012 II-4

Tabel 2.6 Data ruang fiskal Kota Salatiga 5 tahun terakhir BUKU PUTIH SANITASI Tahun Indeks Kemampuan Fiskal/ Ruang Fiskal Daerah (IRFD) 2007 Rp 149.500.779.514,00 2008 Rp 145.782.930.577,00 2009 Rp 159.976.861.484,00 2010 Rp 119.298.560.780,00 2011 Rp 136.317.992.871,00 Sumber: DPPKAD Kota Salatiga 2012 Pertumbuhan ekonomi Salatiga tahun 2010 yang ditunjukkan oleh laju Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 sebesar 5,01%. Jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2009, dimana laju pertumbuhan sebesar 4,48%, maka pada tahun 2010 mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh laju Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 sebesar 4.48% jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2008 dimana laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4.98% maka pada tahun 2009 mengalami penurunan. Penurunan ini dikarenakan karena dampak dari krisis global yang terjadi pada akhir tahun 2008, dan sektor riil mengalami dampak yang paling besar Tabel 2.7 Data Perekonomian Umum Daerah 5 Tahun Terakhir No D e s k r i p s i 2007 2008 2009 2010 2011 (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) 1 PDRB harga konstan 792.680,46 832.154,88 869.452,99 913.020,05 xxx (struktur perekonomian) (Rp.) 2 Pendapatan Perkapita 8.288.969,25 9.227.188,65 9.841.641,87 10.856.889,06 xxx Kabupaten/Kota (Rp.) 3 Upah Minimum Regional 582.000 662.500 750.000 803.185 843.500 Kabupaten/Kota (Rp.) 4 Inflasi (%) 7,22 10,20 3,28 6,65 2,89 5 Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,39 4,98 4,48 5,01 xxx Sumber: Salatiga Dalam Angka 2012 2.4 Tata Ruang Wilayah Kebijakan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang Kota Salatiga adalah mewujudkan Kota Salatiga sebagai pusat pendidikan dan olahraga di kawasan Kendal Ungaran Semarang Salatiga Purwodadi (Kedungsepur) yang berkelanjutan didukung sektor perdagangan dan jasa yang berwawasan lingkungan. Secara umum, untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah Kota Salatiga, maka ditetapkan strategi dan kebijakan perencanaan ruang wilayah serta strategi perencanaan ruang wilayah. Terkait dengan bidang sanitasi (air limbah, drainase dan persampahan) termasuk di dalam kebijakan pengembangan infrastruktur kota. Kebijakan Struktur Ruang Tujuan kebijakan struktur ruang adalah untuk mendorong proses pertumbuhan pada wilayah yang mempunyai potensi untuk berkembang serta untuk memacu pertumbuhan wilayah tersebut sesuai dengan karakteristik masing-masing dengan tetap menjaga keberlanjutan pembangunannya. Kebijakan pengembangan struktur ruang kota, meliputi: 1. Pemantapan pusat pelayanan kegiatan sesuai dengan fungsinya dengan strategi: a. Menetapkan hirarki sistem pusat pelayanan secara berjenjang; II-1

