TINJAUAN PUSTAKA Kopal

dokumen-dokumen yang mirip
CIRI KIMIAWI ASAM RESIN KOPAL Agathis loranthifolia

K O P A L SNI

FRAKSINASI KOPAL DENGAN BERBAGAI PELARUT ORGANIK

SIFAT-SIFAT KOPAL MANILA DARI PROBOLINGGO, JAWA TIMUR. Properties of Manila Copal Originated from Probolinggo, East Java

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah

BAB III METODE PENELITIAN

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas.

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan sumber kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan

TINJAUAN PUSTAKA. kayu yang harus diketahui dalam penggunaan kayu adalah berat jenis atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. non kayu diantaranya adalah daun, getah, biji, buah, madu, rempah-rempah, rotan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI

Minyak terpentin SNI 7633:2011

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pati merupakan polisakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa anhidrat.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Biomassa adalah segala material yang berasal dari tumbuhan atau hewan

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN TANAMAN NYAMPLUNG (CALOPHYLLUM INOPHYLLUM L) Oleh H. Marthias Dawi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Perubahan Materi

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan sebuah proses berkelanjutan sebagai salah

KIMIA. Sesi HIDROKARBON (BAGIAN II) A. ALKANON (KETON) a. Tata Nama Alkanon

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian dpl.

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

I. PENDAHULUAN. pemasok utama kakao dunia dengan persentase 13,6% (BPS, 2011). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam dari sektor kehutanan merupakan salah satu penyumbang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdiri atas manfaat nyata yang terukur (tangible) berupa hasil hutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan bakar minyak disebabkan oleh terjadinya peningkatan

Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman salak (Salacca sp.) sefamili dengan kelapa (Palmae) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSES PRODUKSI ALKOHOL MELALUI FERMENTASI BUAH

Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil-hasil distilasi minyak bumi berupa campuran beberapa alkana dan mungkin beberapa jenis hidrokarbon lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam masalah budidaya kopi di berbagai Negara hanya beberapa

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

Pewarna Alami untuk Pangan KUNING MERAH SECANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pohon Pinus merkusii Pinus merkusii termasuk dalam famili Pinaceae dengan nama lainnya Pinus sumatrana

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah kecil bagian bukan karet, seperti lemak, glikolipid, fosfolid, protein,

Transkripsi:

3 TINJAUAN PUSTAKA Kopal Kopal merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Kopal termasuk dalam kelompok hard resin. Penyadapan kopal di Indonesia telah lama dilakukan terutama oleh penduduk areal hutan. Kopal di Indonesia hanya diartikan sebagai damar yang berasal dari pohon yang termasuk dalam marga Agathis (Araucariaceae). Kopal adalah eksudat dari kulit pohon Agathis berupa cairan kental berwarna putih atau jernih yang semakin lama semakin keras setelah terkontaminasi oleh udara (Whitemore 1977). Kopal merupakan senyawa kimia dengan komposisi yang kompleks, tidak larut dalam air, larut dalam beberapa pelarut organik, rapuh, meleleh bila dipanaskan dan mudah terbakar dengan mengeluarkan asap (Ando & Wiyono 1988). Kopal disebutkan dengan berbagai nama seperti resin kopal, gum copal, cavarie, pepeda, damar minyak, damar sewa, bua loba, melengket masihu, dan damar penggal. Bahan ini merupakan hasil sekresi dari berbagai pohon antara lain Agathis alba, A. dammara, A. latifolia, A. robusta, A. macrophylla, A. australia, A. selebica, dan A. boornensis yang semua termasuk dalam famili Pinaceae (Langenheim 2003). Kopal didapat dengan cara melukai batang pohon disebut sebagai kopal sadap (contohnya kopal loba dan kopal melengket), sedangkan kopal hasil galian di sekitar akar pohon disebut dengan kopal galian (Santoso 2006). Menurut FAO (1995), terdapat 5 klasifikasi kopal menurut letak geografis daerah penghasilnya: 1. Congo copal, berasal dari Zaire. Kopal jenis ini berbentuk fosil dan diperoleh akibat pelukaan alami atau pelukaan yang tidak disengaja oleh hewan atau lainnya. Kopal jenis sangat keras, secara tradisional untuk mendapatkan varnish dengan melelehkan kopal dalam minyak panas, proses ini dikenal dengan running. Pohon penghasil kopal jenis ini adalah Copaifera demeusei. 2. West African copal, berasal dari Sierra Leone, Cameroon, Angola dan Accra. Kopal jenis ini dikumpulkan dan diekspor sebelum dikenalnya Congo copal