b. Mengembangkan pusat perdagangan berskala regional; c. Mengembangkan kegiatan pendidikan menengah kejuruan, akademi, dan d. perguruan tinggi hingga ke skala pelayanan regional; e. Mengembangkan pusat kegiatan olah raga; f. Mengembangkan kegiatan wisata budaya, wisata alam, dan wisata buatan; g. Mengembangkan kegiatan jasa pertemuan dan jasa pameran. 2. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem prasarana sarana umum, dengan strategi: a. Mengembangkan prasarana telekomunikasi nirkabel berupa tower BTS b. (Base Transceiver Station) bersama; c. Mengembangkan prasarana listrik dengan sumber energi alternatif; d. Meningkatkan dan mengembangkan ketersediaan air baku; e. Meningkatkan kualitas jaringan irigasi dan distribusi air. 3. Pengembangan sistem jaringan transportasi jalan yang memperlancar pergerakan antar pusat kegiatan, dengan strategi: a. Mengembangkan jaringan jalan lingkar; b. Menata fungsi jaringan jalan; dan c. Mengembangkan terminal tipe A, tipe C, dan terminal angkutan kota (angkota). Kebijakan pola ruang Tujuan kebijakan pola ruang adalah untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Kebijakan pengembangan pola ruang kota meliputi : 1. Peningkatan fungsi kawasan lindung, dengan strategi: a. menetapkan kawasan lindung; b. menjaga kelestarian kawasan lindung; c. mengembalikan dan mengatur pemanfaatan tanah sesuai peruntukan fungsi lindung; d. melestarikan kawasan lindung cagar budaya; e. melakukan rehabilitasi dan konservasi kawasan lindung yang telah menurun fungsinya. 2. Penyediaan RTH Kota yang proporsional, dengan strategi: a. meningkatkan kuantitas RTH hingga 30 %; b. mengembalikan RTH sesuai fungsinya; c. mempertahankan RTH yang telah ada. 3. Perwujudan pengembangan kegiatan budi daya yang optimal dan efisien, dengan strategi: a. menetapkan kawasan budi daya sesuai daya dukung dan daya tamping lingkungan; b. mengarahkan pengembangan kawasan industri di bagian Selatan kota; c. mengarahkan pengembangan kawasan pertanian lahan basah di bagian Timur kota; d. mendorong pengembangan kawasan budi daya secara vertikal di kawasan kepadatan tinggi; dan e. memperhatikan keterpaduan antar kegiatan budi daya; f. mengembangkan fasilitas olah raga berskala nasional dan internasional. 4. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara, dengan strategi: a. mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar b. kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun disekitar kawasan strategis nasional yang mempunyai fungsi khusus pertahanan dan keamanan dengan kawasan budi daya terbangun; d. menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan. Cantumkan informasi mengenai wilayah rawan bencana dan kebijakan penataan ruang untuk wilayah perbatasan (apabila ada). Di wilayah Kota Salatiga, rawan bencana yang dimaksud adalah rawan longsor, rawan erosi permukaan tanah dan rawan genangan. Beberapa lokasi rumah atau perumahan dan permukiman di Kota Salatiga masih berada di daerah yang merupakan daerah rawan longsor. Pada kawasan-kawasan seperti ini perlu dilindungi agar dapat menghindarkan masyarakat dari ancaman yang ada tersebut. Banyak kawasan-kawasan rawan longsor yang ditempati penduduk sebagai tempat hunian. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kawasan lindung yang terlarang untuk II-2

permukiman. Selain itu, akibat dari kurang tegasnya pengendalian pembangunan dan aparat pemerintah Kota Salatiga. Seperti permukiman yang ada di Kelurahan Blotongan dan Bugel yang memiliki kelerengan > 40 %, dan untuk Kelurahan Sidorejo Lor tidak memiliki kelerengan yang tinggi, namun kelurahan ini memiliki kawasan rawan bencana berupa banjir. Kondisi ini dikarenakan kelurahan yang memiliki kelerengan tinggi dan semakin sedikit kawasan lindungan resapan air akibat dari kawasan ini dibangun untuk permukiman baru. Kebijakan yang akan dilakukan antara lain: pengawasan dan pengendalian pembangunan perumahan baru di kawasan rawan longsor, kepadatan bangunan diarahkan dengan kepadatan rendah, harus ada pembatasan kepadatan dan pertumbuhan fisik aktivitas kawasan, kepadatan diarahkan < 30 unit/ha dengan luas lantai bangunan < 100 m2, kawasan rawan bencana banjir sedapat mungkin tidak dipergunakan untuk permukiman, demikian pula kegiatan lain yang dapat merusak atau mempengaruhi kelancaran sistem drainase, pada daerah rawan banjir ini perlu adanya pemantapan kawasan lindung diantaranya dengan langkah reboisasi jenis tanaman khusus (tanaman tahunan). Beberapa lokasi permukiman yang berada di daerah rawan longsor antara lain terdapat di Kelurahan Blotongan, Kelurahan Sidorejo Kidul, Kelurahan Kutowinangun, Kelurahan Bugel, Kelurahan Randuacir, dan Kelurahan Kumpulrejo. Walaupun jumlah tidak terlalu banyak dan belum pernah terjadi longsor namun lokasi tersebut membutuhkan pengendalian untuk pencegahan keberlanjutan pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat atau pengembang. II-3

Gambar 2.2 Peta Rencana Pusat Layanan Kota II-4

Gambar 2.3 Peta Rencana Pola Ruang Kota II-5

2.5 Sosial dan Budaya Kondisi sosial budaya menggambarkan keadaan prasarana pendidikan, jumlah penduduk miskin, serta kawasan kumuh yang terdapat di wilayah Kota Salatiga Tabel 2.8 Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kota Salatiga Nama Kecamatan Jumlah Sarana Pendidikan Umum Agama SD SLTP SMA SMK MI MTs MA Kec. Tingkir 21+4 1+2 0 1+1 0+3 Kec. Argomulyo 22+0 2+0 1+1 0 0+3 1+0 Kec. Sidomukti 15+2 3+1 0+1 2+4 3+0 Kec. Sidorejo 24+5 4+8 2+3 0+6 0+3 0+1 1+1 Sumber: Profil Daerah Salatiga 2011 Jumlah penduduk Kota Salatiga cukup banyak, dan jumlah masyarakat miskin yang tesebar di seluruh wilayah kota Salatiga juga begitu besar. Nama Kecamatan Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan Jumlah keluarga miskin (KK) Kec. Tingkir 1.818 Kec. Argomulyo 1.862 Kec. Sidomukti 1.834 Kec. Sidorejo 2.139 Sumber: Salatiga Dalam Angka 2011 Jumlah rumah/kk. Berdasarkan kepadatan penduduk Kota Salatiga cukup padat, Jumlah rumah di kota Salatiga Tabel 2.10 Jumlah Rumah Per Kecamatan Nama Kecamatan Jumlah Rumah Kec. Tingkir 7970 Kec. Argomulyo 9519 Kec. Sidomukti 7631 Kec. Sidorejo 9673 Sumber: Dinas kesehatan 2012 Berikan deskripsi tentang wilayah kumuh di kawasan perkotaan (apabila ada) Kawasan Kumuh. Tidak ada Kawasan Kumuh diganti Lingkungan Kumuh Sumber DCKTR 2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah - Menjelaskan struktur organisasi pemerintah kota dan SOTK sesuai perundangan yang berlaku (lihat hasil kajian kelembagaan dan kebijakan). Dilengkapi: II-6

Sumber: Bagian Organisasi dan Kepegawaian Setda Kota Salatiga 2012 Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kota/Kota (Ukuran A4) Struktur organisasi dari unit SKPD pengelola air limbah domestik di Kota Salatiga yaitu Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang dan Dinas Kesehatan. II-7

Sumber: Bagian Organisasi dan Kepegawaian Setda Kota Salatiga 2012 Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Keterangan: unit pengelola air limbah domestik di Kota Salatiga pada Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang adalah berbentuk Seksi (seksi sanitasi dan air bersih). Sedangkan pada Dinas Kesehatan unit pengelola air limbah domestik berbentuk.. Struktur organisasi dari unit SKPD pengelola persampahan di Kota Salatiga yaitu Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang beserta Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. II-8

Sumber: Bagian Organisasi dan Kepegawaian Setda Kota Salatiga 2012 Gambar 2.2 Struktur Organisasi Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Keterangan: unit pengelola persampahan di Kota Salatiga pada Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang adalah berbentuk Bidang dengan tiga seksi pendukung. Sumber: Bagian Organisasi dan Kepegawaian Setda Kota Salatiga 2012 Gambar 2.2 Struktur Organisasi Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang II-9

Keterangan: unit pengelola persampahan di kota Salatiga pada Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah berbentuk Struktur organisasi dari unit SKPD pengelola drainase di Kota Salatiga yaitu Dinas Bina Marga dan Pengelolaan Sumber Daya Air. Sumber: Bagian Organisasi dan Kepegawaian Setda Kota Salatiga, 2012 Gambar 2.2 Struktur Organisasi Dinas Bina Marga dan Pengelolaan Sumber Daya Air Keterangan: unit pengelola drainase di Kota Salatiga pada Dinas Bina Marga dan Pengelolaan Sumber Daya Air adalah berbentuk II-10