4 dan merupakan fosil. Pohon penghasil jenis ini adalah Copaifera copallifera, C. demeusi, dan C. mopane. 3. East African copal, berasal dari Tanzania dan Kenya. Kopal jenis ini merupakan kopal semifosil yang terbentuk di tanah sebelum pohon tumbang atau berbentuk fosil dapat juga kopal yang disadap dari pohon. Pohon penghasil kopal ini adalah Trachylobium verrucosum. 4. South American copal, berasal Brazil diproduksi dalam jumlah sedikit untuk saat ini. Pohon penghasil kopal ini adalah Hymenaea sp khususnya H. courbaril. 5. East Indian and Manila copal, berasal dari Indonesia, kepulauan Nearby dan Filipina. Pohon penghasil kopal ini adalah Agathis sp. Kopal manila yang berasal dari Indonesia, di antaranya adalah kopal dari Pontianak (Borneo), Makasar, Sambas, Jawa, Lowoe, Ternate dan Labuan. Ada dua tipe Kopal manila, yaitu tipe keras (berasal dari Jawa) dan tipe lunak (berasal dari Ternate). Kopal manila terdiri atas empat asam resin (Chatfield 1947). Kopal manila tipe keras terkadang digunakan untuk vernis dekoratif walaupun daya tahannya tidak bagus. Perubahan orientasi pengusahaan hutan pada dasawarsa terakhir ini untuk memanfaatkan HHBK menempatkan posisi kopal pada tempat strategis, selain gondorukem. Menurut Perum Perhutani, potensi tegakan damar di Pulau Jawa cukup luas (205.391 ha) ditambah dengan hutan alam di luar Pulau Jawa. Satu setengah dasawarsa terakhir ekspor kopal dari Indonesia mengalami penurunan yang nyata. Pada tahun 1993/1994 ekspor kopal adalah 2057 ton dan terus menurun hingga tahun 2004 ekspor kopal hanya 403 ton (tersisa hanya 19,6%) (Santoso 2006). Hal ini didukung juga oleh penurunan produktivitas kopal 5 tahun terakhir (Perhutani 2005), ditunjukkan pada Gambar 1 dan secara lengkap data pada Lampiran 1. Menurut BPS (2010), pada akhir tahun 2010 ekspor kopal Indonesia sebesar 7.493 ton (Gambar 2 dan Lampiran 2).

5 300 250 265 241 221 Jumlah (Ton) 200 150 100 50 0 145 167 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun Gambar 1 Produksi getah kopal tahun 2001-2005 25.000 21.467 20.000 Jumlah (Ton) 15.000 10.000 10.275 13.195 7.493 5.000 0 2007 2008 2009 2010 Tahun Gambar 2 Ekspor kopal Indonesia tahun 2007-2010 Kopal yang diperoleh sudah seharusnya memenuhi mutu yang sesuai dengan Badan Standarisasi Nasional. Standar yang digunakan adalah SNI 7634-2011 tentang mutu kopal (Tabel 1).

6 Tabel 1 Mutu kopal SNI 7634-2011 Pengujian Utama Pertama Uji visual Keadaan Kering Udara - Warna Kuning bening sampai - pucat Ukuran butiran Tidak lolos ayakan Lolos ayakan (Lolos ayakan ukuran 5 mm 5 mm) Uji laboratoris Bilangan asam 125-150% Bilangan penyabunan 140-170% Titik leleh 90-130 O C Kadar kotoran 3,0% >3-5,0% Kadar abu 0.3% >0.3 5.0 % Sumber: BSN 2011 Terpena dan Terpenoid Berdasarkan sejarah, nama terpena diberikan kepada hidrokarbon yang ditemukan dalam minyak terpentin. Saat ini terpena dikenal sebagai kelompok yang besar dari hidrokarbon yang terbentuk dari unit-unit isoprena (C 5 H 8 ). Rumus umum terpena adalah (C 10 H 16 ) n. Kelompok ini dibagi lagi menjadi monoterpena (n = 1), seskuiterpena (n = 1,5), diterpena (n = 2), triterpena (n = 3), tetraterpena (n = 4), dan politerpena (n > 4). Turunan-turunan isoprena dengan gugus-gugus fungsi hidroksil, karbonil, karboksil, dan ester dinamakan terpenoid. Menurut Harborne (1987), walaupun secara biosintesis terpenoid diperoleh dari molekul isoprena, yaitu senyawa yang memang terdapat sebagai bahan alam, senyawa tersebut bukanlah prazat in vivo. Senyawa yang sebenarnya terlibat ialah isopentenil pirofosfat. Senyawa isopentenil pirofosfat terdapat di dalam sel hidup dan berkesetimbangan dengan isomernya, dimetilalil pirofosfat membentuk geranil pirofosfat (C10), yaitu senyawa antara yang merupakan kunci pembentukan monoterpena; kemudian geranil pirofosfat disambung lagi dengan isopentenil pirofosfat sehingga terbentuk farnesil pirofosfat (C 15 ), yaitu senyawa antara pada sintesis seskuiterpena. Begitu seterusnya sampai pada sintesis terpenoid tinggi. Alur biosintesis terpenoid dalam tumbuhan ditunjukkan pada Gambar 3. Terpenoid alam pada umumnya memiliki struktur siklik dan mempunyai satu gugus fungsi atau lebih sehingga pada langkah akhir sintesis terjadi siklisasi

7 dan oksidasi atau pengubahan struktur lainnya (Harborne 1987). Secara kimia, terpenoid umumnya larut dalam lemak dan terdapat di dalam sitoplasma sel tumbuhan. Terpenoid pada minyak atsiri terdapat pada fraksi atsiri yang tersulinguap. Zat inilah penyebab wangi, harum, atau bau yang khas pada banyak tumbuhan. Gambar 3 Alur biosintesis terpenoid dalam tumbuhan Yang dimaksud dengan terpentin dalam kayu jarum sesungguhnya terdiri atas monoterpena dan turunan hidroksinya serta sedikit seskuiterpena. Contoh asam-asam resin golongan monoterpena ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 4 Contoh asam resin golongan monoterpena Yang termasuk diterpena dapat mempunyai ikatan ganda dua berkonjugasi. Struktur seperti ini mudah berpolimerisasi dan menyebabkan

8 masalah pitch dalam proses pembuatan pulp. Asam resin merupakan campuran triterpena trisiklik. Sterol adalah triterpena yang mungkin dijumpai dalam ekstraktif. Cirinya adalah gugus OH pada C-3. Sebagaimana lazimnya alkohol, sterol dapat membentuk ester dan juga penyebab dalam masalah pitch, sedangkan contoh politerpena ialah poliprenol.